Rabu, 15 Juni 2011

Why I Like You - Super Junior

Hello Every body :) seperti biasa Sufi mau bagi-bagi lirik lagu :D
Sekarang lagu Korea lagi, judulnya "Why I Like You" ini lagu keren banget dah :D
Asyik dari segi lirik, nada, juga yang nyanyi :D hehehe
Okelah, seperti biasa maklum aja ya kalau terjemahannya kurang bagu :) maklum sebagian pakai google translate :)
Enjoy it



WHY I LIKE YOU (니가 좋은 이유)
The 3rd Album of Super Junior
By : Super Junior


HANGUL :

TV 를 켜면 들리는 세상 얘기들은 어깨를 처지게 우울하게 해도
오늘 아침 그대 아주 맑은 목소리는 I do I do I do yeah-
날 완벽하게, 내가 살아가게, 나를 웃게 하는 단 하나의 이유 yeah-
그대가 있다는 것 yeah-

그대가 그대가 난 그대가
사랑해 사랑해 널 사랑해
라고 말할 때 나를 믿게 돼
그대가 그대가 난 그대가
가만히 가만히 내 눈을
보며 웃을 때 나도 웃게 돼

니가 좋은 이유

많고 많은 사람들 나를 몰라줘도 어깨를 쫙 펴게 더 자신있게 해줄
나의 단 한 사람 사랑하는 내 사람 My U My U My U yeah-
처음보다 좀더, 어제보다 좀더, 오늘은 더 그대를 더 사랑하게 된 이유 girl-
우리 둘의 비밀 yeah-

그대가 그대가 난 그대가
"사랑해 사랑해 널 사랑해"
라고 말할 때 나를 믿게 돼
그대가 그대가 난 그대가
내옆에 내옆에 다가와
내게 기댈 때 힘을 얻게 돼

다정한 미소, 섹시한 눈빛, 엉뚱한 얘기 날씨 바뀌듯 때론 짐작도 할 수 없어 yeah-
있는 그대로 꾸미지 않는 사랑스러운 나의 그대가 너야
나의 그대가 너야 yeah-

그대가 그대가 난 그대가
"사랑해 사랑해 널 사랑해"
라고 말할 때 나를 믿게 돼
그대가 그대가 난 그대가
가만히 가만히 내 눈을
보며 웃을 때 나도 웃게 돼

니가 좋은 이유

그대가 그대가 난 그대가
"사랑해 사랑해 널 사랑해"
라고 말할 때 나를 믿게 돼
그대가 그대가 난 그대가
내옆에 내옆에 다가와
내게 기댈 때 힘을 얻게 돼

니가 좋은 이유



ROMANIZATION :

[SUNGMIN]
TVreul kyeomyeon deullineun, sesang yegideureun,Eoggaereul cheojige woowoorhage haedo
[DONGHAE]
Oneul achim geudaem, ajoo malgeun mogsorineun,I do, I do, I do, yeah

[RYEOWOOK]
Nal wanbyeokhage, naega saragage,Nareul wootge haneun, dan hanaui iyoo, yeah
[KYUHYUN]
Geudaega iddaneun geot, yeah

[ALL]
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Saranghae, saranghae, neol saranghae,
Rago marhal ddae, nareul midge dwae.
Geudaega, geudaega, nan geudaega
Gamanhi, gamanhi, nae nooneul
Bomyeo wooseul ddae, nado wootge dwae

[LEETEUK]
Niga joheun iyoo
[SIWON]
Manhgo manheun saramdeul, nareul mollajweodo,Eoggaereul jjwak pyeoge, deo jashinigge haejool
[KANGIN]
Naui dan han saram, saranghaneun nae saram
[LEETEUK]
My U, My U, My U, yeah
[YESUNG]
Cheoeumboda jomdeo, eojeboda jomdeo, Oneureun deo geudaereul, saranghade dwen iyoo, girl
[KYUHYUN]
Woori doorui bimil, yeah
[ALL]
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Saranghae, saranghae, neol saranghae,
Rago marhal ddae, nareul midge dwae.
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Nae yeope, nae yeope, dagawa
Naege gidael ddae himeul eodge dwae

[KYUHYUN]
Dajeonghan miso, sekshihan noonbit, eongddoonghan yegi, Nalsshi bakkwideut ddaeron, jimjakdo hal soo eobseo, yeah
[RYEOWOOK]
Inneun geudaero, kkoomiji anhneun,Sarangseureowoon naui, geudaega neoya,
[YESUNG]
Naui geudaega neoya, yeah

[ALL]
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Saranghae, saranghae, neol saranghae,
Rago marhal ddae, nareul midge dwae.
Geudaega, geudaega, nan geudaega
Gamanhi, gamanhi, nae nooneul
Bomyeo wooseul ddae, nado wootge dwae

[KYUHYUN]
Niga joheun iyoo

[ALL]
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Saranghae, saranghae, neol saranghae,
Rago marhal ddae, nareul midge dwae.
Geudaega, geudaega, nan geudaega,
Nae yeope, nae yeope, dagawa
Naege gidael ddae himeul eodge dwae

[RYEOWOOK]
Niga joheun iyoo


TRANSLATION (English) :

even though when i turn on the TV i hear news of the world that makes my shoulders droop and gloomy
your very clear voice this morning.. i do i do i do yeah~
the one reason that makes me perfect, makes me live, makes me laugh
is having you, yeah~

you you,
when you say love you love you, i love you
you make me believe
you you,
when you silently, silently look into my eyes and laugh you make me laugh

the reasons why i like you

even if many many people don’t acknowledge me, i straighten out my shoulders and be more confident
my one and only person.. the person that i love.. my you my you my you yeah~
a bit more than the beginning, a bit more than yesterday..
the reason that i’ve come to love you even more today, girl~
our little secret, yeah~

you you, to me,
when you say love you love you, i love you
you make me believe
you you, to me,
when you come beside me beside me and lean on me, i gain strength
your gentle smile, your sexy eyes, your weird words that are sometimes unpredictable like the weather, yeah~
just as you are, without having to fix anything, the person that is so lovable to me is you, that person is you, yeah~

you you,
when you say love you love you, i love you
you make me believe
you you,
when you silently silently look into my eyes and laugh you make me laugh

the reasons why i like you

you you, to me,
when you say love you love you, i love you
you make me believe
you you, to me,
when you come beside me beside me and lean on me, i gain strength

the reasons why i like you


TRANSLATION (Indonesia):

meskipun ketika saya menghidupkan TV saya mendengar kabar dari dunia yang membuat droop bahu saya dan suram
suaramu sangat jelas pagi ini .. yang harus saya lakukan lakukan yeah ~
satu alasan yang membuat saya sempurna, membuat saya hidup, membuat saya tertawa
adalah memiliki anda, yeah ~

Kamu kamu
ketika kamu mengatakan cinta padaku kamu cinta kamu aku cinta kamu
kamu membuatku percaya
kamu kamu
ketika kamu diam-diam, diam-diam melihat mata saya dan kamu tertawa kamu membuatku tertawa

Itulah alasan kenapa aku suka kamu

bahkan jika banyak orang banyak yang tidak mengakui saya, saya meluruskan bahu saya dan menjadi lebih percaya diri

hanya satu orang saja.. orang yang aku cintai .. milik saya, milik saya milik saya yeah ~
sedikit lebih dari yang awal, sedikit lebih dari yang kemarin ..
alasan bahwa Aku datang untuk mencintai Anda hari ini bahkan lebih, gadis ~
rahasia kecil kami, yeah ~

Kamu kamu, untukku
ketika kamu mengatakan cinta padaku kamu cinta kamu aku cinta kamu
kamu membuatku percaya
kamu kamu untukku
ketika kau datang di sisiku di sampingku dan bersandar padaku, aku mendapatkan kekuatan
Senyum lembutmu, mata seksimu, kata-kata anehmu yang kadang-kadang tidak terduga seperti cuaca, yeah ~

sama seperti kamu,
tanpa harus memperbaiki apa pun, orang yang begitu menyenangkan bagiku adalah kamu,
orang itu adalah kamu, yeah ~
Kamu kamu
ketika kamu mengatakan cinta padaku kamu cinta kamu aku cinta kamu
kamu kamu
ketika kamu diam-diam, diam-diam melihat mata saya dan kamu tertawa kamu membuatku tertawa

Itulah alasan kenapa aku suka kamu

Kamu kamu untukku,
ketika kamu mengatakan cinta padaku kamu cinta kamu aku cinta kamu
kamu membuatku percaya
kamu kamu untukku
ketika kau datang di sisiku di sampingku dan bersandar padaku, aku mendapatkan kekuatan

Itulah alasan kenapa aku suka kamu


Selasa, 14 Juni 2011

Cerpen - Heaven

Satu keyakinan akan janji, ya. Itulah yang ku punya di dunia ini. Hanya itu yang membuatku bisa bertahan hidup selama 15 tahun. Hanya itu yang dapat membuatku terus menunggu. Dan hanya itu yang membuatku dapat menghadapi ia, gadis paling menyebalkan dalam hidupku. Dea.
Aku tak pernah habis pikir, kenapa gadis itu selalu ada disampingku? Bahkan seumur hidupku, aku tak pernah mau ia ada. Heuh, aku hanya ingin menyingkirkannya dari pandanganku, tapi aku lemah. Karna ia punya satu janji yang membuatku sungguh tertarik pada janji itu. Surga.
---
"De, loe mau milk shake atau jus jeruk kayak biasa?" Tanyaku
"Aku mau jus jeruk aja kayak biasa yo"
"Sip"
Aku kembali ke kasir, untuk memesan 1 jus jeruk untuknya, dan 1 milk shake untukku. Setelah menerima dua minuman itu, aku berjalan santai menuju meja yang telah kami pesan di cafe ini.
"Nih" kataku seraya memberikan pesanannya.
"Makasih yo"
"Sama-sama, eh. Ngomong-ngomong, loe nggak sama Shilla sahabat loe itu?" Tanyaku, ya untuk sekedar menciptakan topik pembicaraan yang pas dan menyenangkan untukku.
"Nggak"
"Kenapa?"
"Terserah aku, lagipula. Shilla bukan sahabatku, dia musuhku"
Sebenarnya, aku cukup tertarik pada musuh Dea yang bernama Shilla, gadis itu cukup manis. Bahkan sangat manis untukku, ketika aku melihat senyumnya. Ya Tuhan, manisnya. Tapi aku tak pernah berani mengutarakan perasaanku pada Shilla, perlu kalian tahu. Dea itu anak yang sangat ambekan. Jika ia tahu aku jadian dengan musuhnya, Dea pasti menangis, mengadu pada kedua orang tuaku. Dan akibatnya? Aku kena marah. Heuh, dasar anak aneh.
"Ngapain sih musuhan? Bukannya Shilla tu baik ya?"
"Yaampun, Mario Stevano Aditya Halililililing. Kamu nggak pernah dengar perkataan anak-anak tentang gadis aneh itu?"
Sebenarnya, aku ingin menyemprot Dea dengan milk shake ku, enak saja menyebut pujaan hatiku gadis aneh. Kau yang aneh! Tapi, aku mencoba untuk tahan amarah ini. Dengan terus menyedot milk shake. Agar pikiranku lebih dingin.
"Aih, loe ni de, nama gua kok Halingnya jadi panjang?"
"Bodo"
Aku hanya bisa menggerutu dalam hati, biar ia menyebalkan. Ia tetap sahabatku. Sahabat terburukku.
"Eh, bagaimana hubungan loe sama Alvin?"
"Kok kamu tahu yo?!"
"Khan udah nyebar kale, anak kayak Alvin kalau suka sama cewek, ceritanya lebar kemana-mana. “Ngomong-ngomong, loe terima nggak?"
"Nggak"
"Kenapa?"
"Bodo"
“Sialan"
"Apa katamu?!" Dea mulai melotot padaku, aku langsung menunduk. Tak mau banyak bertanya lagi. Ia meletakan handphonenya dengan kasar ke atas meja. Aku sampai kaget dibuatnya. Huft. Kapan aku bebas dari anak ini?
---
Pulang sekolah nanti, aku berencana akan ke pemakaman Opa, karna sudah 5 tahun terakhir ini. Aku tak pernah ikut papa mama mengunjungi pemakaman Opa. Ya, aku cukup menyesal dibuatnya, dan juga, aku takkan mengajak Dea. Jika sudah di kuburan, omongannya selalu ngawur. Aku sering takut jika di dekatnya.
"Yo, kamu lama amat sih jemputnya?"
"Udah, naek aja loe"
Tapi, belum sampai Dea naik ke sepedaku, seorang anak lelaki berkulit putih bersih menghadang kami. Ia tersenyum dan mengangguk tanda hormat pada kami, ialah Alvin. Anak keturunan asli Jepang, mata sipitnya selalu mempesona, ya begitu kata semua teman gadisku.
"De, kamu ikut aku yuk" ajak Alvin pada Dea.
"Sama aja vin, aku ikut Rio aja ya?" Dea menolak permintaan Alvin, ia pun naik ke bangku belakang sepedaku.
"Please de, yaya?" Alvin masih memohon pada Dea, aku sebenarnya kasihan pada Alvin. Kok bisa-bisanya suka pada gadis aneh ini.
"Udah, loe turun aja de. ikut sama Alvin sana" aku mengusir Dea, agar ia mau ikut di sepeda Alvin, Dea pun turun, memukul kepalaku dengan tasnya. Dan naik ke sepeda Alvin.
"Bilang aja, kamu mau jemput princess itu. Rio jelek!" Dea meninggikan volume suaranya, tanda ia marah besar.
"Maksud loe apa sih de!?" Aku juga mulai marah padanya, Dea cepat-cepat menyuruh Alvin untuk menjalankan sepedanya. Dan terpaksa, aku harus mengejar mereka.
Tapi, adegan kejar-kejaran itu berhenti saat hujan tiba-tiba turun. Kami bertiga langsung berteduh di halte dekat tempat kami berada. Dea merapatkan tubuhnya pada Alvin. Fiuh, syukurlah. Aku bisa lega sendirian. Dea dan Alvin sangat mesra rupanya, dan aku jengkel melihatnya. Bukan karna cemburu, tapi aku memang tak suka melihat orang pacaran. Norak tahu! Hem, tapi bagaimana nanti jika aku pacaran sama Shilla ya? Hihi.
"Loe nggak usah sok mesra gitu napa de, loe khan tahu. Gua nggak suka liat adegan kayak gitu" kataku kesal.
"Cemburu ya??" Aku tersentak karna pertanyaan Dea, tapi tak lama aku langsung tertawa keras menertawakan pertanyaannya yang sangat konyol. Dan tadi sudah ku jawab.
"Apa? Cemburu? Yaampun de, geer banget sih loe" Aku masih menertawakannya. Dea menunduk, dan aku tak pernah melihatnya seperti itu.
"Nanti, Rio mau ke pemakaman Opa ya?" Hah? Darimana ia tahu rencanaku?
"Nggak kok de" sangkalku
"Kalau kamu ke pemakaman Opa, aku ikut ya?" Tanyanya lagi.
"Nggak, beneran. Gua nggak kesana"
"Ih, pokoknya aku ikut!"
"Loe nyebelin banget sih de!"
"Kamu yang nyebelin!"
Disini, kami malah bertengkar. Alvin diam termangu melihat kelakuan kami, aku akhirnya diam, tak enak juga bertengkar dengan gadis di tempat yang cukup ramai orang. Walaupun aku sudah biasa bertengkar dengannya, tapi demi image dan harga diri. Sebaiknya aku diam.
"Yo?" Dea masih memanggilku, tapi aku tetap diam.
"Maaf ya yo"
"Ya" Kataku singkat, tak mau memperpanjang masalah.
"Kalian berdua lucu ya" Alvin mulai berkomentar. Aku menoleh ke arahnya. Begitu pula Dea, ia memperhatikan Alvin penuh harap. Memangnya Alvin mau mengatakan hal bagus apa? Dasar aneh.
"Kalian itu, sebaiknya jangan berpisah.. tetaplah begini, karna..kelakuan kalian membuat orang di dekat kalian bahagia" jelasnya, bahagia? Kata bahagia itu ingin sekali ku ambil, dan ku buang jauh-jauh dari peradaban hidupku.
"Nggak kok vin, suatu saat nanti. Kita akan pisah. Siapa tahu?" Dea tersenyum tipis setelah mengatakan hal itu. Aku tak terlalu menghiraukan omong kosong anak ini.
"Eh, hujan udah mau reda tuh, kita cepet-cepet ke sekolah yok. Nanti telat, dan gua nggak mau dihukum bareng loe de"
"Makasih yo"
Ucapan itu seperti berbisik, tapi aku jelas mendengarnya. 'Makasih yo' dari Dea? Untuk apa? Aneh tetaplah aneh.
---
Kami berpisah di gerbang sekolah, beruntungnya di tahun ketiga kami di Smp, aku tak sekelas dengan Dea. Dan beruntungnya lagi, aku sekelas dengan Shilla. Senangnya hatiku. Tapi, aku masih merasa aneh dengan ucapan Dea tadi. Untuk sebuah kata 'Makasih' sepertinya itu, cukup. Arghh! Aneh, aneh, aneh! Anak aneh!
Aku menoleh ke belakang, Dea juga Alvin sudah menghilang. Leganya.
Pundakku ditepuk oleh seorang, ya Tuhan! Ia Shilla..
"Pagi Rio" Sapanya, aku tersenyum seraya melanjutkan langkahku.
"Pagi juga"
Aku mencoba untuk sedikit 'Jaim' pada gadis yang kusukai, supaya gadis itu memandang aku sebagai seorang yang 'Misterius' hehe.
"Kamu nggak kehujanan yo?"
"Nggak dong, gua khan anak cepat tanggap. Mana mungkin kehujanan"
"Hahaha. Dasar, ehem. Sebenarnya yo, aku mau minta tolong sama seorang juara 1 berturut-turut seperti kamu"
"Minta bantuan apa Shill?"
Bayangan misterius langsung pecah, aku kembali menjadi anak pecicilan, ingin selalu tahu, dan supel. Shilla tertawa, wah. Manis seperti putri-putri di negeri dongeng. Tak heran, jika ia di juluki Princess Shilla.
"Aku mau minta kamu mengajar privat sepulang sekolah nanti"
"Untuk siapa?"
"Untukku yo"
"What?!"
Detak jantungku berdegup sangat cepat, mimpi apa aku semalam? Bisa diminta jadi guru privat seorang princess. Ya Tuhan.
"Mau nggak yo?"
"Eh, eh. Boleh deh shill"
"Makasih ya!"
Terimakasih Tuhan, telah memberiku kesempatan berduaan dengan gadis manis ini. Dan mungkin ini kesempatan aku tuk melakukan pendekatan dengan Shilla. Yes!
---
Sesuai permintaan Shilla, aku mengajarinya beberapa pelajaran yang cukup sulit baginya. Dan aku yakin, Shilla itu hanya merendah. Ia sebenarnya pintar, tidak seprti Dea. Anak bodoh itu selalu menyusahkan aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah untuk dijawab, hah. Dianya saja yang terlalu aneh, bodoh.
"Kita mulai pelajaran matematika ya yo?" Tanya Shilla padaku, membuat lamunanku akan perbandingan Shilla dengan Dea buyar.
"Oh, iya. Silahkan shill. Terserah kamu"
"Kamu? Sejak kapan Rio bilang kamu?"
"Ehehe, gua keceplosan. Ah, udahlah shill, mana yang loe nggak ngerti?"
Sebenarnya, aku sedang terbiasa mengucap aku, kamu. Pada Shilla, agar jika nanti kami menjadi sepasang kekasih. Aku tak terlalu canggung mengucapnya.
"Sebenernya yo, aku ngajak kamu kesini cuma mau bilang sesuatu"
"Bi..bilang apa shill?" Tanyaku mulai gugup melihat gadis pujaanku.
"Seperti banyak kata orang, mereka bilang.. kamu suka aku ya?"
Deg.. deg.. deg.. Aduh, kenapa dengan Shilla? Ini terlalu cepat shill, aku.. aduh, bagaimana ini?
"Jawab aja yo, kamu suka aku?"
'Brukk'
Aku dan Shilla langsung menoleh ke sumber suara, Dea sedang berdiri di depan pintu. Air matanya mengalir, sebuah kotak berwarna biru tua warna kesukaanku tergeletak di samping kaki anak aneh itu.
"Loe kenapa de?" Tanyaku, tapi Dea masih diam dan terus menunduk. Ia pun menyeka air matanya, dan tersenyum padaku. Sungguh senyum yang di paksakan. Matanya masih berkaca-kaca. Aku memutuskan untuk berdiri dan hendak menghampirinya, tapi Shilla menahan langkahku.
"Aku, pulang duluan ya"
Setelah berkata dan bersikap aneh seperti itu, ia langsung berlari. Aku duduk kembali, dan menatap Shilla yang masih menunggu jawabanku.
"Kenapa dengannya yo?"
"Gua juga nggak tahu"
"Ehem.. jadi gimana yo?" Tanyanya lagi.
"Gua, aduh gimana jawabnya ya shill?"
"Udah, kamu jawab aja yo"
"I..iya shill, gua suka sama loe"
"Jadi, kamu bisa jadi pacarku dong?"
"Ehem, iya Shill, aku mau kok jadi pacarmu.."
"Makasih ya yo"
"Aku yang harusnya bilang makasih shill"
Kami pun berbincang banyak, walaupun perasaan ini sangat campur aduk. Kami mengobrol hingga ada seorang satpam menegur kami, kami pun pulang, dan aku mengantarkan Princess itu ke rumahnya, untuk pertama kali. Oiya, mengenai kotak yang tadi Dea jatuhkan. Aku mengambilnya, dan ternyata kotak itu berisi gantungan Naruto yang sudah lama kuinginkan. Tapi, aku memberikannya pada Shilla. Ya, semata-mata hadiah jadian.
---
Sesampainya di rumah. Aku berputar-putar di dalam kamar, aku sangat senang. Senang-senang-senang. Ternyata pujaan hatiku itu juga menyukaiku. Sekarang, aku ingin berteriak pada dunia.
"AKU SAYANG SHILLA!!"
Agar Shilla puas mendengarnya, tapi aku tetap mengontrol perasaanku. Jadi seorang cowok macho lah Rio! Kini, aku dapat mengganti kontak Shilla di handphoneku dengan nama 'My Lovely girl. Shilla' hehe, aku tertawa melihatnya.
'Tok tok tok'
Suara ketukan itu membuatku tersadar dari mimpi-mimpiku akan Shilla. Aku langsung beranjak membuka pintu kamar. Ku lihat mamaku menangis, ia memelukku. Aku merasakan firasat buruk. Ku elus pundak mama.
"Ada apa ma?"
"Dea yo, Dea.."
Huft, pasti anak itu sudah mengadu pada mama, tapi kenapa mama menangis?
"kenapa dengan Dea ma?"
Mama melepaskan pelukannya padaku. Ia masih menangis. Aku terus mengelus pundak mama.
"Dea meninggal nak, tadi sepulang sekolah ia mengalami kecelakaan, ia tertabrak mobil di depan toko permen kesayangan kalian."
Jantungku berhenti berdetak, waktu di sekitarku tiba-tiba berhenti. Pikiranku mengantarkanku ke sebuah bayangan masa lalu. Aku teringat saat Dea menangis di depan pintu kelas dan menjatuhkan kotak berisi gantungan kunci yang sangat kuinginkan. Ia mengatakan.
"Aku pulang duluan ya"
Tuhan. Kenapa kau tega mengambil anak aneh itu begitu cepat? Kenapa Tuhan?! Air mataku mengalir deras tak tertahan, hatiku sangat perih. Dea.
Tiba-tiba saja, aku teringat sebuah kertas yang terselip di kotak yang dijatuhkan Dea, sudah kubuang karna aku pikir, paling isinya aneh seperi Dea. Aku langsung berlari meninggalkan Mama yang masih menangis, aku ingin mengambil surat itu. Surat terakhir dari Dea.
---
Malam ini begitu gelap, lebih gelap dari yang biasa aku alami. Apa karna Dea? Coba ku ingat-ingat. Dimana tadi aku membuang kotak dari Dea? Pikiranku kacau saat ini, Dea. Bantu aku, seperti yang selalu kau lakukan.
"Disana yo! Bintang jatuh!!"
Teriakan itu, jelas. Sangat jelas kudengar. Aku mencari sumber suara itu, tapi tak kutemukan. Semua gelap, aku hanya dapat menerka apa yang ada didepanku. Tak ada perasaan takut sedikitpun. Karna aku hanya ingin mendapatkan kotak itu.
"Yo, kita akan ke Surga suatu saat nanti"
Suara Dea kembali membayangiku. Dea, tolong jangan siksa aku. Bantulah aku.
Aku mencari kotak itu di tempat sampah, sangat bau keranjang tersebut. Ku tahan nafasku, aku sangat lelah mencarinya. Kira-kira sudah 5 keranjang sampah tempatku mencari kotak pemberian Dea. Bodoh, aku memang bodoh. Bahkan aku lebih bodoh dari Dea. Aku tak bisa memahami gadis itu, padahal. Dea selalu memahami perasaanku.
Ia selalu memberiku hadiah ulang tahun yang penuh dengan perasaan kasih sayangnya, sedangkan aku? Selama 15 tahun aku mengenalnya, tak ada satupun hadiah ulang tahun yang kuberikan padanya. Aku orang paling bodoh! Maafkan aku de, maafkan aku. Kenapa, di saat terakhir aku melihatmu. Kau harus menangis karnaku Dea? Kau itu juga bodoh, menangisi lelaki sepertiku. Dasar bodoh.
Air mataku terus mengalir dengan penyesalan-penyesalan yang tiada hentinya, aku masih mencari walau mata ini sudah merah karna mengantuk.
"Ini dia!"
Aku berhasil menemukannya! Dea, terimakasih kau sudah membantuku! Terimakasih Dea!
---
Pagi ini begitu kelam bagiku, melihat semua teman-teman sekolahku datang ke sebuah pemakaman yang sama sekali tak kuinginkan. Beberapa menepuk-nepuk pundakku, mengucap perkataan motivasi. Karna mereka tahu, aku adalah sahabat Dea.
Alvin menghampiriku, ia meminta aku ikut dengannya. Dan disinilah kami, di taman dekat pemakaman umum tempat Dea di kubur selamanya. Mataku masih sebam, tapi mata Alvin lebih menyedihkan. Untuk ukuran matanya yang sudah kecil, menangis membuat matanya makin kecil.
"Yo." Panggilnya.
"Apa?"
"Gua cuma mau bilang yang sebenarnya yo, gua benci banget sama loe"
Alvin menghelakan nafas, dan melanjutkan.
"Karna dalam hati Dea, cuma ada loe"
"Maksud loe vin?"
"Iya, Dea nggak pernah menerima cinta gua itu karna loe yo, Dea mencintai loe yo. Makanya, Dea selalu menjaga loe yo"
"Gua nggak ngerti"
'Bukk'
Sebuah pukulan mendarat di pipiku, kini pipiku merah karna pukulan yang di lempar Alvin padaku, rasa nyeri itu terasa hingga hatiku.
"Loe bisa nggak sih jagain Dea yo?!"
Aku masih terdiam, Alvin memandang nanar padaku. Ia bersiap untuk memukulku.
"Pukul aja vin, pukul gua sesuka hati loe, karna gua emang pantes nerima itu"
Alvin mengepalkan tinjunya, aku tak takut sama sekali. Karna memang ini yang pantas kuterima dari kelakuanku yang sangat bodoh pada Dea. Tangan Alvin hampir menyentuh pipiku yang satu lagi, tapi ia terdiam.
"Loe pantes dapet beribu pukulan dari gua yo, dan sebenarnya, gua mau. Loe meninggal dan bisa menemani Dea, menjaga Dea di Surga"
Ku angkat kepalaku, tak kusangka Alvin juga tahu tentang janji Dea padaku.
"Dea pernah bilang ke gua. Dia pengen banget ke Surga sama loe yo, hidup bahagia tanpa ada yang menghalangi. Tapi, gua selalu mencegahnya dengan perkataan. Jangan tinggalkan aku Dea"
Mataku panas lagi, aku juga ingat Dea pernah mengatakan hal itu padaku. Dan aku hanya mengangguk tanpa senyum. Padahal dalam hati, aku tak ingin hal itu terjadi. Aku ingin ia dan aku tetap didunia. Karna aku takut, jika kami takkan bisa bertemu di Surga.
"Gua nggak nyangka yo, baru aja kemarin gua bisa lihat senyum Dea seharian. Dan sekarang Dea harus pergi"
Kamu bisa merasakan senyum tulus Dea vin, sedangkan aku? Aku takkan pernah bisa melihatnya lagi, senyum itu sangat berarti untukku vin, kini aku sangat merindukan Dea.
"Seharusnya, loe jaga Dea yo"
"Ya"
---
Seusai pemakaman, aku langsung berlari pulang dan segera ingin membaca surat dari Dea. Karna itu surat terakhir Dea untukku. Keadaan rumah masih sepi saat aku tiba di sana. Karna mama dan papa masih ada dirumah Dea, mengenang gadis aneh itu. Haha, sampai sekarang pun aku masih memanggilnya gadis aneh. Tapi, begitulah kenyataannya. Gadis itu sangat aneh, di satu sisi ia membuatku jengkel padanya, tapi disisi lain ia membuatku sangat menyesal dan rindu jika ia harus meninggalkanku selamanya.
Ku buka surat dengan amplop biru pemberian Dea, mataku mulai panas.
Happy brithday to Rio! Happy brithday to Rio! Yeah!
Kau tahu yo? Besok khan hari ulang tahunmu! 24 oktober 2010, wahaha.
Dan ini hadiah yang akan kuberikan padamu, aku sedang tidak enak badan. Dan aku takut tak bisa datang ke pesta ulang tahunmu besok. Jadi ku berikan sekarang aja ya?
Hem, aneh memang rasanya.. Akhir-akhir ini, aku merasa ingin sekali dekat denganmu. Lebih dekat dari biasanya yo.
Aneh bukan? Seperti julukanmu padaku, cewek aneh.
Oh iya, ingat janji ku yang dulu? Seperti biasa, setiap tahun aku selalu mengingatkanmu tentang hal ini. Surga, ya. Suatu saat nanti kita ke Surga ya? Hidup bahagia disana. Dan tak usah ada Shilla Shilla itu!
Maaf ya yo, jika nantinya aku akan kesana lebih dulu darimu, haha.. Tapi walaupun aku sudah kesana duluan (andaikan) aku ingin kau tetap ada di dunia ini. Untuk menghibur semua orang yang kita sayangi, mama, papa, mamamu, papamu, kak Marcel, Alvin, begitu juga.. Shilla. Huekk, aku ingin muntah deh. Hehe.
Ah sudahlah, aku tak mau berlama-lama menulis surat yang pasti aneh untukmu. Aku ingin mengucapkan 1 kalimat untukmu.
Aku menyayangimu sahabat.

Air mataku yang telah ku tahan pun mengalir membasahi surat itu, aku membayangkan Dea yang membuat surat ini untukku, pasti ia menulisnya dengan sepenuh hati. Bayangan Dea yang menangis kemarin takkan pernah lepas dari pikiranku. Begitu juga senyumnya yang manis. Dan aku takkan mengganti isi hatiku pada siapapun. Aku menyayangimu Dea.
---
10 tahun kemudian..
10 tahun sudah aku meninggalkan Bandung, setelah kepergian Dea, keluargaku pindah ke Manado. Bukan karna kami ingin melupakan kenangan kami dengan Dea. Tapi ini karna pekerjaan Ayahku. Kuliahku S2 disini sudah kuselesaikan, dan aku ingin refreshing melepas semua penat akan pelajaran kuliah. Aku berencana liburan ke Bandung. Sekalian ziarah ke makam Opa, dan.. Dea.
---
Surat Dea masih ku genggam erat, suratnya selalu kubawa kemanapun aku pergi, karna surat itu selalu memberiku kekuatan. Kekuatan cinta yang besar. Terimakasih Dea.
Wah, sudah 10 tahun aku meninggalkan Bandung, dan tak banyak perubahan disini. Masih sama, toko permen yang sering ku datangi bersama Dea masih berdiri kokoh dan sama sekali tak berubah. Ku putuskan untuk membeli beberapa permen disana. Melepas rinduku pada Bandung.
"Bu, aku beli 2 kantung permen lolipop ya" Kataku seraya menaruh 2 kantung besar berisi lolipop beragam rasa di atas meja kasir.
"Lho? Ini den Rio bukan?"
"Iya bu, ternyata Ibu masih mengenal saya, hehe"
"Ya pasti lah den, den Rio sama non Dea khan sangat sering kemari dulu."
Bu Weni, itulah nama wanita paruh baya di hadapanku, ia selalu mengajak kami mengobrol dengannya, dan juga sebaliknya. Ibu satu anak ini sudah tak punya suami, dan juga ia sangat menyukai anak-anak. Jadi beliau menciptakan toko permen terbesar juga tertua di Bandung ini. Dea dan aku termasuk pelanggan setianya.
"Den Rio, nggak bareng non Dea?"
Aku menggeleng, bu Weni langsung menutup mulutnya.
"Waduh, saya lupa den.. maaf den"
Aku tersenyum padanya, bu Weni menghitung lolipop yang kubeli. Pandanganku langsung meluas memperhatikan permen-permen yang mengingatkanku pada Dea. Aku tersenyum kembali, melihat permen itu tersenyum, seperti melihat Dea tersenyum. Aku sangat rindu padanya.
"Ibu sangat rindu pada non Dea den.."
Aku hanya mengangguk dan menyiapkan uang untuk membayar pesananku. Bu Weni membungkus semua dengan cantik, dan memberikannya padaku.
"Berapa bu?"
"Gratis den"
"Maaf?"
"Iya den, ini hadiah ulang tahun aden. Hari ini 24 Oktober khan?"
Aku sampai lupa, bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Dasar bodoh.
"Terimakasih ya bu"
"Sama-sama den, oh iya den, Ibu mau bilang. Ada anak lelaki seumuran aden, setiap Ibu ziarah ke makam non Dea, lelaki itu selalu ada, sepertinya dia pacar non Dea den"
"Saya kurang tahu bu, kalau begitu saya pamit ya."
"Iya den."
Ku tinggalkan toko permen itu, ku ambil satu permen dan ku masukan permen tersebut ke dalam mulutku, manis. Aku masih ingat, Dea selalu mengambil permenku, karna ia tak pernah cukup dengan satu permen. Dasar rakus sekali anak itu.
Semenjak kepergian Dea, tak ada lagi yang memberiku kado dengan penuh rasa cinta. Aku juga sudah berakhir dengan Shilla, ternyata ia memang buruk seperti kata Dea. Dea sungguh yang terbaik untuk hidupku.
Aku berjalan lagi, dan perjalananku selanjutnya akan bertepi di pemakaman Dea.
---
Benar yang diucapkan bu Weni, lelaki itu ada disamping makam Dea. Alvin, sepertinya ia sangat rajin berkunjung.
"Pagi vin"
Alvin menoleh ke arahku, aku jongkok di samping Alvin, menaruh lima permen lolipop di depan nisan bertuliskan "Dea Amanda", ku elus nisan tersebut, tak lupa ku tebarkan bunga lili putih kesukaan Dea.
"Sudah 10 tahun loe nggak kesini yo" Kata Alvin, aku hanya tersenyum.
"Semakin tua, kau semakin tak bisa berbicara ya yo" cerca Alvin
"Sudah, tak usah membahas yang nggak penting. Sepertinya loe mengurus makam Dea dengan baik, jadi gua nggak usah cemas" Kataku.
"Nggak yo, makam Dea sama sekali nggak baik"
"Loe masih aja memberikan pernyataan yang menimbulkan pertanyaan buat gua"
"Dea selalu menunggu loe berkunjung ke makamnya lho yo"
"Maksudnya?"
"Iya, setiap gua kesini. Dea selalu tanya ke gua, dimana Rio?."
"Loe udah gila kali ya vin, mana mungkin Dea muncul"
"Gua serius Rio, kalau loe nggak percaya. Malam ini, loe harus kesini sendirian. Dea pasti ingin mengatakan sesuatu sama loe"
Aku hanya diam, mungkin ini karna Alvin sangat mencintai Dea, jadi ia bicara ngawur seperti ini.
---
Sesuai percapakanku dengan Alvin tadi pagi, malam ini aku kembali ke makam Dea.
Dan, aku bisa merasakan hal yang sama seperti sehari sebelum pemakaman Dea, Dea ada disampingku. Membantuku mendapatkan ketenangan. Ku pegang surat dari Dea, dan kubaca sekali lagi.
"Rio.."
Bulu kudukku berdiri, suara itu memanggilku. Dan jelas itu suara Dea. Sentuhan lembut kurasakan di punggungku. Itu sentuhan Dea.
"Dea?"
"Aku selalu menunggumu disini yo"
"Kamu? Kenapa kamu muncul?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu yo"
"Tapi, bisakah kau menunjukan dirimu de? Aku rindu sekali padamu"
Samar-samar, tapi pasti. Sosok itu muncul di hadapanku, tersenyum padaku. Aku juga tersenyum padanya. Aku sangat merindukan Dea, sangat rindu. Aku ingin memeluknya, tapi itu tak mungkin.
"Apa yang ingin kau katakan de?"
"Aku mencintaimu"
Setelah kata itu terucap, ia menghilang. Dan aku kini kembali menyesal, kenapa aku tak menahannya? Kenapa aku melepasnya lagi? Yasudah. Setidaknya kini aku bisa tenang, aku bisa melihatnya pergi dengan senyuman. Kau sudah memberiku Surga, sebuah Surga cinta yang indah padaku, hatiku selalu tenang jika aku mengingatmu. Dan suatu saat nanti, aku akan menyusulmu. Dan menemanimu di Surga seperti janjimu dulu. Terimakasih Dea, aku mencintaimu.

Mom... I Love You forever

To My Love, Mom..

Pagi ini, kurapihkan barang-barang pribadiku, karna mulai hari ini. Aku takkan tinggal di Sini lagi. Aku akan tinggal di rumah Oma, sedang Papa akan ditugaskan bekerja di luar kota. Dan ini pertama kalinya aku merasakan perpisahan. Rencananya aku akan berpamitan dengan semua kawan-kawanku di SMA. Tak berapa lama, Papa mengetuk pintu kamarku berkali-kali, membuyarkan lamunanku. Aku hendak membukanya. Tapi kakiku tak bisa digerakan. Jadi aku berteriak pada Papa.
“Buka saja, Pa.”
‘krekk’ Papa menyimpulkan garis indah di wajahnya, ia tersenyum dan aku pun ikut tersenyum, senyum yang dipaksa.
“Nda udah siap berangkat?”
“Apa kita benar-benar harus pindah dari sini, Pa?”
“Tugas Papa nggak bisa ditunda lagi, Nda. Maafkan Papa.”
“Oh, tak apa, Pa! Aku akan sangat senang tinggal dengan Oma!” Hiburku.
“Baguslah kalau begitu, ayo Papa bantu kamu naik ke kursi roda barumu.”
“Ayo, Pa.”
Aku tersenyum lebih lebar untuk menyenangkan Papa, agar ia tak mempedulikan keadaanku yang kini sudah lebih dari berubah. Papa mengangkat tubuhku dan menurunkannya ke kursi roda. Setelah 1 minggu berada di atas benda ini, aku mulai mahir memainkannya. Hehe. Hanya menunggu waktu untuk lebih mahir mengontrol belokan-belokannya.
“Untuk hari ini, Papa akan mendorong kursi roda Nda dengan penuh kasih sayang!” Seruan Papa membuatku begitu bersemangat, tawaku pun mulai terdengar, Papa mengambil tasku dan menaruhnya di pundaknya. Ia sungguh lelaki yang kuat. Tangan kasarnya mendorong kursi rodaku kuat-kuat, ia setengah berlari tapi mampu membuat rambutku yang hanya sebahu terbang-terbang. Angin dingin hari itu membuat pipiku membeku, aku membuka mulutku lebar-lebar untuk memasukan angin-angin itu ke dalamnya, dan akupun bisa merasakan hidup yang nyata. Bersama Mama yang selalu ada di hatiku.
Setelah sampai di samping mobil, Papa duduk di hadapanku, ia tersenyum manis padaku. Lalu Papa mengelus rambuku, seraya membenarkan jepitan berbentuk pita warna merah jambu pemberian Mama, aku kegelian dibuatnya.
“Maafkan Papa, Nda.”
“Maaf untuk apa, Pa? Nda khan sudah bilang, Nda senang tinggal dengan Oma. Lagipula ada kak Lisa yang sering bermain denganku sejak aku masih balita. Aku sangat senang!”
“Maafkan Papa, karna tak bisa menjagamu dan Mama.” Gumamnya, pelan tapi pasti, aku mendengarnya sendiri mengalir dari mulut Papaku tersayang.
“Nda..” sebuah panggilan halus kudengar, itu suara seorang temanku. Nova. Papa dan aku menoleh ke sumber suara, aku terkejut melihat Nova bersama seluruh kawan-kawanku sekelas mendatangiku.
“Nova? Teman-teman?” Tanyaku heran.
Nova, ia sahabatku yang berharga, suka, duka kujalani bersamanya sejak kami SD. Aku sudah kenal baik dengannya juga keluarganya, ia sangat baik padaku. Sebenarnya aku benci ini, aku tak ingin menangis untuk perpisahan ini. Tapi aku memang hanya manusia biasa yang tak mungkin tak sedih kehilangan seorang sahabat.
“Kenapa kau harus pergi?”
“A..aku..”
“Aku tak akan ikhlas, kau harus janji padaku dan teman-teman, kalau kau akan kembali menjadi Nda yang dulu, kapten basket kebanggan SMA Nasional I.”
Aku tertawa kecil, walau mataku sudah berair. Ku putar roda besar kursi roda ini, hingga bergerak mendekati Nova. Aku hendak memeluknya, tapi ia menjauh. Tatapannya dingin, aku tahu. Ia pasti sangat marah karna aku hendak meninggalkannya.
“Aku pasti kembali Nova, aku akan menjadi kapten basket di SMA kita, tapi jika aku kembali pasti kau sudah menggantikanku.”
“Kau bicara hal yang tidak mungkin terjadi, takkan ada yang menggantikanmu. Karna kau harus tetap di sini.”
“Aku tahu, Nov. Ini sungguh bukan kuasaku, Tuhan yang mengatur takdir. Dan takdirku, aku harus pindah dari Kota ini.”
“Tuhan tak tahu apa-apa tentang takdir! Tuhan jahat!”
‘plakk’
Semua hening, tak ada suara lain kecuali suara daun-daun yang mulai berjatuhan akibat telah rapuh tangkainya. Aku terlarut pada keheningan ini, hingga bayangan masa lalu mulai muncul lagi di pikiranku.
-
“Sudah kubilang, sebaiknya Mama tak usah jemput aku lagi! Aku malu, Ma! Aku ini sudah SMA!” Hardikku pada Mama, tepat di depan gerbang sekolah, disaksikan Nova yang senantiasa bersamaku. Mama terus tersenyum walau aku sudah berani memarahinya.
“Nda sayang, Mama mau kamu ikut sama Mama ke suatu tempat yang indah. Hanya hari ini aja.. boleh?” Perkataannya sangat lembut dan penuh kasih sayang, tapi aku sama sekali tak terpengaruh, sampai Nova mencubit tanganku.
“Aww, apaan sich kamu?”
“Ikut saja, Nda. Khan hanya hari ini. Besok-besok Mamamu takkan menjemputmu, iya khan, Tan?”
“Iya,”
Aku lama menatap Mama, ia terus memandangku penuh kasih sayang, tapi hari itu aku sungguh kesal. Bayangkan saja, Mama menjemputku hingga depan kelas! Sebagai anak kelas 3 SMA aku malu dong! Arrghhhhh!
“Heuh, yasudahlah.”
Aku pun naik ke dalam mobil, Nova hendak ku ajak, tapi ia menolak. Ada urusan katanya. Aku duduk di bangku depan bersebelahan dengan Mama. Mama kembali menatapku, selama 3 menit ia menatapku dan aku mulai risih dengan kelakuannya.
“Bisa nggak sich, cepat sedikit?” Aku menyindirnya dan memberikan tatapan tajam padanya, ia tersenyum dan mulai menyalakan mesin mobil. Kami pun melaju ke tempat yang di rahasiakan Mama. Aku mulai merasa ada yang aneh pada Mama, wanita cerewet itu tak biasanya baik padaku, biasanya ia mengomeli setiap yang kukerjakan, kenapa dengannya hari ini? Aneh.
“Nda, Mama akan traktir Nda hari ini, Nda mau pergi ke tempat makan yang seperti apa?”
“Ih, khan Mama yang ajak Nda, jadi Mama saja yang menentukan.” Ketusku.
“Yasudah, kita ke warung Lesehan Budiman yuk,”
“Terserah.”
Mama menghelakan nafasnya, sepertinya ia mulai kesal dengan sikapku yang kurang ajar padanya, tapi semasa bodo. Ini karna ia membuatku malu. Mobil Mama melaju agak cepat, Mama terlihat sangat berkonsentrasi mengemudikan mobil Honda berwarna Abu-abu, warna kesukaannya. Tapi aku tahu, perjalanan kami masih jauh, mengingat betapa macetnya Jakarta setiap waktu.
“Nda..”
Aku yang hampir tertidur akhirnya mendelik kesal, menatapnya malas.
“Ada apa?”
“Mama mau minta maaf sama Nda, kalau Mama punya salah sama Nda.”
Aku terpaku mendengar pernyataan Mama, Mama lalu melanjutkan perkataannya lagi.
“Nda harus tahu, semua omelan Mama selama ini, hanya untuk kebaikan Nda, Mama nggak pernah punya maksud untuk memarahi apalagi mempermalukan Nda. Mama sangat sayang sama Nda. Kadang Mama berfikir, jika suatu saat nanti Mama tak bisa menemani Nda lagi di dunia ini, Mama akan sangat berdosa. Melepas anak semata wayang Mama dan Papa.”
Aku menatap Mama penuh arti, kenapa Mama harus mengatakan hal itu padaku? Apa ia tak tahu perasaanku yang sebenarnya? Aku tak mau kehilangan Mama, walau sampai kapanpun.
“Ih, Mama ngomongnya ngawur.”
“Jika Mama nggak bisa lagi sama Nda, Nda mau khan menjaga Papa?”
“Nggak mau!”
“Lho? Kenapa?”
“Aku.. aku.. ah! Bukankah Mama terlalu kelelahan? Ngomongnya ngelantur! Makanya kalau pulang kerja nggak usah terlalu sering memarahiku!” Ujarku agak keras, karna kini aku sangat takut, aku takut kehilangan Mama. Langsung kupalingkan wajahku menatap Jakarta yang langitnya sedang mendung, begitu kelabu menyesakan jiwa.
Setelah keluar dari kemacetan Jakarta, Mama mempercepat laju mobil, karna hari sudah mulai malam dan kini aku sangat lapar, Warung Lesehan Budiman jauh dari pusat kota, jadi harus melajukan mobil ekstra cepat jika tak mau mati kelaparan.
Jalanan yang licin membuatku cemas jika Mama mempercepat laju mobil, aku terus menatap Mama, sesekali Mama menatapku dan tersenyum padaku, Mama, Nda begitu menyayangi Mama, jika saat ini adalah mimpi, Nda nggak mau bangun dulu, karna Nda mau begini Ma, Nda mau terus di samping Mama. Terus melihat senyum Mama.
Aku merasa gelisah di tengah perjalanan, entah mengapa sikap Mama berubah, Mama seperti kehilangan konsentrasi menyetir.
“Nda, tolong ambilkan obat Mama di belakang!” Seru Mama, aku panic mencari obat Mama, kuraba-raba berbagai benda di belakang kursi kami. Dan akhirnya ku temukan sebuah botol, Aku terkejut melihat label obat itu, obat kanker rahim?! Mama meminta obat itu dan hendak meminumnya, tapi naas. Sebelum Mama meminumnya, aku melihat silau lampu mobil yang besar, mobil itu menghantam mobil kami.
‘BRAKK’ suara itu jelas terdengar di telingaku, mobil Mama hancur seketika, aku masih tersadar walau tak 100%, kulihat Mama, ia tak sadarkan diri, aku ingin menolong Mama, tapi kakiku terjepit besi-besi mobil, kakiku sama sekali tak bisa digerakan. Tuhan, tolong Mama.. tolong selamatkan Mama untukku. Tuhan.. aku mohon..
-
Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri, dan ketika kubuka mataku aku sudah berada di ruangan yang serba putih, kulihat Papa tertidur di sofa. Aku bangun, dan hendak menghampirinya. Tapi kakiku mati rasa, Tuhan.. ada apa ini?! Kenapa kaki Nda nggak bisa digerakan?!
“Papa.. Papa!!” Teriakanku berhasil membuat Papa bangung, ia terkejut melihatku panic, ia menghampiriku dan memelukku. Aku tak tahu apa-apa saat ini. Papa semakin erat memelukku.
“Papa minta maaf Nda..”
“Pa, kenapa kaki Nda nggak bisa digerakan? Kenapa mati rasa?”
“Nda harus sabar ya,”
Aku memberontak, hingga Papa melepas pelukannya, matanya kembali berair.
“Mama mana?”
“Maafkan Papa, Nda.”
“Mama mana?!”
“Maafkan.. maafkan Papa.”
Aku sudah tak tahan menderita seperti ini, nekat ku jatuhkan diriku ke lantai, tapi tetap tak ku rasakan kakiku, ku seret tubuhku, tapi beberapa suster datang dan mengangkat tubuhku kembali ke kasur, Papa kembali duduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Salah satu suter menyuntikan obat penenang di daerah lenganku. Tubuhku yang awalnya memberontak menjadi lemas. Dan akhirnya tertidur kembali.
-
Beberapa hari kulalui tanpa kepastian, dimana Mama? Papa tak pernah mau menjawab, suatu kenyataan pahit pun kuterima, bahwa aku cacat permanen. Hingga hari ke-7 aku dirawat inap, ia baru mengatakannya hal sebenarnya padaku.
“Mama melihatmu dari atas sana, Nda.”
“Apa maksud Papa?”
“Mama sudah nggak bisa sama-sama kita lagi.”
“Mama kemana, Pa?”
“Mama sudah meninggal akibat kecelakaan tempo lalu, Nda.”
Tubuhku membeku, hatiku terasa menghilang, mau dibawa kemana semua perasaanku ini? Apakah salah, jika Mama ada di sini, bersamaku? Bersama semua cintaku padanya? Tubuhku benar-benar kaku, wajahku pucat pasi mendengar kenyataan ini.
“Ini semua takdir, Nda. Takdir dari Tuhan.”
“Tuhan tak tahu apa-apa tentang hidupku! Tuhan jahat! Ia tak mendengar semua do’aku saat di mobil! Tuhan Jahat!”
Sudah 2 kali aku menyebut, Tuhan jahat, aku merasa hatiku saat ini begitu kering, tak ada siapapun disampingku. Tak ada lagi yang menyayangiku, tak ada..
“Ya Tuhan..”
Aku menyesali perbuatanku, menyebut Tuhan jahat adalah hal terburuk bagi seorang yang sudah selamat dari kecelakaan besar. Kenapa aku tak bersyukur pada nikmatnya? Mama memang sudah saatnya untuk pergi, aku tak bisa mencegahnya. Sikap Mama yang aneh saat di mobil, sudah bisa kurasakan sebagai pertanda. Bahwa Mama sudah tak lama lagi bersamaku. Ya Tuhan, jika ini mimpi.. aku ingin engkau membangunkanku, Nda ingin minta maaf pada Mama. Nda mau memeluk dan merasakan kehangatan Mama, Nda mau.. melihat senyum Mama. Nda mau waktu itu diputar, saat Mama mengatakan, kalau Mama sangat menyayangi Nda, saat Mama menatap Nda penuh arti, saat Mama .. saat Mama sabar menanggapi sikap Nda yang kurang ajar. Mama.. maafin Nda.
-
“Jangan pernah berkata, Tuhan jahat. Aku membenci 2 kata itu.”
“En.. Nda.” Nova terbata-bata membalas ucapanku.
“Aku menyayangimu, Nov. Bahkan aku ingin kau menjadi pengganti Mama, yang senantiasa di sampingku ketika aku membutuhkannya. Tapi aku sadar, Mama tak mungkin tergantikan, Aku hanya menyayangi Mama sebagai Mama, bukan siapapun.”
“Aku membencimu, Nda!” Nova agak berteriak, lalu lari meninggalkanku, disusul teman-teman sekelas. Aku hanya bisa menatap tubuh kecilnya berlari membawa semua rasa sayangku padanya. Nova. Aku menyayangimu, sepenuh hatiku sahabat.
Papa menggendongku masuk ke dalam mobil, ia memasukan kursi rodaku ke dalam bagasi. Selama perjalanan, tak kuasa kukenang Kota Jakarta, dan kurekam semua kejadian manis yang pernah ku alami di sini. Tapi, tak ada lagi Mama yang memarahiku ketika aku berada di depan komputer berjam-jam, padahal masih banyak tugas yang menanti, dan aku malu sendiri pada Mama, ia sungguh baik mengingatkanku. Tapi balasanku hanya omelan saat ada kesempatan memarahi Mama. Tak kuduga saat itu menjadi saat terakhirku bersamanya.
Tak berapa lama aku melamun, sebuah SMS mengagetkanku. Dari Nova
Nova : maafkan aku, Nda. Aku hanya sangat takut kehilanganmu. Tolong kembalilah suatu saat nanti.
Nda : aku akan terus menyayangimu, Sahabat. Tak ada yang lebih berharga didunia ini selain kasih sayang sahabat, aku akan kembali suatu hari nanti. Menjadi Nda yang lebih baik di matamu.
Nova : aku juga menyayangimu, aku ingin menjadi pengganti Mamamu, tapi ternyata tak bisa. Aku hanya Nova, sahabatmu.
Nda : jangan putus persahabatan kita, walau kita ada di Kota yang berbeda.
Nova : tentu, Nda! Nova sayang Nda, sahabat terbaik Nova!
Nda : Nda juga sayang Nova. ^_^
Dan tak ada lagi balasan dari Nova, aku tersenyum lebih tulus, kusandarkan tubuhku di jendela mobil. Membayangkan wajah Mama yang takkan pernah kulupakan selama-lamanya. I LOVE U FOREVER MOM. Jika kau masih mempunyai Mama, tolong jangan sia-siakan waktumu untuk hal negatif bernama ‘dendam’ karna tak boleh ada kata ‘dendam’ di antara Mama dan anak. Teruslah ucapkan I LOVE U FOREVER MOM di hatimu, agar kau tahu. Arti sebenarnya kasih sayang di dunia. Terimakasih untuk semua anugerah yang telah kau berikan Tuhan. Berikan tempat terindah Mama disampingmu. Amin.

Cerpen - This is my time

“Mari.. ikut aku”
***
Hanya itu yang ingin ia katakan padaku? Menyebalkan sekali gadis jutek itu, hanya karna roknya terkena minumanku saja wajahnya sudah seperti monster.
“Loe nggak punya mata bukan? Ni rok tuch harganya bahkan lebih dari gaji lo!”
“Maaf mbak”
Aku hanya menunduk dan pasrah mendengar omelan gadis ini.
“Heh, kayaknya loe cuma denger omongan gua aja ya?! Nggak ada usaha amat sih loe! Bersihin rok gua!!”
“Iya mbak.”
Aku pun mengambil beberapa tissue dan melap rok gadis ini. Sambil mendumal dalam hati, dan menyesali. Kenapa aku harus datang ke cafe ini!? Padahal aku bisa saja di rumah, dan menulis banyak karya.
“Mbak, tolong jangan marah-marah terus” ucap seorang lelaki.
Kulihat wajah gadis itu kembali marah, dan bersiap untuk meledak lagi. Tapi ketika ia berbalik, didapati seorang lelaki umur 23 tahun yang sangat tampan. Membuat hatinya berbunga-bunga.
“Ma..maksud kamu apa?”
Hah? Kamu?? Kenapa bahasanya langsung berubah melihat paras indah wajah kak Rio? Huekk. Dasar gadis aneh!
“Maksud saya, maafkan adik saya, dan jangan membuat keributan lebih lagi”
“I..iya, namamu siapa?”
Aku langsung dengan sigap menarik tangan kak Rio, dan mengajaknya menjauhi gadis aneh ini.
“Please deh kak, nggak usah ladeni gadis gila itu!”
“Kamu itu harusnya bertanggung jawab atas perbuatanmu”
“Tadi aku udah minta maaf kak”
Kak Rio tertawa kecil, ia mengacak-acak poniku, dan pergi menemui gadis aneh itu lagi. Setelah berbincang sebentar, ia menemuiku lagi.
“Udah pergi tu orang?”
“Sudah kok sayang”
“Dih, nggak usah panggil sayang-sayang deh, ini semua gara-gara kakak! Kalau kakak nggak menyuruhku kesini, aku nggak usah berurusan sama gadis itu!”
“Shilla namanya”
“Aku nggak nanya namanya..”
“Kamu cemburu ya kakak ngobrol sama gadis manis itu?”
“Dih, cemburu? Ya nggak mungkin lah! Kita khan saudaraan..”
“Hahaha.. dasar. Sudah, ayo ke ruangan kakak”
Walaupun kami hanya sebatas sepupu, tapi aku tetap menganggapnya sebagai kakakku sendiri. Aku tak mungkin menyukainya, dan juga. Apa-apaan orang tuaku itu. Ingin menjodohkanku dengan kak Rio? Enak saja. Aku nich udah punya pujaan hatiku, orang yang selalu memberikanku inspirasi. Belahan jiwaku deh ^_^.
Kak Rio terus berjalan, dan aku mengikutinya dari belakang. Ku lihat hiasan yang sangat indah terukir di langit-langit Cafe ini, aku kagum pada tatanan Cafe yang di rancang sendiri oleh kak Rio, ia memang boss yang hebat. Bintang-bintang itu seperti menatapku dan tersenyum padaku. Andai Alvin ada disini. Kapan-kapan akan kuajak dirinya.
“Silahkan masuk sayang”
“Kakak ih, jangan panggil aku sayang. Nanti bisa jadi salah paham”
“Iya deh, Dea Amanda”
Aku masuk sesuai perintah kak Rio, ruangan yang luas dan berhasil membuatku menikmati surga dunia. Nuansa go green seperti ini yang kudambakan di kamarku, tapi sayang mami tak bisa menyanggupi permohonanku yang satu ini. Mami sangat tak suka tanaman. Berbeda dengan almarhum papi, pecinta tanaman. Mungkin ini karna kepergian papi ada hubungannya dengan tanaman. Papi meninggal di dalam kamar kerjanya yang penuh tanaman, dan dapat disimpulkan. Itu karna papi tidur bersama tanaman di malam hari. Berkelahi memperebutkan O2 dengan tanaman-tanaman hijau itu. Ruangan kak Rio memang tak ada tanaman sama sekali, tapi lukisan tanaman yang sangat menyejukan.
“Mau apa kakak menyuruhku ke Cafe tercinta kakak?”
“Kakak mau ngomong berdua aja sama kamu dek”
“Ini khan udah berdua kak”
Kak Rio menatapku, ia diam dan wajahnya sangat serius. Aku jadi agak ngeri ni..
‘Sahabat sejatiku, hilangkah dari ingatanku. Di hari kita saling berbagi’
I-ring handphoneku berdering keras, memecah keheningan yang kami buat. Aku permisi keluar, tapi tangan kak Rio menahanku.
“Disini aja de terima telponnya”
“I..iya kak”
-klik-
“Halo vin?”
“De, loe dimana?”
“Gua di Cafe kakak gua, kenapa?”
“Loe cepet kesini deh. Via kesurupan de!”
“Apa?! Kesurupan?! Iya deh, gua cepet kesana!”
-klik-
Kak Rio berdiri disampingku, cukup dekat. Tubuh tingginya membuatku agak gugup.
“Kak, aku pamit ya. Ada salah satu temenku yang kesurupan”
“Hah? Kesurupan? Kok bisa?”
“Nggak tahu kak, yaudah aku pergi dulu ya!”
Pamitku tanpa ingin tahu ucapan apa lagi yang akan dilontarkan kak Rio. Aku langsung berlari dan melesat cepat ke markas dengan motorku.
***
‘Duakk’
Aku membuka pintu dengan kerasnya, karna aku sangat panik. Kulihat Alvin, Amey, Iel dan Tian sedang menangani Sivia, temanku yang kerasukan roh.
“Ya Tuhan, daritadi?” Tanyaku.
“Nggak de, 5 menit sebelum gua telpon lu” jelas Alvin.
Ku dekati Via, aku belum bilang pada kalian, aku ini punya kekuatan untuk menangani orang-orang yang kerasukan roh halus, ini kekuatan dari kakek. Ku pegang pundak Sivia, dan kupejamkan mataku. Mencoba untuk berbicara dengan roh halus yang merasuki tubuh Via.
“Hei, kau siapa?” Tanyaku dalam hati.
“Mari.. ikut aku.”
Tanganku terasa panas, aku coba bertahan dan mengajak roh itu keluar dari tubuh Via. Tenagaku terkuras sangat banyak, tapi syukurlah. Roh itu pun keluar. Kini bukan saja wajah Via yang pucat, tapi wajahku juga pucat kekurangan energi. Alvin mengusap pipiku yang berkeringat.
“Loe nggak apa-apa de?” Tanya Alvin.
“Nggak apa-apa kok vin, loe harusnya tanya sama Via, bukan sama gua”
“Biarlah, Amey, Tian dan Iel sudah menanganinya.”
“Sebenernya gimana kejadiannya to vin?”
“Kami juga nggak tahu pastinya de, tadi pas Via merapihkan rak makanan dapur, tiba-tiba aja dia udah kerasukan”
“Dapur ya.. gua kesana sebentar ya”
“Jangan de!”
Aku dan yang lain sangat terkejut mendengan teriakan Alvin, aku kembali mendekatinya.
“Loe kenapa vin?”
“Eh, gini de. Apa gua boleh temenin loe?”
“Malah gua yang harus teriak jangan nyong. Dasar aneh”
Aku kembali berjalan dan kucoba merasakan hawa roh yang tadi merasuki Sivia.
“Mari, ikut aku..”
Suara itu lagi, sepertinya ajakan yang menarik. Tapi dimana ajakan itu berasal? Hem..
‘Tiap kali.. aku berlutut’
Sebuah sms masuk di Hpku, membuatku tak bisa berkonsentrasi lagi.
Rio-chan : nanti malam mami mengajakku makan malam dirumahmu. Kuharap kau bisa datang menemaniku, aku tak mau makan malam hanya berdua dengan mamimu.
Ku balas singkat.
Dea-chan : Iya kakak.
Heuh, hawa roh halus itu sudah hilang. Dan aku tak bisa menangkapnya. Ini gara-gara kak Rio. Dasar.
***
Setelah Sivia tenang, ia menceritakan perihal bagaimana ia bisa kerasukan.
“Mula-mula, aku mendengar sebuah bisikan ‘Mari, ikut aku..’ lalu aku seperti terhipnotis, dan mengikuti suara itu sampai di depan pintu gudang. Tapi setelah itu pandanganku langsung gelap!”
Setelah ku telaah, itu hanya roh jahil. Amey juga sudah membolak-balikan kartunya. Mengatakan padaku, bahwa itu hanya roh jahil. Seraya kembali memainkan kartu-kartunya. Anak itu memang pandai membaca keadaan lewat kartu, ini bukan sihir. Tapi Amey memang punya indera ke-enam. Hampir sama sepertiku. Dan sepertinya ia lebih hebat dariku. Hehe.
Ups, aku hampir lupa dengan sms kak Rio tadi, kuputuskan untuk pulang tepat waktu.
“Yaudah, hati-hati aja vi, loe itu rentan kerasukan. Makanya jangan suka melamun. Gua pulang dulu ya. Kalian juga sebaiknya pulang, daripada terjadi hal aneh lagi. Latihannya besok lagi aja”
“Yo wess, balik yok” ajak Alvin dengan logat Malangnya.
Akhirnya kami pulang bersama, Alvin melempar sesuatu padaku. Semacam liontin.
“Ini buat apa vin?”
“Buat pacar gua, biar nggak rindu sama gua”
Aku hanya tersenyum malu, sambil melihat Alvin yang lama kelamaan hilang dari pandanganku. Ku buka liontin itu, dan melihat isinya. Fotoku bersamanya. So sweet ^_^.
“Mari.. ikut aku..”
Suara itu lagi, huft.. dasar roh jahil. Jika suatu saat kita bertemu, akan kumusnahkan sampai habis!
***
Alvin menatap fotonya bersama Dea, memandangnya penuh arti. Sudah 5 tahun mereka berpacaran, tapi Alvin belum berani mengatakan kata “Sayang” lagi pada Dea. Mungkin jika sudah menikah nanti, ia baru bisa menyatakannya lagi. Umurnya sudah 21 tahun. Minimal 1 tahun lagi, ia akan melamar Dea. Alvin tersenyum lagi, lalu mencium foto Dea.
“Aku akan terus ada disampingmu. Tuhan, tolong persatukan kami di upacara yang sah itu.”
***
Hatiku merasa sangat tenang, apa mungkin karna liontin ini? Sepertinya bagitu. Hehe.
“Itu Dea sudah datang yo,” ucap mami menyambut kedatanganku.
“Tumbenan lho, kakak mau makan malam bareng 2 gadis cantik seperti kami” candaku.
“Hahaha, mama dan papa sedang tak ada dirumah de, jadi aku mau makan malam dengan mami dan kamu”
“Makanannya juga enak. Mami jarang membuat yang seperti ini!” Protesku.
“Iya khan, kita hanya berdua de”
“Mulai deh, udah mam.. Dea sayang mami”
Ku peluk mami penuh kasih, kurasakan aura jiwanya. Ia sedang bahagia saat ini, membuatku juga bahagia.
“Ayo, kita mulai saja mam” ucap kak Rio.
Aku pun sudah tak sabar menyantap makanan-makanan mewah dihadapanku. Setelah mami mengambil sesendok nasi dan beberapa lauk, langsung saja ku ambul 3 sendok nasi dan lauk paling besar di meja. Hahaha.
“Heh, dasar Dea rakus” ledek mami.
“Hehe, aku lapar sekali mam”
“Memang kamu habis ngapain?”
“Ada deh”
Kak Rio tersenyum padaku, karna ia tahu apa yang kulakukan tadi.
Ku lahap cepat makananku, bahkan lebih cepat dari kekuatan mami menghabiskan satu sendok nasi. Bagitupun kak Rio yang ku ambilkan 2 sendok nasi untuknya.
“Begini de, sebenarnya ada hal lain kenapa Rio datang kesini” ucap mami.
“Ada apa mam?” Tanyaku.
“Rio, kamu saja yang mengatakannya”
“Ada apa sih ini? Serius banget. Hahaha”
“Sebentar lagi, umurmu 20 tahun de. Dan apakah boleh. Perjodohan itu dilanjutkan?”
Apa? Kak Rio masih membahas perjodohan konyol itu? Ya Tuhan!
“Aku nggak bisa kak” ucapku singkat.
“Kenapa de?” Tanya mami.
“Karna aku sudah punya pilihan hatiku sendiri mam, kak”
“Tapi Rio yang terbaik sayang” ucap mami.
“Kak Rio, aku hanya menganggapnya sebagai kakakku sendiri mam, tak lebih. Aku memang menyayanginya. Tapi murni sebagai saudara.” Jelasku.
“Siapa lelaki itu de?” Tanya mami.
“Lelaki hatiku mam, Alvin.”
“Lelaki berandal itu?!” Bentak mami seraya menggebrak meja makan.
“Alvin bukan lelaki berandal ma!”
“Mengajakmu menjadi anak band yang membuatmu berandal, anak itu berandal!”
“Alvin satu-satunya lelaki dihatiku mam! Aku takkan mengkhianatinya!”
“Walau itu demi mami mu sendiri?” Tanya kak Rio yang sejak tadi diam saja.
Aku memandang kak Rio nanar, aku tak menyangka ia akan tega berbuat seperti ini padaku. Semua memojokanku. Kini aku hanya seorang kerdil yang harus berlari meninggalkan kenyataan ini. Aku tak kuat jika hubunganku selama 5 tahun ini harus hancur akan paksaan mami! Aku pun berlari meninggalkan rumah, pokoknya aku harus menjauhi rumah sejauh-jauhnya. Agar dua orang itu tak bisa mengejarku!
***
Kulajukan motorku dengan sangat cepat, menuju kost-an Alvin. Tapi ini sudah sangat malam, aku tak enak jika nyatanya ia sudah tidur. Ku putuskan untuk duduk di depan pintu kost-annya. Dan akhirnya aku tertidur.
Paginya, aku sangat terkejut. Karna aku sudah berada di atas kasur Alvin.
“Eh, loe udah bangun de” sapa Alvin yang sedang menatap sarapan.
“Iya vin, sory ya gua kesini”
“Nggak papa kali de, loe ada masalah apa de sama mami lu?”
Selama 5 tahun kami berpacaran, memang. Alvin sangat tahu semua tentang diriku. Setiap ada masalah dengan mami, aku pasti menemuinya. Sampai ia hapal betul. Hehe.
“Mami vin, ia mengatakan lu tu berandal” ucapku jujur.
“Haha, itu sich udah biasa de” ucapnya santai seraya menyuguhkan susu hangat untukku.
“Ada 1 hal lagi vin”
“Apa itu?”
“Mami menjodohkan gua dengan kak Rio”
“Lho? Kak Rio sepupu loe itu?”
“Iya”
“Kok bisa terulang lagi de?”
“Gua juga nggak ngerti vin, dan sekarang kak Rio setuju lagi!”
“Idih, nggak konsist banget sih tu orang, khan dia tahu kalau loe udah punya pacar”
Aku hanya menggeleng, sekarang aku sangat kecewa pada kak Rio, bahkan untuk beberapa waktu kedepan, aku tak ingin menemui kak Rio.
“Apa gua emang nggak cukup baik buat loe ya de.?”
“Maksud loe apa sih vin?”
“Gua ngerasa, mami lu nggak akan pernah setuju sama hubungan kita. Gua hampir putus ada de”
“Lu dungu banget sih vin, gua kecewa sama loe!” Bentakku, aku langsung berlari meninggalkannya, dan melajukan kembali motorku menuju tempat yang takkan mungkin dijangkau siapapun. Oleh mami, kak Rio, Alvin maupun sahabat-sahabatku. Aku ingin sendirian, hanya sendiri. Papi.. aku merindukanmu. Sangat rindu!! Hanya papi yang mengerti semua isi hatiku. Hanya papi.
***
“Mari, ikut aku..”
Suara itu lagi, kenapa suara itu selalu saja mengikutiku?
“Hei, siapa sih?!”
Seorang anak kecil yang sangat manis mendekatiku, ia menjulurkan tangannya padaku. Seperti terhipnotis, aku menjulurkan tanganku padanya. Dan pandanganku mendadak gelap.
***
Ku lihat, semua orang yang kukasihi menangis, dan kulihat Alvin duduk diam di antara kerumunan orang-orang yang bersedih itu. Ku coba memanggilnya, tapi suaraku sama sekali tak keluar. Tubuhku terasa sangat ringan. Padahal kemarin beratku sempat naik lho 3 kg. Hehehe. Hus! Kenapa aku masih bisa tertawa di sela-sela orang-orang bersedih.
Ku cari mami, dan kutemukan mami berada disamping kak Rio, huh. Dasar carmuk! Aku benci kak Rio! Tapi kenapa ya? Mereka bersedih, dan tak ada yang sadar aku disini. Aku tahu suasana seperti ini, keadaan yang pernah kualami juga. Saat papi meninggal..
Aku berjalan hati-hati menuju mami, ku elus rambutnya. Tapi.. tanganku tak bisa menyentuhnya. Tanganku transparan! Ada apa ini sebenarnya?!
“Dea, maafkan mami.. kembalilah sayang, jika Dea kembali.. mami janji, akan merestui hubungan Dea dengan Alvin. Mami janji”
Aku ada disini mam! Aku disampingmu! Dengarlah suaraku mam! Ah! Kenapa suara ini tak bisa keluar dengan lancar?! Aku hanya bisa berbicara lewat hati. Tuhan ada apa ini?!
Ku lihat, sebuah peti mati. Aku takut untuk melihat isi peti itu, tapi kucoba untuk berani. Ku tatap perlahan.
“Aaaaaaaaaa”
Aku berteriak sejadi-jadinya, melihat diriku sendiri berada di peti itu, aku tak mau percaya semua ini! Aku belum mati! Aku masih ada disini mam! Ada disampingmu!
“Mari, ikut aku..” suara itu lagi, suara yang kudengar di saat terkahir hidupku. Darimana asalnya suara itu? Aku harus memberinya pelajaran!
Dengan air mata terurai halus, ku cari suara itu, hingga sampailah aku di ruang kerja papi.
“Keluar kau! Kau sudah membuatku seperti ini! Aku tak mau mati!”
Anak kecil itu muncul lagi, wajahnya lebih pucat dari awal aku bertemu dengannya.
“Kakak memang sudah seharusnya pergi, seperti papi kakak”
“Kamu siapa?!”
“Aku hanya pikiran kakak, karna kakak sudah putus asa. Maka aku membantu kakak untuk kembali ceria”
“Aku belum mau mati! Kembalikan aku!”
“Tidak bisa..”
Sosok itupun menghilang dari pandanganku, aku terduduk lemas.
***
Aku berjalan tanpa arah, melihat dimana aku berdiri untuk terakhir kali. Di jembatan merah milik kota Bogor tempat tinggalku. Selesai menatapnya seksama, aku berjalan pulang. Suasana sendu masih sangat terasa, mami masih menangis seraya menatap fotoku, kak Rio berdiri disampingnya. Kak Rio terus mengelus punggung mami. Alvin juga semua sahabatku pun masih ada di rumah. Aku ingin menyapa kalian, sungguh ingin. Aku ingin melakukan apa saja, asalkan aku bisa menyentuh dan memeluk mami. Walau itu untuk terakhir kali.
“Mami..” panggilku lirih, tapi percuma. Mami tak mungkin mendengar panggilanku.
“Alvin..” kupanggil Alvin, dan duduk disampingnya. Aku ingin sekali mengelus rambutnya yang halus. Tapi Alvin tak mungkin bisa merasakannya.
“Amey, Via, Iel, Tian..” keempat sahabatku itu terkantuk-kantuk karna ingin tetap disini menemani mami.
“Kak Rio..” walau aku membencinya, aku tak bisa melupakan jasa-jasa kak Rio, ia selalu membantuku. Apalagi untuk hal tentang sekolah. Ia mengajariku banyak hal, hingga aku bisa menjadi yang terbaik di sekolah.
“Aku rindu kalian.. aku tak mau sendirian.. aku ingin ada disisi kalian..” lirihku.
Sesosok tubuh yang besar menarikku menjauh dari semua orang yang kukasihi, ia menyeretku hingga kami berada di ruang kerja papi.
“Kau ingin sendirian bukan?”
“Tidak, aku ingin bersama mereka. Siapa kau?”
Sosok itu membuka jubahnya, dan air mataku meleleh. Melihat papi!
“Papi!!” Teriakku. Aku hendak berlari memeluknya, tapi papi langsung menahanku agar aku tak memeluknya.
“Jangan peluk papi. Dea, karna jika kau peluk papi. Mungkin kau tak bisa bertemu lagi dengan Mami.”
“Papi, Dea kangen papi..”
“Sekarang, dunia kita berbeda sayang..”
“Tapi aku khan sudah meninggal juga pap”
“Tidak Dea, kau belum meninggal.”
“Maksud papi?”
Seketika pandanganku menjadi putih, semua putih terang menyakiti mataku, sangat silau. Menyesakan jiwa, mengusik hati. Semua benar-benar putih, seperti berada di dunia antah berantah. Ya Tuhan, dimana aku?
Tiba-tiba kulihat sebuah bayangan, ketika kak Rio menggendongku yang masih balita, ia tersenyum sangat manis. Dan disamping kejadian itu, kulihat Alvin saat masih Smp. Malu-malu mendekatiku dengan bunga di belakang punggungnya. Dan juga, aku melihat Amey dan Sivia tertawa bersamaku, ada pula. Saat bandku menyanyi di sanggar tari ternama di Bogor.
Dan yang paling membuatku sedih, saat aku melarikan diri malam itu, melarikan diri karna aku tak mau dijodohkan dengan kak Rio. Menyakiti hati mami. Mami.. maafkan Dea. Tapi Dea tak bisa menerima kak Rio, Dea mencintai lelaki lain. Ia Alvin. Anak berandal yang tak disukai mami. Maafkan Dea mam.
Air mataku kembali mengalir hangat, mustahil rasanya jika hantu bisa menangis. Tuhan, tolong beri aku kejelasan akan semua ini.
***
“De, dea!”
Panggilan itu berhasil membantuku untuk bangun, kulihat Alvin berada di sampingku. Di sekitarku pun banyak orang-orang mengerumuni kami.
“Lu kenapa de? Jangan bunuh diri, gua mohon.”
Jangan bunuh diri? Vin, apa kamu berbicara padaku? Apa ini kenyataan? Atau hanya fatamorgana belaka? Ya Tuhan! Aku nggak meninggal!! Aku masih hidup!!
Langsung kupeluk Alvin erat, air mataku kembali meleleh. Lalu Alvin menggendong tubuhku lalu ia mengajakku pulang dengan taksi.
“Maafkan gua Dea..”
Aku masih terdiam, mungkin masih belum percaya akan mimpi-mimpiku yang terasa nyata. Papi, mungkin ini yang kau maksud. Duniaku dan duniamu berbeda.
“Gua nggak pantes mengatakan hal seperti itu, mulai saat ini gua akan berusaha nggak melepas lu. Gua nggak mau kehilangan lu”
“Iya vin, sama-sama” jawabku singkat.
Setelah beberapa lama, kami pun tiba di rumah. Mami langsung memelukku.
“Maafkan mami dea, mami nggak akan menjodohkanmu dengan Rio jika kamu tak mau, mami nggak mau kehilangan Dea..”
“Maafin Dea juga mam, Dea nggak bisa jadi anak yang berbakti”
Mami terus memelukku, air matanya merembes ke bajuku, aku bisa merasakan kasih sayangnya. Aku sayang mami. Samar, aku melihat gadis kecil itu berlarian di rumahku, ia tersenyum padaku sejenak, lalu menghilang. Sebenarnya siapa gadis cilik itu?
***
Ini hari ulang tahun pernikahanku yang ke6. Ku tatap kedua putri kembarku, mereka sedang duduk manis seraya memainkan boneka mereka masing-masing. Nama mereka Salma dan Salwa. Kedua buah hatiku yang sangat kusayangi.
Sudah pukul 19.00 WIB. Aku masih menunggu Alvin yang berjanji akan pulang cepat untukku, sebuah sms masuk di Hpku.
Rio-chan : Ulang tahun pernikahanmu, selalu kuingat setiap tahun. Langgeng ya sayang.
Dea-chan : Terimakasih atas do’anya kak.
Rio-chan : sama-sama sayang.
Ia masih saja memanggilku sayang, dan aku tetap mengaguminya. Walau rasa enggan sejak kejadian malam itu masih terbekas dihatiku.
Ku alihkan perhatianku pada Salma, karna kulihat ia menjauhi Salwa, Salma berbicara sendirian, dan tertawa sendiri. Langsung kudekati Salma.
“Bicara sama siapa Salma?”
“Sama temen mama.. yah, pergi khan mah. Mama sih datang.”
“Temen mama?”
“Iya”
Temanku? Siapa?
“Coba, ceritakan bagaimana temen mama itu ma..”
“Masih seumuran aku ma, matanya bulat legam, senyumnya sangat manis.”
“Apa saja yang kalian obrolkan?”
“Tentang mama yang berada di peti..”
“Hah?!”
Gadis cilik itu, anak perempuan yang membuatku memiliki mimpi paling seram dalam hidupku. Ia kembali lagi. Untuk apa?
“Selamat malam, papa pulang..”
Suara Alvin membuatku seketika lupa pada gadis cilik itu, aku langsung menyambut Alvin dengan pelukanku. Ia mengelus rambutku dan bermain-main dengan Salma-Salwa. Aku menyiapkan hidangan special untuk Alvin.
“Mari, ikut aku..”
Suara itu lagi, kini perasaanku sangat tenang ketika mendengarnya. Karna suara itu yang menyadarkanku, bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi aku sadar, ini adalah waktuku. Yang tak boleh ku sia-siakan.

Cerpen - First Love

Masih ingat kata-katanya tahun lalu, membuatku tak bisa melupakan wajahnya walaupun sedetik. Pangeranku yang tiada tara harganya. Sebuah cinta pertama yang manis rasanya. Dan aku selalu berhasil tertawa dibuatnya.
"Kamu nggak bisa biasa apa?"
"Nggak buat cinta pertamaku"
Ia selalu mengatakan "Cinta pertama" padaku, tapi aku tak percaya pada ucapannya. Aku tahu, ia sudah mempunyai cinta sebelum aku. Mungkin aku adalah pelampiasan akan cintanya yang di tolak oleh gadis itu. Gadis manis itu selalu membuatku kagum. Sahabatku.
"Aku hanya ingin kamu tahu, aku sayang kamu"
Kata-kata itu juga yang selalu kudengar dari Iel, pangeranku. Tapi kenapa hatiku sakit setiap ia mengatakan hal itu? Apa karna aku merasa, ia tak pernah menyayangiku? Ya, ia memang tak pernah menyayangiku. Ia hanya menyayangi Sivia. Sahabat terbaikku sepanjang masa. Akan ku coba untuk membayar senyum ku yang digambar olehnya. Dan ucapan terakhirku, terimakasih Iel.
---
"De, kamu pernah lihat majalah ini belum?"
Sivia menunjukan sebuah foto majalah lama tahun 80an padaku, aku hanya menggeleng.
"Benar?"
"Yakin 10000% deh vi! Hehehe"
Ku coba lebarkan senyum ini, agar tak membuat Sivia gelisah akan kegundahanku. Sebagai sahabat, aku tahu. Ia pasti akan mengerti keadaanku saat ini jika aku mengatakan hal ini langsung padanya. Tapi aku tak mau, tak mau karna hutangku belum lunas.
"Iel daritadi menatapmu lho de.. hihi"
"Hahaha, dasar"
Aku ingin menangis kawan, ucapan Sivia seperti menusuk-nusuk hatiku, ia tak pernah tahu. Iel hanya memandangnya. Hanya ia yang ada di hati Iel. Aku tolehkan padangan ke Iel, ternyata Iel langsung salah tingkah karna perbuatanku.
"Hai"
"De..dea"
Benar khan? Ia gugup saat aku melihatnya, karna ia sudah tertangkap basah memandangi Sivia. Senyuman dan semua tawa ini akan segera ku kembalikan padamu yel, tenang saja.
"Bagaimana jika nanti pulang sekolah, kita ke pasar loak?"
"Wah, kamu mau menemaniku de?"
"Iya, sekalian mau kencan sama Iel"
"Huft, aku bakal bosan deh"
Tidak vi, bukan kau yang akan bosan, tapi aku.
"Kalian itu pasangan yang serasi ya de"
"Maksudmu? Kamu meledekku ya?"
"Tidak, aku sama sekali nggak meledekmu kok, andaikan.. aku nggak manja, cengeng, cemburuan seperti kamu. Pasti Rio nggak akan meninggalkan aku"
"Ahaha, itu sih karna Rio yang terlalu sensitif. O iya, bagaimana kalau aku mengajak Rio juga?"
"Bodoh kamu de, jangan!"
"Tak apa lah, biar kamu nggak bosan. Iya ya?"
Sivia hanya mengangguk, aku senang dengan jawabannya. Ide yang cukup bagus mengajak Rio ikut bersama kami. Ya, agar aku tak sendirian dan sakit melihat Iel bersama Sivia. Lupa ku ceritakan, Sivia dan Rio itu berpacaran setelah aku dan Iel jadian. Aku sangat bahagia teman kecilku Rio bisa jadian dengan sahabatku Sivia. Sangat cocok rasanya, tapi itu hanya di awal. Sifat Sivia yang manja, cengeng, cemburuan sangat di benci Rio. Tapi disukai Iel. Mereka coba bertaham beberapa bulan. Tapi, sayang. Hanya 3 bulan masa mereka. Tak seperti aku dan Iel, sudah setahun kami berpacaran. Tak pernah ada pertengkaran. Walaupun Iel sudah memancing perkelahian. Aku selalu menahan amarahku, semua ku bicarakan dengan pikiran dingin. Aku takut hubungan kami seperti Rio dan Sivia.
---
Sesuai rencana, kami berempat pergi ke toko loak, seperti yang biasa Rio lakukan. Ia membawa kamera digitalnya untuk mengabadikan pemandangan sekitar. Ia selalu menunjukan hasil potretannya padaku, aku yakin ia akan menjadi fotografer profesional suatu saat nanti. Amin.
"Kita naik bis aja dari sini, biar nggak terpisah"
Kami mengangguk setuju pada usulan Sivia, dan kamipun naik bis ke toko loak.
---
"Aku duduk sama Rio ya yel?"
"Kenapa de?"
"Aku kangen aja mau cubitin tu anak"
Rio langsung menutup kedua pipinya karna takut akan cubitanku.
"Oh, yasudah.. aku duduk sama Via?"
"Iya"
Di dalam bis pun, Rio masih sibuk memotret. Aku sengaja duduk dengan Rio, dan juga jauh dari bangku Iel-Via. Agar Iel bisa leluasa duduk dengan Sivia. Aku mencoba untuk, tersenyum.
"yo, kamu nggak bisa apa berhenti jekrak-jekrek?"
"Yei, sirik aja Dea"
"Bukannya sirik ganteng, tapi bahaya sama kameranya, kalau jatuh gimana?"
Rio terdiam, ia langsung memasukan kameranya ke dalam tas, aku tertawa kecil melihatnya. Ia adalah anak yang paling mau mengikuti ucapanku, karna ia tahu. Semua ucapanku itu bersifat baik untuknya. Rio itu sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Aku sangat menyayanginya.
"De, ada pemandangan bagus hiks.."
Aku makin tertawa mendengarnya, sepertinya hasrat untuk memotret sangatlah besar. Karna kasihan, aku membolehkannya. Asal ia tak terlalu mengeluarkan kameranya terlalu jauh dari dalam bis, itu akan sangat membahayakan.
"Makasih ya cantik"
Dulu, sebelum aku dan Iel jadian, aku lebih sering bersama Rio. Ketimbang Sivia juga, mungkin ini karna faktor kedekatan rumah kami. Sering juga teman-teman kami bilang, kami serasi. Tapi aku tak menghiraukan ucapan mereka, karna aku menyukai Iel. Dan Rio pun tahu itu, ia juga membantuku untuk mencarikan informasi tentang Iel. Tak disangka rasa ini akan dibayar dengan kata-kata Iel.
"Aku mencintaimu sepenuh hatiku"
Aku melihat Iel dan Sivia yang asyik mengobrol, aku tersenyum miris. Andaikan aku bisa memutar waktu, aku takkan menerima cinta Iel. Dan akan mencoba tak mencintai Iel. Tuhan, maafkan aku, aku marah dengan cinta palsu ini.
"yo"
"Ya?"
"Kamu masih menyukai Via?"
Rio langsung memandang Sivia sejenak, ia tersenyum girang.
"Tidak sama sekali"
"Kok bisa?"
"Bisa dong, aku khan udah dapet gantinya"
"Siapa?"
"Rahasia!"
"Kamu itu lucu yo, dulu.. aku tak menyangka, kamu akan mengutarakan suka pada Via, dan kini sudah ada gantinya pun kau tak mau bilang padaku"
"Haha, emangnya aku kamu? Suka sama Iel bilang ke aku blak-blakan"
"Lho? Khan kamu sahabatku"
"Tapi, cewek dan cowok tu beda de.. cowok tu lebih memendam perasaannya, dan ketika saatnya tepat. Aku akan langsung mengejutkanmu!"
"Aneh"
Rio tertawa keras mendengar perkataanku, hingga Sivia dan Iel juga menoleh ke arah kami, aku tersenyum pada mereka. Tapi mereka langsung memalingkan pandangan mereka dariku. Ya, memang ini saatnya aku meninggalkan Iel. Hari ini, aku akan mengakhiri hubungan kami.
"De, kamu lagi merhatiin mereka?"
"Eh, nggak kok yo"
"Bohong nie"
"Udah-udah, sini aku mau lihat hasilnya"
Langsung ku ambil kamera Rio karna aku tak mau banyak bicara tentang pandanganku tadi.
"Kamu jangan bohong padaku de"
"Aku nggak bohong kok yo"
"Aku tahu de, kamu nggak rela khan kalau mereka duduk berdua?"
Aku masih terdiam, pura-pura tak mendengar ucapan Rio. Tolong yo, jangan siksa aku dengan semua ucapanmu.
"Kita tu sudah 10 tahun lho de bersahabat"
"Lalu kenapa?"
"Aku bisa membaca matamu de"
"Kamu nggak tahu apa-apa Rio!"
Aku membentak Rio, untuk menghentikan ucapan Rio. Aku sudah tak bisa menahan air mataku, air mata ini keluar sedikit demi sedikit. Ku tundukan kepalaku. Aku tak mau menatap wajah Rio, aku marah padanya!
"Maafin aku de"
"Udah, kamu nggak usah ngomong sama aku!"
"Kok kamu jadi gini sih de? Kamu bukan Dea yang kukenal, Dea yang kukenal itu anak yang kuat, tak cengeng, tak cemburuan"
Ku angkat kepalaku, menatap wajah Rio yang kelihatan kesal pada sikapku. Tangan kanannya mengusap pipiku.
"Dede jangan nangis ya, Yoyo nggak mau lihat adek Yoyo nangis"
Usapan kakak yang sangat kurindukan, Rio kembali jadi Rio yang manis. Karna sikapnya jadi dingin semenjak aku tak punya banyak waktu untuknya.
"Terimakasih yo"
"Maaf ya de, mulai sekarang jika kamu mau aku diam, aku akan diam"
Sivia dan Iel berdiri, tanda kami akan segera tiba di toko loak. Aku dan Rio ikut berdiri, Iel menarik tanganku agar aku berdiri di belakangnya. Rio berdiri di belakangku, ia berbisik padaku.
"Iel tak pernah berfikir, jika kamu jatuh kebelakang. Siapa yang akan menangkapmu? Tenang saja de, kamu aman"
Aku tertawa mendengar guyon Rio, ku lepaskan pegangan Iel padaku.
"Sebaiknya, kamu jaga Via yel, kakinya sedang sakit"
Aku sedikit berbohong agar Iel mau mendekat pada Via, sedang aku. Dengan Rio saja.
---
Kami berempat jalan berdampingan, aku masih menjauh dari Iel juga Sivia, aku selalu mengajak Rio menjauhi keduanya, Iel sepertinya risih akan sikapku, ia langsung menarik tanganku.
"Ikut aku"
"Mau kemana sih yel?"
"Ke suatu tempat, hanya kita berdua"
"Tapi tanganku sakit jika kamu menariknya seperti ini yel!"
Iel sudah tak mengihaukan perkataanku, sakit kawan. Sangat sakit, bukan tanganku, melainkan hatiku. Karna aku sebentar lagi akan berpisah dengan Iel.
---
Kami sudah terdiam selama 10 menit, di taman belakang toko itu. Taman yang cukup indah, tapi aku akan mengukir sejarah hitamku disini.
"Kita pisah aja yel"
Aku memulai pembicaraan yang membuat Iel langsung menatapku lekat, aku tak berani menatap matanya.
"Tapi kenapa de?"
"Karna, aku merasa aku bukanlah yang terbaik untukmu"
"Kamu yang terbaik dalam hidupku de, hanya kamu"
"Kenapa kamu masih berpura-pura sih yel?"
Air mataku mulai mengalir, Iel hendak mengusapnya. Tapi langsung ku tepis tangannya. Aku tak mau lagi rasa ini membuncah dari hatiku. Maafkan aku yel.
"Kenapa de? Aku tak pernah berbohong padamu"
"Aku tahu yel, kamu hanya menyayangi Via khan? Hanya Via yang ada di hatimu, aku tahu semua dari adikmu"
"Tania?"
"Ya, beberapa bulan setelah kita jadian, ia mengatakan padaku.. bahwa kau selalu bilang, kalau Via itu pacarmu! Bukan aku!"
"Kapan de? Kapan?"
"3 bulan hari jadi kita!"
Iel terdiam, ia menunduk. Aku tahu yel, kini kamu menyesal bukan? Aku juga menyesal sudah mencintaimu. Terimakasih yel.
"Terimakasih yel"
"De.."
"Kini aku sudah ikhlas untuk melepasmu yel"
"Aku nggak ikhlas de!"
"Ayo, kita berteman saja"
"Dea.."
Aku berjalan meninggalkan Iel, sekali lagi, maafkan aku yel.
---
Sudah 2 bulan aku menjalani hidup sebagai cewek single, selalu ada saja pertanyaan menerpaku. Kenapa aku putus dengan Iel? Dan aku tak pernah menjawabnya. Masa itu sudah ku kubur dalam-dalam.
Setiap ku lihat Iel, hatiku masih terasa perih. Begitu juga saat aku melihat Sivia, kini aku hanya bicara dan tersenyum secukupnya pada keduanya. Karna mereka berdua, aku jadi menderita begini. Tuhan, tolong aku.
Setiap detik, menit, jam, hari, bulan.. aku harus bertemu dengan keduanya, sekarang mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih. Jahat bukan? Tak salah memang, aku mengakhiri hubungan ini. Dan setelah mereka berpacaran 1 bulan, semua temanku mengucapkan "Sabar" padaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Tuhan, sebenarnya aku sangat tersiksa dengan semua ini. Tapi, daripada aku lebih tersiksa lagi. Berpacaran dengan orang yang mempunyai hati pada sahabatku sendiri. Aku, serasa ingin mengakhiri hidupku setiap aku melihat mereka.
Dan, kuputuskan.. untuk mengakhri hidupku.
---
Aku duduk di lantai tertinggi sekolahku, semua siswa/i sudah pulang, tak ada yang boleh di sekolah. Dan disinilah aku, ingin tersenyum pada dunia untuk terakhir kali. Jatuh dalam beberapa detik, dan aku tak usah melihat kedua orang jahat yang selalu membuatku sakit hati. Aku masih memandang keadaan sekitar. Mataku terbuka lebar, walau airmata telah menutupinya sebagian. Kenapa aku jadi seperti ini? Jadi seorang gadis yang cemburuan, cengeng, kenapa? Ini semua karna kalian. Karna kalian yang terlalu banyak menyakiti hati dan pikiranku. Semua sudah ku abdikan cinta untuk kalian berdua, sahabat dan mantan pacarku. Tapi, ini memang sudah jalan hidupku. Aku hanya meninggal saat ini juga, dan semua takkan terasa terlalu konyol. Air mataku terus mengalir.
'Brukk'
Tubuhku di peluk, pelukan yang sangat erat, aku tak bisa bergerak karnanya.
"Tolong, jangan tinggalin Yoyo"
Rio, ia menjemputku.. ia menjemputku di lantai tertinggi sekolah ini.
"Aku, aku sudah tak kuat lagi yo!"
"Kenapa de? Kenapa Dea tega pada semua orang yang menyayangi Dede?"
"Aku sakit yo, sangat sakit"
Rio mengangkat tubuhku, agar menjauh dari tepian. Ia membalikan tubuhku, menatap kedua mataku. Aku tak pernah melihatnya seyakin ini. Ia kembali memelukku. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang sangat kencang bergerak, mengikuti alur detak jantungku juga.
"Kalau Dede sakit, bolehkah Rio menjadi obatnya?"
"Aku nggak ngerti maksudmu yo"
Rio melepaskan pelukannya, lalu menggenggam tanganku. Tangannya begitu hangat, aku bisa merasakan cinta di jemarinya.
"Kamu mau tahu, siapa gadis pengganti pasangan bayanganku?"
"Pasangan bayangan?"
"Ya, aku tak pernah sedikitpun mencintai Via de, aku hanya mencintaimu"
'Aku hanya mencintaimu' ucapan Rio barusan membuatku terdiam, waktu terasa berhenti kini. Apa maksudnya? Kakak ku, aku tak pernah berfikir akan mencintainya. Tapi, ia?
"Kamulah yang ada di hatiku, hanya ada satu dihatiku Dea"
Air mataku mengalir lagi, langsung ku peluk Rio, aku tak tahu, mengapa aku memeluknya? Tapi kini aku ingin sekali memeluk Rio, dan kini aku percaya. Cinta Pertama itu ada. Ia kini menyambutku, datang dalam kehidupannya. Ialah cinta pertamaku. Rio.
"Jangan pernah tinggalkan aku lagi de"
"Ya yo, aku janji"
"Aku akan menjagamu.. sebagai cinta abadi dalam hidupku. You are my first love"

Agnes Monica - Tanpa kekasih


langit begitu gelap,
hujan juga tak kunjung reda
ku harus menyaksikan cintaku terenggut tak terselamatkan
Ingin ku ulang hari,ingin ku perbaiki
kau salah,kau kubutuhkan
beraninya kau pergi dan tak kembali
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
dimana letak surga itu
biar kugantikan tempatmu denganku
adakah tanda surga itu
biar kutemukan untuk bersamamu

kubiarkan senangku menari di udara
biar semua tahu kematian tak mengakhiri
cintaaaa.

apalah artinya hidup tanpa kekasihku
percuma bila aku disini sendiri

kekasihku,bersamamu

Lirik Lagu Indonesia

Ini lagu-lagu Indonesia kesukaanku :D
Enjoy it!

1. Geisha - Pilihan hatiku

2. Agnes Monica - Tanpa Kekasih

Geisha - Pilihan Hatiku

Pilihan hatiku

by : Geisha

Berdiri ku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku kan ada untuk dirimu
Dan selalu tuk mu

Reff :
Terlukis indah raut
Wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah
Yang hanya untukmu…

Tertulis indah puisi cinta
Dalam hatiku
Dan aku yakin kau memang
Pilihan hatiku

Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Lirik Lagu Korea

Nikmati lirik-lirik lagu Korea yang udah di terjemahkan ini ya :)
Akan segera aku lengkapi kok :)

1. Super Junior - Sorry-sorry
2. Yesung Super Junior - It has to be you
3. Yesung Super Junior - Love really hurts
4. Super Junior - Why I Like you

Jumat, 10 Juni 2011

Sorry Sorry - Super Junior

Annyeong Haseyo!
It's time to..... bagi-bagi lirik lagu lagi! :D
Sebenernya aku yakin kalian udah punya lirik-lirik lagu yang aku beri :) tapi Sufi cuma mau share sekalian menuh-menuhin blog :)
lagi nggak ada inspirasi, kkkkkkk
Ok, mulai aja dengan Sorry-Sorry dari album Super Junior yang ke3
Maaf ya kalau translate-annya agak kacau :) maklum pakai google translate sebagian :D

SORRY SORRY (쏘리쏘리)
The 3rd Album of Super Junior
By : Super Junior

HANGUL :

Sorry Sorry Sorry Sorry
내가 내가 내가 먼저
네게 네게 네게 빠져
빠져 빠져 버려 baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
눈이 부셔 부셔 부셔
숨이 막혀 막혀 막혀
내가 미쳐 미쳐 baby
바라보는 눈빛 속에
눈빛 속에 나는 마치
나는 마치 뭐에 홀린 놈
이젠 벗어나지도 못해
걸어오는 너의 모습
너의 모습 너는 마치
내 심장을 밟고 왔나봐
이젠 벗어나지도 못해
어딜 가나 당당하게
웃는 너는 매력적
착한 여자 일색이란
생각들은 보편적
도도하게 거침 없게
정말 너는 환상적
돌이킬 수 없을만큼
네게 빠져 버렸어
Sorry Sorry Sorry Sorry
내가 내가 내가 먼저
네게 네게 네게 빠져
빠져 빠져 버려 baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
눈이 부셔 부셔 부셔
숨이 막혀 막혀 막혀
내가 미쳐 미쳐 baby
딴딴 딴따다 따 따란딴
딴딴 딴따다 따
네게 반해버렸어 baby
딴딴 딴따다 따 따란딴
딴딴 딴따다 따 따라빠빠라
Hey girl gir gir gir gir gir girl i
눈만뜨면 니 생각 Hey girl
자나깨나 사실 너 하나 밖에 안보여
말해봐 니 맘에 내가
말해봐 자리 잡았는지
말해줘 내게 말해줘
나는 바보 바보 바보
주변 사람들은 말해
내가 너무 적극적
이 세상에 그런 사람
어디 한둘이냐고
그걸 몰라 그녈 몰라
시기하며 하는 말
내가 부럽다면 그건
그대들이 지는 거
Sorry Sorry Sorry Sorry
내가 내가 내가 먼저
네게 네게 네게 빠져
빠져 빠져 버려 baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
눈이 부셔 부셔 부셔
숨이 막혀 막혀 막혀
내가 미쳐 미쳐 baby
딴딴 딴따다 따 따란딴
딴딴 딴따다 따
네게 반해버렸어 baby
딴딴 딴따다 따 따라라라
딴딴 딴따다 따 따라빠빠라
Let’s dance dance dance dance
Let’s dance dance dance dance
Let’s dance dance dance dance
dance dance
Hey 이제 그만 내게 와줄래
정말 미칠 것만 같아 yeah
난 너만 사랑하고 싶어
절대 다시 한눈 팔 생각 없어 hey
애인이라기보다 친구같은
내가 되고 싶어
너의 모든 고민 슬픔
함께 간직하고파
다시 없을 만큼 만큼
너를 너무 사랑해
내가 바란 사람 니가 바로 그
that that that girl
Sorry Sorry Sorry Sorry
내가 내가 내가 먼저
네게 네게 네게 빠져
빠져 빠져 버려 baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
눈이 부셔 부셔 부셔
숨이 막혀 막혀 막혀
내가 미쳐 미쳐 baby
Shawty ....


ROMANIZATION :

Sorry Sorry Sorry Sorry
nega nega nega munjuh
negeh negeh negeh bbajuh
bbajuh bbajuh bulyuh baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
nooni booshyuh booshyuh booshyuh
soomi makhyuh makhyuh makhyuh
negah michyuh michyuh baby
bara boneun noonbit sokeh
noonbit sokeh naneun machi
naneun machi mwo eh hollin nom
ijen bussuhnajido mot heh
guluh oneun nuh eh moseub
nuh eh moseub nuh neun machi
neh shimjangeul balbgo watnabwa
ijen bussuhnajido mot heh
uhdil gana dangdang hageh
ootneun nuhneun mehlyukjuk
chakhan yujah ilsek ilan
senggak deuleun bopyunjuk
dodo hageh guhchim ubtgeh
jungmal nuhneun hwansang juk
dolikil soo ubseul mankeum
negeh bbajyuh bulyussuh
Sorry Sorry Sorry Sorry
nega nega nega munjuh
negeh negeh negeh bbajuh
bbajuh bbajuh bulyuh baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
nooni booshyuh booshyuh booshyuh
soomi makhyuh makhyuh makhyuh
negah michyuh michyuh baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da dda
nehgeh banhehbuhlyussuh baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da ddala bbabbala
Hey girl gir gir gir gir gir girl i
noonman ddeumyun ni sengak Hey girl
janiggehna sashil nuh hana bakkeh anboyuh
malhehbwa ni mameh negah
malhehbwa jali jabatneunji
malhehjwo nehgeh malhehjwo
naneun babo babo babo
joobyun saramdeuleun malheh
negah nuhmoo jukgeukjuk
isesangeh geulun saram
uhdi handool inywago
geugul molla geunyul molla
shigihamyuh haneun mal
negah boolubdamyun geugun
geudehdeuli jineun guh
Sorry Sorry Sorry Sorry
nega nega nega munjuh
negeh negeh negeh bbajuh
bbajuh bbajuh bulyuh baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
nooni booshyuh booshyuh booshyuh
soomi makhyuh makhyuh makhyuh
negah michyuh michyuh baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da dda
nehgeh banhehbuhlyussuh baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da ddala bbabbala
Let’s dance dance dance dance
Let’s dance dance dance dance
Let’s dance dance dance dance
dance dance
hey ijeh geuman negeh wajoolleh
jungmal michil gutman gatta yeah
nan nuhman saranghago shippuh
juldeh dashi hannoon pal senggak ubssuh hey
eh inilagi boda chingoo gateun
nehga dwego shippuh
nuh eh modeun gomin seulpuem
hamggeh ganjik hagopa
dashi ubseul mankeum mankeum
nuh leul nuhmoo sarang heh
nehga baran saram nigah baro geu
that that that girl
Sorry Sorry Sorry Sorry
nega nega nega munjuh
negeh negeh negeh bbajuh
bbajuh bbajuh bulyuh baby
Shawty Shawty Shawty Shawty
nooni booshyuh booshyuh booshyuh
soomi makhyuh makhyuh makhyuh
negah michyuh michyuh baby
Shawty...


TRANSLATION (English):

sorry sorry sorry sorry
i i i first fell fell fell for you you you, baby
shawty shawty shawty shawty
it’s dazzling dazzling dazzling
it’s breathtaking breathtaking breathtaking
i’m going crazy crazy baby
looking into your eyes, into your eyes
it’s as if i’m, it’s as if i’m tied to something
i can’t escape now
the image of you, image of you walking to me
it’s as if you stepped on my heart while coming
i can’t escape now
wherever you go you’re confident
the smiling you is charming
the thought that nice girls are beautiful is widely known
proudly, most definitely you’re perfect
i’ve fallen for you so much that i can’t turn back
sorry sorry sorry sorry
i i i first fell fell fell for you you you, baby
shawty shawty shawty shawty
it’s dazzling dazzling dazzling
it’s breathtaking breathtaking breathtaking
i’m going crazy crazy baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da dda
while you gone, baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da ddala bbabbala
hey girl gir gir gir gir gir girl i
when i open my eyes i think of you, hey girl
whether i’m sleeping or awake, honestly, you’re the only one i see
tell me, in your heart, do i
tell me, have a place
tell me, tell me
i’m a fool fool fool
the people around me tell me that i’m too blunt
these types of people aren’t few in this world
they just say it out of envy without knowing or knowing that girl
if they’re jealous of me, then it’s them who lose
sorry sorry sorry sorry
i i i first fell fell fell for you you you, baby
shawty shawty shawty shawty
it’s dazzling dazzling dazzling
it’s breathtaking breathtaking breathtaking
i’m going crazy crazy baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da dda
while you gone, baby
ddan ddan ddan dda da dda ddalanddan
ddan ddan ddan dda da ddala bbabbala
let’s dance dance dance dance
let’s dance dance dance dance
let’s dance dance dance dance
dance dance
hey, now stop and please come to me
i really feel like i’m going to go crazy, yeah
i want to love only you
i won’t ever look at another girl, hey
rather than a lover, i want to be someone more like a friend
i want to put away all your worries and sadness
i love you so much so much that i wont’ ever love again
the one that i want, you’re just that
that that that girl
sorry sorry sorry sorry
i i i first fell fell fell for you you you, baby
shawty shawty shawty shawty
it’s dazzling dazzling dazzling
it’s breathtaking breathtaking breathtaking
i’m going crazy crazy baby
Shawty....

TRANSLATION (Indonesia) :

Maaf Maaf Maaf Maaf
Saya pertama kali jatuh jatuh untuk anda anda anda, sayang
Shawty Shawty Shawty Shawty
itu menyilaukan menyilaukan menyilaukan
itu mempesona mempesona mempesona
Aku akan gila gila, Sayang
Menatap mata Anda, mata Anda
Seolah-olah, seolah-olah saya terikat pada sesuatu
saya tidak bisa meloloskan diri sekarang
Gambaran Anda, Gambaran Anda berjalan menuju saya
Seolah-olah Anda melangkah ke hatiku saat Anda datang
Saya tidak bisa meloloskan diri sekarang
Kemanapun Anda pergi anda yakin
Senyummu amat menawan
Berpikir bahwa gadis manis yang indah yang banyak dikenal
Dengan bangga, yang paling pasti anda sempurna
Aku telah jatuh pada Anda begitu banyak sehingga saya tidak bisa kembali
Maaf Maaf Maaf Maaf
Saya pertama kali jatuh jatuh untuk anda anda anda, sayang

Shawty Shawty Shawty Shawty
itu menyilaukan menyilaukan menyilaukan
itu mempesona mempesona mempesona

Aku akan gila gila, Sayang
ddan ddan ddan DDA da DDA ddalanddan
ddan ddan ddan DDA da DDA
Meskipun anda pergi, Sayang
ddan ddan ddan DDA da DDA ddalanddan
ddan ddan ddan DDA da ddala bbabbala
hey gadis gadis gadis gadis gadisku
ketika saya membuka mata saya saya memikirkanmu, hei gadis
apakah saya sedang tidur atau terjaga, jujur, kau satu-satunya yang kulihat
katakan padaku, dalam hatimu, apakah itu aku?
katakan padaku, aku memiliki tempat
katakan padaku, katakan padaku
Aku bodoh bodoh bodoh
orang di sekitar saya mengatakan bahwa saya sudah terlalu bodoh
jenis orang yang tidak sedikit di dunia ini
mereka hanya mengatakan keluar dari iri hati tanpa mengetahui atau mengetahui gadis itu
jika mereka cemburu padaku, maka merekalah kehilangan
Maaf Maaf Maaf Maaf
Saya pertama kali jatuh jatuh untuk anda anda anda, sayang

Shawty Shawty Shawty Shawty
itu menyilaukan menyilaukan menyilaukan
itu mempesona mempesona mempesona

Aku akan gila gila, Sayang
ddan ddan ddan DDA da DDA ddalanddan
ddan ddan ddan DDA da DDA
meskipun anda pergi, Sayang
ddan ddan ddan DDA da DDA ddalanddan
ddan ddan ddan DDA da ddala bbabbala
mari menari
menari menari menari
mari menari menari menari menari
mari menari menari menari menari
menari menari
hei, sekarang berhenti dan silakan datang kepada saya
saya benar-benar merasa seperti aku akan menjadi gila, yeah
saya hanya ingin mencintai kamu
saya tidak akan pernah melihat gadis lain, hei
bukan kekasih, saya ingin menjadi orang yang lebih seperti seorang teman
saya ingin menyisihkan semua kecemasan dan kesedihan
aku sangat mencintaimu sangat sangat sehingga aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi
Hanya satu yang saya inginkan, hanya kamu
gadis itu itu itu
Maaf Maaf Maaf Maaf
Saya pertama kali jatuh jatuh untuk anda anda anda, sayang

Shawty Shawty Shawty Shawty
itu menyilaukan menyilaukan menyilaukan
itu mempesona mempesona mempesona

Aku akan gila gila, Sayang
Shawty...

Super Junior 13 - 01

Super Junior 13 - 02

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini