Selasa, 07 Februari 2012

A fanfiction - Just for You (ONE SHOT)


JUST FOR YOU


Tittle: Just for You
Author: Fie
Genre: romance, drama
Length: Oneshot (6.916 word)
Pairing: TaeSun/Suntae/Taemin-Sunny
Languange: Indonesian
Cast:
SNSD Sunny as Park Soon Kyu/Sunny
SHINee Taemin as Lee Taemin
SNSD Taeyeon as Kim Taeyeon (Taeyeon-noona)
Kim Hyerin (OC)



Summary:

Aku akan berkoban, hanya untukmu.





Saat Sunny berumur 10 tahun, Sunny menemukan hatinya yang ikhlas saat ia bertemu dengan seorang Eomma yang selalu menyayangi semua anak di Panti Asuhan, tak terkecuali Sunny. Saat itu Sunny menatap piano di hadapannya, dan ia hanya tersenyum tipis. Ia mulai menekan beberapa nada. Senyumnya berubah menjadi tawa kecil. Lalu ia mengambil buku lagu dan memilih lagu untuk ia mainkan. Sebenarnya tanpa buku lagupun ia bisa bermain piano, karena ia sudah hafal semua isi buku lagu miliknya. Ia membuka mulutnya, tapi tak terdengar suara sedikitpun. Tapi ia terus bernyanyi sambil memainkan piano. Sunny sangat serius memainkan kedua permainan musik itu. Tapi yang terdengar hanyalah suara piano. Tunggu, jika kita dengar dengan baik, hati Sunny mengeluarkan suara. Bahkan lebih indah dari suara manapun yang terindah. Ia menyanyi dengan sepenuh hati, tapi tak selamanya ia senang dengan suara hatinya. Terkadang ia sangat kesal, “Tuhan, kenapa aku harus lahir sebagai anak tuna netra? Aku tak menginginkannya, sangat tidak ingin! Bahkan…semua teman-temanku menjauhiku hanya karena aku tak bisa berbicara!” berontak Sunny.
“Sunny…”
Sunny menoleh dan menatap Eommanya. Rasanya sangat sedih jika ia harus terus mengeluh akan keadaanya.
“Tahu nggak, kenapa Eomma memberikan nama panggilan Sunny untukmu?”
Sunny menggeleng lemah.
“Karena saat Eomma menemukanmu, saat itu musim semi yang sangat cerah. Eomma masih ingat betul, kamu tersenyum tanpa beban, walaupun Sunny sendirian di taman Panti, Sunny tetap tersenyum. Eomma langsung menyukai Sunny-ah.”
Sunny memberikan isyarat pada Eomma

Itu karena Sunny masih kecil, Eomma…

“Eomma harap, Sunny tetap tersenyum seperti itu saat Sunny terus bertambah umur.”
Eomma mengelus rambut Sunny dan memeluk Sunny erat, sampai akhirnya ia meninggalkan Sunny sendirian lagi. Sunny terdiam dan menatap pianonya lagi. Beberapa menit ia berfikir dan mencerna kata-kata Eommanya. Airmatanya menetes perlahan, kehangatan luar biasa yang dirasakan Sunny saat itu. Karena ia masih bisa merasakan pelukan dan elusan Eommanya. Sesuatu yang sangat berharga.

***

Delapan tahun setelah Sunny menemukan artinya ikhlas, Sunny memutuskan untuk pergi dari Panti Asuhannya dan merantau di Seoul. Ia ingin selalu mandiri, apalagi jika ia ingat pesan Eommanya. “Eomma harap, Sunny tetap tersenyum seperti itu saat Sunny terus bertambah umur.”
Dan di sinilah Sunny, di ibu kota Korea yang begitu ramai dan penuh dengan impian. Sunny memilih menyewa tempat tinggal di rumah susun termurah di Seoul. Dan ia memang tak berharap banyak dengan tempat tinggalnya yang sekarang. Yang terpenting, ia bisa hidup mandiri dan terus menebarkan senyumnya yang secerah mentari seperti namanya. Rencana Sunny selanjutnya adalah mengikuti kursus seni untuk menggapai impiannya menjadi Pianis terkenal. Dan melalui permainannya, ia ingin semua orang mendengar suara hatinya.

***

Lee Taemin berulang kali menekan tombol panggil di ponselnya untuk menghubungi kekasihnya. Tapi sudah 10 kali ia menghubungi Hyerin dan tak ada tanggapan darinya. Sudah berulang kali pula Taemin mengirimkan sms pada Hyerin, dan sama sekali tak ada balasan. Taemin sangat khawatir, ia takut terjadi hal yang berbahaya pada Hyerin. Rencananya hari ini ia akan merayakan hari ulang tahun Hyerin, tapi sampai sekarang ia tak tahu keberadaan juga keadaan Hyerin. Taemin mencoba menghubungi teman-teman Hyerin, tapi tak ada yang tahu keberadaan Hyerin. Taemin benar-benar khawatir.
“Kau dimana, Kim Hyerin?”
Taemin berjalan tanpa arah di persimpangan jalan raya Seoul, ia terus memikirkan Hyerin sampai ia tak sadar seseorang dengan banyak barang bawaan berjalan berlawanan arah di depannya. Bahkan Sunnypun yang sangat sibuk membawa barang bawaannya tak sadar jikala Taemin juga sedang tak sadar akan keadaan sekitar.
‘Brukk’
Sebuah tabrakan kecil tapi fatal, karena semua barang bawaan Sunny terjatuh seketika. Sedang Taemin meringis sambil mendumal sendiri. Sunny berusaha merapihkan seluruh barangnya tanpa melihat si penabrak. Tapi Taemin langsung berdiri dan menatap kesal Sunny.
“Hya! Apa maksudmu menabrakku?! Apa kau tak punya mata?!”
Sunny menatap Taemin, ia kesal, tapi apa daya. Sunny tak bisa memarahi Taemin, ia juga tak mau Taemin tahu ia bisu dan akhirnya lelaki di hadapannya itu mengasihaninya. Akhirnya Sunny pura-pura mengabaikan lelaki itu.
“Hei! Apa kau tuli?! Kenapa kau tidak menanggapiku?!”
Sunny tetap sibuk pada kegiatannya, dan setelah ia selesai membereskan semuanya. Ia membungkukan sedikit badannya untuk tanda minta maaf pada Taemin.
“Apa kau bisu?! Katakanlah maaf padaku!”
Sunny hanya tersenyum tipis dan membungkukan badannya lagi, lalu ia pergi tanpa memerdulikan omelan Taemin yang lain.
“Sebenarnya lelaki itu kenapa? Padahal ia tahu aku membawa banyak barang bawaan, tapi ia menabrakku. Dan ia menyalahkanku, apa maksudnya?”

***

Taemin terus mengomel sampai orang yang dimarahinya benar-benar menghilang dari hadapannya.
“Dasar, aku sudah lelah tak ditanggapi, sekarang gadis itu juga tak menanggapiku!”
Tak berapa lama, ponselnya berbunyi tanda sms masuk. Senyum Taemin mengembang saat melihat sang pengirim.
“Fiuh…akhirnya anak ini menghubungiku.”
Taemin membuka pesan itu, tapi raut wajahnya berubah marah. Ini karena isi pesan itu sama sekali tak diinginkan Taemin.

Tae, maafkan aku. Aku tak bisa bertahan lagi denganmu. Aku merasa hubungan kita tak serius, aku dan kau masih kekanakan. Aku ingin mencari pria yang lebih dewasa darimu, maafkan aku. Aku tahu kau lelaki yang bisa dewasa, tapi maaf. Aku tak bisa lebih lama bersamamu. Dan mulai sekarang, kita akan menjadi teman biasa seperti dulu. Seperti saat kau belum mengenalku lebih dalam. Tolong maafkan aku, Tae.

Dari marah, raut itu berubah menjadi sedih. Perasaannya hancur. Gadis yang selama ini ia sayangi tiba-tiba saja memutuskan hubungan mereka. Diluar perkiraan Taemin. Ia kira Hyerin bisa menjadi gadis yang selamanya ada di sampingnya. Tapi ia salah, sekarang dan dulu ia salah menyayangi Hyerin.
“Mwo?”
Ia masih tak percaya. Kini waktu berjalan begitu lambat di sekitarnya. Begitu berat, begitu kelam. Ia patah hati.

***

Sunny merapihkan makanan yang baru ia beli di kulkas kecil rumahnya. 5 botol susu, beberapa snack kecil, 3 ikat kubis, kol, dan wortel serta sekardus mie cup. Ia merasa untuk persediaan seminggu mungkin cukup. Lagipula Sunny bukan gadis yang rakus, ya setidaknya itu yang harus ia tekankan sekarang. Uang yang diberikan sebagai pegangan Sunny dari Eommanya tinggal 100ribu won. Jadi ia harus mempergunakannya dengan baik. Sekarang ia akan mencari perkejaan agar ia bisa mengumpulkan uang untuk hidup dan juga kursus seni yang ia impikan.
Saat Sunny merapihkan buku-buku lagu kesayangannya, ia teringat pada lelaki yang tadi memarahinya. Ia ingin membalas perlakuan lelaki itu, tapi mungkin tak ada gunanya. Ia yakin lelaki itu juga sedang melamun saat menabraknya. Jadi ia akan sabar dan berdoa semoga ia tak pernah bertemu lelaki itu lagi.
Tak berapa lama, ponsel Sunny berdering. Ia langsung mengangkat panggilan itu. Dari nomor yang tak ada di kontaknya.
“Halo? Hyerin-ah? Ini aku. Hei! Jawab! Apa kau bisu? Ayo jawab!”
Sunny kenal suara ini, suara lelaki tadi. Tapi kenapa ia bisa menghubungi Sunny? Oh, bukan Sunny. Pasti ia salah sambung.
“Jika kau memang mau mengakhiri hubungan kita, aku bersedia. Karena aku juga tak ingin mempunyai gadis egois sepertimu! Jangan harap aku bisa menjadi temanmu. Mulai sekarang, jangan hubungi aku lagi!”
Telepon itu terputus, Sunny terdiam mendengar pernyataan lelaki itu.
“Orang aneh…,” batinnya.

***

Setelah membaca sms itu, Taemin melempar ponselnya hingga hancur berkeping-keping. Tapi ia melupakan 1 hal, ia belum memaki gadis itu. Ya, ia harus memaki gadis itu! Taemin mengambil lagi ponselnya yang sudah hancur dan mengambil kartu simnya. Lalu ia pergi ke kios ponsel terdekat, membeli ponsel baru dan memasang kembali kartu simnya. Ia baru ingat semua kontaknya ada di ponselnya yang hancur tadi, namun ia masih ingat nomor mantan kekasihnya itu. Ia menekan tombol ponsel barunya agak kasar dan terburu-buru, ia tak peduli apakah ia menekan nomor yang benar atau tidak. Yang penting, sekarang ia ingin memaki orang itu.
“Halo? Hyerin-ah? Ini aku. Hei! Jawab! Apa kau bisu? Ayo jawab!”
Tapi sekeras apapun nada Taemin berbicara, tak ada tanggapan dari si penjawab telepon. Taemin makin kesal dan kembali memarahi si penjawab.
“Jika kau memang mau mengakhiri hubungan kita, aku bersedia. Karena aku juga tak ingin mempunyai gadis egois sepertimu! Jangan harap aku bisa menjadi temanmu. Mulai sekarang, jangan hubungi aku lagi!”
Taemin dengan kasarnya mengakhiri pembicaraan semu itu. Ia merasa saat ini ia memang sangat kekanakan. Ini karena ia kesal sudah memberikan semuanya pada gadis yang dulu ia sayangi. Ia sangat marah.

***

Sunny mencoba untuk fokus pada lagu yang didengarnya, tapi entah kenapa lelaki itu dengan semua kemarahannya selalu muncul.
“Sunny…tenangkan pikiranmu dan tetap fokus.”
Tapi sekeras apapun Sunny berhenti memikirkan lelaki itu, ia tetap tak bisa.
“Arrgghh!! Kenapa lelaki itu selalu muncul dalam pikiranku? Apa ini artinya aku harus membalas kemarahannya yang tanpa sebab padaku?”
Akhirnya Sunny keluar dari rumahnya dan berlari menuju persimpangan tempat ia bertemu dengan lelaki itu. Tapi tentu saja Taemin tak ada, memangnya Sunny berharap apa? Memarahinya? Melemparnya dengan tomat? Heuh…tanpa sadar Sunny ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. Ia ingat dengan kemarahan Taemin pagi tadi, lelaki itu pasti sedang patah hati.
Sunny memutuskan kembali ke rumah, tapi tak sengaja ia menginjak sebuah ponsel yang bentuknya sudah tak keruan. Sunny berlutut untuk mengambilnya, ponsel ini milik siapa? Bukankah ini ponsel yang sangat mahal? Batinnya. Sunny memilah kepingan itu dan menemukan kartu memori 32gb yang menurutnya harus ia kembalikan pada pemiliknya. Mungkin sang pemilik tak sengaja menjatuhkan ponsel itu dan ponsel itu terinjak oleh orang yang lalu lalang di sini.

***

Taemin memandang layar ponselnya, ia baru sadar jika ponselnya hancur, itu artinya tersisa sebuah kartu memori. Tapi Taemin tak mengambilnya.
“Ah, padahal semua hal diluar Hyerin ada di kartu memori itu. Tapi pasti ponsel itu sudah hilang. Yasudahlah.”
Tiba-tiba Taemin sadar hal yang ganjil, jika ia memarahi Hyerin waktu itu, pasti Hyerin akan membalasnya dengan makian lagi, tapi kenapa anak itu diam saja? Akhirnya Taemin memastikan nomor yang ia hubungi tadi pagi.
Mata Taemin membesar, karena ternyata nomor yang ia hubungi bukan nomor Hyerin. Pantas saja orang yang ia hubungi itu diam saja. Aigoo, ia harus meminta maaf pada orang itu.
Akhirnya Taemin kembali menghubungi nomor itu, dan saat ada orang yang mengangkat panggilan darinya…
“Ha…halo? Uhm, ini aku yang tadi pagi menelepon nomormu dan marah-marah. Ma…maafkan aku, ya? Aku salah sambung, yang harusnya kuhubungi adalah mantanku. Apakah kau memaafkanku?”
Tapi tak ada jawaban dari orang yang ia hubungi. Taemin takut orang itu marah besar. Dan tiba-tiba orang itu memutus pembicaraan. Tak berapa lama sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Taemin.

Tak apa-apa, maaf karena tak berbicara apapun padamu. Tapi sebaiknya lupakan saja pembicaraan kita tadi pagi. Ohiya, jangan bersedih dan marah-marah lagi, ya.

Taemin tertegun membaca sms itu. Tak ia sangka ada orang yang sangat sabar seperti ini. Tapi mungkin ada. Akhirnya Taemin membalas sms itu.

Maafkan aku sekali lagi, dan jangan minta maaf padaku karena akulah yang salah. Terimakasih karena kau menghiburku.

Tapi orang itu tak membalas sms “Terimakasih” Taemin, dan Taemin sadar mungkin orang itu tak sesabar yang ia pikirkan.

***

Sunny kaget bukan main saat lelaki itu menghubunginya lagi. Dengan takut Sunny mengangkat panggilan itu.
“Ha…halo? Uhm, ini aku yang tadi pagi menelepon nomormu dan marah-marah. Ma…maafkan aku, ya? Aku salah sambung, yang harusnya kuhubungi adalah mantanku. Apakah kau memaafkanku?”
Lelaki itu sudah sadar dengan kesalahannya, pikir Sunny. Tapi Sunny tak bisa membalas panggilannya, akhirnya Sunny memutuskan panggilan itu dan mulai mengetik pesan singkat untuk Taemin. Sunny sudah lega jika Taemin ternyata masih punya hati untuk minta maaf, dan Sunny tak tertarik untuk masuk lebih dalam ke dunia Taemin. Ia sadar diri, ia siapa? Setelah ucapan terimakasih dari lelaki itu, Sunny mengakhiri semuanya. Ia ingin hidup tenang di Seoul.
Sunny memandangi kartu memori itu. Sebuah kartu kecil yang harus ia kembalikan pada pemiliknya. Tapi jika ia tak membuka kartu itu, mana mungkin ia tahu pemiliknya? Akhirnya ia mengganti kartu memori ponselnya dengan kartu temuannya. Dan Sunny sangat terkejut melihat isi file foto kartu itu. Lelaki itu, aigoo…lagi-lagi lelaki itu! Di salah satu foto, ada foto lelaki itu dengan namanya. “Lee Taemin”.

***

Empat hari berlalu…
Sunny sudah mendapat pekerjaan di salah satu café di Seoul sebagai pengiring lagu dari pagi sampai malam di café itu. Lelah? Itu sudah pasti. Sudah 2 hari ia menjadi pianis di café itu tanpa mengenal waktu. Waktu istirahatnya hanya saat jam makan siang dan makan malam. Sebenarnya tak ada yang menyuruhnya bekerja sekeras itu, tapi Sunny melakukannya untuk gaji lebih. Ia harus mengejar cita-citanya.
Sunny teringat pada kartu memori Taemin, ia merasa ia harus mengembalikannya. Tapi bagaimana caranya? Apa ia harus mengirim sms pada Taemin bahwa ia menemukan kartu memorinya? Bagaimana kalau Taemin akan memarahinya karena tidak segera mengembalikannya? Ah, siapa peduli. Yang penting Sunny tak ingin terus berhubungan dengan orang bernama Lee Taemin.
Sunny kembali melihat isi kartu memori Taemin, terdapat banyak sekali lagu romantis, dan ada juga rekaman suara Taemin. Tapi Sunny merasa janggal, kenapa Taemin tak menyimpan apapun tentang mantan pacarnya itu? Ia yakin kartu memori itu dimiliki Taemin saat Taemin bersama Hyerin. Setidaknya begitulah perhitungan Sunny akan hubungan Taemin dan mantannya.
“Sunny-ah, malam ini kau ada acara?” tanya seorang Eonnie yang dikenalnya sejak ia bekerja di sini. Sunny menggeleng pelan.
“Bisakah kau lembur? Hari ini adalah ulang tahun pemilik café ini, dan aku yakin kau bisa jadi pengiring musik yang baik. Mau, kan?”
Sunny tampak berfikir.
“Tenang saja, aku akan membayarmu 2 kali lipat untuk gajimu hari ini, dan kau akan lebih cepat mengambil kursus itu.”
Sunny tersenyum lebar, dan mengangguk pasti.
“Untung saja kau di sini, Sunny-ah. Karena aku sangat bingung dengan piano ini, malahan sebelum kau datang, aku berniat menjual piano ini. Sejak pekerja sebelumnya berhenti beberapa bulan yang lalu, café ini sepi, karena café ini ya ciri khasnya piano ini. Dan setelah kau datang, para pelanggan kembali berdatangan bahkan lebih banyak. Gomawo, Sunny.”
Sunny kembali mengangguk riang, karena baru sekarang Sunny merasa dibutuhkan.
“Ohiya, aku sedang belajar bahasa isyarat. Coba tes aku.”
Sunny memberikan isyarat pada Eonnienya yang bernama Taeyeon itu. Taeyeon menyipitkan matanya, dan mulai membaca isyarat Sunny.
“Aku… lapar. Benar?”
Sunny mengangguk.
“Oh…kau lapar. Ha? Kau lapar?”
Sunny tertawa kecil, diikuti Taeyeon yang tertawa lebih kencang darinya.
“Aku sudah menganggapmu seperti Dongsaengku sendiri, jadi tak usah malu-malu padaku.”
Sunny mengangguk, lalu tangannya meraih tangan Taeyeon dan memberikan sebuah jepitan berbentuk hati warna putih.
“Ini untukku?”
Sunny mengangguk lagi.
“Memangnya ini ulang tahunku?”
Sunny memberikan isyarat lagi pada Taeyeon.
“Karena aku menyayangimu?”
Sunny mengangguk. Taeyeon tersenyum dan mengelus rambut Sunny layaknya menyayangi seorang adik.

***

Taemin merapihkan bajunya sekali lagi, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Sebenarnya Taemin malas merayakan ulang tahunnya, apa lagi jika ingat ia baru saja putus.
“Tae, apakah kau sudah bersiap-siap?”
“Ya, sebentar lagi, Eomma.”
“Malam ini Eomma dan Appamu hanya mengantarmu ke café. Tak apa, kan?”
“Ya, tak apa.”
“Selamat ulang tahun yang ke 20 Tae Eomma tersayang.”
“Ya, Gomawo.”
Hanya jawaban dingin yang bisa Taemin berikan pada Eommanya. Eomma yang seharusnya ada saat ia senang maupun duka, kini pergi begitu saja.

***

Persiapan super sibuk di café tempat Sunny bekerja membuat Sunny pusing sendiri. Apalagi malam ini ia harus mengenakan gaun putih pinjaman Taeyeon untuk tema hari ini, “Heaven”. Semua serba putih, sangat damai terlihat. Sunny hari ini punya tugas untuk mengiringi semua penyanyi pengisi acara, dan tanpa ia duga hari ini juga ia diberi kesempatan untuk menjadi pianis solo. Lagu solonya adalah “Sunny” dari Super Junior.
“Sunny, apa kau gugup?”
Sunny mengangguk, Taeyeon merangkulkan tangannya di pundak Sunny. Dan menepuk pundak Sunny.
“Tenang saja, aku di sini. Eonniemu yang paling baik.”
Sunny tertawa melihat kelakuan Taeyeon padanya.
“Baiklah, acara akan di mulai sebentar lagi. Sebaiknya kau memakai parfum, agar saat kau berkeringat baumu tak terlalu menyengat. Ha ha ha ha.”

***

Taemin dengan kedua orangtuanya tiba di café milik Taemin. Di sana ada bayak teman baik Taemin, tapi Hyerin tak terlihat. Taemin lega jika gadis itu tak datang. Kedua orangtuanyapun pamit, dan Taemin langsung berbaur dengan teman-temannya.
Suasana café sangat ramai, tapi tak semua orang di café itu Taemin kenal. Karena bukan hanya teman Taemin yang datang, melainkan anak teman orangtuanya. Heuh, hal yang sangat menyebalkan jika ia harus menyapa semuanya. Taemin berfikir ia harus bersembunyi, sampai MC memanggilnya, ia akan keluar dari belakang panggung. Ya, begitu saja. Ia menghampiri Taeyeon dan berbisik padanya.
“Taeyeon, bisakah aku percaya padamu?”
“Ya, percaya saja padaku anak kecil.”
“Hya! Umurku hari ini 20 tahun, kau masih saja menganggapku sebagai anak kecil!”
“Oke-oke, percaya tentang apa?”
“Aku ingin sembunyi di belakang panggung, kau harus melindungiku.”
“Kenapa harus sembunyi? Ini kan hari ulang tahunmu.”
“Ah, kau ini seperti baru kenal aku sekali ini. Tahun-tahun sebelumnya juga aku selalu bersembunyi sampai kau memanggilku.”
“Tahun kemarin kau tetap di pesta, oiya mana pacarmu?”
“Aku sudah putus dengannya, sudah jangan ungkit-ungkit mengenai gadis itu lagi.”
“Oke, tapi kau akan menyesal tak melihat permainan solo dari seorang pianis terkenal.”
“Hah? Bukankah pianis café ini sudah pergi?”
“Yang ini beda, dia adikku. Uhm, bukan adik kandung…tapi aku menyayanginya karena senyumnya yang membuat semua orang bahagia.”
“Mana ada orang seperti itu?”
“Kau harus melihatnya dari belakang panggung, kalau kau tertidur, kau akan menyesal.”
“Masa’ sih?”
“Aigoo, percayalah padaku.”
“Oke.”

***

Sunny merapihkan rambutnya untuk kesekian kali, dadanya berdebar tak keruan. Padahal ini bukan pertama kali ia tampil di depan orang banyak.
“Sudah kubilang, aku takkan tidur!”
Ups, suara itu lagi? Kalau suara itu…lelaki itu lagi? Batin Sunny. Dengan cepat ia bersembunyi dan melihat apakah benar lelaki bernama Taemin yang berteriak.
“Benar, ya? Kalau kau tertidur, aku akan memanggilmu lebih cepat,” ancam Taeyeon.
“Ya, aku takkan tidur. Tapi bolehkah aku bertemu dengan gadis itu?”
“Hem, sepertinya Sunny sedang bersiap. Mungkin seusai penampilan saja. Oke, bersembunyilah.”
“Jadi namanya Sunny?”
“Ya.”
Taeyeon meninggalkan Taemin di belakang panggung. Taemin menggeleng keras, ia tak mau terlalu cepat terlena oleh wanita. Ya, itu prinsipnya. Akhirnya Taemin duduk di sebuah kursi rias dan mengeluarkan ponselnya. Tak sengaja ia membuka sms dari orang yang tempo lalu salah ia hubungi. Ngomong-ngomong, Taemin belum tahu nama orang itu.
Akhirnya Taemin mengirim sms pada orang itu

Maaf mengganggu, tapi bolehkah aku tahu namamu?

***

Sunny melihat Taemin di depan meja rias yang ia pakai tadi. Dan tak berapa lama ponselnya bergetar tanda ada sms masuk.

Maaf mengganggu, tapi bolehkah aku tahu namamu?

Mata Sunny melebar saat membaca sms Taemin. Aduh, bagaimana ini? Panggilan Taeyeon rupanya menyelamatkan Sunny, jadi ia tak harus membalas sms Taemin. Sunny berlari melewati jalan lain menuju panggung. Sunny duduk dan mulai memainkan lagu sesuai penyanyi yang akan tampil. Sunny menikmati permainannya, dan semua penyanyi yang ia iringi juga senang dengan permainan Sunny. Sangat pas dan menyenangkan. Sunny memang tak bisa berbicara, tapi semua kelakuannya membuat orang-orang di sekitarnya senang.

***

Taemin merasa Taeyeon memanggil nama Sunny untuk membawakan lagu berjudul “Sunny”. Akhirnya Taemin memberanikan diri maju dan melihat permainan Sunny. Yang ia lihat seorang gadis bergaun putih dengan senyum ceria. Seorang gadis yang…istimewa.
“Jadi itu yang namanya Sunny?”
Taemin mendengarkan permainan Sunny dengan seksama, memang berkelas professional. Tapi Taemin yang juga menyukai seni tak pernah melihat gadis itu sebagai pianis terkenal.
“Bagus, kan?” tanya Taeyeon yang tiba-tiba berdiri di samping Taemin.
“Dia pianis biasa, ya?”
“Menurutku ia akan menjadi pianis terkenal.”
“Ohya?”
“Ya, karena dia istimewa.”
Ternyata bukan Taemin saja yang merasa gadis itu istimewa.
“Kau boleh menemuinya setelah pesta ini selesai.”
“Oke.”
***
Permainan Sunny akhirnya selesai, tepuk tangan mengiringi kepergiannya dari panggung. Lelah, tapi menyenangkan. Sangat menyenangkan. Setidaknya itu yang memenuhi pikiran Sunny agar ia tak mengeluh dengan kerja lemburnya itu.
“Penampilan yang sangat indah!”
Sunny mengangguk dan tersenyum tanda terimakasih pada Taeyeon yang selalu menyemangatinya.
“Besok pagi kita libur, tapi gajimu tetap dibayarkan karena pemilik café ini suka pada permainanmu.”
Sunny memberi isyarat, “apa benar, Eonnie?”
“Tentu, bahkan Taemin ingin bertemu denganmu seusai pesta.”
Sunny tertegun, ia tak mungkin berani bertemu dengan Taemin.
“Maaf, Eonnie. Aku tak bisa, aku harus segera pulang,” ucap Sunny dengan bahasa isyarat.
“Kenapa?”
“Rumahku kosong sejak pagi, jadi aku harus cepat pulang. Mianhae.”
Sunny cepat-cepat mengambil tasnya dan pamit pada Taeyeon. Taeyeon bingung akan perubahan sikap Sunny yang sangat tiba-tiba. Akhirnya Taeyeon meminta maaf pada Taemin karena Sunny tak bisa bertemu dengannya.
“Kenapa, Eonnie?”
“Aku juga tak tahu pastinya, yang pasti ia sedang terburu-buru.”
“Apa aku bisa meminta alamat rumahnya? Aku ingin berterimakasih karena dia sudah menjadikan pestaku meriah.”
“Tapi kau harus janji kau takkan berbuat yang tidak-tidak padanya.”
“Memang aku mau berbuat apa?”
“Ha ha ha.”
***
Pagipun tiba, Sunny merasa seluruh badannya menggigil. Sepertinya ia masuk angin. Tapi untung saja hari ini café sedang libur, jadi Sunny bisa beristirahat. Tak lama Sunny berfikir ia bisa istirahat, bel rumahnya berbunyi.
“Siapa pagi-pagi begini sudah mencariku?”
Akhirnya dengan berbalut jaket tebal, ia berusaha bangun dan membukakan pintu. Tapi betapa terkejutnya Sunny saat ia tahu bahwa Taemin-lah yang datang.
“Selamat pagi, apa ini tempat tinggal Sunny?”
Sunny merapatkan wajahnya dengan katup jaket. Lalu ia mengangguk.
“Uhm, apa kau sedang sakit?”
Sunny mengangguk lagi.
“Ups, maafkan aku. Aku mengganggumu? Kalau begitu aku hanya ingin memberikan ini sebagai tanda terimakasihku karena kau sudah memeriahkan pesataku kemarin. Cepat sembuh, ya.”
Taemin memberikan sebuah bingkisan besar berisi kue tart. Lalu ia berbalik pergi karena tak mau mengganggu Sunny. Tapi baru setengah jalan, Taemin kembali lagi.
“Oiya, namaku Lee Taemin. Senang bertemu denganmu.”
Dan Taemin akhirnya benar-benar pergi. Sunny menghela nafas lega, lalu masuk lagi ke rumahnya. Sunny duduk memandangi kue tart super besar pemberian Taemin. Lelaki itu teryata tahu artinya terimakasih.
“Ini bisa menjadi persedian makanan seminggu.”
***
Taemin masuk ke mobilnya dan menjalankan mobilnya menjauh dari rumah susun tempat tinggal Sunny. Tapi Taemin merasa khawatir meninggalkan Sunny yang hidup sendiri dan sedang sakit. Ia merasa harus berada di dekat rumah itu beberapa lama lagi.
“Oh iya, kenapa orang itu tak membalas smsku, ya?”
Taemin mengirim sms yang sama pada orang itu. Dan menunggu beberapa lama. Akhirnya orang itu membalas smsnya.
“Park Soon Kyu…”
***
Sunny kembali dikejutkan dengan sms yang sama, dan kali ini ia akan memberikan nama aslinya pada Taemin. Mungkin akan segera selesai hubungannya dengan Taemin. Dan kali ini ia salah, Taemin kembali mengirim pesan padanya.

Taemin : Dari cara kau membalas, sepertinya kau orang yang jarang bicara. Benar?
Sunny : Ya, kurang lebih begitu.
Taemin : Bisakah aku bertemu denganmu? Aku ingin mengetahui orang yang senantiasa sabar menghadapiku.
Sunny : Oh, aku sedang sibuk saat ini. Mungkin lain kali.
Taemin : Boleh aku bercerita padamu?
Sunny : Apa kau orang yang langsung percaya pada orang lain?
Taemin : Tidak juga, aku hanya merasa kau bisa mengerti aku.
Sunny : Tentu, ceritakan ceritamu itu.
Taemin : Kemarin malam adalah hari ulang tahunku, maukah kau mengucapkan selamat ulang tahun untukku?
Sunny : Saengil cukhae hamnida! Ulangtahunmu yang keberapa?
Taemin : 20 tahun. Uhm, gomawo ya ^^.
Sunny : Kalau kau mau tahu, hari ini aku yang berulang tahun.
Taemin : Benarkah? Saengil cukhae hamnida untukmu .
Sunny : Gamsha hamnida.
Taemin : Aku beruntung bisa mengobrol denganmu walau hanya lewat sms. Gomawo, ya.
Sunny : Aku juga beruntung.
Taemin : Ohiya, aku juga mau cerita tentang gadis yang kulihat tadi malam, ia bermain piano untukku.
Sunny : Bukankah kau baru putus? Apa kau tidak takut memilih gadis baru?
Taemin :  Aku merasa…gadis itu istimewa.
***
Sunny terkejut saat Taemin mengatakan bahwa dirinya istimewa. Apa seistimewa yang ia pikirkan? Aigoo…ia tak boleh terlalu percaya diri.
Sunny : Istimewa? Seistimewa apa?
Taemin : Istimewa karena ia bernyanyi dari hati, yang ia sampaikan lewat permainan pianonya.
Kali ini Sunny tersenyum, karena ia bisa membuat orang tahu bahwa ia bisa bernyanyi dari hati.
Sunny : Apa kau sudah bertemu langsung dengan gadis itu?
Taemin : Ya, pagi ini aku membawakannya kue tart super besar. Aku tahu ia hidup sendiri dari Eonnieku du\i café, jadi aku ingin ia makan banyak. Apalagi ia sedang sakit.
Sunny : Sakit? Sakit apa?
Taemin : Aku tak tahu, setelah memberikan kue padanya, aku langsung pergi karena tak mau mengganggunya.
Sunny : Apa kau pergi begitu saja?
Taemin : Sebenarnya tidak, aku menjaganya di dekat rumah susun. Setidaknya sampai besok. Aku ingin memastikan keadaannya. Jika besok ia masuk kerja, aku akan mengantarnya.
Sunny : Apa kau tidak peduli ia akan khawatir jika kau menjaganya?
Taemin : Kenapa Sunny harus khawatir?
Sunny : Karena jika kau menungguinya seharian, kau akan sakit dan tak bisa mengantarnya besok.
Taemin : Apa kau pikir aku bisa sakit jika seharian menunggunya?
Sunny : Tak ada yang tahu pasti keadaanmu selanjutnya. Tapi apa kamu mau rencanamu mengantar…siapa namanya tadi? Uhm, gagal?
Taemin : Sunny namanya. Hem, ada benarnya juga kata-katamu. Oke, mungkin aku akan pulang, tapi aku akan tetap memantau gadis itu. Lagipula karena aku juga gadis itu sakit. Ia harus kerja lembur untuk mengisi acara ulangtahunku.
Sunny : Oke, good luck Taemin.
Taemin : Oh, apa aku sudah mengatakan namaku padamu?
***
Dahi Taemin berkerut saat Park Soon Kyu menyebut namanya, padahal seingatnya Taemin belum memberi identitas berupa nama pada Park Soon Kyu.
Sunny : Eh, tentu kau sudah memperkenalkan namamu, saat kau marah-marah lewat telepon itu. Kau mengatakan, “Hya! Hyerin-ah. Ini aku Taemin-ssi!” Kau lupa?
Taemin tak ingat isi omelan salah sambung itu, tapi mungkin Park Soon Kyu mengatakan kebenaran. Ia yang tak sadar.
Taemin : Hem, sepertinya begitu. Baiklah, terimakasih ya sudah menjadi teman ngobrolku.
Sunny : Sama-sama, Oppa.
Taemon : Ohiya, umurmu berapa?
Sunny : 19 tahun.
***
Pipi Sunny bersemu merah, bukan karena ia sedang demam. Tapi karena Taemin. Benarkah besok Taemin akan mengantarnya ke tempat kerja? Sepertinya aneh…tapi juga menyenangkan.
Sunny memotong kue tart super besar dari Taemin dan memakannya perlahan. Ia sadar ada kesalahan yang terjadi antaranya dengan Taemin. Ia sudah membohongi Taemin. Dan juga ia belum mengembalikan kartu memori Taemin.
Apakah besok Sunny akan berterus terang? Ya, Sunny yakin ini cara agar ia bisa jujur pada Taemin.
***
Taemin menjalankan mobilnya sambil berangan-angan, bahwa Sunny yang selama ini membalas smsnya. Tanpa ia ketahui, angan-angannya tepat. Taemin pergi ke café untuk menemui Taeyeon, dan untung saja Taeyeon baru bersiap-siap untuk pulang.
“Eonnie!”
“Mwo?”
“Tentang gadis itu, yang namanya Sunny. Apa punya nomor ponsel?”
“Jaman sekarang semua pasti punya nomor ponsel.”
“Apa kau mau memberikannya padaku?”
“Kau menyukai anak itu, ya?”
“Uhm…”
“Ha ha ha, yasudah-yasudah. Ini nomornya.”
“Hah!?”
***
Taemin tersenyum girang saat tahu nomor ponsel Sunny adalah nomor Park Soon Kyu juga. Tapi untuk apa Sunny berbohong padanya? Apa Sunny merasa Taemin juga istimewa? Dan Taemin baru ingat, Sunny juga gadis yang tidak menanggapinya saat mereka bertabrakan tempo lalu. Ini semua seperti mimpi. Gadis yang pertama kali membuat Taemin melupakan kesedihannya. Gadis yang pertama kali membuat Taemin bisa merasakan arti tulus. Taemin takkan melepaskan gadis itu, Park Soon Kyu.
***
Keesokan paginya, Taemin menepati janjinya untuk menjemput Sunny. Sunny terkejut melihat Taemin dengan mobilnya menunggu kedatangan Sunny. Sunny tersenyum dan membungkuk memberi salam.
“Selamat pagi, Sunny-ah.”
Sunny hanya tersenyum.
“Aku ingin mengantarmu ke café. Kau masih ingat aku, kan?”
Sunny mengangguk.
“Ayo, kau mau berangkat kerja, kan?”
Sunny kembali mengangguk. Taemin membukakan pintu mobil, dan Sunny masuk tanpa memberi isyarat apapun. Taemin memandang Sunny lekat.
“Siap?”
Sunny mengangguk, dan mobilpun melesat kencang.
***
Di dalam mobil, Sunny dan Taemin tak mengobrol sedikitpun. Sampai akhirnya Taemin memulai pembicaraan.
“Apa keadaanmu sudah baik?”
Sunny hanya mengangguk.
“Permainanmu malam itu sangat indah. Kalau begini, mungkin aku akan rajin memantau café.”
Sunny menunjukan ekspresi bingung.
“Apa kau tahu? Beberapa hari yang lalu aku baru saja putus dengan pacarku. Tadinya aku malas datang ke pesta ulangtahunku sendiri karena tanpa gadis itu rasanya agak aneh saja jika aku bertahan di pesta, tapi Taeyeon memaksaku untuk datang. Katanya aku harus melihat kau. Dan ternyata aku puas dengan penampilanmu.”
Sunnypun hanya mengangguk dan tersenyum. Taemin rupanya mulai ganjil dengan keadaan Sunny.
“Kau tak mau mengatakan sepatah katapun untukku?”
Sunny mulai gugup, ia takut jika Taemin tahu ia tak bisa bicara, Taemin tak mau mengenalnya seperti yang teman-temannya lakukan pada Sunny. Tapi mau sampai kapan Sunny berpura-pura? Akhirnya Sunny mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu dan memberikannya pada Taemin.
“Ka…kau?”
Sunny mengangguk lemah, dan menunggu reaksi Taemin.
Taemin ingat saat pertama kali ia bertemu dengan Sunny, lalu telepon itu…jadi ini jawabannya? Ya, Taemin mengerti.
“Mianhae, karena aku memarahimu tanpa sebab.”
Taemin tersenyum dan memutar setir menuju jalan lain. Dan Sunny tahu jalan ini menuju Pantai di pinggiran kota Seoul. Sunny kembali mengetik sesuatu.
“Kita mau ke Pantai?”
“Ya, sepertinya di sana kita bisa saling jujur. Hari ini kau harus mengambil cuti, dan menemaniku seharian.”
“Maksudmu apa?”
“Jangan berpura-pura Park Soon Kyu.”
Sunny terdiam, pipinya bersemu lagi. Dan kali ini ia harus menutupi wajahnya agar Taemin tak tertawa geli melihatnya.
“Kau tak usah takut, hanya mengobrol tentang kau dan aku.”
***
“Mwo?! Kau membawa pianis terkenal café ini?!”
“Eonnie, maafkan aku. Tapi aku ingin mengobrol dengan gadis ini.”
“Heuh…yasudah, jaga dia baik-baik.”
“Ya, pasti.”
Taemin memasukan kembali ponselnya ke saku belakang celananya, lalu menghampiri Sunny yang duduk di atas pasir hangat. Sunny terlihat sangat senang memainkan pasir di atas punggung kakinya.
“Ini pertama kalinya kau ke pantai?”
Sunny menganguk sambil terus memainkan pasir.
“Ngomong-ngomong, aku bisa isyarat tangan.”
“Ohya?” tanya Sunny, setidaknya itulah yang tergambar di wajah Sunny.
“Kakekku seorang tuna netra, dan aku sangat dekat dengannya saat aku kecil.”
Akhirnya Sunny bisa menggunakan isyarat tangannya untuk berbicara dengan Taemin.
“Waktu kau kecil?”
“Ya, dan sekarang ia sudah tak ada.”
“Ma…maaf.”
“Tak apa. Ohiya, apakah hidup sendiri itu menyenangkan?”
“Tidak juga.”
“Lalu kenapa kau tinggal jauh dari orangtuamu?”
“Aku bahkan tak punya orangtua.”
“Mianhae!”
“Tapi aku punya seseorang yang sangat berharga, ia Eommaku saat di Panti Asuhan. Aku ingin hidup mandiri dan mengikuti kursus seni agar aku menjadi pianis terkenal.”
“Jadi itu alasannya…menurutku kau tak usah kursus. Kau sudah menjadi pianis terkenal di cafeku.”
“Ohya?”
“Ya, dank au harus bekerja di sana selamanya. Agar aku tak susah mencarimu.”
“Memangnya untuk apa kau mencariku?”
“Untuk menjadi teman mengobrolku.”
“Oiya, maafkan aku karena aku berbohong padamu.”
“Tak apa, maafkan aku juga karena aku memarahimu tanpa sebab waktu itu.”
“Jadi kau ingat aku?”
“Tentu saja.”
“Uhm, aku mau mengembalikan ini.”
“Kartu memoriku!”
“Ya, maaf karena aku membukanya untuk tahu siapa pemilik kartu itu.”
“Gomawo!”
“Aku mau tanya 1 hal, kenapa tak ada satupun tentang mantanmu itu di sana?”
“Karena ini adalah privasiku, sebuah dunia milikku.”
Sunny hanya manggut-manggut.
“Kau membuka rekaman suaraku?”
Sunny mengangguk riang. Raut muka Taemin berubah meringis. Ia sepertinya malu.
“Suaramu bagus.”
“Aigoo…”
“Tak usah malu, aku menyukainya.”
“Go…gomawo.”
Lee Taemin menggenggam tangan Sunny, baru saja ia mengenal Sunny. Tapi semua kebetulan itu berubah menjadi perasaannya pada Sunny. Akhirnya kata-kata itu keluar, dan sebuah anggukan dari Sunny membuat semua berubah.
Lee Taemin menatap langit dengan mata berair, ia menangis, tapi bukan karena sedih, melainkan karena ia sangat senang. Setelah beberapa lama menatap langit, pandangannya kembali pada seorang gadis yang selama ini ia kagumi, Park Soon Kyu. Gadis itu tersenyum malu menatap Taemin yang senantiasa menatapnya penuh arti. Ia merasa ini semua mimpi, terang saja, Soon Kyu atau biasa dipanggil Sunny ini kini memiliki kekasih seorang Taemin. Anak dari seorang pengusaha terkenal di Korea ini bisa menyatakan perasaannya pada Sunny. Benar-benar tak masuk akal. Memang tak masuk akal, tapi sekarang? Apa Sunny masih bisa berkata itu tak masuk akal?
“Sunny-ah, apa kau benar-benar menerima perasaanku?”
Dan sekali lagi Sunny mengangguk.
“Kau tidak akan menyesal karena aku menyukaimu, dan kau menyukaiku?”
Sunny hanya menggeleng. Pipinya merona karena tak dapat menahan rasa bahagia. Sungmin mengulurkan tangan kanannya dan Sunny menggapainya.
“Terimakasih, sekali lagi terimakasih.”
Sunny mengangguk dan terus tersenyum.
***
Sunny dan Taemin merasa semua berlalu sangat cepat. Sudah 1 tahun mereka berpacaran, dan tak pernah ada kendala. Dan 1 tahun itu menjadi masa-masa terindah mereka. Sunny bisa mewujudkan impiannya menjadi pianis terkenal, walaupun hanya di café milik Taemin. Dan tak disangka, Taemin juga bisa menjadi penyanyi terkenal seperti impiannya. Tapi sejak Taemin 6 bulan lalu menjadi penyanyi, hubungannya dengan Sunny mulai renggang. Ini karena kesibukan Taemin. Sunny memaklumi semuanya, ia yakin jika Taemin punya waktu, Taemin akan menemaninya.
“Sunny, kau tak boleh mengeluh!” teriaknya dalam hati.
“Sunny-ah, sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu?” tanya Taeyeon.
Sunny hanya menggeleng lemah.
“Bohong, ini pasti karena Taemin. Iya, kan?”
“Aku tak tahu, Eonnie.”
“Sebaiknya kau mengajak Taemin jalan-jalan. Kau pasti sangat merindukannya, kan?”
“Ya, aku sangat merindukannya. Tapi…Oppa pasti sedang sibuk.”
“Ayolah, ajak saja.”
Sunny menatap Taeyeon untuk meyakinkan diri. Lalu ia mengambil ponselnya dan mulai mengetik sms.

Oppa, apa malam ini Oppa ada acara? Aku ingin bertemu denganmu.

Sms itu sangat lama tak ada balasan, mungkin memang takkan dibalas. Tapi dugaan Sunny salah, ponselnya berdering dan itu tandanya…Sunny melonjak girang, karena ini pertama kalinya Taemin membalas smsnya.

Baiklah, aku akan pergi denganmu setelah konser. Tunggu aku di pantai tempat pertama kali kita jadian malam ini. Oke?

Dengan cepat Sunny membalasnya. “Oke.”
Sunny memeluk Taeyeon dan pergi dari café untuk bersiap-siap.
“Bersenang-senanglah, Sunny-ah!”
***
Malampun tiba, Sunny duduk di pasir yang malam ini terasa dingin. Pantai yang sepi, dan ia merasakan kedamaian saat mendengar suara ombak yang sama seperti pertama kali ia dan Taemin ke sini. Menurut perkiraan Sunny konser Taemin akan usai sebentar lagi. Ia sudah menyiapkan makanan manis kesukaan Taemin. Sunny sangat merindukan Taemin. Ia ingat bagaimana mereka bertemu, bagaimana Sunny menemukan kartu memori Taemin dan mendengar rekaman suara Taemin, bagaimana Taemin memarahi Sunny, bagaimana Sunny membohongi Taemin…dan bagaimana ia bisa terus bersama Taemin. Ia ingat saat ia menolak permintaan tampil di acara tv terkenal Korea untuk bekerja di café Taemin. Ia ingat saat ia menyemangati Taemin untuk menjadi penyanyi. Dan Sunny ingat saat ia harus melihat Taemin terus menjauh darinnya. Tidak, ia tak mau ingat yang itu.
Sudah 1 jam lebih Sunny menunggu Taemin, lelaki itu tak kunjung datang. Sunny sudah mengantuk, tapi ia harus kuat demi Taemin. Ia ingin segar bugar saat Taemin datang. Sunny ingin mengirim sms pada Taemin, tapi ia takut mengganggu Taemin.
“Gomawo, Oppa. Karena Oppa sudah menyayangi Sunny…”
Udara dingin malam semakin merebak dan menusuk kulit Sunny. Padahal Sunny sudah memakai jaketnya yang paling tebal. Lama kelamaan tubuh Sunny melemah, ia baru sadar kalau hari ini ia memang demam. Tapi ia lupa saat Taemin bersedia menemuinya. Dan sekarang saat ia menunggu dalam ketidakpastian, demam Sunny kembali kambuh. Pandangan Sunny kabur, seketika tubuhnya terjatuh di pasir pantai yang dingin.
“Oppa…”
***
‘PLAKK’
Suara tamparan yang sangat kencang terdengar di selasar rumah sakit. Tangan Taeyeon mengepal sambil memandang garang ke arah lelaki tak bertanggungjawab itu.
“Kau tega tak datang hanya untuk mendatangi pesta tak jelas itu?”
Taemin terdiam, ia terus menunduk. Menyesal karena pura-pura lupa menemui Sunny.
“A…aku.”
“Kau tak pernah tahu perasaan gadis itu, padahal kemarin dia demam. Dan demi bertemu denganmu, Sunny rela melupakan demamnya itu. Sekarang lihat! Sunny kritis!”
“Mi…mianhae.”
Taeyeon kembali menampar Taemin. Kali ini tak sekeras tadi.
“Aku benar-benar kecewa padamu. Memang karena siapa kau bisa seperti ini? Memang siapa yang rela berkorban untukmu? Hanya Sunny, Tae.”
Airmata Taeyeon mengalir deras, ia sangat khawatir pada Sunny. Taeyeon duduk karena ia sudah tak kuat menerima keadaan Sunny.
“Mian…mianhae.”
Airmata Taemin ikut mengalir, ia juga sangat mengkhawatirkan Sunny.
“Sunny-ah, maafkan aku…”
“Apa kau tahu, Tae? Sunny benar-benar menyayangimu.”
“I know it…”
“Tapi kenapa kau tak memerdulikan Sunny lagi setelah kau jadi penyanyi?”
“Ini karena jadwalku yang super sibuk, Eonnie.”
“Pasti ada alasan lain.”
Taeyeon bisa membaca pikiran Taemin.
“Lambat laun, mungkin aku akan meninggalkannya.”
“Kenapa?”
“Entah kenapa, aku harus meninggalkannya, demi keamanannya.”
“Keamanan? Jadi kau tak bisa menjaganya?”
“Aku…aku pasti akan menjaganya, tapi tidak sekarang.”
“Jadi kau akan mengakhiri hubunganmu dengan Sunny?”
“Tidak, aku tak ingin itu terjadi.”
“Kau harus yakin, Tae!”
“Eonnie, tolong mengerti aku. Sekarang fansku ada dimana-mana, dan jika mereka tahu Sunny adalah pacarku, aku takut Sunny terluka.”
“Ya, ia akan terluka.”
Taemin melirik Taeyeon.”
“Karena kau memutuskannya hanya karena fans.”
“Apa aku tak boleh peduli pada fansku?”
“Apa kau akan melepaskan gadis yang begitu mencintaimu begitu saja?”
“Sunny pasti mau mengerti.”
“Sunny pasti akan mengerti, tapi kau takkan pernah mengerti betapa sakit hatinya!”
Taemin terdiam, ia melihat jamnya lalu berdiri.
“Aku harus ke pertunjukan.”
“Dan meninggalkan Sunny? Meninggalkan sesuatu yang pernah kau bilang begitu berharga untukmu?”
Taemin tak dapat menahan airmatanya, ia duduk lagi. Taemin menangis, dan untuk keduakalinya karena ia sangat takut kehilangan orang yang ia cintai. Seperti saat ia kehilangan Kakeknya.
“Park Soon Kyu…kenapa kau harus menungguku malam itu?”
Taeyeon menatap Taemin yang sedang menangis. Ia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Taemin.
“Taemin, apa kau mau serius dengan hubunganmu dan Sunny?”
“Sangat mau, Eonnie.”
“Apa kau mau mengorbankan semuanya demi Sunny?”
Taemin belum menjawab, kini Taeyeon cemas pada keputusan Taemin. Ia takut Sunny akan lebih sakit jika Taeyeon tak mau berkorban seperti yang Sunny lakukan untuk Taemin.
“Jika seandainya ini hari terakhirmu melihat Sunny, apa kau mau mengorbankan karirmu untuk Sunny?”
“Eonnie jangan berkata seperti itu!”
“Jika begitu, maukah kau terus mencintai Sunny selamanya?”
“Tak akan terjadi apa-apa dengan Sunny!”
“Tadi Dokter mengatakan padaku, bahwa detak jantung Sunny makin lama makin melemah. Keadaan Sunny makin kritis, makanya sekarang Dokter mencoba memicu jantung Sunny.”
“Jangan berkata yang tidak-tidak, Eonnie!”
“Aku…aku serius.”
“Apa demam Sunny sangat parah?”
“Aku tak tahu, Sunny selalu menyembunyikan hal seperti itu dariku.”
Taemin bangkit dan langsung memukul pintu kamar Sunny. Taemin ingin masuk dan mengorbankan segalanya untuk Sunny. Hanya itu. Walaupun sekarang bukan saat terakhir Sunny, Taemin akan mengorbakan karirnya untuk Sunny.
“Sunny-ah, tolong maafkan aku! Aku akan mengorbankan semuanya demimu! Aku berjanji.”
Taeyeon menarik Taemin menjauh dari pintu kamar Sunny. Lalu ia menggoyangkan tubuh Taemin untuk menyadarkan lelaki itu.
“Kau harus berdoa pada Tuhan, hanya itu satu-satunya cara.”
***
Beberapa lama kemudian, Dokter keluar dan menghelakan nafas panjang. Taemin dan Taeyeon menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Lalu Dokter mengajak kedua orang itu ke ruangannya.
“Gadis itu sangat kuat, jantung gadis itu yang awalnya melemah semakin lama makin membaik. Aku tak tahu kekuatan apa yang membuat ia bertahan. Demam yang ia derita juga sudah hilang. Gadis itu sudah keluar dari masa kritisnya. Kalian bisa lega sekarang.”
“Gomawo, Dokter,” ucap Taeyeon, sedang Taemin masih saja tersenyum dan meyakinkan dirinya untuk meninggalkan karirnya demi Sunny.
Taemin dan Taeyeon masuk ke kamar Sunny. Gadis itu sedang duduk sambil memakan beberapa makanan herbal untuk memulihkan tenaganya. Sunny terkejut melihat Taemin mendatanginya.
“Bagaimana keadaanmu, Sunny-ah?” tanya Taeyeon.
Dengan bahasa isyarat Sunny menjawab, “kondisiku sudah sehat, Eonnie.”
“Benar?”
Sunny mengangguk pasti.
“Maafkan aku karena tidak datang kemarin malam.”
Sunny tersenyum, “tidak apa-apa, Oppa. Maafkan aku juga karena sudah membuatmu khawatir.”
“Kau tak usah meminta maaf padaku. Uhm, apa benar kau sudah sehat?”
Sunny mengangguk.
“Aku akan membeli makanan untuk kita, Sunny pasti tak mau menghabiskan makanan hijau itu.”
Taeyeon menepuk punggung Taemin dan pergi meninggalkan keduanya. Ia yakin Taemin dan Sunny bisa menyelesaikan masalah mereka. Sepeninggal Taeyeon, Taemin duduk di sebelah Sunny. Lalu ia mengelus rambut Sunny lembut.
“Aku juga minta maaf karena aku tak pernah menemuimu saat aku menjadi penyanyi.”
“Tak apa-apa, Oppa.”
“Kau selalu bisa membuat orang merasa bersalah karena kebaikanmu. Kau ini menyebalkan,” ucap Taemin seraya memukul pelan pundak Sunny. Sunny hanya tertawa kecil.
“Oiya, aku berencana berhenti menjadi penyanyi.”
“Kenapa?”
“Karena aku ingin bersamamu. Aku akan menjadi pengusaha café yang sesungguhnya.”
“Kau bersungguh-sungguh?”
“Tentu, aku kan sudah bilang padamu. Aku akan mengorbakan semuanya hanya untukmu.”
“Kapan kau bilang begitu?”
“Saat aku memintamu untuk bangun.”
“Ternyata itu bukan mimpi…”
“Maksudmu?”
“Saat aku tertidur tadi, aku bermimpi melihat Oppa memukul-mukul pintu kamar ini dan berteriak akan berkorban untukku. Ternyata itu bukan mimpi.”
“Kau bisa melihatku saat kau sedang tidur tadi?”
“Mungkin.”
Taemin memeluk Sunny sangat erat, dan berbisik.
“Cintaku hanya untukmu, dan selamanya akan begini.”
Sunny membenamkan wajahnya di pundak Taemin. Ia bisa merasakan kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Detak jantung Sunny dan Taemin sama-sama berdetak kencang.
“Hanya untukmu aku melakukan ini, tolong marahlah padaku jika aku melakukan kesalahan padamu.”
Dengan cepat Sunny melepaskan pelukan Taemin. Ia memasang muka kesal, lalu memukul kepala Taemin.
“Itu untukmu yang membuatku mencintaimu!”
Taemin bingung dengan omelan Sunny.
“Kau tak mengerti? Aku mencintaimu, dan tak bisa melepasmu!”
Taemin tertawa kecil dan kembali mendekap tubuh gadis itu.
“Saranghamnida, jeongmal saranghamnida.”
Taemin mendekatkan wajahnya dengan wajah Sunny, ia ingin sejenak saja menyentuhkan bibirnya dengan bibir kecil Sunny, Sunny memejamkan matanya untuk merasakan kasih sayang Taemin. Tapi Taeyeon datang dan membuat keinginannya harus tertunda.
“Ups, sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat, ya?”
Sunny menggeleng.
“Tidak, aku sangat lapar sekarang.”
Taeyeon menyingkirkan Taemin dari samping Sunny dan membuka bungkusan makanan yang ia beli. Sup rumput laut yang hangat, harumnya semerbak menggoda selera. Taeyeon mengambil sesendok sup dan menyuapkannya pada Sunny.
“Bagaimana? Enak?”
Sunny mengangguk girang. Sedangkan Taemin hanya melipatkan tangannya di depan dada dan menunjukan ekspresi kesal, atau lebih tepatnya cemburu.
“Kau kenapa diam saja? Makan sana bagianmu?”
“Ini hari ulangtahunku, tapi yang mendapat sup rumput laut malah Sunny.”
“Besok itu ulang tahun Sunny juga kan? Hahahaha.”
“Sebagai gantinya, Sunny harus merayakan ulangtahunku nanti malam. Hanya berdua!”
“Sunny kan baru sembuh, kau tak boleh memaksanya.”
Sunny menggeleng, dan berkata, “tidak apa-apa, Eonnie.”

***

Sesuai perkataan Taemin, mereka berdua merayakan ulangtahun Taemin yang ke 21. Mereka pergi ke pantai, walau sebenarnya Taemin tak ingin mengajak Sunny pergi jauh dari rumah sakit, tapi Sunny yang meminta.
“Malam yang sangat indah!!”
Sunny juga setuju.
“Pantai pada malam hari memang dingin, tapi tetap hangat jika kita bersama.”
Sunny hanya tertawa kecil.
“Aku ingin memarahi pantai ini, karena dia tak bisa menjagamu.”
“Jangan seperti itu, akulah yang keras kepala.”
“Hahaha, sudah hentikan ini.”
Taemin merangkul Sunny. Kembali ia menatap lekat kedua mata itu. Mata yang sangat indah dan membuat siapapun yang menatapnya luluh untuk menyayangi pemiliknya. Taemin mendekatkan wajahnya pada wajah Sunny. Sunny memejamkan matanya. Tapi ketika bibir itu hendak menyentuh bibir Sunny, ponsel Taemin berdering. Ia terhenti dan sangat kesal dengan semua gangguan.
“Oh yaampun, aku ingin membuktikan bahwa aku mencintaimu. Tapi kenapa selalu ada halangan.”
“Walaupun kau tidak menciumku, aku tahu kau mencintaimu.”
Dengan kesal Taemin mengambil ponselnya dan geram saat tahu Taeyeon meneleponnya.
“Hei Taemin! Kau bawa kemana Sunny?”
“Aku dan Sunny sedang di pantai biasa, sudah tak usah khawatir.”
“Awas ya, kalau…”
Taemin memutus paksa telepon Taeyeon, ia tahu ia akan menjaga Sunny sebaik-baiknya.
“Eonnie?”
“Ya, dan seperti biasa dia yang mengganggu kita.”
Sunny tertawa. Taemin juga ikut tertawa. Setelah keduanya puas tertawa, Taemin mengecup bibir Sunny lembut. Dan kini Sunny bisa merasakan cinta Taemin yang paling tulus. Taemin yang selalu berkata, “Aku akan berkoban, hanya untukmu.”


END

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini