Sabtu, 03 Juli 2010

Two spirit for Love bag 6

PART 6 ( babak yang baru pun di mulai )
Awan itu, mungkin warna nya putih, tapi kau lihat. Saat benda langit itu sedih, awan akan berubah menjadi hitam .. mungkin itu yang kini dirasakan Manda dan Alvin, juga Dea dan Fendi. Tapi saat matahari muncul, awan akan kembali ceria dan menjadi putih lagi. Begitupun akan keberadaan Rio di samping Manda, Rio adalah penghibur kedua dalam hati Manda, Manda akan mengingat janji Rio sampai kapanpun. Sampai ia bersatu kembali dengan Alvin, kakaknya.
Setelah 7 jam perjalanan, akhirnya POL beserta Manda, Rio, dan tante Viska tiba di Bandara Bangka, Rio senyum – senyum sendiri, ia celingak – celinguk, Manda yang menangkap tingkah aneh Rio agak bingung
“ kamu kenapa sich yo ??” tanya Manda
“ aku cari ... MAMA !!!!!” seru Rio dan berlari ke arah wanita yang ia panggil mama. Ia peluk wanita itu, mama Rio langsung mengelus anaknya
“ ma, iio kangen mama “ ucap Rio, Manda tersenyum melihat kejadian terebut, ia iri pada Rio, tentu saja.
“ ma, kenalkan, ini Manda dan tante Viska .. mereka kenalanku dari Jakarta yang mau pindah ke sini “ jelas Rio, mama Rio pun berkenalan dengan Manda, tante Viska sekaligus semua anak POL. Rio menarik Manda menjauh dari kerumunan itu
“ nda, nanti di Bangka, kamu bener khan sekolah di smp ku ?”
“ iya, doakan saja yo” ucap Manda dan tersenyum
“ dan ingat janjiku !” ucapnya yakin
“ makasih ya Rio “ ucap Manda, ia tersenyum lembut, seperti senyum yang pernah ia berikan pada Alvin.
“ sama – sama Dea “
Tante Viska dan mama Rio pun mulai cepat akrab, mereka semua pun pergi dari bandara menuju tempat yang akan mereka tinggali.
***
Seorang gadis tengah mengintip sebuah kamar, ia melihat Ami yang sedang berbicara lancar dengan pasiennya Alvin. Ia tersenyum, dan menutup kembali pintu yang tadi ia buka untuk mengintip keadaan di dalam kamar tersebut.
“ nona Yuki “ panggil sebuah suara
“ aduh gawat ! ketahuan Yan .. “ gumam anak yang di panggil Yuki tadi
“ nona sedang apa ?” tanya seorang wanita yang tinggi tegap dan sangat cantik, tapi berkesan dingin.
“ a..aku, aku tidak sedang apa – apa ! ayo Yan, kita kembali ke kamar “ ajak anak bernama Yuki itu, seraya menarik – narik Yan .
“ nona Yuki tidak berbuat aneh khan ?” tanya Yan memastikan
“ hahaha, kamu lucu Yan, aku tak mungkin melakukan hal yang aneh, ayolah kita ke kamar, aku mulai lelah “ ucap Yuki seraya terus menarik Yan, pengasuhnya.
***
Manda dan tante Viska juga semua anak POL tiba di depan rumah yang amat besar, sedang Rio dan mamanya kembali ke rumah mereka, yang tak jauh letaknya dengan rumah Manda
“ aku dan mama pulang dulu ya, besok malam, di kompleks ini ada tradisi untuk warga baru .. sebaiknya siapkan sebuah pesta semacam syukuran... “ jelas Rio
“ iya benar, besok malam akan menjadi sebuah malam yang paling berkesan untuk keluarga baru yang datang dikompleks ini “ ucap mama Rio
“ baik, dengan senang hati . kami pasti akan membuat malam yang indah untuk kompleks ini “ ucap tante Viska sungguh ramah
“ o iya, jangan lupa. Lebih baik, Manda di sekolahkan di sekolah yang sama dengan sekolah Rio “ saran mama Rio
“ tentu, agar saya lebih tenang menjaga Manda, kebetulan saya juga di tugaskan di sekolah Rio, smp Yusha khan nama sekolah kamu yo ?”
“ iya tante “ ucap Rio
“ besok aku bantu, tenang saja Vis “ ucap mama Rio
Rio tersenyum pada Manda, begitupun sebaliknya. Lalu Manda melambaikan tangannya pada mama Rio juga Rio lalu masuk ke dalam rumah barunya
“ aku masuk duluan ke rumah ya tante, “ ucap Manda dan berlari ke dalam rumah
Manda memasuki rumah itu, ia takjub melihat isi rumah itu, beberapa pintu terpampang di setiap sudut ruangan, tangga berwarna putih yang menjadi penghubung antar lantai berdiri kokoh di sudut kiri ruangan, beberapa hiasan yang begitu indah terpasang di beberapa tempat di ruangan itu, Manda memicingkan mata ke sebuah pintu berwarna coklat tua, di sana sudah bertuliskan nama “ Dea “ , Manda berlari menuju pintu bertuliskan namanya, ia buka pintunya “ ya Tuhan “ gumamnya yang hampir tak bisa berkata apapun melihat sebuah ruangan yang akan di tempatinya sungguh besar, dengan spring bed berwarna putih belum di tutupi kain, melihat meja belajar berwarna pink yang samar, bangku belajar yang tak biasa ia lihat, warnanya putih, mempunyai sandaran. Dan amat bagus, tak seperti bangku belajar di rumah lamanya, lemari 4 pintu plus kaca besar terpampang di sebelah kanan ia berdiri, jendela besar yang tepat di depan kasur, dan sebuah tv 29 inci lengkap dengan DVD player, tapi yang paling membuatnya kaget adalah, sebuah benda yang sangat ia inginkan sejak dulu . Piano. Mata Manda berbinar melihat benda tersebut, ia cepat berlari dan duduk di bangku yang tepat berada di depan piano berwarna putih itu. Ia tekan beberapa not dari piano tersebut, ia ingat sebuah wajah .. hanya 1 wajah yang kini memenuhi hatinya, Alvin.
“ Alvin “ gumam Manda, seorang dengan kasar menarik Manda agak menjauh dari piano tersebut, dan menekan beberapa not piano bersamaan,membuat suara yang memekakan teling, orang itu adalah tante Viska.
“ jika kamu masih mau piano ini ada disini, jangan pernah mengingat Alvin !” bentak tante Viska, semua anak POL termasuk kak Agnes terkejut dengan sikap tante Viska yang berubah galak.
“ ii..iya tante, Manda janji, itu hanya akan menjadi masa lalu yang akan Manda lupakan “ ucap Manda sangat ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran
“ mulai lusa, kamu akan tinggal di asrama smp Yusha, kamu hanya akan pulang sebulan sekali, jadi mungkin kamu akan lebih cepat melupakan Alvin “ ucap tante Viska, Manda hanya mengangguk dan masih gemetaran.
Tante Viska keluar dan mendapati POL tertegun melihat kejadian di dalam kamar Manda, ia hanya tersenyum tipis dan berjalan melewati semua anak POL, kak Agnes menyusul tante Viska dan menagih cerita tante Viska.
POL mulai bubar, kini tinggal Dea dan Fendi yang masih menatap Manda yang duduk termenung di depan piano tanpa memainkannya. Air mata Manda menggenang tak berani keluar ia tersenyum lemah, Dea dan Fendi memberanikan diri untuk menghampiri gadis manis berambut sebahu itu.
“ Manda .. “ panggil Dea dan duduk di samping Manda, yang memang kursi tempat Manda duduk muat untuk 2 orang
“ ... “ Manda masih terdiam
“ jangan kamu bersedih lagi, sekarang bolehkah kak Dea meminta Manda untuk memainkan 1 lagu saja .. “ ucap Dea lembut, Manda menghapus air matanya, ia menatap wajah tulus kakak di depannya, ia tersenyum kembali.
Manda mulai memainkan 1 lagu, lagu yang cukup ia sukai, judulnya “ the untold love story “ lagu yang di populerkan oleh Shandy Saputra pengisi soundtrack di cerita Agnes Davonar. Dea memejamkan matanya mencoba meresapi alunan nada yang dimainkan oleh Manda. Fendi juga berlaku sama seperti Dea. Air mata Dea menetes sedikit, ia tahu apa yang sekarang di rasakan oleh Manda .. kesepian dan kasih sayang .. ia menginginkan kasih sayang, spontan Dea memeluk Manda erat.
“ kakak berjanji, akan menjaga Manda .. Manda ingin bertemu orang yang disayangi ? siapa itu Manda ?” tanya Dea
“ aku hanya ingin orang tuaku ada disini dan menganggapku masih hidup untuk mereka kak, dan satu lagi .. aku ingin bertemu kakak kembarku ... Alvin “ ucap Manda dengan nada datar
“ kakak akan membantu Manda semampu kakak, sekarang .. bolehkah kakak mendengar cerita Manda akan semua yang membuat Manda sedih ?” tanya Dea lagi, Manda mengangguk dan menceritakan semua pada Dea dan Fendi.
***
Yuki berlari menuju kamarnya, ia duduk lagi di kamarnya, bau obat begitu menyengat di kamar itu, Yuki mengeluh pada pengasuhnya, Yan.
“ Yan, maukah kau menyemprotkan sedikit saja pengharum ruangan di kamar ini ?”
“ baiklah nona “
Wanita itu menyemprotkan aroma terapi pada setiap sudut ruangan, Yuki menghirup udara di sekitarnya “ fiuhhh” leganya, Yan hanya tersenyum, lalu ia duduk di sofa kamar itu, dan melanjutkan aktivitasnya membaca majalah lama kesukaannya.
Yuki bingung pada wanita itu, kenapa ia sangat suka majalah lama, huft ya sudahlah, mngkin suatu saat nanti aku akan tau rahasia Yan pikirnya.
Yuki menatap keluar, jendela kamarnya berembun, ia bangun dan mengelap sedikit jendela kamarnya, Yuki melirik Yan yang masih sibuk dengan aktivitasnya, ia membuka jendela sedikit agar udara bisa masuk, kontan saja, angin dingin menyeruak ke dalam, menerbangkan sedikit rambut nya yang pirang, ia sedikit mengigil, tapi ia cukup senang, karena jarang – jarang ia dapat merasakan angin sesejuk itu.
“ kak Ami .. kenalkan aku, pada anak itu “ gumamnya, Yuki teringat janji Ami 3 minggu lalu, saat mereka bertemu di kamar ini.
“ kamu akan bertemu dengan seorang sahabat yang akan menjadi pasienku beberapa minggu lagi Yuki, dan aku akan mengenalkan nya denganmu .. tunggulah, kamu tak akan kesepian lagi “ ucap Ami dan mengelus rambut Yuki, disitulah Yuki mendapat sebuah kekuatan dari janji Ami, kini ia tak mau berputus asa lagi hanya karna penyakitnya, ia ingin bertemu dengan orang yang di janjikan oleh Ami, maka dari itu, ia terus bersemangat, dan saat ia tahu orang itu sudah datang, Yuki makin semangat karna ia akan mendapat sahabat yang ia impikan.
Yan menghampiri Yuki, ia menutup jendela yang di buka Yuki, spontan Yuki terkejut dengan tindakan Yan yang tiba – tiba
“ Yan, kamu mengagetkanku saja “ ucap Yuki
“ kamu yang mengagetkanku, kenapa nona tidak tidur ? ayo nona, anda harus istirahat agar nona bisa cepat sembuh “
“ hal itu yang selalu keluar dari mulutmu ! dari 5 tahun yang lalu hingga sekarang ! aku selalu menuruti kata – katamu ! tapi hingga kini aku tak pernah sembuh !!!” bentak Yuki yang memang sudah muak dengan seluruh perintah pengasuhnya.
***
Satu hari berlalu, ini hari kedua Manda ada di Bangka. Mereka yang ada di rumah mempersiapkan semua keperluan pesta untuk hari ini, Manda begitu bersemangat, di bantu Rio
“ Viska, lebih baik hari ini kamu dan Manda ke sekolah saja untuk pendaftaran . biar aku dan semua anak POL yang mengerjakan nya “ saran mama Rio
“ apa gak merepotkan ?” ucap tante Viska
“ tidak, sama sekali tidak, ajaklah Rio untuk penunjuk jalan “ ucap mama Rio
“ baiklah, makasih ya mama Rio “
“ sama – sama “ ucap mama Rio dan tersenyum pada tante Viska, Manda pun mandi lalu mengenakan baju yang biasa ia pakai untuk bepergian bersama Alvin, karna menurut Alvin, ia sangat cocok memakai baju itu, sebuah dress sedengkul tak berlengan, tapi karna ia tak biasa memakai baju tanpa lengan, ia memakai baju putih di dalamnya, dress corak kotak – kotak merah jambu itu makin membuat Manda manis, dan dengan sedikit pita bercorak sama seperti baju yang ia pakai, di lengkapi sepatu putih model pentopel juga kaus kaki putih yang membungkus kaki mungilnya. Ia ambil tas nya yang berwarna putih dan keluar berlari menuju tante Viska, ia melihat Rio yang juga sudah siap, betapa terkejutnya ia melihat Rio yang amat .. tampan. Dengan jas berwarna hijau kehitaman yang berkesan santai, karna lengannya Rio gulung hingga lekuk lengan, dan dasi polkadot hijau muda juga kemeja putih membuatnya makin tampan, celana panjang yang membuatnya makin terlihat tinggi, “ he is perfect “, menurut Manda.
“ yaudah, kita berangkat “ ajak tante Viska, Rio dengan cepat membukakan pintu untuk Manda, pipi Manda blushing karna tindakan Rio barusan
“ makasih yo, tapi gak usah segininya “ ucap Manda malu
“ haha, sekali – kali nda, aku juga lupa kapan terakhir kali aku bersikap seperti ini sama cewek “ ucap Rio dan ikut masuk ke mobil, bersama Manda. Tante Viska hanya tersenyum melihat kedua anak yang kini menjadi sahabat.
...
30 menit perjalanan, akhirnya ketiganya tiba di sebuah sekolah yang cukup megah, bernama smp Yusha. Dilihatnya beberapa anak lalu lalang karna mereka akan mempersiapkan sekolah mereka yang akan dimulai besok.
“ huaaaaaaaa akhirnya aku injakan kakiku lagi di sekolah ku tercintaaaa !!” teriak Rio mengagetkan Manda yang ada di sampingnya
“ idih, aku kaget kak Rio!! “ seru Manda
“ hehe, o iya ! disini kamu harus memanggilku kak Rio yaaaa hehehehe “ ucap Rio narsis
Manda hanya cemberut melihat tingkah Rio, Rio hanya senyum – senyum dan merangkul Manda, tentu saja Manda kaget dengan kelakuan Rio
“ idih, kamu kok rangkul – rangkul sih ?” tanya Manda dengan nada protes
“ ya.. aku khan gak pernah punya adik cewek nda, jadi kamu aja ya yang jadi adekku ?? mau ya ya ???” tanya Rio, Manda hanya mengangguk, ia merasakan ada Alvin di dekatnya walau tak nyata, dan itu ia rasakan karna Rio, karna Rio ada di dekatnya.
“ yaudah, ayo kita ke ruang pendaftaran, setelah itu Rio antarkan Manda untuk berkeliling sekolah dan asrama “
“ siap tante !” seru Rio girang, Manda tak peduli dan memandang sekeliling, di tangkapnya sosok yang perawakan nya benar – benar mirip dengan Alvin.
“ Alvin !” seru Manda dalam hati, tapi belum sempat Manda menemui anak itu, Rio menariknya untuk mengikuti tante viska menuju ruang kepsek.
...
Di ruang kepsek... Ruangan yang cukup besar, dengan foto – foto para kepsek terdahulu terpampang di dinding ruangan itu, seorang wanita paruh baya berdiri mengucap selamat datang pada Manda dan tante Viska.
“ selamat datang “ ucap wanita itu
“ iya bu, saya Viska .. guru pindahan dari Jakarta yang akan bertugas disini sebagai guru Biologi dan Matematika “ jelas tante Viska
“ wah, Viska ! ayo silahkan duduk “ ucap wanita itu
“ perkenalkan, nama saya Ira Maya Sopha, tapi panggil saya bu Ira “ ucap wanita itu sangat ramah
“ iya bu Ira .. hm, ini keponakan saya Dea Christa Amanda, tapi panggil ia Manda, Manda mau saya sekolahkan disini bu “ jelas tante Viska
“ wah, bagus – bagus, tapi ada 3 test yang dilakukan disini untuk memasukan 1 siswa “ ucap bu Ira mulai serius
“ apa bu ?” tanya tante Viska
“ karna sekolah ini adalah sekolah musik, jadi Manda harus bisa menyanyi, bermain musik, dan pintar dalam pelajaran “ ucap bu Ira
“ kalau begitu, boleh saja .. mau di test kapan bu ?” tanya tante Viska
“ sekarang, kerjakan kertas test ini, “ ucap bu Ira tiba – tiba, Manda kaget, tapi berusaha tenang, ia kerjakan soal – soal yang di berikan oleh bu Ira
Seusai mengerjakan soal, bu Ira langsung memeriksa pekerjaan Manda, dan tersenyum.
“ ok, test pertama lulus, ayo “ ucap bu Ira dan menggandeng Manda ke sebuah ruangan tertutup di samping ruang kepsek.
Seorang anak yang melihat kejadian itu, mulai berteriak “ hei !! ada korban lagi !! ayo berkumpul !!” seru anak itu, korban ???
Rio tersenyum dan berkata “ Manda pasti bisa, aku yakin itu .. “
“ yo! Anak itu kenalan kamu ?!” tanya anak yang tingginya hampir sama dengan Rio, penampilannya sangat cool. Rio menoleh ke anak itu dan tersenyum lega.
“ eh, kamu Iel .. ku kira sapa, iya . namanya Manda, aku yakin dia bisa masuk sekolah ini” ucap Rio yakin
“ well, Manda cantik juga, kelas berapa ?” tanya nya dan duduk santai di samping Rio
“ Manda kelas 2 yel “
“ adik kelas dong !! “ seru seorang anak lainnya, rambutnya bergaya harazuku, ia memakai jaket berwarna putih, dan kebesaran ditubuhnya, tapi itulah pesonanya.
“ Cakka ! kamu bikin kaget aja !!” seru Iel
“ hehe, sory damori deh.. hm, mending kita lihat aja yuk tu anak baru “ usul Cakka
“ ayo “ ucap Iel setuju dan masuk ke dalam aula tempat test seluruh siswa baru, di tonton seluruh anak sekolah. mungkin di situlah tantangannya.
***
Alvin duduk di ruangan itu, papanya datang dan menghampiri Alvin, ia duduk di samping Alvin.
“ Alvin, bagaimana keadaan Alvin, Ami ?” tanya papa
“ lebih baik, tapi dari kemarin Alvin ingin mengucapkan sesuatu pada anda “ ucap Ami
“ oh ya ? apa itu Alvin ?” tanya papa
Alvin menatap wajah ayahnya, wajahnya sungguh lembut, peluh masih tersisa di wajahnya, Alvin sebenarnya tak tega untuk mengatakan kekesalan hatinya, tapi ia .. ingin papanya tau . hanya itu.
“ pa, aku .. sayang papa .. aku sayang Dea .. lebih dari apapun “ papa menitikan air mata, ia memeluk anak tunggalnya, ia ingin Alvin bisa hidup senang tanpa tekanan, tapi ia tak bisa memberikan apa yang di butuhkan Alvin saat ini maupun dulu.
“ pa, Alvin kesepian .. hanya Dea yang menemani Alvin, papa tau .. Alvin di rumah sendirian, maka dari itu, Alvin selalu bersama Dea .. tak ada siapapun di rumah ..” ucap Alvin yang ucapannya agak terisak, papa makin erat memeluk Alvin
“ maafkan papa Alvin, tapi papa gak bisa mempertemukan kamu dengan Dea .. karna kamu tau, itu hanya sia – sia jika membiarkanmu jatuh cinta pada Dea, itu tak boleh Alvin “ ucap papa, “ papa janji, papa akan membahagiakanmu .. lebih dari Dea adik mu “ ucap ayah penuh keyakinan
“ tapi pa .. jika Alvin, mau menantang papa agar Alvin bisa bertemu Dea, apakah papa mau menerimanya ?” tanya Alvin, papa terkejut dengan ucapan Alvin yang nadanya seperti anak normal
“ kamu ? sudah sembuh nak ?” tanya papa
“ maafkan Alvin pa, Alvin sudah sembuh sejak pertemuan terakir Alvin dengan Dea.. maafkan Alvin pa “ ucap Alvin karna ia tak tega melihat keseriusan ayahnya.
“ memang apa tantanganmu ?”
“ aku ingin menjadi musisi pa, aku akan membanggakan papa “ ucap Alvin penuh keyakinan, papa hanya mengangguk “ iya, buktikan saja “ ucap papa lalu ia pergi meninggalkan Alvin. Alvin hanya tersenyum mendengar persetujuan papanya yang sangat acuh tak acuh. “ akan ku buktikan papa “ ucap Alvin
***
Semua anak POL bekerja keras,, ya .. untung – untung sebagai ucapan terimakasih untuk tante Viska yang sudah menampung mereka.
“ Dea, ini di taruh dimana ?” tanya Monna
“ taruh aja di atas sini Mon “ jawab Dea, konsep acara ini memang di buat oleh Dea dan Gilang, serta kak Agnes, konsepnya sangat menarik, rumah di bagi 3 bagian, bagian 1 untuk jaman kini, bagian 2 untuk jaman era 80-an, dan bagian 3 untuk jaman purba. Hihi, ada – ada saja konsep yang mereka buat, tapi semua itu di buat dengan biaya mereka, konsep ini di buat agar semua isi kompleks dapat mengenal mereka baik.
“ Dea, lo gak cape apa ? istirahat dulu gih, biar gua sama anak – anak yang terusin “ ucap Fendi yang melihat wajah Dea makin pucat
“ gak apa – apa fen, gua khan yang punya konsep, jadi gua punya tanggung jawab lah ..” ucap Dea, Fendi hanya geleng – geleng kepala, “ dasar anak ini, keras kepala “ ucap Fendi, ia berdiri di samping Dea memastikan tidak terjadi apa – apa pada Dea.
“ lo bawa ini deh Ray, kasihan tu masa cewek yang ngangkat ?” ucap Dea
“ siap nyonya bos .. hehe “ ucap Ray dan mengangkat sebuah kardus besar yang di tunjuk oleh Dea, karna memang kelelahan, Dea duduk di sofa terdekat
“ tu khan, udah gua bilang, lu kecapean “ ucap Fendi seraya memberikan segelas air putih pada Dea, Dea langsung meminumnya
“ thank’s ya fen “ ucap Dea dan kembali berdiri, tapi Fendi mmenarik tangannya
“ udah lah de, lu duduk aja dulu “ ucap Fendi
Dea kembali duduk, Fendi menyandarkan kepala Dea ke bahunya
“ aku gak akan membiarkanmu sakit “ ucap Fendi
“ hihi, kalian pacaran aja nih “ ledek Monna
Dea langsung duduk tegak dan bersandar di sofa.
“ haha, biasa aja Monna “ ucap Dea
“ iya tu, biasa aja !” seru Gilang yang dari tadi ada di atap sedang memasang hiasan – hiasan atap. Monna, Dea, dan Fendi langsung menoleh ke atas, dan tetawa kecil melihat Gilang yang cemong karna debu, dan Gilang yang sama sepeti spider-man.
“ hihi, kamu lucu amat sich lang “ ucap Monna kalem, Gilang hanya cengengesan.
***
Manda saat ini sangat gugup, beribu pasang mata menatapnya, ia gemetaran
“ nach, test pertama, kamu akan memainkan alat musik yang kamu kuasai, dan bernyanyi..” ucap bu Ira
“ hah ? sekarang bu ?” tanya Manda gugup
“ iya sayang, ini memang test untuk masuk sini “
“ tapi bu, Manda sama sekali tak ada persiapan “ ucap tante Viska
“ itulah tantangan anak yang akan masuk kesini bu “ ucap bu Ira dan tersenyum tegas
Seluruh tubuh Manda gemetaran, dari dulu hingga kini, ia demam panggung.
“ jadi, tunggu apa lagi Manda ? alat apa yang kamu kuasai ? pilih saja “
Manda langsung berjalan ke arah sebuah piano besar berwarna hitam yang ada di sebelah kanannya, bu Ira menahan Dea
“ piano bagi seorang gadis biasa, apa kamu bisa memainkan alat musik lelaki, seperti Gitar atau drum ?” tanya bu Ira, Manda menelan ludah, ia sebenarnya bisa Gitar, tapi itupun tak terlalu lancar karna baru belajar sedikit dari Alvin
Rio agak terkejut mendengar pertanyaan bu Ira, tak biasanya pertanyaan super itu di keluarkan oleh bu Ira terhadap orang baru, ia ingin protes, tapi itu mustahil.
Dea makin gemetaran, ia takut .. tapi, tiba – tiba saja tubuhnya hangat, tubuhnya menjadi lebih tenang. “ aku akan membantumu Dea “ ucap sebuah suara dari dalam hati Dea, itu adalah suara Alvin, “ Tuhan .. tolong aku, Alvin .. tolong aku “ ucap Dea.
Dea makin yakin, ia ambil sebuah gitar berwarna hitam dari deretan gitar yang ada di depannya. Ia duduk di bangku yang telah di sediakan, ia rasakan tangan Alvin menuntun nya untuk bermain, Rio cukup takjub melihat Dea yang ternyata juga bisa memainkan gitar. Rio tersenyum lega, tapi ada sesuatu yang ganjil, ia melihat sebuah sinar mengelilingi Dea, dan sepertinya hanya ia yang sadar. Ia perjelas pandangannya pada Dea “ Alvin !!” teriak Rio dalam hati, Alvin terlihat menuntun Dea bermain gitar, memetik senar gitar dengan apik, mungkin yang di lihat Dea, maupun Rio bukanlah Alvin.. tapi Sivia, yang menyamar sebagai Alvin. Tapi, Rio bisa melihat Sivia ?
Dea mulai memetik satu persatu kunci gitar dan memainkan lagu “ ku tak bisa “, suara Dea begitu indah, ia menyanyikan lagu itu penuh rasa, karna rasa itu sangat membekas di hatinya. Seluruh anak mulai hening dan hanyut dengan suara Dea. tante Viska pun tak menyangka Dea bisa bermain gitar, “ pasti Alvin “ ucap tante viska “ aku menyerah memisahkan keduanya .. karna mereka sudah menyatu, itu susah Tuhan .. cinta mereka terlalu .. kuat ” tante Viska duduk di sebelah bu Ira
“ anak itu sungguh berbakat “ ucap bu Ira
“ ya, terimakasih bu . “ ucap tante viska
“ anak itu mengingatkanku pada salah satu siswi paling berprestasi di sekolah ini, dulu .. tapi sayang, ia sudah tiada “
“ maksud ibu, meninggal ?”
“ ya, karna ada orang yang tak suka atau bisa di bilang iri padanya “
“ kasihan anak itu, siapa namanya ?”
“ namanya Marsha .. ia amat manis, ia meninggal saat kelas 3 smp, di pertengahan semester karna ulah mereka semua “ ucap bu Ira mulai terisak
“ sekolah ini pasti sangat kehilangan “
“ tentu, sudah 20 tahun setelah kepergiannya, dan kami sangat menghargai seluruh prestasinya yang telah membuat sekolah ini dikenal.. maka dari itu, kami selalu memperingati hari kematian Marsha, dan hari itu adalah besok .. oh iya, suara Manda sangat merdu seperti Marsha “
“ semoga Manda bisa berprestasi dan mengharumkan nama sekolah ini “
“ semoga saja “
Manda menyelesaikan permainannya, sebenarnya Manda tomboy, tapi hanya kepada orang yang ia kenal, tomboy memang tomboy, tapi ia demam panggung. Tak seperti cewek tomboy pada umumnya. Itulah kelemahan terbesar Manda, tapi jika ada Alvin di sampingnya, ia mempunyai kekuatan untuk tampil.
Tepuk tangan membahana di aula yang di pakai untuk semua acara akbar di smp tersebut. Manda menghela nafas lega, bu Ira menghampiri Dea.
“ selamat, sekarang kamu adalah bagian dari SMP YUSHA !! “ teriak bu Ira di iringi tepuk tangan yang makin kencang, Manda tersenyum lega, begitupun tante Viska
“ ternyata kenalan kamu keren banget yo “ puji Iel
“ Manda .. dia adalah adik ku “ ucap Rio sambil tersenyum
“ jadi Manda kenalan kak Rio ?” tanya seorang anak lelaki
“ iya, Obiet ?! sudah lama gak ketemu !”
“ iyalah kak, kakak ke Jakarta gak ajak Obiet, hm Manda manis sekali ya kak “ ucap Obiet, “ apa ?! anak ini, kutu buku ini ? bilang seorang gadis itu manis “ gumam Rio bingung sekaligus takjub
“ kakak bilang apa ?” tanya Obiet
“ oh, gak apa – apa “ ucap Rio, ia hanya tersenyum tipis pada Obiet, cowok berkaca mata di depannya adalah anak paling kutu buku, tak pernah memikirkan sosok gadis, orang – orang banyak mengiranya aneh, tapi jika sudah kenal Obiet, ia adalah anak yang sangat baik. Obiet kembali memperhatikan Manda. Ia teringat seseorang, tantenya .. yang 20 tahun lalu meninggalkannya sebelum ia lahir, wajah tantenya di foto yang pernah ia lihat terlihat jelas di wajah Manda, Obiet hanya tersenyum melihat Manda.

Manda turun dari podium, acara ramah tamah yang sudah tradisi pun berlangsung, setelah agak lama ramah tamah, semua pun mulai bubar.
Obiet mendekati Manda, ia mengulurkan tangannya, dan tersenyum kalem seraya membenarkan kacamatanya.
“ namaku Obiet “ perkenal Obiet, Manda membalas senyum Obiet dan menanggapi uluran tangan nya
“ Manda, salam kenal “ ucap Manda ramah, tak lama Rio bersama Iel dan Cakka mendekati Manda
“ nda, kita keliling sekolah yok “ ajak Rio
“ ayo kak “ setuju Manda
“ ehem, kak Rio, boleh gak Obiet aja yang antar Manda ?” tanya Obiet
Rio meremas tangannya sendiri menahan kesal, “ ada apa sih sama anak ini ?!” kesalnya dalam hati, Rio memandangi Manda dan Obiet bergantian, lalu ia menghela nafas
“ ok, tapi aku juga ikut jadi kita jalan bertiga “ usul Rio
“ siap deh kak ! keputusan yang bagus !!” seru Manda
“ kenapa harus bertiga ? kalau berdua saja cukup ?” tanya Obiet dengan kata – katanya yang memang bagus, Rio memikirkan jawaban yang tepat
“ hm, tante Viska mana nda ?” tanya Rio kemudian
“ pulang, katanya mau bantu temen – temen di rumah bikin konsep “ ucap Manda, Rio senang mendengar jawaban Manda, lagipula ia masih punya motor yang sudah lama ia titipkan di dekat sekolah, akhirnya ia punya 1 jawaban bagus untuk Obiet, si Genius asal Surabaya ini.
“ oh iya, Obiet, aku yang mengantar Manda ke rumah, karna aku bawa motor, jadi aku berhak ikut, dan 1 lagi, yang memberiku amanat untuk menjaga Manda “ ucap Rio lancar, ia tersenyum menang, Obiet hanya tertawa kecil
“ ok, jika kak Rio memaksa “ ucap Obiet, tak biasanya Obiet menjadi orang yang menybalkan seperti ini , pikir Rio.
“ lalu, mau tunggu apa lagi ? ayo kak Rio, Obiet .. nanti keburu sore “ desak Manda
Tapi seseorang menahan ketiganya, Iel.
“ eits, kita berdua belum kenalan sama Manda “ ucap Iel mulai tebar pesona, tapi memang Manda yang dasarnya polos tak terlalu mempan dengan pesona Iel, ia hanya memberi senyum sewajarnya.
“ Manda “ ucap Manda, Iel tercengang “ ni cewek kok gak terpesona aku tp.in ??” tanyanya dalam hati
“ Iel “ balas Iel, Cakka menyeruak hingga ia kini berada di hadapan Manda, mata Manda terbuka lebar, ia melihat sosok Alvin pada diri Cakka, “ ya Tuhan !! Alvin !!” seru Manda dalam hati, ia ingin menangis, tapi Manda langsung sadar, yang ada di hadapannya bukan Alvin, melainkan anak asing temannya Rio.
“ namaku Cakka “ ucap Cakka dan tersenyum manis pada Manda, Manda bersikap sewajarnya, dan menjabat uluran tangan Cakka “ Manda “ balasnya
Cakka menjabat tangan Manda lama, Rio langsung melepaskan jabatan tersebut, membuat Cakka malu sendiri.
“ nanti, ku bilangi Oik lho kka “ ancam Iel
“ hus !! jangan!” seru Cakka, Manda mengeluh dalam hati, “ ternyata memang playboy “
Rio pun menarik Manda untuk mengelilingi smp Yusha, diikuti Obiet.
***
Gilang turun dengan tangga yang dari tadi ia pijak, Dea takut Gilang jatuh, ia pun memegangi tangga yang di pijak Gilang, hingga Gilang benar – benar ada di lantai.
“ makasih ya De, lu mau pegangin tangganya “ ucap Gilang, Dea hanya mengangguk, Fendi pun pergi karna tak mau melihat kejadian yang sama seperti 3 tahun lalu, ia tak mau sakit hati lagi. Dea duduk di samping Gilang yang sedang istirahat, obrolan pun berlangsung antara keduanya. Hingga akhirnya Gilang mulai bertanya tentang chatting tempo lalu.
“ de, lu kenapa waktu chat gak terus terang soal cowok yang lu anggap special itu ?” tanya Gilang, Dea terdiam dan menatap ke arah lain, bukan ke Gilang lagi, ia kesal kenapa Gilang masih ingat dengan kejadian 2 hari yang lalu.
“ gak usah di bahas lagi ya ? gua rasa, itu gak penting “ ucap Dea kesal, Gilang jadi merasa tak enak dengan Dea
“ sory banget ya de, gua gak maksud tau rahasia lu lebih dalam, itu emang pertanyaan yang gak pantes “ sesal Gilang
“ sip “ Dea berdiri dan meninggalkan Gilang.

Two spirit for Love bag 5

PART 5
Hujan mendadak turun dengan derasnya, Ami menatap keluar dan di pandangnya seorang gadis manis yang sedang berteduh, rambutnya terurai panjang, agak pirang.
“ Yuki “ gumam Ami
Alvin mendekati Ami, “ kak Ami “ panggil Alvin “ ya ?” tanya Ami, Alvin berdiri tepat di samping Ami yang sedang menatap dunia luar.
“ kakak gak boleh bilang ke papa kalau Alvin sudah sembuh .. Alvin mau seperti ini, karna mungkin ini salah satu cara agar Alvin bisa bertemu dengan Dea “
Ami tersenyum dan mengangguk, karna mungkin memang itu 1 cara yang bisa di lakukan Alvin demi bertemu Dea. Alvin memang anak yang cerdas. Ia berpura – pura tidak waras agar ayah nya tahu alam bawah sadar anak tunggal nya itu, walau Alvin hanya anak angkat ayahnya, Alvin ingin ayahnya tahu apa yang ada di hatinya saat ini, hanya kasih sayang .. kasih putih dari seorang adik yang sangat ia sayangi Dea.
***
Dea menatap Fendi heran, langsung ia acak – acak rambut Fendi, mereka berdua tertawa
“ apa kita bisa kayak gini kalau kita pacaran fen ?” tanya Dea, Fendi terdiam lalu menggeleng, Dea menyunggingkan bibir tipisnya hanya untuk sahabat dekat nya Fendi, hujan pun mengguyur keduanya dalam keheningan.
‘ bibbibibibibibibi ‘ suara telpon di hand phone Fendi
“ kak Agnes de “ ucap Fendi memberitahukan Dea siapa yang menelponnya
F : halo kak, ada apa ?
A : fen, kamu lagi sama Dea khan ??
F : iya kak
A : ya sudah, sekalian saja kalau begitu, kita berangkat ke Bangka di majukan hari ini, karna ternyata pesawat ke Bangka sedang krisis, jadi hari ini saja kita berangkat daripada kita telat sampai ke Bangka, lebih baik awal saja kita ke Bangka
F : mendadak banget kak
A : ya memang, ok, jam 10 kita kumpul dulu di markas baru ke bandara bersama
F : baik kak
Pembicaraan pun usai, Fendi kembali fokus pada Dea, “ kita neduh dulu yuk de !” seru Fendi dan menarik tangan Dea menuju tempat yang aman untuk mengeringkan tubuh mereka yang sudah basah kuyup.
***
Tante Viska memutuskan untuk berangkat ke Bangka hari ini, ia pun mengajak Dea dan Rio untuk meninggalkan rumah sakit tunas, Alvin hanya bisa melihat kepergian Dea dari jauh, ia tersenyum pada Dea, walau orang yang ia berikan senyuman tak tahu akan senyuman tulus dari sang pemberi, hati Dea terasa hangat, begitupun Alvin, Dea ingat akan perkataan Sivia tempo lalu, “ aku adalah kamu, dan aku akan menjadi penghubung hatimu dengan Alvin .. kamu tak usah khawatir Dea .. aku akan menjaga Alvin seperti kamu menjaganya, karna aku adalah kamu .. sekarang hiduplah hanya untuk Alvin “ Dea tersenyum sebentar lalu masuk ke dalam mobil, tapi sebelum ia benar – benar masuk ke dalam mobil tantenya tersebut, ia arahkan kepalanya ke jendela kamar Alvin, tempat terakhir ia bertemu dan merasakan hangatnya kasih sayang Alvin, walau ia tak tahu apakah Alvin akan mengingatnya atau tidak, saat Dea melihat ke arah jendela Alvin, ia terkejut mendapati sesosok anak lelaki yang sangat ia sayangi menatapnya dari sana.
“ Alvin .. “ gumam Dea, Rio mendekati Dea, dan melihat ke arah yang sama dengan yang di lihat Dea “ Alvin ya de ?” tanya Rio, Dea hanya mengangguk.
Alvin tak menyangka Dea sadar ia memperhatikannya, Alvin melambaikan tangannya ke Dea, dan langsung masuk sebelum Dea membalas lambaiannya, karna mungkin ia takut hal itu di lihat tante Viska atau papa nya. Dea melihat Alvin melambai padanya, ia hanya tersenyum dan maklum pada sikapnya, dan Dea tak pernah tahu apa rahasia yang di simpan Alvin saat ini.
“ Dea, ayo masuk, tunggu apa lagi ? kamu lihat apa ?” tanya tante Viska, tapi sebelum tante nya sadar apa yang dilihatnya barusan, Dea langsung menarik Rio ke dalam mobil agar tante Viska tak sadar. “ ah, bukan apa – apa tante, ayo Rio masuk, nanti tante gak sabaran, marah, dan keriputan deh “ canda Dea, Rio tertawa kecil dan masuk kedalam bersama dengan tarikan Dea. Tante Viska pun ikut masuk lagi, dan menjalankan mobilnya menuju tempat yang akan mengantarkan Dea pergi dari kehidupan Alvin dalam kurun waktu yang pasti lama.
...
Alvin mengintip dari jendela, apakah Dea masih ada atau sudah pergi, harapannya pupus saat ia sudah tak mendapati sebuah mobil berwarna merah yang biasa di pakai tante Viska dan Dea, berada di halaman rumah sakit, ia sungguh menyesal, tapi .. inilah takdir, ia akan tetap menjalani misinya menjadi orang tak waras agar ia bisa bertemu dengan Dea, sebenarnya apa misi Alvin ?? bagaimana caranya Alvin bisa bertemu dengan Dea dengan kepura – puraannya menjadi seorang yang tidak waras ??
“ kak Ami, mungkin jika aku belajar piano dengan baik dalam keadaanku yang tidak waras ini, sebuah perusahaan musik akan mengangkat namaku, dan ayah akan maklum dengan keadaanku yang tak waras dan mempertemukan ku dengan Dea, karna hanya karna Dea lah aku akan belajar main piano “
“ tindakanmu itu bodoh Alvin “ cerca Ami yang mulai janggal dan gelisah dengan misi Alvin, Alvin mendelik “ lalu bagaimana cara nya aku bisa bertemu dengan Dea adikku sendiri kak ?” tanya Alvin, kini Ami yang sangat bingung menjawab pertanyaan Alvin, lama ia berfikir, ia mulai menemukan beberapa celah dalam otaknya
“ mungkin kau harus jujur, dan menantang papamu “
“ tantang ?”
“ ya, tantang ayahmu, dengan sebuah taruhan “
“ taruhan apa kak ?”
“ buktikan pada papamu, jika kamu bisa menjadi seorang musisi terkenal, papa mu dan tante Viska akan mempertemukanmu dengan adikmu “
Alvin tersenyum dengan keputusan cerdas kakak barunya itu, ia mengangguk setuju dan memeluk Ami “ terimakasih kak Ami !!” seru Alvin, Ami hanya tersenyum
...
Di dalam mobil tante Viska, Rio dan Dea duduk di belakang menikmati berbagai cemilan yang sudah di sediakan tante Viska
“ Dea “ panggil tante, Dea menghentikan kegiatannya memakan roti keju kesukaannya
“ ya tante ?” tanya Dea, tante Viska tersenyum dan melanjutkan perkataannya
“ mulai sekarang, namamu adalah Manda .. “
“ kenapa tante ?” protes Dea, karna pasalnya nama Dea sudah tertanam di benak semua orang yang pernah mengenalnya, begitupun dengan Rio yang cukup bingung dengan ucapan tante Viska, Manda memang nama Dea, karna nama lengkap Dea adalah Dea Christa Amanda, tapi Dea adalah nama kesayangannya.
“ karna jika kamu masih memakai nama Dea, kamu pasti akan mengingat Alvin “
Dea hanya menghela nafas kesal, dan mengangguk pasrah “ ok lah kalau itu mau tante “
“ Manda .. hm, dan yang tahu nama baru itu adalah aku De !!” hibur Rio
“ iya yo, ok mulai sekarang namaku .. Manda !!” seru Manda mulai menyukai nama panggilan barunya, walau terasa berat di hatinya
“ nach gitu dong de, eh ! nda, gak usah murung lagi ya ya ?” goda Rio, Manda tertawa lepas dengan kelakuan Rio
***
09.00
Dea dan Fendi bersiap untuk berangkat ke markas POL, Dea yang di jemput Fendi mengucapkan salam perpisahan pada mamanya.
“ Dea pergi dulu ya ma “
Mama nya memeluk Dea erat, seakan tak rela melepas anaknya selama 3 bulan, air mata seorang ibu jatuh deras melepas anak tunggalnya walau itu hanya untuk 3 bulan
“ mama pasti akan sangat rindu Dea .. “ ucap mama Dea lirih
“ Dea juga akan rindu pada mama “ ucap Dea yang menahan tangisnya juga
Mama melepas pelukannya pada Dea, dan mengecup kedua pipi anaknya
“ assalamualaikum ma, doakan Dea ya “
“ waalaikumsalam Dea, pasti mama akan doakan Dea .. dan kembalilah, jangan tinggalkan mama “ pesan mama
“ pasti Dea akan kembali .. “
“ jaga diri juga ya sayang, Fendi .. tolong jaga Dea ya “
“ pasti tante “ ucap mama Dea
Keduanya pun berangkat ke Markas POL.
...
Tepat pukul 10.00 semua anak POL berkumpul di markas, kak Agnes sedikit mengarahkan apa yang akan di lakukan disana
“ kalian mengerti ?” tanya kak Agnes
“ siap kak !!” seru semua anak POL
Mereka pun berangkat ke Bandara bersama , menuju tempat kesuksesan mereka.
***
Manda, tante Viska, dan Rio tiba di bandara soekarno – hatta bersamaan dengan semua anak POL, mereka semua duduk di deretan bangku yang sama, Fendi berteriak – teriak tak jelas guna menghibur Dea, tante Viska yang sedang mengurus tiket dan melihat jadwal keberangkatan ke Bangka. Sedang Manda dan Rio terus bercanda sambil menunggu tante Viska, kak Agnes pun mengurus keberangkatan POL.
“ mbak Viska ?” tanya kak Agnes memastikan, tante Viska menoleh ke sumber suara.
“ lho ? Agnes !!” seru tante Viska, selesai mengurus semua, tante Viska dan kak Agnes saling melepas rindu mereka, rindu ??
Kak Agnes memeluk tante Viska lagi, keduanya saling kenal ? mengapa ?
“ bagaimana kabar POL sekarang ?” tanya tante Viska
“ sangat baik kak, sekarang saja kami mau roadshow di Bangka “ jelas kak Agnes
“ wah, bagus dong, aku juga mau ke Bangka, bagaimana kalau kalian menginap di rumahku ? rumahku cukup besar “ tawar tante Viska
“ benarkah mbak ?! tapi ada 7 orang anggota POL yang akan menginap “ ucap kak Agnes, tante Viska hanya tersenyum lalu berkata “ gak apa – apa nes, aku juga sedang mencari hiburan untuk Dea .. “ ucap tante Viska, kak Agnes mengangguk senang dengan keputusan yang di berikan oleh tante Viska
Kak Agnes dan tante Viska datang dengan suasana yang sungguh akrab, Manda dan Rio masih bercanda ria, begitupun semua anak POL.
“ teman – teman, kenalkan .. ini mbak Viska yang mau menampung kita di rumahnya “ ucap kak Agnes girang, semua anggota POL bersorak, tapi bingung.
“ apa gak ngerepotin mbak ?” tanya Dea
“ gak kok, nama kamu siapa dek ?” tanya tante Viska
“ Dea, mbak “, Manda terkejut mendengar nama gadis itu sama dengan dirinya, Manda terdiam, Rio mengelus punggung Manda, karna Rio tahu apa yang di rasakan oleh sahabat barunya ini. Kecewa.
“ Dea ? hmm,, nama yang cukup bagus, kalau kalian ?” tanya tante Viska, semua nya pun memperkenalkan diri masing – masing, tante Viska mendorong Manda dan Rio untuk memperkenalkan diri mereka masing – masing .
“ ini Dea khan ? sudah besar ya “ ucap kak Agnes dan tersenyum juga mengelus Manda
“ bukan mbak, namaku bukan Dea .. namaku Manda .. “ ucap Manda
“ ciee, ganti nama panggilan ya ?”
“ tidak, aku .. sudahlah “ ucap Manda ragu
“ Alvin mana ?”
“ aku gak tahu .. “ ucap Manda sinis dan duduk lagi di samping Rio
Kak Agnes yang memang tak tahu masalah antara Alvin dan Dea menatap tante Viska bingung, “ akan ku ceritakan nanti ..” bisik tante Viska
“ ok, sepertinya pesawatnya akan datang sebentar lagi, ayo kita siap – siap “ ucap tante Viska, mereka pun pergi dari kota Jakarta.
...
Selama di perjalanan, Rio mengajak Manda mengobrol tentang Bangka, Manda mendengar sepenuh hati cerita Rio.
“ aku punya 2 sahabat, namanya Iel, dan Cakka ! mereka keren banget deh .. tapi jangan sampai suka sama mereka, mereka tu playboy !! “ seru Rio
“ haha, kamu emang gak playboy ?” tanya Manda agak bercanda
“ gak lah ! aku gak akan pernah jadi playboy !!” protes Rio
“ yaelah, bercanda yoo “ seru Manda
“ o iya, kamu sekolah di smp ku saja nda, ada asramanya lho ..”
“ ok, sip sip “ setuju Manda
Percakapan ngalor – ngidul dilakukan Manda dan Rio, Rio menatap Manda yang tertawa lepas, ia tak pernah sebelumnya melihat tawa Manda yang sangat lepas ini, paras manis terlihat jelas dari wajahnya, yang jika di bandingkan dengan Shilla, mungkin jauh, tapi Dea, “ ya Tuhan, kau memberiku kesempatan mengenal gadis semanis dan setulus ini .. andaikan kau memberi ku kekuatan untuk menjadi orang paling special dalam hidupnya, aku tak akan menyia – nyiakan gadis setulus Dea .. “ doa Rio dalam hati.
Dea dan Fendi masih canggung akibat kejadian tadi pagi, tapi mereka coba menutupinya, dengan ikut berkumpul dengan para anggota POL.
***
Cinta memang tak harus memiliki, Cinta hanya harus di rasakan dengan hati ini, tak kenal apapun yang di cinta .. begitu juga yang kini di rasakan oleh Alvin, ia masih menyayangi Dea , ia masih berharap semua hanya mimpi, impiannya adalah menjadi pendamping Dea yang paling utama, bahkan ia selalu ingin, hidup bersama Dea untuk selamanya .. hingga ia tiada pun, ia ingin makan Dea ada di samping makamnya .
Alvin termenung, ia memikirkan kata – kata yang tepat untuk membuat papanya mau menerima tantangan nya ..
“ kak Alvin masih bingung ?” tanya seorang gadis manis yang tiba – tiba ada di sampingnya, Sivia.
“ ya Tuhan ! kamu mengagetkanku saja Via !!” seru Alvin agak melompat
Sivia hanya tersenyum melihat tingkah kakaknya itu, dan mendekat lagi ke Alvin
“ kamu mau ngapain ?”
“ kakak gak gila khan ? kakak hanya pura – pura ?”
“ iya, demi Dea .. “
“ memang, kakak mau ngapain ?”
“ awalnya, aku ingin menjadi tak waras, untuk menyampaikan isi hatiku pada papa, selanjutnya .. aku mau menantang papa, jika aku bisa menjadi seorang musisi terkenal, aku akan di perbolehkan bertemu dengan Dea , tapi aku masih takut “ ucap Alvin
“ kakak gak sayang aku ?”
“ sayang, tapi kamu khan hanya sisi lain Dea ,, “
Sivia langsung cemberut karna kesal, ia memang hanya sisi lain Dea, tapi ia adalah sisi lain yang hidup .. seperti janjinya, ia akan menjadi penghubung hati Dea dan Alvin ..
“ huft, iya .. oh iya kak, aku mau menyampaikan isi hati Dea “
“ apa ?! “ tanya alvin antusias
“ kata Dea, ia sangat merindukanmu .. dan ia sangat menyayangimu .. “ ucap Sivia dan tersenyum lagi, Alvin ikut tersenyum. Ia ingin mengelus rambut Dea lagi, ia ingin melihat wajah Dea lagi.. “ vi, kamu gak bisa jadi Dea ?” tanya Alvin
“ aku bisa lah kak “, mata Alvin berbinar ia tak menyangka jawaban Sivia akan membuatnya sangat senang, “ yasudah, kamu jadi Dea dulu ,, aku rindu padanya !!” seru Alvin, “ hihi, aku adalah sisi lain kak Alvin dan Dea, karna pada dasarnya kalian adalah satu .. hm, baiklah “ Sivia pun perlahan – lahan berubah menjadi sosok yang sangat Alvin rindukan, Dea. Tapi Alvin tak bisa memeluk Dea yang ada di depannya, karna semua hanyalah ilusi belaka, tak nyata.. tak lama kemudian, Sivia menghilang, Alvin masih tersenyum senang.
...
Manda merasa ada yang beda dalam dirinya saat ini, perasaannya lebih relax, ia lebih damai dari yang tadi, “ apa ini karna ada Rio di sampingku ?” tanyanya dalam hati, lalu ia lirik Rio yang sedang tidur, tante Viska juga sedang tidur tepat di samping kirinya, Rio di samping kanannya, Dea menatap Rio yang menggigil kedinginan, ia tertawa kecil
“ dasar.. kalau dingin, pakai jaket dong Al ... “ Dea menghentikan kata – katanya, ia kembali tertawa kecil “ kenapa aku jadi ingat Alvin “ ia melepas jaketnya dan menutupi tubuh Rio agar ia tak kedinginan, Dea kembali memperhatikan Rio, wajahnya halus, membuat orang yang ada di dekatnya tenang, suaranya saat ia bicara selalu mendamaikan, tubuhnya yang tinggi semampai dan ideal, pasti membuatnya jadi idaman seluruh gadis di sekolahnya, dan sifatnya yang bijak dan dewasa itu yang makin membuat Dea kagum pada Rio. “ Tuhan .. terimakasih, engkau telah memberiku sahabat yang baik, setelah engkau mengambil sahabat terbaik dalam hidupku .. Alvin “
Sivia datang tepat di depan Dea, Dea agak kaget dengan kedatangan Sivia yang tiba – tiba, “ ya Tuhan, kamu mengagetkan aku saja Via !!” seru Dea, Sivia tertawa
“ ucapan mu persis dengan ucapan kak Alvin !!” seru Sivia girang
“ oh ya ? aku memang satu dengan Alvin “ ucap Dea senang
“ aku ingin menyampaikan sesuatu dari kak Alvin kak “
“ apa ?!” tanya Dea antusias
“ kak Alvin tidak depresi, sama sekali tidak .. ia hanya berpura – pura, agar papa tahu isi hati kak Alvin, dan kak Alvin akan menantang papa agar mempertemukan kakak dengan mu “ jelas Sivia, mata Dea berbinar sungguh mirip dengan sikap Alvin
“ tantangannya apa ?”
“ kak Alvin akan berusaha menjadi seorang musisi terkenal, dan jika itu tercapai, ia akan menemui kakak “
“ semoga Alvin bisa .. akan ku tunggu dirinya hingga kapanpun .. “ janji Dea
Sivia pun mengangguk, “ hei, apakah kamu bisa menjadi Alvin ?” tanya Dea
“ tentu , mau ?” tawar Sivia, Dea mengangguk cepat
Sivia perlahan menjadi Alvin, air mata Dea menetes perlahan, tapi Rio tiba – tiba saja bangun, Sivia perlahan lenyap,” biar hanya sebentar, aku bersyukur bisa melihat Alvin “ ucap Dea dalam hati
“ Manda ? kamu nangis ?” tanya Rio
“ gak kok “ sanggah Dea
Rio baru sadar, jaket Dea menempel di tubuhnya “ lho ? ini khan jaketmu “ ucap Rio, ia pun mengembalikan jaket Dea pada pemilik aslinya
“ iya yo, tadi kamu menggigil “ ucap Manda
“ terimakasih ya, “ ucap Rio dan menyentuhkan tangannya ke pipi Dea yang basah karna air mata, ia hapus air matanya
“ kamu jangan nangis lagi Manda .. Rio janji, Rio akan ada di samping Manda .. dan akan membuat Manda bahagia, Rio janji, Rio akan menjaga Manda “ janji Rio
Dea hanya tersenyum lega, ia senang mendengar janji Rio, ia akan memegang janji Rio.
“ terimakasih Rio .. “ ucap Manda dan menepis tangan Rio dari pipinya.
Fendi menatap miris kejadian antara dua sahabat yang sejak tadi ia perhatikan, Fendi ingin seperti mereka .. ia dan Dea.

Two spirit for Love bag 4

PART 4
Matahari mulai terbit dari timur, sinarnya membangunkan Dea dari masa kritisnya, ia sudah di pindahkan ke kamar rawat untuk sementara, karna kondisinya tak memungkinkan untuk berangkat ke bangka . tapi tante Viska tentunya sudah mengurus keberangkatan Dea ke Bangka.
Rio tersenyum pada Dea, tapi Dea hanya menatap dingin cowok berkulit sawo matang di hadapannya. “ yaampun, seram “ gumam Rio
“ de, tante mau pergi ambil sarapan ya, kamu disini saja sama Rio, nak Rio kenalan aja sama Dea “ ucap tante Viska, Rio hanya manggut – manggut
“ tante, maafin Dea ya .. karna udah suka sama Alvin “
“ iya, gak apa – apa sayang, tapi ingat .. lupakan Alvin “ ucap tante Viska
“ baik “ ucap Dea dan menghela nafas, tante Viska pun pergi meninggalkan Rio dan Dea berdua. Rio menatap Dea lagi, berharap ada 1 senyuman yang di berikan padanya.
“ nama kamu Rio ?”
“ i..iya De.. “ Rio gugup menghadapi gadis manis di hadapannya
“ kok kamu bisa ketemu tante Viska ?”
“ kemarin, aku yang mengantar tante dan kamu ke rumah sakit ini “
Dea pun tersenyum pada Rio, Rio terkejut melihat senyuman yang amat manis dari Dea, ia sedikit tenang dan hatinya luluh dengan kecantikan Dea.
“ terimakasih ya, jika aku tiada… mungkin aku gak akan pernah bertemu dengan kakakku, memang sama saja, untuk selamanya mungkin aku takkan pernah bisa bertemu dengan kak Alvin “
“ jadi, kamu sudah tahu de ?”
“ iya yo, huft .. ternyata takdir cintaku tidak sehebat kisah nabi Adam dan Hawa “
“ aku juga suka kisah itu, versi islam lebih menarik lho !!”
“ oh ya ?? kapan – kapan, ceritakan padaku ya ?”
“ tentu Dea “
Dea dan Rio terdiam, Dea menyandarkan tubuhnya di kasur, dengan posisi duduk, ia merenggangkan tubuhnya, dan menggerakan tubuhnya agar lebih relax
“ kamu dan Alvin sangat cocok menurutku, mungkin Alvin yang membangunkanmu kemarin , karna ia memanggil namamu “
“ Alvin ada disini ?!” tanya Dea penuh harap, Rio berfikir lama, “ yasudahlah, mungkin ini akan menjadi pertemuan terkahirnya dengan Alvin “ ucapnya dalam hati
“ Rio .. jawab !!” paksa Dea dan menarik jaket Rio
“ iya de, ayo ku antar ke Alvin “ ucap Rio dan mengulurkan tangannya pada Dea, dengan sigap Dea mengambil uluran tersebut dan berjalan ke ruang terapi Ami bersama Rio.
***
Dea menunggu seseorang yang akan menjemputnya dengan kereta kuda yang amat indah, tapi itu hanya mimpi. Dea tertawa kecil melihat kebodohan mimpinya, “ haha .. bodoh “ gumamnya, sebotol air minum telah siap di pinggangnya, ia tak membawa handphone nya karna ia tak mau diganggu oleh pertanyaan Gilang, ia cukup trauma dan illfeel dibuatnya “ huft, lama banget si Fendi “ keluh Dea dan mulai menguap karna ia rela bangun pagi hanya untuk menemani Fendi bernostalgia
“ Dea !! sory, gua telat .. “ ucap Fendi yang baru datang, nafasnya yang terengal – engal, dan wajahnya yang sudah berkeringat Fendi datang.
“ hahaha “ tawa Dea
“ lha ? kok lu ketawa neng ?!” protes Fendi
“ yaiyalah, siapa coba yang gak lucu ngeliat sahabatnya sendiri ngos – ngosan !!” seru Dea
“ ah, yaudah, ayo lari “
“ mending kita jalan santai aja, khan lu capek “ saran Dea
“ ok, ayo “
***
Rio terus menggandeng Dea hingga mereka tiba di depan pintu berwarna hijau yang bertuliskan “ Teraphy room “
“ Alvin ada disini ?” tanya Dea
“ iyap, kamu benar mau masuk ?” tanya balik Rio agak cemas
“ tentu Rio, terimakasih ya “ ucap Dea dan kembali tersenyum
Rio mengangguk dan membuka pintu kamar itu sedikit, Dea langsung mengintip ke dalam ruangan itu, didapatinya sosok yang amat ia rindukan duduk di lantai, mendengar alunan piano dari seorang gadis yang memainkan piano untuknya.
Dea tak mengerti, kenapa Alvin diam saja, kenapa sikap Alvin aneh ?
Dea mengangguk pada Rio, dan masuk menemui orang yang sangat ia sayangi.
“ Alvin .. “ gumam Dea, Ami pun menghentikan permainan pianonya, ia menghampiri Dea
“ persembahkan 1 lagu untuknya, walaupun ini adalah yang terakhir .. “ saran Ami, mata Dea ber kaca – kaca, tapi ia tetap tersenyum. Dea duduk di depan piano, dan mulai memainkan lagu Endless Love kesukaannya bersama Alvin, dengan bahasa korea yang cukup fasih, ia persembahkan lagu yang amat indah itu pada anak lelaki yang ia sayangi, yang kini ia anggap sebagai kakak .
Alvin terhenyak, ia menoleh ke sumber lagu itu, dan matanya yang sipit membesar melihat sosok gadis berambut sebahu yang ia rindukan kini ada di hadapannya, ia berdiri dan menghampiri Dea.
Dea sontak menghentikan permainannya, ia menatap lurus ke Alvin, begitu pula sebaliknya.
“ tolong, bernyanyilah terus, kurasa .. ini adalah mimpiku yang paling indah, aku mohon .. bernyanyilah lagi, jangan bangunkan aku “
Dea pun memainkan piano dan bernyanyi lagi, Alvin pun ikut bernyanyi, tapi di bait akhir lagu .. Dea berhenti, air matanya mulai banyak berjatuhan, ia sontak memeluk Alvin yang duduk tepat di sampingnya
“ kenapa ini ? kenapa mimpi ini terasa nyata ? kenapa mataku terasa panas ??” tanya Alvin
“ bukan vin, ini bukan mimpi .. “ bisik Dea yang sudah terisak
“ bukan mimpi ? gak, ini mimpi .. Dea sudah tak ada, aku sangat kehilangannya.. tapi terimakasih sudah masuk ke dalam mimpi ku Dea .. “ ucapan Alvin makin membuat hati Dea sesak, ia tak menyangka Alvin benar – benar menganggapnya tiada, lalu Dea melepas pelukannya pada Alvin
“ maafkan Dea Alvin, Dea harus pergi.. suatu saat nanti, Dea akan masuk ke mimpi Alvin lagi, dan Dea akan membawa kekuatan cinta untuk Alvin .. kakak kembarku, dua kekuatan cinta kini ada di hatimu .. karna setengah hatiku, ada di dalam hatimu ..“ tutur Dea lalu mengecup kening Alvin, Alvin mengangguk dan melepas Dea yang pergi bersama Rio keluar dari kamar tersebut
“ Dea .. datanglah lagi ke mimpiku “ pesan Alvin
Dea kembali tersenyum tapi matanya sebam, “ baiklah Alvin .. suatu saat nanti, Dea akan kembali hanya untuk Alvin “ mereka kini benar – benar lenyap dari hadapan Alvin dan Ami
“ kak Ami .. mimpiku sangat indah !! kalau seperti ini, lebih baik aku tidur untuk selamanya untuk bertemu dengan Dea !!” seru Alvin saat Dea dan Rio sudah tak ada di kamar tersebut, Ami tersenyum senang, karna hanya karna Dea lah, Alvin bisa menjadi anak normal .. hanya kepada Dea.
“ hus, kamu jangan begitu Alvin .. Dea pasti tak mau kamu tidur selamanya, nanti Dea capek lho nemenin kamu, dia khan butuh istirahat “ canda Ami
“ ok kak .. ayo kita main piano .. nyanyikan lagu Endless love untukku kak “ pinta Alvin
“ kakak gak bisa nyanyi lagu itu vin “
“ ayolah kak “ rengek Alvin

Di luar pintu ruang terapi Alvin, Dea tak kuasa menangis. Rio ingin mengelus rambut Dea supaya Dea lebih tenang, tapi Rio malu karna ia belum mengenal Dea dekat.
“ aku takut mengecewakan Alvin dengan janji palsuku “
“ tidak de, itu bukan janji palsu ! itu janji mu ! kamu harus tepati janjimu !” seru Rio
Dea menatap mata Rio yang berbinar menunjukan semangat yang tak pernah ia miliki setelah berpisah dengan Alvin
“ tapi kamu mau khan yo ada disampingku dan membantuku ?”
“ tentu Dea .. “ ( aku akan selalu menjagamu .. demi Alvin )
***
Dea dan Fendi lari pagi mengelilingi beberapa kompleks, badan mereka sudah terasa agak lentur untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
“ ke jembatan biru sekarang yuk de .. “ ajak Fendi
“ ayo !! ayo !!” girang Dea
Keduanya pun berjalan santai ke jembatan biru, jembatan paling indah di Jakarta, udaranya pun sangat sejuk.. walau masih banyak kabut yang belum hilang, tapi itulah keistimewaan jembatan biru .. kabut yang mengelilingi kawasan jembatan biru membuat perasaan orang yang ada disana menjadi sejuk.
“ huaaahhh sejukkk !! salah tu orang – orang yang bilang Jakarta tempatnya polusi, buktinya masih banyak tempat sejuk , ya seperti jembatan biru ini !! “ seru Dea yang memang sangat senang jika diajak ke jembatan biru
“ lebe banget sich lo “ ledek Fendi
“ what ?!” protes Dea dengan mata besarnya
Fendi dan Dea mulai tertawa kecil, Dea menghirup nafas dalam – dalam, matanya berbinar, dan mulai mencari topik pembicaraan yang asyik
“ hm, gua bingung deh fen .. “
“ apa ? bingung apa ??” tanya Fendi penasaran
“ ya itu, napa yak, si Gilang tiba – tiba minta baikan ??!”
“ halah, gak tahu .. “ ucap Fendi agak malas, Dea mendelik dan agak kesal dengan nada bicara Fendi barusan
“ nada yang paling gua benci Fendi !!!” omel Dea
“ abisnya, lo ngapain sich segala ngomongin cowok kayak gitu ??” tanya Fendi agak kesal
“ kenapa ? lo cemburu ?!” tanya Dea, Fendi terdiam dan tersenyum
“ kalo iya, emang kenapa ? “
Dea juga tersenyum “ ya, bagus “ gumam Dea sangat pelan, hingga Fendi sama sekali tak mendengarnya
“ apa ? lo bilang apa de ??”
“ gak apa – apa, emang gua bilang apa ??? huahahaha “ canda Dea
Fendi terus mendesak, tapi Dea bersi keras tidak mau mengulang perkataannya tadi
***
Rio masih canggung dengan keberadaannya di samping Dea, “ huft, Tuhan .. apa yang harus ku lakukan untuk menghibur Dea ? mau ku elus .. tapi, “ gundah Rio, akhirnya setelah Dea puas menangis dan melihat Alvin, ia ajak Rio kembali ke kamar.
Di kamar, tante Viska sudah menunggu rupanya, Dea kembali duduk di atas tempat tidur, “ habis darimana ?” tanya tante Viska dengan nada jutek
“ aku habis menghirup udara segar tante, iya khan yo ?” ucap Dea sambil menyenggol tangan Rio, yang di senggol hanya mengangguk dan tersenyum manis.
“ oh, tidak berusaha untuk bertemu Alvin ?” tanya tante, Dea hanya menggeleng dan melirik isi bungkusan yang di bawa oleh tante Viska
“ apa tu tan ?” tanya Dea mulai mengalihkan pembicaraan, tante Viska rupanya sudah lengah dan melihat juga isi bungkusannya, ia keluarkan 2 kotak yang terbuat dari gabus putih satu ia berikan untuk Rio, dan satu untuk Dea, senyum Dea terkembang matanya berbinar, lalu .. “ bubur ayam !!” seru Dea girang
“ benar sekali “ ucap tante Viska, Rio tertawa melihat tingkah Dea yang aneh nan lucu, matanya yang bulat besar bercahaya seperti mendapat harta karun yang sangat indah, tapi mungkin ini efek dari pertemuannya dengan Alvin, Rio pun membuka bungkusannya lalu ikut makan bersama Dea.
“ nyam – nyam “ canda Rio, Dea tertawa dan mendekati Rio, ia dekatkan ucapannya pada telinga Rio, “ jangan pernah bilang sama tante Viska untuk pertemuan terakhir ini ya ?”, Rio tersenyum dan mengangguk “ pasti Dea “ Dea pun ikut tersenyum dan “ terimakasih kak Rio “, Rio tertegun, ia bahkan tak tahu jika Dea lebih muda darinya.
“ kok kamu manggil aku kakak ? mukaku muka tua ya ??” tanya Rio, Dea menggeleng
“ gak kok, aku hanya menebak umurmu sekitar 14 tahun khan ?”
“ iya, kok kamu tahu ?!” tanya Rio makin takjub
“ khan kataku hanya nebak .. “ Dea tersenyum dan melahap makanannya lagi
“ emang umur kamu ?” tanya Rio, Dea hanya menunjukan umurnya dengan jarinya “ 6 ?” Dea tertawa dan menggeleng, “ oo.. 13 ?” Dea mengangguk, Rio hanya manggut – manggut, “ berarti kamu kelas 2 SMP ?” tanya Rio lagi, “ iya .. “ jawab Dea, mereka pun mengobrol ngalor – ngidul, hingga mereka merasakan hati mereka telah bersatu.
***
Fendi menatap Dea yang sedang merasakan sejuknya suasana di jembatan biru, tapi yang ditatap cuek aja.
“ de “ panggil Fendi
“ what ?”
“ lo nyadar gak sich ? ada 1 cowok yang bener – bener sayang sama lo “, Dea terlihat berfikir, tapi ia menyerah dan menaikan 2 pundaknya bersamaan tanda tak tahu
“ tau deh “ cuek Dea
“ masa’ lo gak peduli sama orang itu de ?”
“ ya, gua sich nunggu dia nyatain cintanya aja Fen “
“ kalau dia mau nyatain perasaannya sama lo, lo mau terima ?”
“ mungkin .. “
“ dan, kalau orangnya itu gua ?”
Dea terdiam, ia tak menyangka Fendi akan berkata seperti itu, ia menghela nafas, dan tertawa “ lo bercanda aja ah fen !!” Fendi langsung memegang tangan Dea
“ gua serius de .. “
***

Two spirit for Love bag 3

PART 3
Kak Agnes menyuruh semua anggota POL untuk berkumpul ke markas malam ini, entah apa yang akan di bicarakannya.
Seluruh anggota POL bergegas mengepak barang belanjaan mereka, dan membayarnya, di toko jaket, Dea dan Fendi membeli jaket yang sama, sedangkan Gilang membeli jaket yang di pillihkan Dea untuknya, mereka langsung memakainya setelah membayar ketiga jaket pilihan mereka
“ gimana nich, gua cantik khan pakai Jaket ini !” seru Dea
“ haha, lu mah biasa aja de, gua nich.. ganteng banget dah !” ledek Fendi
“ ah, gantengan Gilang kali fen !! hahaha “ canda Dea, tapi sayang .. candaan Dea tentang Gilang selalu melekat di hati Fendi “ huh “ kesal Fendi dalam hati
“ yaelah, gak usah di tanya de, gua emang ganteng !! haha “ tawa Gilang dan bergaya narsis
“ narsis dasar lu lang !” seru Dea, Fendi langsung menggandeng tangan Dea dan menariknya keluar mall, untuk berkumpul dengan anak – anak POL yang lain, sedangkan Gilang, ia berjalan di belakang keduanya
“ fen, gua gak tau .. apa gua bisa lepasin Dea buat lu “ ucap Gilang dalam hati
***
“ Sivia ?” tanya Alvin dan mengingat nama anak itu, “ Sivia ?.. hm, kayaknya Dea pernah sebut nama itu “ ucap Alvin dalam hati
“ kak, Via tahu, kakak sedih dengan kepergian kak Dea .. tapi itu lebih baik, karna kakak memang gak boleh mencintai Dea “ ucap Sivia
“ maksud kamu apa ?”
“ kekuatan cinta kakak dengan kak Dea memang kuat, Via gak bisa jelasin .. kakak akan tahu dengan sendirinya, kejadian di pohon waktu itu .. Via yang rencanakan, karna Via mau kakak segera tahu masalah antara kakak dan kak Dea , dan yang pasti .. Via adalah Dea “ ucapan Sivia makin membuat Alvin bingung, ia tak mungkin percaya pada omong kosong anak bernama Sivia ini
“ ah, omong kosong !” bentak Alvin, ia memperhatikan Sivia yang tersenyum padanya, sekilas, bayangan Dea terlihat di diri Sivia, Alvin terkejut dengan kejadian yang barusan ia lihat
“ kamu siapa ?!” tanya Alvin mulai meninggikan suaranya
“ aku adalah Dea .. “ ucap Sivia tersenyum dan menghilang bagai pasir, kepala Alvin mendadak sakit, sangat sakit dan .. “ Dea .. “ gumam Alvin, lalu ia pingsan.

‘ DEG ‘ jantung Dea mendadak sakit saat ia memikirkan Alvin, hatinya saat itu sangat gelisah
“ Tuhan .. Dea mohon, jaga Alvin demi Dea .. Dea gak mau terjadi sesuatu yang gak Dea inginkan terjadi pada Alvin .. Dea sayang Alvin Tuhan “ doa Dea
Tante Viska melihat kaca di depannya untuk tahu keadaan Dea saat ini, “ maafkan tante Dea .. tante gak bermaksud menyembunyikan semua ini “ ucap tante Viska dalam hati, hati nya sesak, ia tak pernah menyangka bahwa Alvin dan Dea akan saling jatuh cinta, ia merasa sangat berdosa saat ini, ia tak mau memisahkan Dea dari saudara nya, tapi ia juga tak mau menyatukan cinta Dea dan Alvin .. karna tante Viska tau, cinta Dea dan Alvin tak akan pernah boleh terjadi.
Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya Dea dan tante Viska tiba di bandara Soekarno – Hatta, mereka berdua turun dan masuk ke dalam bandara, menunggu pesawat yang akan membawa mereka pergi dari Jakarta, mungkin untuk waktu yang sangat lama.
Dea duduk di samping tante Viska, ia cemas memikirkan Alvin, perasaannya tak enak saat ingat Alvin “ Tuhan .. ada apa ini ? aku.. aku harus bertemu Alvin !!!” Dea berdiri dan langsung berlari meninggalkan tante Viska !
“ Dea !!!” teriak tante Viska, ia panik dan langsung mengejar Dea, sedang Dea pun terus berlari melewati puluhan orang di bandara itu yang sedang lalu lalang, dengan cepat Dea telah berada di depan pintu keluar, kepalanya tiba – tiba saja sakit, sama seperti Alvin..
Tapi Dea berusaha berlari demi bertemu dengan Alvin, kakinya sangat lemas, tapi Dea tetap berusaha “ Dea ! tunggu !” teriak tante Viska yang makin dekat dengan dirinya, Dea berusaha berlari tapi .. ‘ BRAKK ‘ sebuah mobil dengan keras menghantam tubuh Dea, dan .. “ DEAAAAAA “ teriak histeris tante Viska.
***
Anggota POL kini telah berada di rumah latihan mereka, kak Agnes menyuruh ketujuh remaja itu masuk dan duduk di ruang tengah
“ sebenarnya ada apa sich kak ?” tanya Gilang
“ udah kumpul semua ?” tanya balik kak Agnes
“ udah kak “ jawab Mona
“ ok, hmm… kalian ini, ada job di Bangka !! “ seru kak Agnes girang
“ oh yeah !!!! cool !!” seru semua
“ ya, cool khan ? kita akan berangkat ke Bangka lusa, dan kita akan disana kurang lebih sebulan, kakak akan mengurus semua “ ucap kak Agnes
“ asik!! Sekalian liburan ya kak ?” tanya Dea
“ iya sayang “ jawab kak Agnes, semua ber toas ria merayakan job yang menarik ini, bercanda ria dan ..
“ Dea !!” seru Mona yang melihat darah segar mengalir dari hidung rocker cewek di POL
“ ma..maaf, gua emang lagi gak enak badan, maklum .. cape , tapi gua gak apa – apa kok !“ ucap Dea menenangkan semua anggota POL beserta kak Agnes, Fendi langsung mengambil tissue dan membersihkan darah dari hidung Dea, dengan sigap pula kak Agnes mengambil daun obat untuk mengobati mimisan
“ tenang aja, gua cuma mimisan “ ucap Dea
“ kenapa harus dadakan gini sich de ?? khan kita semua jadi khawatir !” seru Fendi yang terlihat paling panik
“ yaelah fen, lu kayak baru pertama liat gua mimisan aja “
“ jadi udah berkali – kali ?” tanya kak Agnes
“ aku emang lagi sakit kok kak, tapi kalau udah agak sehat aku udah pulih lagi “ jelas Dea
“ tapi kamu kuat ke Bangka selama 1 bulan ?” tanya kak Agnes
“ kuat lah kak, tenang aja “
“ ok, tapi kakak belum jelasin sistem konser kita ya, hm.. kita akan konser di tempat – tempat sosial, seperti panti asuhan, panti jompo, atau rumah sakit “
“ wah, konser amal ya kak ?” tanya Tessa
“ iyap “ jawab kak Agnes singkat, semua pun sibuk berbicara masing – masing
“ ok, sekarang kalian pulang, jaga kesehatan kalian .. hus hus, pulang pulang “ ucap kak Agnes
“ jah, ngusir “ ucap Rio, mereka pun berpisah di teras depan, meninggalkan Dea, Fendi dan Gilang
“ de “ ucap Gilang dan Fendi bersamaan, membuat Dea yang sibuk menambal hidungnya dengan dedaunan obat
***
Alvin di larikan ke rumah sakit, papa Alvin segera pergi ke rumah sakit tempat Alvin di rawat, dan setelah di periksa, papa Alvin segera ke ruang dokter untuk mengetahui keadaan Alvin
“ ada apa dengan anak saya dok ?”
“ apakah anak anda mengalami depresi yang hebat ? kehilangan seseorang misalnya ?” tanya balik dokter , papa Alvin terdiam, Dea .. hanya nama itu yang sangat di sayangi Alvin saat ini, tante Viska sudah menceritakan semua nya.
“ mungkin dok, ibu Alvin memang sudah tidak ada “
“ hm, Alvin mengalami depresi berat pak, kemungkinan ia akan menjadi orang sakit jiwa” jelas dokter, papa Alvin terkejut dengan pernyataan dokter akan anaknya
“ apa tak ada cara untuk menyembuhkan Alvin dok ?”
“ ada, hanya 1 .. mempertemukan Alvin dengan ibu nya “
“ itu mustahil dok ! “ sewot papa
“ saya tahu, tapi .. oh iya ! saya tahu orang yang dapat menyembuhkan Alvin !! “ seru dokter, mata papa sumringah, ia lega bisa menyembuhkan Alin tanpa mempertemukannya dengan Dea
“ siapa dok ?!”
“ mari ikut saya “ ajak dokter dan mengajak papa ke luar ruangan menuju sebuah tempat dimana Alvin akan di sembuhkan.

Tubuh Dea terkapar bersimbah darah, semua yang menyaksikan langsung mengerumuni, ada yang berteriak “ bawa ke rumah sakit !!” ada yang bergumam “ kasihan ya “, tante Viska masih terpaku, ia pucat pasi, tak dapat menggerakan kakinya, ia melihat keponakannya di hantam sebuah mobil tepat di hadapannya, ia tak pernah menyangka kejadian ini akan terjadi.
“ nyonya, itu anak nyonya ? ayo nyonya, kita selamatkan !” seru seorang anak lelaki seumuran Dea dan menarik tangan tante Viska, kemudian tante Viska mulai sadar, bahwa tak ada gunanya ia terdiam.
Anak lelaki itu langsung menelpon ambulans dan tak lama ambulans datang, Dea di masukan ke dalam ambulans

Di dalam ambulans..
Tante Viska tak kunjung menghentikan air matanya, anak lelaki yang tadi menyadarkannya duduk di samping tante Viska
“ Dea .. maafkan tante, tante hanya gak mau kamu mencintai Alvin .. “ sendu tante
“ ini nyonya “ ucap anak lelaki itu dan memberikan sekotak tissue yang ia punya
“ terimakasih nak, namamu siapa ?”
“ namaku Rio tante, Mario Stevano Aditya “ ucap Rio
“ terimakasih ya nak, kamu mau menemani tante “
“ sama – sama nyonya “ ucap Rio, ia tersenyum manis, lalu Rio kembali memperhatikan Dea yang terbaring kaku di tempat tidur di depannya
“ kenapa dengan anak ini ? kenapa ia gak boleh mencintai orang yang namanya Alvin ??” tanya Rio dalam hati
“ kamu tinggal dimana yo ?”
“ oh, saya tinggal di Bangka nyonya “
“ panggil aja saya, tante Viska.. jadi kamu tadi mau pulang ke Bangka ? maaf ya sayang”
“ iya tante, gak apa – apa kok, ayah saya dokter kejiwaan di rumah sakit yang akan kita tuju ini, jadi sekalian aja “
“ terimakasih sekali lagi nak, setelah Dea di periksa dan agak sehat, kamu pulang ke Bangka sama tante dan Dea aja ya “ ucap tante Viska
Hari itu sudah larut malam, dan tante Viska tertidur, sedang Dea sudah di beri pertolongan pertama, jadi tante Viska sudah sedikit tenang dan bisa tidur, Rio tak bisa tidur, ia tak suka bau obat, jadi dari tadi ia berusaha nafas dan tahan di dalam mobil tersebut
“ Alvin .. “ gumam Dea, Rio terus memperhatikan Dea
“ Alvin itu siapa sich de ? pacar kamu ? beruntung banget ya yang namanya Alvin .. punya pacar kayak kamu .. gak kayak aku “
Rio menyandarkan tubuhnya ke dinding mobil, ia mengingat sosok seorang gadis tinggi semampai, “ Shilla “ gumamnya
Ia ingat Shilla yang sudah melubangi hatinya, ia ingat Shilla yang tak mau mencintai nya sepenuh hati, ia ingat .. bagaimana ia tak dapat tak benci pada Shilla .

1 tahun yang lalu, saat Shilla baru masuk SMP, dan saat itu Rio sudah kelas 2 SMP dan ia menjadi ketua panitia di masa MOS Shilla, Rio pun bertemu untuk pertama kali pada Shilla
“ ayo – ayo, ini khan hari terakhir MOS, jadi hari ini kita santai “ ucap Rio dan melirik Shilla, yang dilirik hanya senyum balik pada Rio
Semua pun santai dan bercanda ria, antara peserta mos, dan panitia.
“ hai, kamu yang namanya Shilla ya ?” tanya Rio
“ iya kak, ada apa ya ?” tanya balik Shilla
“ boleh minta nomor hp nya ?”
“ boleh kak “ ucap Shilla dan menyebutkan nomor hp nya
Semenjak perkenalan itu, Rio makin genjar mendekati Shilla dan akhirnya mereka jadian.
Tapi di akhir semester 2, Shilla minta putus pada Rio dengan alasan..
“ aku gak bisa jadi yang terbaik buat kamu, dan aku merasa kita udah gak cocok “
Rio bingung dengan pernyataan itu, selama ini bukannya mereka tak pernah berkelahi ? hanya sikap Shilla memang tak tulus, ia selalu malas jika di ajak pergi kencan, dan ia tak pernah mau jalan – jalan berdua, hingga akhirnya Rio tahu penyebabnya.
“ ahaha, aku berhasil khan ? jadian sama tu cowok tolol yang jadi idaman semua cewek di SMP ini, sekarang dan mulai saat ini, aku yang jadi ketua genk ini, ke .. kamu lengser ya, ahahahaha “
Kata – kata Shilla itu di dengar oleh Rio, tapi Rio tetap sabar dan tidak mau lagi mencintai Shilla, dan tak pernah mau berteman lagi sama yang namanya Shilla.

“ andaikan, yang kenal sama kamu lebih dulu itu aku de.. mungkin aku yang sekarang ada di hatimu .. beruntung sekali Alvin “

Dokter dan papa Alvin tiba di sebuah ruangan dengan plat nama “ Teraphy room “
Seorang gadis memainkan pianonya dengan indah, dan ia sadar ada seseorang atau lebih sedang memperhatikannya.
Ia hentikan permainannya, dan menoleh ke arah kedua orang yang sedang berdiri di depan pintu. Ia tersenyum pada keduanya, lalu ia berjalan menuju dokter dan papa Alvin.
“ ada kah pasien untukku yah ?”
***
“ lu berdua kenapa ?” tanya Dea yang sedang mengobati hidungnya yang sudah tak mengeluarkan darah
“ lu duluan aja fen “ ucap Gilang pasrah
“ balik yuk de “ Fendi langsung menarik tangan Dea, tapi Dea cepat melepasnya
“ lu mau ngomong apa lang ?” tanya Dea
“ gak kok, gua lupa .. hahaha “ tawa Gilang, tapi Dea tahu Gilang pasti mempunyai sesuatu yang penting untuk ia bicarakan dengannya
“ oh, yaudah “ Dea pun menggandeng tangan Fendi dan pergi berlalu dari Gilang yang masih tersenyum
Setelah keduannya sudah pergi, Gilang kembali murung dan duduk di teras taman hanya untuk sekedar menghirup udara segar.
Kak Agnes datang dan duduk di sebelahnya, ia hanya tersenyum, Gilang juga tersenyum pada kak Agnes
“ haha, kamu lucu ya Gilang “
“ kenapa kak ?”
“ ya itu, kamu melepas Dea begitu saja “ kak Agnes mulai serius
“ sudahlah kak, aku memang gak bisa lagi menjaga Dea .. mungkin memang hanya Fendi yang bisa
“ huft, dasar pengecut, baru jatuh ke jurang sekali aja kamu udah nyerah “
“ tapi kak, aku takut menyakiti Dea “
“ baru sekali khan ? ayolah lang, bersaing lah untuk cinta “
Gilang tersenyum, “ begitukah kak ?”
“ ya, bersainglah untuk cinta “
“ baik, aku akan mencobanya “
Gilang pamit pada kak Agnes dan pulang dengan semangatnya yang mulai berkunpul lagi “ bersainglah untuk cinta “ kata – kata itu terngiang terus di telinganya
***
“ iya, kamu mendapat pasien baru nak “ ucap dokter sekaligus ayah anak itu
“ siapa ? bapak ini ?”
“ huss , anak bapak ini “
“ haha, maaf, saya tidak bermaksud “
“ apa ? anak ini yang bisa menyembuhkan Alvin ?” tanya papa agak berbisik
“ tuan meremehkan saya ?” tanya anak itu
“ oh, tidak kok “ sanggah papa
“ memang, aku hanya anak SMA berumur 16 tahun yang tak bisa di bilang dokter kejiwaan seperti ayahku, tapi aku bukan juga anak ingusan biasa .. “ ucap anak itu dan kembali ke piano nya lalu memainkan pianonya lagi.
“ maaf, saya tidak bermaksud berkata untuk meremehkan kamu “ sesal papa Alvin
“ tak apa, aku sudah biasa seperti ini .. “ anak itu menghentikan permainannya saat ayahnya dan papa Alvin mendekati nya
“ nama saya Rahmi, Rahmi Amalia .. tapi panggil saya Ami, salam kenal “
“ Ami, terimakasih ya untuk kerja samanya “ ucap papa Alvin
“ jadi siapa nama anak tuan ?”
“ namanya Alvin “
Ami memejamkan matanya, ia ingat baik – baik nama yang baru di sebutkan oleh lelaki di depannya, lalu ia bergumam “ Alvin Dea “
“ dari mana kamu tahu tentang Dea ?!” sewot papa
“ tidak, saya hanya bercanda “
“ ya sudah, terapi akan di lakukan besok, dan kamu akan berkenalan dengan Alvin “
“ tidak usah tuan, saya sudah kenal Alvin hany lewat namanya “
“ oh ya ? ok .. kamu memang istimewa “

Tapi, keadaan Dea mendadak kritis, membangunkan tante Viska dari tidurnya yang memang tak tenang, laju mobil di percepat, dan Tak lama kemudian, Dea, Rio, dan tante Viska tiba di rumah sakit, yang kebetulan adalah rumah sakit yang sama dengan tempat di rawatnya Alvin
Dea di larikan ke UGD, Rio dan tante Viska menunggu dengan was – was, tante Viska pun mengeluarkan hand phone nya.
V : halo, kak Andi ?
A : iya, kenapa vis ?
V : Dea kak, Dea ..
A : ada apa dengan Dea ?!
V : dea .. dea kecelakaan ... ( tante Viska tak kuasa menahan tangis )
A : sekarang kalian dimana ?
V : kami di rumah sakit Tunas kak
A : apa ?!! jangan sampai Alvin dan Dea bertemu Viska ! Alvin juga sedang ada di rumah saki ini ?!
V : baiklah kak, Alvin takkan bertemu dengan Dea
Rio bingung dengan percakapan itu, “ tuhan, sebenarnya ada apa ini ? aku buta akan semua hal ada di hadapanku “ ucapnya dalam hati
Tak lama, seorang anak lelaki berjalan bersama gadis di dekatnya.
“ Alvin ?!” seru tante Viska, mata Alvin berbinar melihat sosok wanita muda di depannya, ia langsung berlari dan kini ia berada di hadapan tante Viska
“ Dea .. mana Dea tante ?! “ tanya Alvin yang mulai tak normal dan tak bisa diam
“ Dea sudah tidak ada !!” seru tante Viska, Rio terkejut mendengar pernyataan dari tante Viska “ sebegitukah tante ?” tanya Rio dalam hati, ia melihat kakak angkatnya mengantar Alvin ke sini “ kak Ami “ panggil Rio, tapi Ami hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya karna ia serius menatap semua kejadian yang ia sudah tahu akan terjadi ini.
“ anda berbohong nona, saya yakin Dea ada di ruang UGD ini, saya mengantarkan Alvin untuk bertemu dengan Dea ! saya tahu, mereka berdua saling mencintai !!” seru Ami
Tante Viska menatap tajam gadis berkerudung di depannya, sedang Alvin, ia masih pucat pasi mendengar pernyataan tante Viska barusan, mentalnya langsung down dan duduk meringkuk, Ami mendekati Alvin “ Alvin, Dea ada di ruangan itu “ Alvin langsung sumringah kembali “ sebenarnya apa yang di rencanakan kak Ami ? dan.. Alvin ?? ia adalah orang tak waras ?? kenapa Dea bisa menyukai orang seperti Alvin ?” pertanyaan itu terus menghantui pikiran Rio

Di dalam ruang UGD, jantung Dea berdegup kencang, nafas Dea terasa sesak “ Alvin “ gumam Dea dan tiba – tiba .. terhenti berdetak
Semua yang ada didalam sungguh panik, dokter memerintahkan salah seorang suster untuk memanggil 2 suster dan 1 dokter lagi.
“ suster !! panggil 1 dokter dan 2 suster ke sini ! anak ini dalam bahaya !”

“ Dea ada di dalam khan ?” tanya Ami
“ tidak !? sudah ku bilang, Dea sudah gak ada !! kamu harus melupakan Dea Alvin!!”
“ tapi kenapa tante !? aku menyayangi Dea !!! “
Rio hanya diam, tak banyak yang bisa ia lakukan selain melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia kagum dengan perjuangan cinta keduanya
“ Dea !! Alvin sayang Dea !!” teriak Alvin, tak lama papa Alvin menenangkan Alvin, tapi Alvin tak mau diam, ia terus memberontak
“ Alvin !! “ teriak papa, semua hening
Suster yang di perintahkan dokter untuk memanggil orang – orang ke dalam ruang UGD itu keluar, papa, tante Viska, Ami, Alvin dan Rio terkejut dengan keluarnya suster itu tiba – tiba, lalu sekembalinya suster itu ke ruang UGD, ia mengajak 3 orang rumah sakit dan ia berheti di depan tante Viska
“ nyonya “
“ bagaimana dengan Dea sus ?”
“ jantung Dea .. berhenti berdetak, tapi saya mohon anda terus mendoakan Dea .. kami akan berusaha semampu kami “
Lalu suster itu kembali masuk ke dalam ruang UGD
Tante Viska duduk, wajahnya pucat pasi, ia tak percaya semua yang ia katakan pada Alvin menjadi kenyataan “ Tuhan .. aku belum bisa melepas Dea untukmu .. jangan ambil Dea Tuhan “ doa tante Viska
Dan tante Viska mengucapkan “ jauhkan Alvin dari Dea “
Semua yang ada di situ terkejut dengan keputusan tante Viska
“ Dea !! Dea !! ini aku Alvin !! tolong berjuang hidup untukku Dea !!” seru Alvin dan memukul pintu UGD, tapi papa langsung menarik Alvin
“ jagalah kembaran yang satu lagi “ ucap papa pada tante Viska, yang di omongi hanya mengangguk, papa menarik Alvin ke ruang rawatnya lagi, “ kamu gak usah jadi dokter untuk Alvin, jika kamu mempertemukan Dea dengan Alvin “ Ami pun hanya mengangguk, mereka pun berlalu dari sana.
Tante Viska terus berdoa untuk Dea, lalu Rio mendekati tante Viska
“ Rio, tolong berdoa juga untuk Dea .. “ ucap tante Viska
“ baik tante “ ucap Rio
Ia masih bingung, kembaran yang satu lagi ? ia terus berfikir, tapi ia tak berhasil menemukan satu celah pemikiran dalam otaknya, ia hanya merenung dan memikirkan 2 sosok yang kini ia kenal tanpa tahu masalah mereka apa.
“ kak Ami pasti sudah tahu masalah Alvin dan Dea .. aku cari tahu aja dari kak Ami “ ucap Rio dalam hati, Rio pun pamit ke kamar mandi dan pergi ke ruang terapi pribadi milik kakak angkatnya itu, ia melihat Alvin di dalam kamar itu, duduk gelisah di sofa putih kamar tersebut, sedangkan kak Ami, ia sedang bermain piano.
‘ tok tok ‘ suara pintu di ketuk
“ masuklah Rio “ ucap anak bernama lengkap Rahmi Amalia Haling, Haling memang marga keluarga Ami dan Rio, Rio masuk ke kamar itu dan memandangi Alvin, ia duduk di samping Alvin. Rio tersenyum pada Alvin, tapi Alvin hanya diam.
“ kata orang, tersenyum pada orang tak waras, namanya juga tak waras “ ucap Ami membuat Rio tertawa kecil
“ aku yakin, Alvin tak gila kak, benar khan ?” tanya Rio
“ ya, ia hanya depresi “ balas Ami yang masih memainkan piano kesayangan nya yang ia dapatkan saat pertama kali ia berada di keluarga Haling
“ depresi karna hubungannya tak direstui oleh tante Viska juga papanya kak ?”
“ tidak, tapi karna ia mencintai adik kembarnya sendiri “
“ kembar ?! tapi Dea dan Alvin sama sekali tak mirip kak !” Rio mulai sewot dan berdiri, Ami menghentikan permainan pianonya, dan menghampiri adik kesayangannya.
“ ini karna peristiwa 9 tahun yang lalu Rio ..

Di ruang UGD, semua orang di dalamnya terus berusaha menyelamatkan Dea, di dalam ketidak sadarannya, ia bertemu dengan sosok gadis yang membuatnya takut awalnya, tapi akrab akhirnya. Sivia.
“ Via ?” tanya Dea ragu memanggil gadis yang duduk di bangku taman yang serba putih tersebut, Sivia menoleh dan tersenyum manis pada Dea
“ ayo duduk Dea .. “ ajaknya
Dea duduk tepat di samping anak perempuan yang wajahnya amat mirip dengan Alvin, tatapannya miris.. ia ingat Alvin, yang statusnya masih membingungkan.
“ aku dimana vi ?” tanya Dea dan melihat sekeliling
“ kamu ada di alam bawah sadar kamu Dea .. “
“ alam bawah sadar ?”
“ ya, itu tak penting .. yang penting sekarang kamu harus tahu apa yang terjadi sebenarnya antara kamu, Alvin, tante Viska, om Andi, kedua orang tuamu, dan .. aku “
Dea masih terdiam, dan mulai serius menatap paras manis gadis di hadapannya itu.
“ aku.. melakukan hal itu, mempertemukanmu dengan kak Alvin di pohon, agar kamu cepat tahu bahwa kamu memang saudara kembar kak Alvin, kamu adalah adik kak Alvin” Sivia kembali terdiam, dan menghela nafas baru kemudian ia lanjutkan cerita nya
“ orang tua kalian tak pernah bisa bersatu seperti kalian, karna hubungan mereka tak pernah di restui oleh Oma, dan 9 tahun yang lalu .. saat kamu dititipkan pada tante Viska, kamu atau .. aku .. tertimpa kecelakaan .. dan wajah ini, harus di ubah total .. di punggungmu ada bekas jahitan bukan ?” tanya Sivia, Dea hanya mengangguk
“ dan, wajahmu yang sebenarnya adalah ini de.. aku adalah kamu .. aku tahu semua tentangmu, aku tahu, semua rahasia tante Viska dan om Andi .. akulah sosok yang tak pernah di anggap di dunia ini “ nada bicara Sivia makin tinggi, Dea mulai takut. Tapi toh, Sivia adalah dirinya .. hati Sivia seperti hatinya, jadi Dea mencoba menenangkan Sivia
“ jika kamu adalah aku, mungkin kamu tahu cara ku menyayangi Alvin ..”
“ ya Dea .. aku tahu, hati ini .. tak pernah mengeluh akan semua yang di dapat Alvin .. tapi hati ini, juga pedih sangat perih untuk mengetahui bahwa Alvin adalah kakakku “
Dea tersenyum, tapi hatinya sakit. Ia memandang dirinya sendiri yang sebenarnya, Sivia memeluk Dea, dan berbisik “ aku adalah kamu, dan aku akan menjadi penghubung hatimu dengan Alvin .. kamu tak usah khawatir Dea .. aku akan menjaga Alvin seperti kamu menjaganya, karna aku adalah kamu .. sekarang hiduplah hanya untuk Alvin “.
Pandangan Dea akan semua yang terjadi pada dirinya dari tadi sirna, sekarang ia dapat membuka matanya, jantungnya berdegup kencang, semua orang di ruang UGD itu mengucap syukur alhamdullilah untuk kesembuhan Dea.
“ aku hidup, hanya untukmu Alvin, dengan 2 kekuatan cinta ini, aku akan kuat “ ucap Dea dalam hati

Rio termenung mendengar cerita dari kakaknya, ia menatap Alvin dan menepuk – nepuk punggung Alvin
“ kamu memang beruntung Alvin .. tapi, aku janji .. aku akan menjaga Dea untukmu, walau aku harus menjadi bayanganmu “ ucap Rio, Ami hanya tersenyum dan mengelus kepala adik kesayangannya tersebut.
***
Dea menunggu hand phone nya berdering, atau kolom chatnya terbuka dan itu semua, ia harap dari Gilang ..
‘ tik tik tik, waktu berdetik ‘ bunyi sms dari hp nya, langsung ia sergap hand phone nya, dan ia lihat pengirimnya
“ Fendi .. “ gumamnya menunjukan bahwa sms yang bersarang kini di hpnya dari Fendi, hatinya cukup kecewa, tapi isi dari sms Fendi agak membuatnya senang lagi
>> de, besok kita ke taman biru yuk .. nostalgia gitu, tapi, hanya BERDUA inget yak, besok lu gua jemput jam setengah 6 pagi, sekalian lari pagi .. apa mau sore aja ?? <<
Dea pun membalas sms Fendi dengan cepat
>> ok lah kalo begitu .. pagi aja fen, sekalian lari pagi, gua mau banget ke jembatan Biru, udara nya khan seger banget kalau pagi <<
Fendi tersenyum lebar dengan jawaban Dea barusan, ia siapkan kamera dan peralatan untuk besok bersama Dea.
Dea senang Fendi masih ingat dengan tempat masa kecil mereka, tempat yang sering sekali ia kunjungi bersama ayahnya, yang kini memang sudah tak ada, tak lama sebuah sms masuk lagi, dan ternyata itu dari “ Gilang !!! “ girangnya
>> de, lo lagi nganggur gak ?? <<
Dea pun membalas >> gak, napa emang ?? <<
Gilang tersenyum manis mendapat balasan tersebut, ia pun membuka laptopnya dan langsung ke halaman facebooknya, “ nach, bener khan ! Dea lagi oL “ gumamnya, Gilang pun menampilkan halaman chat pada Dea.
Gilang >> hola, lo gak ada kerjaan khan ?
Dea >> gak, lo aneh banget seh, enakan juga sms.an
Gilang >> haha, gapapalah, oh iya . gua mau ngajakin lo ke rumah sandang, itu lho, rumah makan tradisional di bogor, besok .. mau gak ?
Dea >> haha, lo telat lang, gua udah ada janji berdua sama Fendi
Gilang >> oh, yaudah .. lusa tapi lo ikut khan ??
Dea >> so pasti lah, gua khan sayang POL
Gilang >> ih, alay ..
Dea >> enak aja lo ! haha, biarin lah, emang nyatanya gitu
Gilang >> sayang semua ?
Dea >> yap
Gilang >> gak ada special ??
Dea termenung melihat kalimat yang ada di halaman chat nya dari Gilang, tapi ia coba menjawabnya
Dea >> ada
Gilang terkejut melihat jawaban Dea, ia masih menaruh harapan lebih pada jawaban berikutnya pada Dea
Gilang >> siapa ??
Lama, Dea tak membalas chat Gilang
Gilang >> jah, lo marah de ?? ok, lupain aja dech pertanyaan gua yang tadi
Dea >> gak lah lang, tapi gua emang belum bisa jawab siapa orang itu, yang pasti gua sayang banget sama tu orang, udah ya ? gua ngantuk, lagian besok Fendi jemput gua paginya, jadi gua harus fit
Gilang >> ok, good night, mimpi indah
Dan setelah itu, Dea tak membalasnya dan langsung offline
“ mampus gua, Dea marah gak ya ? ah, Dea tu anak nya gak ambekan kayak Diana “ ucapnya sambil mengenang gadis chinese yang menghancurkan hubungannya dengan Dea.
***
Rio pun keluar dari kamar terapi yang membawa banyak keajaiban cinta di dalamnya, dan langsung menuju depan ruang UGD.
“ Rio !! Dea selamat Rio !!” seru tante Viska senang, Rio sangat senang mendengar pernyataan tante Viska
“ terimakasih Tuhan, aku akan menjaga Dea untuk Alvin “ gumamnya dalam hati

Kamis, 01 Juli 2010

Two spirit for Love bag 2

PART 2
Dea menyiapkan semua peralatan sekolahnya, walau kepalanya masih pusing akibat kejadian tadi malam, tapi Dea tak mau menyia – nyiakan pendidikan nya.
“ Dea sayang, Fendi sudah menunggu kamu tuch “ ucap mama Dea
“ sip ma, bentar lagi ya .. “ ucap Dea, lalu ia ambil tas coklat nya dan berlari keluar kamar
“ kamu kok lari – lari ??” tanya mama
“ hehe, udah ma, aku berangkat ya .. assalamualaikum “ ucap Dea
“ lho ? kok gak sarapan ?” tanya mama
“ gak usah mah, nanti aja di sekolah “ ucap Dea
“ ok, nak Fendi , jagain Dea ya, usahakan Dea makan ya “
“ siaplah tante, bahkan Dea akan gemuk di dekat saya .. “
“ maksud lo apa fen ??? haha, tenang aja ma.. aku berangkat ya “ ucap Dea dan mencium kedua pipi mama nya
“ waalaikumsalam “ ucap mama
Kedua nya pun berangkat dengan motor yang di kendarai Fendi.
...
Di perjalanan, Dea duduk di belakang Fendi, ia menguap
“ HOAHMM , gua ngantuk banget fen, kemarin tu kenapa ya ? gua gak inget .. gua tidur di punggung lo ya ??” tanya Dea
“ waduh, berat Dea !!” tolak Fendi dengan nadanya yang lucu
“ ih, lu tega banget sama gua fen !! ayo dong !!” marah Dea
“ jih, yaudah lah .. tapi lu harus pegangan erat yak ! ntar gua yang repot kalau lo jatuh !!” seru Fendi
“ yaelah, nyantai aja .. “ ucap Dea dan mulai tidur di punggung Fendi, tapi Dea menyadari bahwa detak jantung Fendi berdetak sangat kencang
“ lo deg2an ya fen ????” tanya Dea agak heran
“ yaelah, itu sich gara – gara lu deket sama punggung gua .. “ ucap Fendi berusaha tenang
“ ok, mungkin ya .. “ ucap Dea dan tertidur lagi
“ maaf de, maaf gua harus suka sama lu Dea ... “ ucap Fendi dalam hati
Dea tak sengaja bergumam saat ia tertidur.. “ lang, napa sich loe khianatin gua .. gua itu sayang sama lu, mungkin dengan cara gua ribut sama lu, gua bisa deket sama lu “, hati Fendi sakit, lalu ia berkata “ gua akan jadi lebih dari Gilang de .. “
***
Alvin sudah tiba di kelas terlebih dulu, ia duduk di tempat Dea pindah kemarin, di tempat Zeze, ia menyandarkan punggungnya di bangku kelas, dan mengambil buku komik dari dalam tasnya, ia pasang head set di telinganya dan menunggu kedatangan sahabat yang sekarang menjadi orang paling special dalam hidupnya .
Tak lama, Zeze datang dan terkejut dengan keberadaan Alvin di tempatnya
“ lho ? kok kamu disini vin ??” tanya Zeze
“ emang kenapa ? kemarin Dea itu marah sama aku, jadi Dea pindah .. tapi kami udah baikan kok, jadi , aku duduk sama Dea lagi, kamu sama Dede duduk di belakang kami aja” jelas Alvin
“ kalau aku yang duduk sama kamu gimana vin ?” tawar Zeze
“ gak ada orang yang boleh duduk sama aku selain Dea .. “ ucap Alvin agak sinis, Zeze hanya cemberut dan menaruh tasnya di belakang Alvin, lalu duduk tepat di samping Alvin
“ ngapain disini ??” tanya Alvin
“ yaelah, Dea juga belum ada khan ??”
Alvin tak memperdulikan ucapan Zeze dan kembali membaca komik nya
“ komik apa sich itu ?” tanya Zeze
“ death note .. “
“ kok bacanya serius amat ??”
“ ini komik kesayanganku, walaupun sudah berkali – kali baca, aku gak pernah bosan”
“ dari mama atau papa mu ya ?”
Alvin tersenyum dan menjawab.. “ bukan, dari Dea .. “
“ huft, Dea lagi Dea lagi “ kesal Zeze
Dea datang dan kaget dengan kebersamaan Zeze dan Alvin
“ lho ? aku duduk dimana ??” tanya Dea
“ Dea, aku duduk sama Alvin ya ?” tanya Zeze, Alvin langsung menatap Zeze sinis
Dea terdiam sejenak, ia berfikir .. lalu tersenyum tipis
“ boleh kok “ ucap Dea dan tersenyum lembut, tapi Alvin langsung menggebrak meja!
“ kamu apaan sich ze ! dari tadi kamu usil amat ! aku tuch hanya bisa duduk sama Dea ! hanya 1 orang ! hanya Dea !!!” bentak Alvin
“ kamu kok segala membentak aku sich ?! biasa aja kali !!” seru Zeze dan berlari keluar
Dea dan Alvin terdiam, Dea juga jadi takut dengan kejadian itu, tubuh nya gemetaran karna takut, baru sekarang ia melihat Alvin semarah itu.
“ maafin aku de, kamu jangan takut de,, tenang “ ucap Alvin menenangkan Dea
“ ka .. kamu, gak usah sampai membentak Zeze vin .. “ ucap Dea
“ maaf, tapi daritadi Zeze selalu ingin merebut tempat kamu “
“ kamu harus minta maaf sama Zeze “
“ pulang sekolah nanti, aku mau ke cafĂ© Argana, kamu mau nemenin aku khan ?” tanya Alvin mulai mengalihkan pembicaraan
“ ok, aku mau nemenin kamu, tapi kamu harus minta maaf sama Zeze sekarang “
“ sekarang ?”
“ ya, ayo .. “ ucap Dea lalu menarik tangan Alvin
***
Dea dan Fendi tiba di sma prisma, seusai memarkir motor, Fendi lalu berlari ke arah Dea yang sudah menunggu nya di dekat lorong menuju ruang – ruang kelas.
“ ayo dong fen, lama amat “
“ yaelah, susah de markirnya, punggung gua juga jadi pegel gara – gara lu “
“ haha, maaf dah, tapi thank’s ya ! ayo kita ke kelas sahabat ku !!” seru Dea dan merangkul Fendi, mereka berdua pun berjalan menuju kelas 11 – 4, kelas mereka berdua tempati.

Di kelas 11 – 4, Dea langsung menyapa seorang gadis bernama
“ pagi Diana !!” seru Dea
Dea tak pernah tahu, Diana yang menjadi sahabat Dea di sekolah adalah gadis yang merebut Gilang dari nya
“ hayo !! kamu bikin aku kaget aja de !” seru Diana
Sedangkan Fendi duduk bersama Rio tepat di belakang bangku Dea dan Diana, Fendi terus menatap lurus ke arah Diana
“ Diana yang ini fen ?” tanya Rio berbisik
“ ya “ ucap Fendi
Tak lama, Gilang Ray Monna dan Tessa datang bersama, Gilang langsung menatap lurus ke arah Dea, yang di pandang hanya cuek
“ Dea .. lo udah masuk ? bukannya lo kemarin pingsan “ ucap Gilang
“ ye, terserah gua dong, emang ada apa sich semalem ?? yang gua inget, gua pingsan gara – gara mati lampu, terus Fendi ngobatin gua dari pobia gua .. hehe, Fendi emang sahabat gua sekaligus pangeran gua yang paling baik !!” seru Dea sangat senang, tanpa di sadari Dea, ke enam anak yang lain hanya bisa tersenyum mendengar cerita Dea
“ iya, pangeran lu emang hebat !! dia langsung gendong lu keluar, dan ngobatin lu sampai sadar !!” cerita Gilang bohong “ maafin gua de.. gua udah gak bisa jagain lu .. gua harus bohong sama lu “ ucap Gilang dalam hati
“ iya dong “ ucap Dea “ kenapa bukan lu lang “ ucap Dea dalam hati
“ thank’s lang “ ucap Fendi dalam hati
“ de, gua mau temenan aja ah sama lu, gua cape harus ribut mulu sama lu “ ucap Gilang
“ hah ?! hm ..
***
Dea dan Alvin mencari Zeze, mereka pun mendapati Zeze yang sedang bercanda dengan Dede, Dea dan Alvin langsung menghampiri Zeze
“ ze, Alvin mau minta maaf “ ucap Dea
“ oh, untuk Alvin gak apa – apa kok, tapi untuk kamu de.. hm, kayaknya gak dech “ ucap Zeze sinis
“ lho? Aku kenapa ?” tanya Dea
“ eh de, kamu gak sadar apa ?! Alvin itu punya banyak fans, dan mereka semua benci kamu ! gara – gara kamu deket sama Alvin! Gak sadar apa ?! kamu tuch gak pantes deket sama anak sepopuler Alvin !!” seru Zeze
“ a..aku “
“ dan kamu Alvin, kamu itu harusnya bisa milih, orang yang pantes buat sahabat kamu ..” ucap Zeze sangat sinis
“ ze, kenapa sich .. ucapan kamu sama sekali gak mikirin perasaanku ?” tanya Dea, ia terus menunduk menahan tangis, semua anak di tempat itu mulai memperhatikan ketiganya.
Alvin mempererat pegangannya pada Dea, Alvin pun berbisik pada Dea
***
“ ok, gua mau jadi temen lu “ ucap Dea pada Gilang
“ makasih de “ ucap Gilang
“ jadi, power of love udah nyatu?? “ tanya Rio
“ iyap ! sekarang kita bertujuh adalah sahabat sejati !!!” seru Ray dengan suaranya yang bergitu menggelegar, spontan semua tertawa
“ untung belum ada cinlok ya .. “ ucap Monna
“ maksud lo ?” tanya Tessa
“ haha, bercanda !!” seru Monna
Diana hanya memperhatikan Gilang yang sama sekali seperti tak mengenalnya

“ lang, aku suka kamu .. tapi, kamu lebih suka sama Dea “ ucap Diana
“ ya Diana, gua emang lebih sayang sama Dea “
“ tapi lang, apa aku boleh jadi yang kedua ?” pertanyaan Diana membuat Gilang mulai memendam rasa padanya, tapi .. hati Gilang tetap ada Dea
Hingga setelah beberapa bulan Gilang mulai berpacaran dengan Diana, Dea pun tahu setelah di beri tahu oleh beberapa orang temannya, itulah akhir dari hubungan Gilang dan Dea
“ gua gak nyangka fen .. gua gak nyangka kalau Gilang emang setega itu sama gua “
“ udah gua bilang, Gilang itu gak pernah tahu hati lu de ! udah de, jangan lu inget lagi “ ucap Fendi dan menenangkan Dea

Diana hanya dapat menatap Gilang, mungkin memang Gilang hanya cinta khayalan nya, tapi kini Diana memang sudah mempunyai pacar, Andi namanya, Andi juga sekolah di sma prisma,hanya berbeda kelas.
“ Gilang .. aku udah ikhlas, “ ucap Diana dalam hati
***
“ aku akan tetap mencintai mu sampai kapanpun, biar semua orang berkata apa, aku tetap ada di samping mu “
“ tapi vin ..” belum Dea mau mengutarakan ucapannya, telunjuk Alvin sudah menutup mulut Dea “ ssst, udah tenang aja “
Alvin melepaskan pegangannya, dan berjalan mendekati Zeze, Zeze agak menjauh
“ kamu gak usah berbicara seperti itu pada pacar ku “ ucap Alvin
Zeze membelalakan matanya, semua fans Alvin pun begitu, tak mereka sangka kejadian yang di takuti tapi ditunggu sudah terjadi
“ e .. enggak mungkin !! kamu pasti bohong khan vin !! Dea itu hanya sahabat mu !!!” seru Zeze, semua fans Alvin pun berteriak histeris, mengomong – omongi Dea dan lainnya
“ kalian semua ! jangan pernah ada yang menjelekan Dea ! kalau ada, akan segera berurusan denganku ! “ bentak Alvin. Semua terdiam dan lesu, mereka pun bubar
“ pacar ? aku bukan pacarmu Alvin ” tanya Dea
Semua fans Alvin mulai berkumpul lagi, Alvin menatap Dea dengan tatapan harapan
“ kamu adalah sahabat sejatiku Alvin .. aku gak mungkin menjadi pacarmu “ ucap Dea
Semua bersorak bahagia, Alvin langsung menatap sinis semua fans nya, semua pun terdiam menunggu apa yang akan Alvin ucapkan
Alvin kembali mendekati Dea, ia langsung berlutut !
“ Dea, aku sangat mencintai mu, maukah kau juga mencintai ku ?”
Dea terdiam, ia sangat bimbang, ini adalah penembakan Alvin yang kedua kalinya dalam kurun waktu yang sangat singkat, ia bimbang antara harus mencintai tante nya atau mencintai Alvin, tapi jujur.. ia juga mencintai Alvin
“ aku juga mencintai mu vin, tapi .. “
“ tapi apa de ?”
“ tante .. “
“ please “
Dea terdiam cukup lama, lalu ia mengangguk tanda menerima cinta Alvin
Semua pun berteriak “ MAAFKAN KAMI YA DEA !! KAMI JANJI, KAMI GAK AKAN MENJELEKANMU LAGI “ Sivia tersenyum dari kejauhan, Dea menyadari keberadaan Sivia, ia juga tersenyum pada Sivia, ia sadar .. Sivia bukanlah hantu, melainkan ia adalah sisi lain dari Alvin .. sisi lain itu ingin ia dan Alvin bersatu, menjadi sahabat sejati yang mungkin akan menjadi cinta sejati.
Setelah kejadian itu, Alvin Dea dan semua anak yang tadi menyaksikan acara pernyataan perasaan pun masuk ke kelas, dan di kelas sudah ada bu Viska yang setia menunggu hampir setengah kelas yang belum datang.
Dea langsung melepas gandengan Alvin, dan Alvin mengerti dengan sikap Dea yang gugup
“ ayo, kalian semua masuk, saya ingin mengatakan sesuatu pada kalian “ ucap bu Viska dan tersenyum lembut
Semua anak termasuk Dea dan Alvin pun duduk di tempat masing – masing
“ hari ini, adalah hari terakhir ibu mengajar kalian, karna ibu di tugaskan ke Bangka, ibu beserta keluarga akan pindah kesana, jadi ibu hanya dapat mengucapkan terimakasih atas kerja sama kalian selama ini, dan maaf jika ibu punya salah pada kalian, ibu akan berangkat besok siang “
Semua anak kecuali Dea dan Alvin maju ke depan untuk mengucapkan salam perpisahan pada bu Viska, sedangkan Dea dan Alvin terdiam di tempat mereka
“ Dea, kamu gak pernah bilang kalau kamu akan pindah “ ucap Alvin
“ aku gak tahu vin, ini terlalu mendadak “
“ ini adalah rencana tante mu dan papa untuk memisahkan kita “
“ mungkin “
“ aku punya rencana de, bagaimana kalau kita kabur saja, sebagai tanda pemberontakan “
“ tapi vin ..”
“ ssst, aku mencintai mu Dea, gak ada yang bisa memisahkan kita “
“ apa ini yang terbaik ?”
“ aku yakin, tunggu aku besok jam 5 pagi di balik jendela mu, percaya lah padaku Dea “
“ … “ Dea hanya terdiam, ada firasat tak enak, ia gelisah tak keruan, ia takut takkan bertemu dengan Alvin.
***
Power of love memutuskan untuk hang out bareng di Mall senayan
“ gua sama Mona mau ke toko pernak – pernik, lu mau ikut gak de ?” tanya Tessa
“ gak dech, hehe .. gua ke toko jaket aja sama Fendi, iya gak fen ?”
“ iya, gua sama Dea mau ke toko jaket “
“ yaudah, kita duluan ya !” seru Monna
“ cuma Fendi yang lu ajak ke toko jaket??” tanya Gilang, belum sempat Dea menjawab, Rio langsung memotong
“ gua sama Ray ke kafe ya ! mau ngemil ! ayo Ray !!” seru Rio dan mendorong Ray pergi dari Dea, Fendi, dan Gilang
“ o iya, tadi lu nanya apa lang?” tanya balik Dea
“ jadi Fendi doang nich yang di ajak ??” tanya Gilang lagi
“ oh, yaudah, ayo ikut “ ucap Dea
Mereka bertiga pun berjalan ke toko jaket, di toko itu terdapat berbagai macam model jaket, mereka dengan bebas dapat memilih jaket, Dea lebih suka jaket yang berwana biru tua, karna warna itu sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih terang, Dea memang tak terlalu suka jaket yang pas dengan tubuhnya, ia lebih memilih jaket yang besar, karna ia cukup sungkan dengan lekuk tubuh, baju seragamnya pun terkesan besar, terkadang teman – temannya menyarankan padanya untuk mengecilkan bajunya, tapi Dea tak mau, alasannya karna ia tak mau di hukum oleh guru.
Sedangkan Fendi, ia juga sangat menyukai warna biru tua, sama dengan Dea, kulitnya putih terang, dan tak heran mereka selalu membeli jaket yang sama.
Lain dengan Gilang, ia suka memakai jaket yang warnanya sangat di benci oleh Dea, abu – abu, menurut Dea warna abu – abu itu tak mempunyai kehidupan, dan masih lebih baik hitam, walaupun Dea tak suka gelap, tapi hitam lebih berkesan jantan.
“ idih, lang, lu suka abu – abu ?”
“ gak juga de, emang kenapa ?”
“ lebih baik, lu pakai ini dech, nach, cocok khan “ ucap Dea seraya memakaikan jaket hitam style emo pada Gilang
Fendi mulai tak suka kejadian ini, sama seperti 3 tahun yang lalu, sikap Dea masih sama pada Gilang .. perhatian
“ iya de, benar kata lu, keren juga ya warna hitam “ ucap Gilang
“ haha, Dea gitu, lu jangan pakai abu – abu lagi ye, gua gak suka abu – abu lang, gua tinju kalau lu berani pakai abu – abu ! hehe “
“ iya – iya “ ucap Gilang
Fendi makin gemas dengan kejadian itu, ia menarik Dea
“ de, cariin gua jaket dong “ pinta Fendi
“ haha, gua lupa, ok, kembaran aja yak ?” tanya Dea
“ boleh – boleh !” seru Fendi
Gilang hanya tersenyum melihat tingkah Fendi dan Dea, ia mengerti .. Fendi sangat menyayangi Dea, ia hanya sadar diri, ia tak boleh mencampuri urusan mereka.
***
Sepulang sekolah, tante Viska langsung menarik Dea yang sedang mengobrol dengan Alvin menuju pintu gerbang
“ ada apa ini tante !!” seru Dea
“ ikut tante !” seru tante Viska
“ Dea !!!!” teriak Alvin
Dea tak bisa kembali ke Alvin, tarikan tante Viska sangat kuat, Dea pun di masukan ke dalam mobil dengan paksa, Alvin tak bisa lagi mengejar Dea, karna mobil itu sudah sangat jauh dan tak dapat terkejar
“ tante, apa salah Dea mencintai Alvin ?”
“ salah ! karna sampai kapan pun kamu tak bisa mencintai Alvin !”
“ kenapa tante !?!”
“ karna kamu adalah saudara kembar Alvin !!” seru tante
Dea terkejut dengan ungkapan tantenya, jelas wajahnya tak mirip dengan Alvin
“ tapi, itu gak mungkin tante ! aku dan Alvin tak mirip sama sekali !”
“ nanti tante akan ceritakan semua di Bangka !”
Dea hanya pasrah dengan sikap tante nya yang aneh..

Alvin berjalan lunglai, ia berjalan tanpa harapan, ia tak bisa menepati janjinya dengan Dea, “ aku bodoh ! kenapa aku tak memegang tangannya! Aku .. aku bodoh !”
“ kakak gak bodoh kok “ ucap sebuah suara
Alvin spontan berbalik dan terkejut dengan seorang gadis yang wajahnya sedikit mirip dengannya
“ kamu siapa ?!” tanya Alvin
“ namaku Sivia kak “
***
Dea saudara kembar Alvin ?
Apakah Gilang akan ikhlas dengan cinta nya pada Dea ?
Rahasia apa yang di sembunyikan oleh tante Viska ?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini