Selasa, 30 Oktober 2012

A Fanfiction - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter FOUR


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Mystery romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter (chapter 4)
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan





Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.


EMPAT




“Cha-Channie...tolong aku...”

***

Chanyeol rupanya membawa kue itu ke kantor Jino. Dia meminta Jino untuk memeriksa kandungan kue itu. Awalnya Jino tidak mau karena dia mengira Chanyeol hanya bercanda. Tapi setelah Chanyeol menjelaskan dugaannya, yang mengatakan mungkin saja kue itu mengandung racun untuk Baekhyun karena Baekhyun tahu Sunny masih hidup.

“Hasilnya bisa kau ambil besok pagi.”

“Lama sekali. Otopsi manusia juga tidak selama itu.”

“Hya, kau kira ruang forensik mau menangani kasus yang belum jelas? Maksudku, masih banyak kasus lain yang perlu kami selesaikan.”

“Baiklah, besok hubungi aku lagi jika hasilnya sudah keluar. Ini nomor ponselku.”

“Ngomong-ngomong kau meninggalkan Baekhyun sendiri? Kau bilang ada yang mengincarnya.”

“Kan itu baru perkiraan. Lagipula aku sudah menyuruhnya agar tidak menerima tamu yang tak dikenal.”

“Jaga Byunnie baik-baik, ya. Karena aku tahu orang yang Sunny percaya hanya Baekhyun.”

“Apa maksudmu?”

“Walaupun Sunny mantan pacarku, tapi gadis itu lebih memercayai Baekhyun ketimbang pacarnya sendiri. Kurasa jika sekarang Sunny dalam bahaya, orang yang pertama dia hubungi pasti Baekhyun.”

“Jadi kau pikir jika Sunny sedang diincar penjahat, kenalan Sunny yang paling pertama dicari adalah Baekhyun?”

Jino mengangguk.

“Gawat!”

“A-apanya yang gawat?”

“Jika benar begitu, Baekhyun dalam bahaya juga!”

Chanyeol segera meninggalkan Jino yang masih terkaget-kaget. Chanyeol melajukan motornya sangat cepat seperti orang kerasukan. Begitu tiba di depan apartemen, Chanyeol hanya memarkirkan motornya asal dan langsung berlari menuju kamar Baekhyun. Chanyeol melihat pintu kamar Baekhyun terbuka dari jauh, membuat pikiran Chanyeol semakin tidak tenang.

Tubuh Chanyeol membeku, tapi dia bisa merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Dia mendapati tubuh Baekhyun bersimbah darah yang keluar dari dadanya yang tersayat. Chanyeol tidak bisa menggerakan kakinya, sampai Baekhyun menggumamkan namanya.

“Cha-Channie...tolong aku...”

Dengan sekuat tenaga akhirnya Chanyeol bisa menggerakan kakinya lagi dan langsung mendekati Baekhyun lalu menopang kepala Baekhyun di pahanya.

“Baekhyun! Kau kenapa, Baekhyun? Siapa yang melakukan ini?!”

“A-aku tidak tahu...”

“Kau kehilangan banyak darah! Kita harus cepat ke rumah sakit! Bertahanlah, Byunnie!”

“Di-dia...dia mencari Sunny.”

“Mwo?”

***

“Beruntung kau membawanya tepat waktu, Tuan. Kalau tidak, Tuan Baekhyun mungkin tidak terselamatkan.”

“Lalu sekarang bagaimana keadaan Baekhyun, Dokter?”

“Dia sudah melewati masa kritisnya.”

“Apa aku boleh menemuinya sekarang?”

“Boleh, tapi jangan ajak bicara Baekhyun terlalu banyak.”

“Baiklah, Dokter. Ayo teman-teman, jangan berisik.”

“Ne, Channie-hyung,” sahut Kai yang sejak tadi merangkul Kyungsoo yang masih syok dengan berita tentang Baekhyun. Saat pintu kamar dibuka, Kyungsoo langsung berlari dan memeluk hyungnya itu.

“Baekkie-hyung! Huaaa!”

“Kyungie...”

“Kenapa kau bisa seperti ini? Siapa yang menyerangmu, Hyung? Aku akan membalasnya!”

“Cup-cup, jangan menangis lagi, Kyungie,” ucap Baekhyun sambil mengelus rambut Kyungsoo.

“Kyungsoo, kau ingat kata-kata Dokter tadi?”

“Habisnya aku khawatir sekali, Channie-hyung.”

“Biarkan Baekhyun istirahat dulu,” ucap Chanyeol.

“Baekhyun, sebenarnya kenapa kau diserang?” Tanya Minseok.

“Oh, Minseok-hyung, maaf aku tidak menjemput kalian berdua tadi.”

“Hya, ini bukan saatnya kau minta maaf. Sudahlah, sepertinya kau memang butuh istirahat, sekarang biarkan Chanyeol dan Kyungsoo saja yang menjaga Baekhyun. Besok kita baru lanjutkan lagi pembicaraan kita,” saran Luhan.

“Jaga kesehatanmu, Baekhyun.”

“Gomawo, Minseok-hyung. Sekali lagi maaf karena aku mengacaukan liburan kalian.”

“Anyeo, kau tidak bersalah kok. Kami sudah melaporkan semuanya ke kantor polisi,” jelas Minseok.

“Ne, gomawo.”

“Ayo kita pulang,” komando Luhan.

Selepas kepergian teman-teman Baekhyun, Chanyeol mengambil kursi untuknya dan Kyungsoo. Chanyeol mengelus rambut Baekhyun sambil menatapnya cemas.

“Berhentilah melihatku seperti itu, aku tidak suka.”

“Baiklah, terserah apa maumu.” Chanyeol beranjak dari kursi dan berdiri menatap keluar jendela. Mata Chanyeol berkaca-kaca memendam rasa cemasnya pada Baekhyun.

“Hyung, apa benar kau diserang karena kasus Sunny-noona?”

“Chanyeol menceritakannya pada kalian?”

Kyungsoo mengangguk sambil terus menggenggam tangan Baekhyun.

“Lelaki itu bilang kalau Sunny masih hidup dan...lelaki itu mencari Sunny,” jelas Baekhyun.

“Apa kau melihat wajahnya, Hyung?”

“Tidak, dia memakai masker.”

“Tapi setidaknya kau mendengar suaranya, kan?”

“Ne. Suaranya sangat berat.”

Chanyeol berbalik dan bersandar di jendela.

“Lelaki yang memberimu kue?” Tanya Chanyeol.

“Ne.”

“Sial, dia mencuri kesempatan saat aku pergi mengganti kue.”

“Kau sudah tahu kue itu bukan darimu, tapi kenapa sengaja pergi menukarnya?”

“Aku mengirim kue itu pada Jino. Aku ingin memeriksa apakah kue itu mengandung racun atau tidak.”

Baekhyun terdiam sambil memikirkan kata-kata lelaki itu lagi.


Ini peringatan pertama untukmu, jika aku menemukan gadis itu bersamamu, aku akan membunuhmu dan juga teman-temanmu.


“Kita harus menemukan Sunny secepatnya, dia dalam bahaya.”

“Maksud, Hyung?”

“Lelaki itu mengincar Sunny. Jika dia melukaiku, tentunya pada Sunny dia akan...”

“Akan apa, Hyung?”

“Membunuh Sunny.”

“Jika dia tahu Sunny-noona sudah meninggal, untuk apa dia masih mencarinya?”

“Dia sadar kalau Sunny masih hidup.”

“A-apa? Sunny-noona masih hidup? Jadi yang Hyung temui kemarin itu...”

“Ne, dia Sunny. Tapi aku bingung, kenapa dia tidak bilang padaku kalau dia dalam bahaya?”

“Pasti ini ada hubungannya dengan orang bernama Lee Sungmin itu.”

“Mungkin Sungmin-hyung berkata pada media kalau Sunny-noona meninggal karena Sungmin-hyung mau hanya dia yang tahu jika Sunny-noona masih hidup dan ingin membunuhnya!”

“Masa’ iya Sungmin-hyung tega membunuh adiknya sendiri?” Heran Baekhyun.

“Tidak, ini bukan masalah Lee Sungmin mau membunuh Sunny. Ini masalah...Sungmin yang mau melindungi Sunny dari seseorang atau sesuatu,” ucap Chanyeol.

“Tapi siapa yang ingin membunuh Sunny?”

“Ne, siapa yang mau membunuh Sunny-noona?”

“Aku juga tidak tahu, mungkin kita bisa membicarakannya dengan Jino besok.”

“Lho? Jadi tadi kalian benar-benar bertemu dengan Jino-hyung?”

“Ne, Kyungie.”

“Hati-hati Channie-hyung, kau tidak tertukar kan antara Jino-hyung dan Baekkie-hyung.”

“Mereka memang sangat mirip dari samping, tapi Baekhyunku jauh lebih manis.”

“Hahahaha, masih sempat-sempatnya Chanyeol-hyung menggoda!”

“Hei, kau yang memancingku.”

***

Keesokan paginya, Baekhyun merasa tubuhnya sangat susah digerakan. Ternyata ini karena Chanyeol dan Kyungsoo tertidur sambil menggenggam kedua lengannya.

“Aish, mereka berdua...”

Tapi Baekhyun tidak mau membangunkan keduanya, karena melihat wajah tidur mereka saja sudah membuat Baekhyun tenang. Akhirnya Baekhyun kembali memejamkan matanya, tapi tak berapa lama Kyungsoo terbangun sambil menguap.

“Eh? Hyung sudah bangun to? Chanyeol-hyung! Baekhyun-hyung sudah bangun!!”

“Ehiya apa kenapa?” Tanya Chanyeol sambil berusaha bangun dan langsung celingak-celinguk seperti orang bingung.

“Baekhyun-hyung sudah bangun.”

“Aish, kau ini mengagetkanku saja.”

“Kalau tidak begitu kau tidak akan bangun!” Omel Kyungsoo.

“Ne-ne. Baiklah, aku akan membeli sarapan.”

“Lho? Bukannya nanti juga diantar?”

“Itu hanya untuk Baekhyun, Pabo.”

“Oiya, benar juga.”

“Jaga Baekhyun sebentar, ya.”

“Aku pasti menjaga Hyungku!”

“Hahahaha.”

Tidak berapa lama setelah Chanyeol pergi, Jino datang dengan membawa kantung besar berisi makanan dan buah-buahan.

“Selamat pagi, Kyungie, Baekhyun.”

“Jino-hyung!” Seru Kyungsoo dan langsung menghampiri Jino untuk membantu meletakan kantung Jino.

“Kau tahu darimana aku dirawat?”

“Darimana lagi, ya dari pacarmu itu.”

“Ooh...”

“Aku membawakan sarapan untuk kalian. Chanyeol mana?”

“Sedang beli sarapan, atau aku bilang tidak usah beli saja?”

“Tidak usah, kau kan harus makan banyak. Aku yakin kau tidak mau kan makan makanan rumah sakit?”

“Hem.”

“Lagipula ada yang harus kubicarakan denganmu, Byunnie.”

“Sudah ada perkembangan tentang Sunny?”

“Aku sepertinya tahu kenapa Sungmin-hyung menyembunyikan keberadaan Sunny.”

“Ohya?”

“Kami juga tahu, Hyung!”

“Eh?”

“Kemarin Channie-hyung bilang, kalau Sungmin-hyung sedang melindungi Sunny-noona dari orang yang ingin membunuhnya!”

“Sial! Aku keduluan lagi!”

“Hya, sudah kubilang ini bukan permainan, Jino.”

“Hehehe, iya-iya, kalau bertemu dengan Chanyeol aku memang selalu terbawa suasana.”

“Lalu kau sudah bertemu dengan Sungmin-hyung?”

“Belum, rencananya sih setelah menjengukmu aku akan menemuinya.”

“Aku ikut.”

“Jangan, mengingat kejadian yang diceritakan Chanyeol kemarin, kau juga dalam bahaya.”

“Tapi aku juga ingin mengetahui perkembangan tentang kasus ini, Jino!”

“Aku pasti memberitahukannya, entah langsung atau lewat Chanyeol.”

“Huft...aku selalu diabaikan.”

“Hya, siapa yang mengabaikanmu?”

Beberapa saat kemudian, pintu kamar tebuka, tanda Chanyeol kembali dari berbelanja. Chanyeol terlihat kesusahan membawa barang-barangnya, jadi Kyungsoo langsung membantu Chanyeol.

“Gomawo, Kyungie. Eh? Jino? Kapan kau datang?”

“Barusan dan sekarang aku harus pergi lagi. Foto-foto kecelakaan dari filmmu sudah kucetak, ini kukembalikan,” ucap Jino sambil melempar klise film Chanyeol. Chanyeol langsung menangkapnya dengan sigap. Ia tidak mau klise film itu rusak atau hilang, karena klise itu mungkin bisa dijadikan bukti pada kasus ini.

“Hem. Aku minta bantuanmu menemukan siapa yang mengincar Sunny dan Baekhyunku, ya.”

“Oke, untuk Sunnyku dan Baekhyunmu.”

Chanyeol tertawa kecil mendengar ungkapan Jino. Lalu sambil mengibas-kibaskan klisenya, Chanyeol mengingat-ingat apa yang harus dia bicarakan dengan Jino.

“Oiya, mengenai kue itu, bagaimana hasilnya?”

“Tidak ditemukan racun di dalamnya. Sepertinya pelaku memang sengaja membuatmu pergi.”

“Kurang ajar.”

“Baiklah, aku pergi dulu, ya.”

“Ne, hati-hati di jalan.”

Chanyeol meletakan barang belanjaannya di samping bingkisan dari Jino.

“He? Dia membelikan kalian makanan?”

“Ne, ayo kita sarapan,” ajak Kyungsoo yang mulai merapikan isi belanjaan Chanyeol. Chanyeol memandang Baekhyun yang sedang menatap kosong dengan raut sedih. Chanyeol ingin bertanya, tapi sepertinya bukan saat yang tepat.

***

Apa...aku harus terus menyembunyikannya? A-aku...aku tidak percaya ini.

***

Seminggu kemudian...


Baekhyun sudah bisa keluar dari rumah sakit, tapi Chanyeol melarangnya untuk bekerja, padahal tubuh maupun kondisi jiwa Baekhyun sudah tidak apa-apa. Jadi sore ini Baekhyun hanya melihat berita mentah dari laptop Chanyeol. Saat Baekhyun membaca berita-berita itu, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah berita berjudul “Lelaki asli kewarganegaraan Korea menghilang di London”, saat Baekhyun membaca isinya, sontak saja dia terkejut, karena lelaki itu bernama Cho Kyuhyun, nama yang sama dengan nama mantan kekasih Sunny yang tempo lalu Sungmin ceritakan. Penyebab hilangnya semua akses komunikasi darinya terjadi sejak tiga hari yang lalu belum ditemukan. Ada saksi mata mengatakan, terakhir kali Kyuhyun terlihat di bar bersama seorang lelaki yang tingginya lebih rendah darinya, tapi saksi mata tidak bisa menjelaskan wajah si lelaki itu karena suasana bar yang gelap hanya berlampukan lampu pesta. Setelah membaca habis berita itu, segera Baekhyun menghubungi Sungmin, mungkin saja Sungmin tahu tentang berita ini.

“Sore, Sungmin-hyung, maaf aku menghubungimu tiba-tiba.”

“Ah, tidak apa-apa, Byunnie. Ada apa?”

“Apa kau membaca berita tentang Cho Kyuhyun?”

“Oh, tidak ada urusannya denganku.”

“Sungmin-hyung, uhm...bisakah kita bertemu malam ini? Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting padamu.”

“Maaf, Byunnie. Malam ini aku ada acara, mungkin lain kali. Oiya, kuputus dulu ya teleponnya?”

“Tunggu du—“

Baekhyun menyadari ada keganjilan dari suara Sungmin. Seperti ada yang dia sembunyikan. Seperti ada yang memburunya. Sebenarnya...bukan Sungmin saja yang punya rahasia, Baekhyun juga punya. Tapi sekarang dia ingin memastikannya dulu, apa benar lelaki itu yang menyembunyikan Sunny? Atau...apakah lelaki itu yang ingin membunuh Sunny?

“Sudah selesai lihat-lihatnya?”

“Oh, Channie. Sudah.”

Chanyeol tersenyum dan meletakan kameranya di meja, lalu dia duduk di samping Baekhyun.

“Ada berita yang menarik?”

“Hem, tentang Cho Kyuhyun.”

“Oh, yang itu. Ngomong-ngomong, Jino lho yang menangani kasus itu.”

“Ish, dia tidak serius ya dengan kasus Sunny?”

“Aku rasa lelaki itu menyelidiki kasus Sunny diam-diam.”

“Mwo? Dasar...”

“Bagaimana kalau malam ini kau undang dia ke apartemenmu? Appa dan Eommamu juga kan tidak tinggal di sana.”

“Iya sih, tapi kalau kau mengajaknya untuk berdebat denganmu, aku tidak mau.”

“Ahahaha, tidak kok,” ucap Chanyeol sambil mencubit hidung Baekhyun gemas.

“Lalu untuk apa mengundangnya?”

“Kau mau tahu tentang Cho Kyuhyun, kan?”

“Eh, kau mendengarnya to?”

“Tentu saja. Jadi?”

“Baiklah, akan kuundang dia. Fiuh...untung malam ini Kyungsoo ikut, jadi aku tidak mati kebosanan.”

“Siapkan makanan yang banyak ya, karena kalau kami mulai berdebat, aku akan mulai mengalihkannya dengan makanan.”

“Yasudah, tapi kau antar aku ke toko kue dulu, ya?”

“Untuk apa?”

“Hari ini kan ulang tahun Kyungie.”

“Eh? Chincayo? Kenapa kita tidak merayakannya bersama yang lain saja?”

“Kau bilang kau mau mengobrol dengan Jino, mana mungkin aku mengajak yang lain.”

“Jadi biarkan Kyungie merayakannya dengan yang lain, kita ke apartemenmu saja.”

“Tidak mau, karena aku harus merayakannya juga.”

“Lalu yang lain?”

“Nanti saja gampang. Oiya, kau mau kan memilihkan kue untuk Kyungie? Maksudku kau saja yang membelikan kue untuknya.”

“Kenapa tidak pesan saja, sih?”

“Aku...tidak bisa melihat pengantar kue dulu.”

Chanyeol menyadari sesuatu, Baekhyun masih trauma dengan kejadian seminggu yang lalu, saat ada orang yang mengantarkan kue ke apartemennya dan menyerangnya saat dia tidak ada. Chanyeol mengepalkan tangannya seperti mengumpulkan semua amarahnya pada orang yang sudah melukai Baekhyun. Andai Jino lebih cepat menyelidikinya, dia ingin segera menghajar lelaki itu.

“Byunnie, sejak kau dirawat itu sebenarnya aku ingin menanyakan ini padamu. Tapi aku takut kau malah mengiraku cemburu.”

“Sudahlah, tanyakan saja.”

“Kau memberi tahu Jino ya kalau kau masuk rumah sakit?”

“Eh? Kukira kau atau Kyungie yang memberitahunya.”

“Lho? Aku sudah tanya pada Kyungie, dia bilang dia tidak memberi tahu Jino.”

“Ja-jadi Jino tahu dari siapa?”

Chanyeol mengalihkan pandangannya pada ponsel Baekhyun, dia ingat jika dalam kotak terkirim atau panggilan keluar tidak ada kontak Jino, bahkan di buku kontak Baekhyun, karena mungkin Baekhyun belum memasukannya dalam buku kontak. Yang dia lihat hanya sms waktu Jino meminta alamat rumah Baekhyun. Dia juga ingat kalau dia tidak memberi tahu Jino. Jadi Jino tahu dari siapa?

“Ahiya, aku ingat. Waktu itu Jino bilang kau yang memberitahunya.”

“Mwo? Aku tidak pernah memberitahunya, aku berniat memberitahunya keesokan harinya. Kenapa dia berbohong, ya?”

“Atau ada yang sengaja memberitahunya dengan identitasmu?”

Chanyeol menggeleng karena dia belum mengerti keadaan ini.

“Baekhyunnie, kau bilang apa saja pada Jino tentang kasusmu?”

“Dia belum menanyakan apa-apa, kelihatannya dia masih sibuk dengan kasus Sunny.”

Benar, ada yang aneh pada Jino. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dan Chanyeol harus tahu itu.

***

Baekhyun dan Chanyeol pergi ke toko kue sesuai rencana. Baekhyun meminta agar Chanyeol saja yang membeli, sedangkan dia tetap di luar. Awalnya Chanyeol mencegah Baekhyun menunggu di luar, tapi Baekhyun bersikeras untuk menunggu di luar karena ternyata Baekhyun juga trauma pada kue.

“Lalu bagaimana nanti kau bisa merayakan ulangtahun Kyungie kalau kau takut kue?”

“Kan ada kau dan yang lain.”

“Yasudah, tunggu sebentar, jangan kemana-mana.”

“Iya, cerewet.”

Selepas kepergian Chanyeol, Baekhyun kembali menghubungi Sungmin agar Sungmin mau bertemu dengannya. Kapanpun itu yang penting Baekhyun bisa bertemu Sungmin. Tapi setelah menunggu beberapa lama, Sungmin tidak menjawab panggilannya sampai akhirnya terputus. Baekhyun terus mencoba menghubungi Sungmin, tapi gagal.

Tiba-tiba seseorang menabraknya sampai ponselnya terjatuh dan penutup serta baterainya terlepas. Baekhyun memungut ponsel itu tanpa melihat pelaku yang menabraknya. Orang yang menabrak Baekhyun pun tidak berniat untuk membantu Baekhyun. Dia hanya memandangi Baekhyun beberapa lama lalu melarikan diri. Baekhyun tidak memermasalahkan itu karena sekarang dia memikirkan ponselnya. Ponsel itu sama sekali tidak bisa menyala, sepertinya ada sistem yang rusak.

“Aigo...”

“Byunnie, kau kenapa?”

“Channie, tadi ada yang menabrakku, tapi aku tidak tahu siapa. Dia menabrakku sampai ponselku terjatuh dan rusak.”

“Yasudah, kita ke tempat servis saja dulu.”

“Tidak usah, kau punya nomor Jino, kan? Aku lupa memasukannya dalam buku kontak, jadi nomor itu pasti tidak ada di sim.”

“Ne, aku punya kok.”

“Oiya, hubungi Kyungie juga. Kita harus segera ke apartemen untuk memersiapkan semuanya.”

“Kau benar-benar tidak melihat orang yang menabrakmu?”

“Tidak, aku memikirkan ponselku yang malang ini.”

“Kau ini polos atau bodoh sih?”

“Apa maksudmu?”

“Kalau kau menahan orang itu, kau bisa minta ganti rugi.”

“Tidak usah, dia juga tidak sengaja.”

“Aduh...pacarku ini memang benar-benar naif.”

“Waktu itu kau bilang aku tidak naif!”

“Sekarang aku berubah pikiran, kau benar-benar lugu, Byunnie.”

“Huh, terserah kau sajalah. Oiya, kue apa yang kau beli?”

“Kue vanilla cokelat. Kyungie suka kue ini, kan?”

“Dia suka semua kue, bahkan kalau kemarin dia yang menerima kue misterius itu, dia pasti langsung memakannya.”

“Hahahaha, tidak baik membicarakan adikmu seperti itu. Ayo kita pulang.”

“Enak saja, pulang-pulang...itu apartemenku!”

“Sebentar lagi juga jadi apartemenku.”

“Mwo?”

“Hahahaha, ayo!”

***

Kyungsoo dan Jino datang bersamaan. Di dalam apartemen, Baekhyun dan Chanyeol sudah memnyiapkan semuanya dengan baik. Suasana yang sepi berubah menjadi sangat ramai dan menyenangkan dengan lampu pesta dan musik disko. Sebenarnya ini diluar dugaan Baekhyun, tapi Chanyeol bilang untuk meramaikan suasana sebaiknya menambahkan banyak peralatan seperti itu.

“Kejutan!” Seru Baekhyun dan Chanyeol bersamaan. Kyungsoo mengerjap-kerjapkan matanya seakan tidak menyangka Hyungnya akan membuatkan pesta semeriah ini. Ya...walaupun tidak ada teman-teman satu redaksi, ada Hyungnya di sini saja sudah sangat cukup untuk Kyungsoo.

“Woaa! Gomawo, Hyung!”

“Ayo masuk dan potong kuenya,” ajak Baekhyun sambil merangkul Kyungsoo.

Keempat namja itu duduk mengelilingi makanan-makanan yang sudah disiapkan Baekhyun. Kyungsoo meniup lilin diiringi tepuk tangan dan nyanyian selama ulang tahun ketiga hyungnya itu.

“Nah, sekarang sebutkan impianmu,” ucap Baekhyun.

“Aku punya dua keinginan besar, Hyung. Tidak apa-apa, kan?”

“Yakin saja Tuhan akan mendengar.”

“Baiklah, yang pertama...semoga Baekhyun-hyung akan selalu menyayangiku begitupun sebaliknya.”

“Itu sih permintaanmu setiap tahun.”

“Yang kedua...semoga kasus Sunny-noona segera diselesaikan. Amin.”

“Nah, sekarang kusuapi sup rumput laut, ya?”

“Ne, Baekkie-hyung!”

“Kau itu manja sekali sih, Kyungie,” ledek Chanyeol.

“Tentu saja, kalau tidak ada Baekkie-hyung di sampingku, aku tidak tahu bagaimana hidupku selanjutnya.”

“Kalian kan akan menikah suatu saat nanti, alhasil kalian berpisah,” ucap Chanyeol.

“Maksudku, jika Baekkie-hyung atau aku pergi...ya pergi yang yang lama, aku tidak tahu bagaimana jadinya.”

“Sudahlah, jangan bicara melantur begitu,” ucap Baekhyun.

Sebenarnya itu hanya ucapan polos seorang adik yang menyayangi kakaknya, tapi entah kenapa Jino menunjukan reaksi berbeda. Dia menunduk sedih sambil menahan airmatanya. Chanyeol menyadari hal itu, tapi menyimpan pertanyaannya untuk nanti.

***

Pesta Kyungsoo hanya berlangsung selama setengah jam, selanjutnya acara mereka adalah bersih-bersih dan mengobrol. Selesai membersihkan semuanya, Kyungsoo yang awalnya ingin langsung tidur mengurungkan niatnya karena Baekhyun memintanya menemaninya saat Chanyeol dan Jino sedang mengobrol.

Awalnya keadaan hening, sampai Chanyeol memulai pembicaraan itu dengan...

“Hoaahhhhmmm...sebenarnya aku mengantuk, tapi karena ada yang harus kubicarakan denganmu, jadi kutahan saja deh.”

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Jino mulai antusias.

“Mengenai Cho Kyuhyun, sepertinya Baekhyun ingin tahu tentang lelaki itu,” ucap Chanyeol sambil melirik Baekhyun.

“Untuk apa?” Tanya Jino sambil menyembunyikan kegelisahannya. Dia mampu menutupinya dari Baekhyun dan Kyungsoo, tapi tidak untuk Chanyeol. Malam ini dia aneh, batin Chanyeol.

“Kau kan tahu kalau Cho Kyuhyun itu...”

“Ne, aku tahu.” Jino tiba-tiba memotong perkataan Chanyeol.

“Lalu bagaimana kelanjutan kasusnya? Dia diculik?”

“Kemungkinan.”

“Jadi kau masih berpacu dengan berita di koran? Kenapa kau lambat sekali menyelidiki kasus yang itu, Jino? Atau kau perlu bantuanku?”

“Diam! Jangan mentang-mentang kau selalu mengalahkanku di komunitas, kau jadi besar kepala, Park Chanyeol.”

“Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud sombong. Tapi kalau saja kita bisa menemukan lelaki itu secepatnya, mungkin kita bisa tahu keberadaan Sunny.”

“Mereka tidak pernah bertemu setelah kasus kecelakaan Sunny mencuat, jadi tidak ada alasan Kyuhyun-ssie punya petunjuk.”

“Lho? Kau detektif amatiran, bukan? Seorang detektif seharusnya memakai banyak kemungkinan dari orang terdekat Sunny. Atau kau memang menyelidiki kasus Sunny secara tersembunyi?”

“Aku...memang menyelidikinya diam-diam.”

“Mwo? Kenapa, Jino?” Heran Baekhyun.

“Byunnie, kau tahu teman-temanku tidak percaya kalau Sunny masih hidup, karena perkataan Sungmin-hyung terlalu meyakinkan jika mayat yang sudah dimakamkan itu mayat Sunny.”

“Bagus, jadi kau akan terus menyembunyikan kenyataan bahwa Sunny masih hidup?” Tanya Chanyeol mencoba mendesak Jino.

“Tidak, aku hanya ingin membuktikan kalau Sunny memang masih hidup. Aku juga ingin membongkar kejahatan lelaki itu.”

“Siapa?”

“Sungmin-hyung. Setelah kupikir ulang, sepertinya orang yang ingin membunuh dan menyembunyikan Sunny adalah orang itu.”

“Membunuh? Kau pikir Sungmin-hyung mau membunuh Sunny-noona? Kau memakai pemikiran awalku, Jino-hyung.”


Kau memakai pemikiran awalku, Jino-hyung


Kata-kata Kyungsoo barusan membuat Chanyeol sadar, memang ada keanehan di sini. Mana mungkin kemampuan Jino menurun? Padahal dia sudah lama menjadi detektif di agensi itu. Chanyeol yakin Sungmin tidak berniat membunuh Sunny. Benar, sepertinya Jino merahasiakan sesuatu.

“Baiklah, harus kuakui kemampuan analisismu pada kasus semakin baik, Jino. Bahkan saat Baekhyun diserang, kau langsung tahu dia diserang dan sedang dirawat. Bahkan kau tahu dimana rumah sakit tempat Baekhyun dirawat.”

Jino terdiam, tangannya bergetar seperti gugup, lalu tiba-tiba dia berdiri.

“Aku harus pergi, ada urusan lain yang lebih penting daripada mengobrol.”

“Tapi ini obrolan mengenai kasus-kasusmu, Jino,” ucap Chanyeol.

“Apa kau tidak tahu? Kepalaku seakan ingin pecah karena ada tiga kasus yang belum kuselesaikan!”

“Baiklah, kau boleh pergi, Detektif Cho Jinho.” Nada suara Chanyeol jelas sedang mendesak Jino.

“Sudah kubilang...”

“Kau tidak mau dipanggil dengan nama aslimu, kan? Oke, tidak masalah. Pergilah.”

“Baik, aku pergi. Gomawo untuk suguhan malam ini, Byunnie. Jaga kesehatan kalian berdua, ya. Sekali lagi chukae untukmu, Kyungsoo.”

“Gomawo, Hyung.”

“Annyeong.”

Baekhyun mengantar Jino sampai depan apartemen. Selepas kepergian Jino, Baekhyun kembali bergabung dengan Chanyeol dan Kyungsoo.

“Aku merasa lelaki itu menyembunyikan sesuatu,” ucap Chanyeol.

“Menyembunyikan apanya? Dia sahabat baikku, Channie. Mungkin saja dia tahu penyeranganku dari kantor polisi yang kau hubungi.”

“Kalau begitu, kenapa dia tidak bilang langsung?”

“Mungkin dia lupa.”

“Atau mungkin...dialah orang yang menyerangmu, Baekhyun.”


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini