Jumat, 30 Maret 2012

Star from Heaven - EPILOG


LANGIT malam ini sangat cerah, bahkan jika ada seorang yang melihat langit malam ini, matanya akan bercahaya karena ia telah melihat 1 bintang yang paling bersinar di dunia. Diri mereka sendiri, dan orang lain yang senantiasa menemani mereka.
“Akhirnya kita berada di sini!” seru Angel.
“Ya, seperti janji kita dulu, kita akan ngajak loe ke puncak, tempat di mana loe bisa ngeliat bintang yang bercerita,” ucap Sivia.
“Dan sekarang gua ngerti, kenapa kita bisa terus bersama, walaupun kita sempat terpisah.”
“Kenapa tu alasannya?” tanya Sivia.
“Karena kita percaya, bahwa kita adalah bagian terpenting di hati kita masing-masing. Kalian bintang gua,” jelas Angel.
“Sekarang kita bisa ubah cerita itu, bintang yang kita punya di dunia ini bukan hanya 1. Tapi semua orang yang kita sayangi adalah bintang kita,” ucap Ami.
“Ya, semua orang yang kita sayangi. Baik orang yang sudah nggak bisa lagi di samping kita, ataupun mereka yang masih menemani kita. Walaupun ada 1 bintang yang pergi dari dunia ini, tapi kita harus yakin bahwa bintang itu akan terus menjaga kita. Dan bagaimanapun caranya, kita harus merelakan bintang itu, agar bintang itu bisa tenang menyinari hati kita.”
“Sebuah bintang dari Surga yang selalu bersinar, menghangatkan cinta kita.”
“Seumur cinta kita.”

Star from Heaven - DUA PULUH SATU-DUA (END)


Termenung, terdiam, merasakan lebih dalam waktu yang ia jalani…itulah yang kini dilakukan Lilia. Gadis kecil itu ingin di hari pertunjukan dramanya, ia bisa menjadikan kehidupannya lebih berarti. Malam ini, malam pertunjukannya. Kedua kakaknya itu tak bisa memaksa pihak rumah sakit untuk mengeluarkannya. Dan sekarang ia harus membalas semua kebaikan mereka. Lilia harus berbuat sesuatu, bahkan jika itu fatal untuk penyakitnya.
***
Suasana aula sore ini sangat sibuk, malam ini adalah hari pertunjukan. Dan itu artinya, akan banyak orangtua datang untuk mengadopsi mereka. Sangat gugup, itulah yang mereka rasakan saat ini.
“Sebaiknya sekarang kalian semua beristirahat supaya kalian bisa fokus pada pertunjukan dan kesehatan kalian,” ucap Dea.
“Baik, Kak!”
Semua menyebar dan beristirahat. Dea menatap Dayat, mereka berdua sama-sama bingung. Yuki berlari ke arah keduanya.
“Bagaimana dengan Lilia?”
Keduanya menggeleng, karena mereka memang tak bisa berbuat apa-apa untuk Lilia. Anak itu harus dirawat intensif beberapa hari kedepan, ia samasekali tak boleh keluar. Dan mereka tak bisa berbuat apa-apa. Dea mengepalkan tangannya geram, ia benar-benar benci keadaan ini. Di satu sisi, ia ingin Lilia bisa memerankan perannya sekarang, tapi di sisi lain Dea takut melihat keadaan Lilia yang akan lebih parah jika mereka memaksakan kehendak mereka.
“Lilia!” teriak salah seorang anak.
Dengan sangat terkejut semua orang melihat Lilia yang berjalan menyeret menuju Dea. Dayat berlari dan memegangi pundak Lilia, menutunnya ke kerumunan.
“Kami sangat merindukanmu,” ucap Fay.
Beberapa ikut mengangguk.
“Maafkan Lilia karena membuat kalian cemas, sekarang Lilia ingin bermain drama dengan kalian.”
“Tidak, kamu harus kembali ke rumah sakit,” ucap Dayat.
“Kak, Lilia mau main.”
“Nggak boleh, Li. Kamu pasti kabur, iya kan?” tanya Dayat.
“Tolong izinkan Lilia, Lilia janji akan menjadi anak yang kuat.”
“Kamu boleh tampil.”
“De!”
“Tapi kamu tampil untuk memimpin lagu penutup, bagaimana?”
“Iya, Kak. Yang penting, Lilia bisa bersama dengan teman-teman Lilia.”
“Baik, sekarang sebaiknya kamu pakai kostum kamu.”
Lilia bersama Fay dan Zaneta pergi ke kamar ganti.
“De, apa sih yang loe pikirin?”
“Kebahagiaan, antara Lilia, dan semua anggota Panti ini.”
“Maksud loe?”
“Jika ini memang saat terakhir Lilia, kita harus membiarkan Lilia bersama semua temannya.”
“Loe bener-bener tega.”
“Apa loe juga nggak mikirin perasaan Lilia? Dia rela kabur dari rumah sakit demi teman-temannya, Day.”
“Tapi…”
“Percayalah, Lilia takkan melupakan ini seumur cintanya.”
“Darimana loe tahu istilah yang dia pakai?”
“Dari Yuki, dan itu yang membuat gua langsung memutuskan Lilia menjadi pemeran utama. Pahami perasaan Lilia, Day.”
Dayat hanya mengangguk.
***
The drama, begin…

A story about star…
A story about dream…
A story about star from heaven, from God.

Ambilkan bulan bu.
Ambilkan bulan bu.
Yang selalu bersinar di hati.
Ambilkan bulan bu.
Untuk menerangi, tidurku yang lelap di malam gelap.
Di langit, bulan benderang.
Cahyanya sampai ke bintang…
Ambilkan bulan bu…

Fay, anak yang selalu kesepian duduk di bukit bintang malam itu. Ia menatap langit yang sangat gelap, tanpa bintang, tanpa bulan. Tapi hanya 1 harapannya, menemukan seseorang yang bisa mewujudkan segala impiannya.
“Ibu, aku merindukanmu,” kata Fay perlahan.

Bintang di langit, kerlip engkau di sana.
Memberi cahayanya di setiap insan.
Malam yang dingin, kuharap engkau datang.
Memberi kerinduan di sela-sela mimpinya.

Di lain sisi bukit ini seorang gadis cilik bernama Zaneta tidur terlentang sambil memejamkan matanya membayangkan ia bisa bermain dengan keluarganya.
“Andaikan itu terjadi.”

Seorang gadis duduk di kursi rodanya di atas bukit dan tersenyum lembut.
“Tuhan, aku punya impian…apa Kau mau mendengar impianku?”
Gadis itu tertawa kecil, lalu kembali menatap langit.
“Aku ingin punya keluarga, keluarga yang senantiasa menghangatkanku cintaku, menyinari cita-citaku, dan membuatku sadar bahwa mereka adalah bintang yang Kau kirimkan untukku, dari surga terindah yang Kau miliki.”
Kedua gadis yang duduk di bawah bukit menoleh karena mereka tersentuh mendengar impian gadis di atas bukit. Fay menoleh ke arah Zaneta dan tersenyum tipis.
“Apa kau berfikir sama denganku?” tanya Fay.
“Mungkin.”
“Kau mau bergabung dengan anak itu?”
Zaneta mengangguk. Fay mengambil kursi roda Zaneta dan mendorongnya ke atas. Gadis bernama Ocha itu terkejut melihat Fay dan Zaneta.
“Ternyata bintang terlihat lebih indah dari atas sini,” ucap Zaneta.
Ocha tersenyum dan merangkul Zaneta.
“Tentu, semua akan terlihat lebih indah jika kita melihatnya lebih dekat.”

Mengapa bintang bersinar?
Mengapa air mengalir?
Mengapa dunia, berputar?
Lihat segalanya, lebih dekat
Dan kau…akan mengerti

“Kalau kau bilang semua akan terlihat indah, jika kita melihatnya lebih dekat, mungkin kita bisa bersahabat? Menjadi teman dekat dan saling memahami. Bukankah itu indah?” tanya Zaneta.
“Kedengarannya bagus, boleh,” ucap Ocha.
Hanya Fay yang diam. Ocha dan Zaneta menatapnya penuh harap.
“Apa kau jadi sahabat kami?” tanya Ocha.
“Mungkin aku takkan bisa menjadi sahabat yang baik, tapi aku akan berusaha.”
Zaneta dan Ocha merangkul Fay.

Kita kan selalu bersama
Didalam suka duka
Berbagi segalanya…

Ketiga anak perempuan itu tertawa. Tapi tawa mereka terhenti saat mereka ingat sesuatu.
“Walaupun kita bertiga, tapi aku merasa ada sesuatu yang kurang,” ucap Ocha.
“Apa itu?” tanya Fay dan Zaneta bersamaan.
“Kau tahu cerita tentang bintang?”
“Bintang itu bersinar, dan memberi kehangatan, benar?” tebak Zaneta, tapi Ocha menggeleng.
“Bukan yang itu, tapi sebuah bintang yang diberikan Tuhan dari surga.”
Keduanya menggeleng.
“Aku yakin kita harus mencarinya, karena jika kita mendapatkan bintang itu. Kita takkan merasa ada yang kurang lagi, dan aku tahu mereka ada dimana.”
“Apa harus?” tanya Fay.
“Aku yakin.”
“Apakah akan ada bahaya yang mendatangi kita?” tanya Zaneta.
“Itu pasti ada, tapi kita harus menghadapinya.”
“Bintang itu seperti apa?”
“Seperti orang yang dapat mencintai kita seperti keluarga. Lebih dari sahabat, seseorang yang akan menghangatkan kita dengan kasih sayang mereka, dan mereka akan menaungi cita-cita kita.”
“Kau sangat yakin?” tanya Fay.
“Sangat! Dan perkenalkan, namaku Ocha. Nama kalian?”
“Aku Fay.”
“Aku Neta atau Zaneta.”

Suasana panggung pun berubah menjadi hutan belantara yang seram, mereka memulai petualangan mereka di sini. Mereka bertiga berjalan menelusuri hutan hingga suara gemuruh menghentikan mereka. Sekelompok anak lelaki beragam rupa menghadang ketiganya.
Seorang anak lelaki maju dan menunjuk ketiganya, lalu memajukan wajahnya bagai menantang.
“Kami hanya ingin melewati hutan ini,” ucap Zaneta.
Kelompok lelaki itu berjumlah 6 orang dan mengelilingi keitiga gadis cilik itu. Mereka berenam mempunyai wajah sangat seram dan seakan mereka ingin membunuh Zaneta, Ocha, dan Fay. Ketiga gadis itu memejamkan mata karena takut.
3 anak lelaki lain berteriak sangat kencang membuat ketiga gadis itu makin takut. Lalu 2 lainnya berhenti dan mengambil sebuah drum dan memukulnya agar 3 gadis itu meninggalkan hutan ini.
“Kalian bertiga sebaiknya keluar dari hutan ini!” seru seorang pemukul drum.
Fay berdiri, dan menatap kesal ke6 orang itu. Lalu menghentakan kakinya tanda ia ingin memberontak.

Kalian fikir, kalian yang paling hebat? Merasa paling jago dan paling dahsyat!

Anak-anak itu berhenti berputar dan membalas nyanyian Fay.

Kami memang jago!

Mendengar balasan itu, Ocha membuka matanya dan membalasnya lagi.

Ayam jago? Kukuruyuk!!

Anak pemukul drum lain membalas.

Kalian fikir, kalian yang paling hebat? Merasa paling pintar, dan paling kuat!

Zaneta membuka matanya dan membalas.

Kami memang pintar!

Anak lainnya membalas

Pintar ngibul!

Lalu keenam anak itu tertawa bersama. Fay kembali maju dan bernyanyi.

Yang namanya jagoan, harus membela yang lemah!

Mereka membalas.

Yang namanya jagoan biasanya nggak pakai rok!

Ocha maju lagi dan membalas.

Yang namanya jagoan harus rela berkorban!!

Keenam anak itu terdiam melihat keberanian 3 gadis cilik di hadapan mereka. Zaneta mengambil kesempatan ini untuk berbaikan. Zaneta mendorong kursi rodanya menuju sang pemimpin, dan tersenyum lebar.

Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan
Tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui
Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati
Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan
Betapa bahagianya punya banyak teman betapa senangnya
Betapa bahagianya teman saling menyayangi!

Mereka semua tertawa bersama dan bernyanyi lagi.

Betapa bahagianya punya banyak teman betapa senangnya
Betapa bahagianya teman saling menyayangi!

Sang pemimpin mengulurkan tangannya dan membungkukan badannya tanda ia meminta maaf.
“Kami akan mencari bintang kami yang bernama keluarga di suatu tempat, apa kalian mau ikut?” tanya Ocha. Mereka berenam saling pandang dan mengiyakan permintaan Ocha.
Mendapatkan teman baru adalah segalanya bagi Ocha, ia tak menyangka dari perjalanannya kali ini ia bisa mendapat kebahagiaan yang tak terkira.

Setting tempat kembali berubah menjadi sebuah danau yang sangat indah. Dan mereka berhenti sejenak untuk beristirahat. Saat mereka istirahat, mereka dikejutkan oleh suara tangis anak kecil. Mereka langsung berpelukan karena takut.
“A…apa itu? Apakah hantu?” tanya seorang anak lelaki bernama Yoga.
Sang pemimpin bernama Dani memukul punggung Yoga dan memberi isyarat, “Tenanglah.”
“Tidak mungkin, ini kan masih siang,” hibur Fay.
Seorang anak bernama Randi bingung dengan sikap teman-temannya dan bertanya.
“Ada apa? Kalian seperti orang ketakutan?”
“Ohya, kami lupa bilang bahwa anak itu pendengarannya kurang baik,” ucap seorang anak dengan sebuah tangan yang sangat kecil.
Dani memberi isyarat pada Randi, dan barulah anak itu ketakutan. Fay berdiri dan memanggil siapapun yang menangis itu.

Yang ada di sana, yang ada di sini, semua ikut kemari!
Hei ! Yang ada di sana, jangan bikin takut! Bikin kita happy!
Tak berapa lama 3 anak lelaki gempal keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka berpakaian agak lusuh dan terus menangis. Terlihat normal, tapi jika kita perhatikan sekali lagi ketiga anak itu masing-masing tak mempunyai jari tangan.
“Hantu gempal!!” teriak seorang anak dengan kursi roda bernama Juni.
Seorang anak lelaki bernama Gerry memukul kepala Juni dan memberi isyarat bahwa mereka bukan hantu.
“Kalian siapa?” tanya Ocha.
“Kami trio gempal penunggu danau ini,” ucap salah satu anak bernama Leo.
“Kami selalu di sini sejak kami lahir,” ucap seorang lagi bernama Tio.
“Karena kami kesepian, kami selalu menangis,” ucap yang lain bernama Geo.
Dani maju memberi isyarat, “Kalian kesepian?” Ketiganya mengangguk.
“Kemana orangtua kalian?” tanya Zaneta.
“Kami tak punya orangtua.”
“Maukah kalian ikut kami menuju sebuah desa dimana kita bisa menemukan bintang yang banyak?” tanya Zaneta. Ketiga anak gempal itu saling pandang, lalu mereka perhatikan lekat-lekat gadis cilik di hadapannya.

Bila kau mulai lelah, berjalan
Dan berfikir untuk menyerah
Nyanyikanlah lagi mimpi, kau akan bertahan
Nyalakanlah asa di hati
Harapanmu tak boleh mati
Gapailah mimpimu, keajaiban pasti terjadi
Gapai mimpimu, jangan pernah berhenti
Sampai kau temukan
Apa yang kau cari…
Walau jatuh, bangkitlah kembali
Dan lihatlah…
Keajaiban pasti terjadi

Ketiga anak gempal itu tersenyum, mereka langsung mengangguk karena mereka yakin akan mendapatkan bintang yang mereka impikan jika mereka bersama anak-anak luar biasa itu. Akhirnya setelah beristirahat secukupnya, 12 anak itu melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan, membayangkan semua kebahagiaan jika mereka tiba di desa itu. Itu pasti akan menjadi saat yang sangat menyenangkan. Mereka yakin.
Perjalanan yang panjang itu kini akan berakhir, desa itu semakin dekat. Linang airmata anak-anak itu mulai merembes turun membasahi pipi mereka. Karena jika drama ini berakhir, tak ada yang pernah tahu bagaimana masa depan mereka. Desa itu sangat bercahaya, banyak orangtua yang menunggu mereka. Ada 4 orang lelaki dan 3 orang wanita yang sedang bekerja di desa itu. Ketika 12 anak itu datang, ke7 orangtua yang sedang bekerja itu terkejut. Betapa luarbiasanya sinar yang mereka pancarkan. Perlahan seorang lelaki yang ukurannya memang seperti anak kecil mendekati trio gempal, seorang wanita yang berjalan agak pincang mengikuti lelaki itu.
“Kalian begitu berisi,” ucap lelaki itu.
“Ya, kalian benar-benar menggemaskan. Tapi kenapa dengan raut kalian?”
“Kami kesepian, Tuan Nyonya.”
“Dan maukah rasa kesepian kalian kami ganti dengan kebahagiaan?”
Ketiganya kembali saling pandang, dan mengangguk riang.
Seorang wanita lain mendekati Dani dan Yoga sambil tersenyum, wanita itu memberi senyum pada mereka.
“Kalian berdua sepertinya juga kesepian, maukah kalian bersama Bunda?”
Keduanya langsung mengangguk dan memeluk wanita kecil itu.
Seorang lelaki dengan kursi roda karena kedua kakinya tak ada maju, dan menatap Randi. Juni dan Gerry lekat.
“Kalian bertiga akan menjadi lelaki yang kuat jika kalian ikut denganku.”
Ketiga anak lelaki itu menatap tajam lelaki berkursi roda itu dan langsung memeluknya.
“Kami akan menjagamu.”
Kedua lelaki yang tersisa mendekati Zaneta dan Ocha. Mereka mengajak masing-masing dari keduanya dengan bahasa isyarat. Tentu kedua gadis itu langsung setuju. Tertinggal Fay. Seorang bunda mengambil tongkatnya dan menuntun ke arah sebuah sinar batin ia lihat dari hatinya. Ia merasa Fay mendekatinya.
“Maafkan jika Bunda tak bisa menjadi orang yang selalu menjagamu, tapi maukah kamu menjadi seseorang yang bisa Bunda bahagiakan?”
“Fay akan menjadi mata Bunda, karena Fay akan selalu ada bersama Bunda.”
Setelah semua mendapatkan orangtua masing-masing, mereka berbaris. Inilah scene terakhir dalam drama mereka.
***
Lilia tersenyum sambil menahan tangisnya, ia benar-benar senang melihat teman-temannya mendapatkan orangtua. Dea mendekati Lilia dan mengecup kening gadis itu.
“Sekarang giliran kamu untuk ke panggung. Tolong bawakan puisimu yang indah itu lagi.”
***
Lampu ruangan mendadak mati membuat para penonton bertanya-tanya. Saat lampu dinyalakan semua anak telah berganti pakaian. Semua bernuansa putih dan seorang gadis dengan kursi roda, memakai gaun putih pertamanya berada di depan barisan. Ia mengeluarkan secarik kertas dan mulai membacanya.
A poem, by Lilia … Star from Heaven

Kala malam itu, aku bermimpi
Sebuah sinar  masuk ke relung hati
Membuat semua perasaan iri dan dengki
Hilang dan berganti senang hati

Kala malam tiba, aku berharap satu
Sinar itu datang padaku
Mengganti semua kesedihan menjadi kasih
Mengganti semua kerinduan menjadi sayang

Tapi kusadar sebuah kenyataan
Sinar itu hanya mimpi
Dan kutahu satu kenyataan lain
Sinar itu juga nyata

Sinar itu datang, untuk memaksaku kuat
Memaksaku untuk terus hidup
Terus tersenyum
Dan terus menyayangi

Sebuah sinar yang kutahu itu tak berasal dari manapun
Sebuah sinar yang kutahu itu selalu ada di sini
Di hati semua orang
Yang akan terus kuingat seumur cintaku
Dan takkan pernah kulupakan kalimat itu, bintang yang Kau kirimkan dari Surga untuk kami

Sebuah suara piano terdengar pelan tapi menenangkan, dan terdengar pula sebuah lagu indah berjudul “Note to God” by Charice.

If I wrote a note to God
I would speak what’s in my soul
I’d ask for all the hate to be swept away
For love to overflow
If I wrote a note to God
I’d pour my heart out on each page
I’d ask for war to end and for peace to mend this world
I’d say I’d say I’d say
Give us the strength to make it through
Help us find love, cause love is overdue
And itu seems like so much is going wrong
On this road we’re on
If I wrote a God
I’d say please help us find a way
End ll the bitterness, put some tenderness in our hearts
I’d say I’d say I’d say
Give us the strength to make it through
Help us find love, cause love is overdue
And it looks like we haven’t got a clue
Need some help from you
Grant us the faith to carry on
Give us hope when it seems all hope is gone
Cause itu seems like so much is going wrong
On this road we’re on
No No
We can’t do it on our own
So So
Give us the strength to make it through
Help us find love, cause love is overdue
And it looks like we haven’t got a clue
Need some help
Grant us the faith to carry on
Give us hope when it seems all hope is gone
Cause itu seems like so much is going wrong
On this road we’re on
No No
We can’t do it on our own
So So
If I wrote a note to God

Tirai panggungpun ditutup. Semua terdiam, semuanya. Dan seorang lelaki paruh baya berdiri, ia bertepuk tangan, lalu seorang wanita ikut berdiri dan lama kelamaan semua penonton berdiri dan bertepuk tangan. Dea dan teman-temannya menangis, menangis bahagia karena anak-anak asuhan mereka sungguh…sungguh luar biasa. Dayat berlari menghampiri Lilia yang juga menangis, semua anak itu juga menangis. Semua peserta KKN memeluk semuanya bergantian dan menggiring mereka ke rumah.
“Kalian hebat,” hanya kata itu yang kini keluar dari mulut Dea, biasanya Dea selalu cerewet saat tiba gilirannya orasi. Tapi sekarang hanya itu, hanya kebahagiaan yang bisa ia gambarkan dari wajahnya.
Dayat maju dan merangkul tubuh gadis itu.
“Kalian sangat hebat,” Dayat juga tak bisa berkata apa-apa lagi.
Terlepas dari keharuan itu, Lilia menatap semuanya sangat berarti, sekarang ia bisa pergi dengan tenang karena ia sudah bisa melihat senyum dan tangis itu. Untuk terakhir kalinya, ia ingin memeluk semua temannya. Sudah tak ada waktu lagi, kepala Lilia makin sakit jika ia lama berdiam diri.
Dengan sekuat tenaga Lilia memeluk semua teman-temannya, dan terakhir adalah Dayat.
“Kita harus ke rumah sakit.”
Lilia hanya mengangguk lemah. Dea berlari untuk mengambil mobil KKN dari garasi, Dayat menggendong Lilia ke dalam mobil. Dea langsung melajukan mobil itu.



Dua puluh dua

Pemakaman kedua yang Dea saksikan di Bandung. Tapi sekarang Dea bertekad untuk menjadi wanita yang lebih tegar, karena ia percaya Lilia akan bahagia di sisiNya. Lilia adalah gadis yang kuat. Jadi ia harus lebih kuat jika ingin menjaga gadis itu. Dayat mendekati Dea yang sore itu masih menatap nisan Lilia.
“Gua tahu Lilia adalah gadis yang kuat dari tatapan matanya, gadis itu selalu bermimpi menjadi pemimpin. Dan sekarang gua makin yakin gadis itu udah jadi pemimpin yang kuat. Sekarang kita harus siap-siap untuk pulang, semua anak asuhan kita bersama orangtua mereka sudah menunggu kita.”
“Apa anak-anak KKN yang melawan kita sudah bersiap-siap?”
“Sudah, mereka juga sudah meminta maaf pada anak-anak asuhan kita. Mereka berjanji takkan meremehkan oranglain dari penampilan.”
“Semua anak asuhan sudah mendapatkan orangtua?”
“Ya, Iel juga punya.”
“Iel?”
“Iya, dan Iel akan pindah ke Jakarta bersama orangtuanya.”
“Aku masih akan di sini sebentar lagi, kau duluan saja.”
“Jangan lama-lama, ya.”
“Oke.”
Dayat meninggalkan Dea, setelah Dea yakin lelaki itu pergi. Dea berpindah ke makam Alvin. Dea meletakan mawar putih di depan nisan Alvin. Ia ingat saat lelaki itu memberinya semangat agar ia masuk ke SMA Global. Alvinlah yang memberinya kekuatan untuk terus bertahan, walau sekarang lelaki itu tak ada lagi di sampingnya.

since i found you my world seems so brand new
you’ve show me the love i never knew
your presence is what my whole life through
since i found you my life begin so new
now who needs a dream when there is you
for all of my dreams came true
since i found you

Rio duduk di samping Dea dan meletakan mawar putih juga untuk Alvin.
“Thank’s ya, Vin. Karena loe udah percaya sama gua untuk menjaga gadis ini. Walaupun gua harus jadi bintang keduanya, gua ikhlas karena gua nggak bisa bikin loe dilupain gadis ini ni. Hahaha.”
Dea tersenyum dan senyumnya berubah menjadi tawa kecil.
“Jangan pernah bilang kalau kamu adalah bintang kedua aku. Karena sekarang kamu harus jadi satu-satunya bintang yang aku punya.”
“Bolehkah?”
Dea mengangguk.
“Kak Alvin memang berarti buat aku, tapi aku harus ikhlas melepas Kak Alvin agar ia bisa hidup tenang tanpa memikirkanku.”
“Dan sekarang kamu mau melupakannya?”
“Nggak, aku bukannya mau melupakan Kak Alvin, tapi aku ingin melepasnya agar ia tak usah menjagaku. Karena aku udah punya kamu.”
“Oke, karena aku juga udah punya kamu. Sekarang kamu adalah bintangku.”
***
Semua peserta KKN bersalaman dengan anggota Panti dan itu artinya mereka akan benar-benar berpisah.
“Maafkan semua kesalahan yang kami perbuat di sini ya, Bunda,” ucap Agni.
“Kalian membuat anak-anak kami mempunyai orangtua. Kami sangat berterimakasih.”
“Ya, kami takkan melupakan kebaikan kalian. Kami harap kalian tak melupakan Panti Gemintang.”
“Kami takkan melupakan Panti Gemintang, semua anak asuh kami. Kalian sangat berarti,” ucap Dea.
Fay mendekati Dea.
“Kau dan teman-temanmu sudah menepati janji, aku mewakili teman-teman berterimakasih pada kalian.”
“Kalian juga sudah menepati janji kalian untuk bermain di drama kami dan menjadi anak yang kuat. Kalian harus terus seperti ini, karena dunia kalian yang baru akan segera dimulai. Buktikan kepada semua orang bahwa kalian adalah bintang dari Surga.”
Fay memeluk Dea erat.
“Jika kalian tak pernah datang ke sini, mungkin kami tak bisa sebahagia ini.”
“Jika kami tak pernah ke sini, kami takkan pernah tahu kelebihan yang tersembunyi dari anak-anak luar biasa seperti kalian.”
***
“Jadi kau akan pergi ke Jakarta?”
Iel mengangguk dan menulis sesuatu di papannya seperti biasa.

Tapi aku berjanji, setelah aku sukses menajdi musisi, aku akan datang lagi dan melamarmu.

“Melamarku?”

Ya, tolong tunggu aku, bintangku.
Sivia merasa hari ini ia bisa melihat sisi lain Iel yang serius, serius akan komitmen yang membuat pipi mereka bersemu merah.
“Ya. Aku berjanji aku akan menunggumu. Aku juga akan berusaha menjadi penyanyi agar aku bisa menyanyikan lagu buatanmu.”
Iel mengangguk, dan mengelus rambut Sivia.
***
Semuanya kembali ke tempat masing-masing, sebuah pengalaman yang takkan pernah terlupakan untuk semuanya. Dan sekarang dunia mereka yang berarti akan berlanjut, menjadi dunia yang harus lebih baik dari dunia sebelumnya.
***
Ami kembali ke Yogya dan di stasiun Lintar sudah menunggu gadis itu. Ami melambaikan tangannya untuk menyadarkan Lintar bahwa ia sudah tiba.
“Oh, Ami!”
“Sudah sebulan, tidak terasa, kan?”
“Ya, dan sepertinya lelaki yang kau tunggu akan menepati janjinya.”
“Siapa?”
“Patton.”
“Patton?”
“Iya, dia sudah kembali dari Jepang dan ia ingin menepati janjinya.”
“Apa dia di sini?”
“Tentu, Hei laki-laki hitam! Hahahaha.”
Patton keluar dari balik dinding plat jurusan, ia tersenyum pada Ami dan menghampirinya.
“Enak saja kau bilang aku hitam, dasar hitam!”
Keduanya hanya tertawa sedangkan Ami terus memerhatikan Patton.
“Kau sebaiknya berbicara dengan Patton, aku harus menemui Nova.”
“Jadi Kak Lintar serius dengan Nova?”
Lintar hanya tersenyum tipis dan menepuk pundak Ami.
“Oke, aku pergi dulu, ya. Patton, kamu harus jagain Ami.”
“Itu udah pasti.”
Selepas kepergian Lintar, Patton menggandeng tangan Ami.
“Jadi kamu masih nungguin aku?”
“Bukannya seharusnya kita ketemu pas reunian?”
“Ternyata kuliahku di Jepang bisa lebih cepat. Sudah 3 tahun berlalu bukan?”
“Dan aku menunggumu, dengan perasaan ragu.”
“Kenapa?”
Ami menggeleng, “tapi sekarang aku yakin saat kau disampingku.”
“Kau mau menerimaku?”
Ami mengangguk. Dan di lain tempat, Lintar mengepalkan tangannya tanda ia menyesal. Menyesal karena tak bisa memertahankan cintanya. Tapi sekarang ia harus lega, ada orang yang bisa menjaga Ami selain dirinya. Walaupun suatu saat nanti ia harus bersama orang lain, tapi ia takkan melupakan begitu saja bintangnya itu.
***
“Jadi bagaimana dengan rencanamu belajar di luar negri?”
Dea dan Rio duduk di taman Kampus, tempat mereka selalu bersama.
“Mungkin nggak jadi.”
“Kenapa?”
“Karena walaupun aku nggak belajar di luar negri, aku yakin kedua orangtuaku bisa menganggapku wanita dewasa yang bisa membanggakan mereka.”
“Apa alasan kamu bisa bilang begitu?”
“Karena aku bisa memilih seseorang yang mereka inginkan. Seorang lelaki yang pasti akan selalu menemaniku.”
“Aku?”
Dea hanya tersenyum malu.
“Menurutmu?”
“Pasti.”
Rio menggenggam tangan Dea, dan menatap langit.
“Hei Alvin, sekarang gua ada di samping gadis yang loe cintai. Loe kesel bukan? Tapi tolong, percaya sama gua. Karena gua akan menjaga bintang gua yang satu ini. Selamanya.”

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini