Cuman mau bilang, lagi suka banget sama Kyuhyun-Sunny :D :D :D #terus? Yasudah... :(
Cast :
Lee Soon Kyu SNSD (Sunny/Soonkyu)
Cho Kyuhyun Super Junior (Kyuhyun)
Kim Jonghyun SHINee (Cho Johyun)
Park Sun-Young T-ara (Hyomin)
Choi Sooyoung SNSD (Sooyoung)
Lee Soon Kyu SNSD (Sunny/Soonkyu)
Cho Kyuhyun Super Junior (Kyuhyun)
Kim Jonghyun SHINee (Cho Johyun)
Park Sun-Young T-ara (Hyomin)
Choi Sooyoung SNSD (Sooyoung)
Soonkyu
menghentakan sepatu catsnya dan melompat melewati bantalan yang tingginya 110
cm.
“Hya! Bukankah
seharusnya kakimu tak mengenai bantalan ini!” protes Hyomin.
“Hahaha, tak
apa-apalah, hanya sedikit.”
“Kau curang
Soonkyu,” protes Sooyoung juga.
“Mianhae
teman-teman. Kalau begitu…bagaimana kalau kalian ku traktir eskrim?”
Kedua sahabat
Soonkyu itu saling pandang lalu tersenyum lebar. “Ya ya!!”
***
Aku bosan
membelikan apapun pada 2 orang ini. kenapa mereka tak mau tahu perasaanku?
Kenapa mereka selalu saja memperlakukanku seperti mesin uang yang bisa dengan
mudah digesek? Huh.
“Soonkyu, ada
apa?”
“Ah, Anyeo, Sooyoung.
Bagaimana eskrimnya?”
“Sangat lezat,
Soonkyu. Bagaimana kalau besok kita ke restoran roti baru dekat rumahku? Di
sana sedang ada promosi.”
“Kalau begitu,
bagaimana kita berdua gantian mentraktir Soonkyu?”
“Bolehkah?”
“Tentu, besok
kita bertemu di sana jam 9 pagi. Bukankah toko itu sudah buka sebelum jam 9?”
“Yap.”
Kenapa mereka
berdua sangat kompak? Apa mereka merencanakan sesuatu? Ah, sebaiknya kuikuti
saja permainan mereka.
***
Musim dingin di
Seoul memang sudah menunjukan puncaknya. Buktinya pagi ini udaranya benar-benar
dingin! Padahal aku sudah memakai 4 lapis pakaian ditambah jaket tebal dan
syal. Oh God! Dan mereka lama sekali. Sudah lewat 15 menit dari perjanjian.
Tepat di depan toko yang Sooyoung katakan. Ya Tuhan, dingin…
Karena sudah tak
tahan, kuputuskan untuk masuk lebih dulu. Saat kubuka pintu toko, terdengar
nyaring bunyi lonceng tanda orang masuk. Aku agak terkejut, tapi lonceng itu
cukup menenangkan hatiku. Karena aku dapat memastikan kupingku tidak kehilangan
fungsinya walau hampir membeku. Seorang lelaki dengan tubuh semampai
menghampiriku.
“Selamat pagi,
Eonnie adalah pelanggan pertama hari ini. Selamat menikmati toko ini.”
“Ya, gomawo.”
Senyum lelaki
itu sangat manis, kulirik namanya di klem namanya. Cho Kyuhyun. Lelaki bermarga
Cho? Ya Tuhan, aku takkan dekat-dekat dengan lelaki itu. Bukannya alergi, tapi
itu karena aku trauma dengan masa kecilku. Sahabat kecilku yang juga bermarga
Cho menghilang setelah mengatakan padaku akan menjagaku. Entah kenapa sejak itu
aku berfikir lelaki bermarga Cho tak ada yang baik atau menepati janji.
Kupercepat
langkahku agar menjauh darinya. Lelaki
itu masih memandangiku dan tersenyum. Sepertinya ia ingin mengikutiku.
Sontak saja kuambil sebungkus roti dan berlari ke kasir. Dengan cepat juga aku
membayar dan meninggalkan toko itu. Fiuh…ini karena kedua orang tak bertanggung
jawab itu!
Aku duduk di
bangku tak jauh dari toko roti itu, masih menunggu? Apa aku ini bodoh? Mungkin.
Bagaimanapun, kedua orang itu memang sangat baik padaku. Bukan karena uang,
kan? Semoga.
Kuangkat
bungkusan kecil dari toko roti…namanya Chocolate Bakery. Dan yang kuambil
memang roti cokelat. Jadi toko roti ini menjual roti cokelat dan kombinasinya
to. Menarik juga. Tapi apa ini?! Yang kuambil roti cokelat dengan sentuhan
wine?! Ya Tuhan, umurku masih 19 tahun, aku tak mau menodai tubuhku dengan
alkohol. Tanganku berancang-ancang ingin membuang, tapi seseorang menahan
tanganku. Kulirik sedikit, dan langsung kusadari lelaki semampai itu yang
menahannya.
“Sudah kuduga
Eonnie salah mengambil roti, dan sepertinya aku tak pantas memanggil anak kecil
sepertimu Eonnie.”
“Le…lepaskan
tanganku.”
“Bagaimana kalau
aku memberimu roti cokelat strawberry?”
“Terserah, tapi
lepaskan tanganku.”
Cho Kyuhyun
mengambil roti wine itu dari tanganku dan menggantinya dengan roti yang
kemasannya lebih lucu.
“Ini
kembaliannya, harga roti wine ini jauh lebih mahal dari roti itu.”
“Ba…bagaimana
kalau aku membeli roti ini lebih banyak sehingga harganya sama dengan roti wine
itu?”
“Untuk apa anak
kecil?”
“U…untuk
mengurangi kerugian kalian.”
“Kami nggak
rugi, kok.”
“Bukan karena
itu juga, aku harus makan sesuatu lebih banyak selama menunggu kedua temanku.”
“Kenapa kau
tidak makan di dalam saja?”
“Bolehkah?”
“Boleh saja,
anak kecil. Di toko kami menyediakan tempat makan juga. Kau bisa memesan coklat
panas.”
“Gomawo. Tapi
apa kau akan memanggilku anak kecil terus menerus?”
“Jadi, siapa
namamu?”
“Lee Soonkyu.”
***
Ini sudah gila.
Jam 10.00?! Ini sudah sangat telat!! Aigo…aku lupa tak bawa ponsel. Apa mereka
menghubungiku? Tapi kalau batal kenapa tak dari kemarin malam mereka bilang
padaku!? Dan sekarang aku harus terjebak di toko roti sepi bersama para pelayan
itu. Hem, kenapa toko ini benar-benar sepi, ya? Apa karena toko ini masih baru?
Ah, bukankah toko ini sudah memberikan promo besar? Apa karena toko ini memang
tak terlalu mempesona seperti toko lain? Sepertinya begitu. Toko ini sepi, tak
ada kehangatan di dalamnya. Yang selalu tersenyum hanya Kyuhyun Oppa. Pantas
saja.
“Hei Soonkyu.
Apa kedua temanmu tak datang?”
“Oh! Kau
mengagetkanku, Oppa.”
“Mianhae. Tapi
kau sudah sangat lama di sini.”
“Jadi aku tak
boleh di sini?”
“Bukan begitu,
apa orangtuamu tahu kau sedang ada di toko roti ini dengan orang-orang asing?”
“Umurku sudah 19
tahun, dan aku bisa mandiri.”
“Mianhae, aku
tak bermaksud menyinggungmu, bolehkah aku duduk dan mengobrol denganmu?”
“Kau bosan, ya?”
“Harusnya aku
yang bertanya begitu padamu.”
“Sedikit, oh
tidak aku sangat bosan.”
“Kenapa?”
“Karena di sini
sangat sepi. Yang tersenyum dan menyapa pelanggan hanya kau.”
“Ya, aku juga
merasa begitu.”
“Kenapa kau tak
mengajak teman-temanmu untuk tersenyum?”
“Mungkin ini
karena adikku sedang sakit.”
“Adikmu?”
“Iya, dia yang
memberikan ide untuk mendirikan toko ini. Ia sangat bersemangat mendirikan toko
ini. Tapi saat toko ini berdiri ia malah sakit.”
“Aku turut
prihatin.”
“Kau mau pesan
yang lainnya? Hari ini aku akan menjadi pelayanmu jika kau mau menunggu temanmu
seharian.”
“Anyeo. Aku akan
segera pulang, sepertinya janji ini dibatalkan, lagipula aku tak bawa ponsel,
jadi mungkin mereka sudah menghubungiku berulang kali untuk membatalkannya.”
“Ohya? Baiklah, hati-hati,
ya.”
“Aku mau beli
roti wine itu 2 dan roti cokelat original 3, ya?”
“Untuk apa roti
wine?”
“Untuk kedua
orangtuaku. Mereka pasti senang.”
“Baiklah. Tapi
apa besok kau akan datang lagi?”
“Memangnya
kenapa? Apa aku harus menjadi pelanggan tetap di toko ini?”
“Tidak juga.
Tapi aku baru pertama kali melihat seorang yang sangat setia menunggu
teman-temannya.”
“Lalu?”
“Sepertinya kau
memang setia kawan, jika kau jadi pelanggan toko ini pasti akan banyak
perubahan di toko ini.”
Ia tersenyum lagi,
sangat manis dan membuatku cukup tersipu.
“A…apa kau
yakin?”
“Adikku juga
bilang begitu. Seseorang yang setia akan menjadi pelanggan yang sangat baik
untuk toko ini.”
“Hahahaha,
ada-ada saja kata-katamu itu!”
“Baiklah, ini
roti pesananmu. Dan sampai jumpa kapan-kapan.”
“Aku tak bisa
memperkirakan kapan aku akan ke sini lagi.”
“Tak apa,
aku…maksudku toko ini akan menunggumu.”
“Anyeong,”
ucapku lirih sambil melambaikan tangan. Benar-benar lelaki yang aneh, tapi
menyenangkan.
***
Dan benar saja,
saat aku tiba di rumah dan kulihat ponselku yang tergeletak di meja makan sudah
banyak missed call dan sms dari Sooyoung dan Hyomin. Aku juga lupa kalau hari
ini adalah hari les vokal. Dan sekarang aku dalam masalah, Sooyeon Eonnie pasti
memarahiku minggu depan. Ah, siapa peduli. Bilang saja aku lupa dan ponselku
tertinggal saat 2 orang itu berusaha menghubungiku.
Kakiku tanpa
sadar mengantarku ke gudang, dan tanganku tanpa sadar mengambil kotak kayu
berwarna cokelat. Kubuka tutupnya, dan aku baru ingat aku dulu suka mengumpulkan
bungkus roti cokelat yang kubeli bersamanya. Langsung kulempar kotak itu hingga isinya berserakan. Lalu berlari keluar
untuk melupakan masa lalu itu. Tuhan, jangan seperti ini. Hari itu sudah lama
sekali. Aku tak mau ingat lagi.
***
Hyomin dan Sooyoung
terus meminta maaf di depanku. Mereka sangat menyesal karena seharusnya mereka
menyusulku dulu baru berangkat sama-sama. Mereka juga sudah mengatakan yang
sebenarnya pada Sooyeon Eonnie. Ya…untuk kali ini aku akan memaafkan mereka.
“Sebagai gantinya,
sore ini kalian harus mentraktirku makan roti di toko itu.”
“Baiklah!”
“Apa kau sudah
mengunjungi toko itu, Soonkyu?”
“Memangnya
kenapa, Sooyoung?”
“Aku sendiri
belum pernah, tapi kata orang-orang yang hidup di toko itu hanya seorang
pelayan muda yang umurnya masih 22 tahun. Namanya…aku tak ingat.”
Oh, apa yang
dikatakan orang-orang itu Kyu Oppa? Kalau iya, mereka benar.
“Jadi, haruskah
sekarang kita kemasi barang-barang kita dan pergi ke toko roti itu?”
“Sabar, Hyomin.
5 menit lagi dosen menyebalkan itu pasti pergi.”
“Baik-baik.”
***
“Selamat siang.”
Baru saja kami
menyapa toko itu, lelaki bernama Cho Kyuhyun yang dibicarakan orang-orang
muncul dan tersenyum pada kami. Tapi seperti biasa toko ini sepi pengunjung.
“Oh, Soonkyu-ah.
Kau datang lagi hari ini. Apa ini teman-teman yang kau tunggu kemarin?”
“Ya, merekalah
orang yang menjebakku di sini.”
“Hahaha,
kata-kata menjebak sepertinya agak aneh didengar. Seperti toko ini memang
tempat penuh malapetaka.”
“Eh, bukan
begitu Hyomin. Maksudku toko ini memang sepi seperti penjara, tapi makanannya
sungguh sangat lezat.”
“Baiklah apa
kalian akan makan di sini?” tanya Oppa.
“Yap.”
“Kau yakin
Soonkyu?”
“Tak apa kan, Sooyoung?
Kalian sudah berjanji mentraktirku.”
“Ba…baik.”
Kulihat Kyuhyun
menahan tawanya, aku tak tahu alasannya, yang pasti sekarang wajahnya seperti
orang kegelian. Sementara Hyomin dan Sooyoung menuju tempat duduk, kutahan Kyu
Oppa.
“Kenapa kau
menahan tawa seperti itu?”
“Karena aku geli
melihatmu membalas kedua temanmu itu.”
“Ya…baguslah.”
“Kenapa bagus?”
“Karena dengan
begitu aku bisa puas dengan balas dendamku.”
“Apa jika
seseorang melakukan sesuatu yang membuatmu dendam, walau sudah sangat lama, kau
akan membalasnya?”
Aku terdiam, apa
maksudnya?
“Uhm, aku hanya
bertanya. Tak usah terlalu dipikirkan.”
“Aku susul
teman-temanku dulu agar mengambil sendiri rotinya.”
“Baiklah.”
***
Soonkyu berjalan
pelan menuju teman-temannya. Ia tersenyum lagi. Sama seperti dulu. Saat ia
bermain dengan adik. Saat aku berada di belakang layar. Saat Sunny tak
memandangku. Saat…aku harus berhenti berfikir aku bisa bersahabat dengannya.
Kuambilkan roti
original kesukaan Sunny, nama panggilan yang Johyun berikan padanya. Karena ia
memang selalu bersinar. Memberikan kasih sayang yang luar biasa pada
sahabat-sahabatnya.
“Ini bonus
karena kemarin kau membeli sangat banyak roti original.”
“Benarkah? Aku
sangat suka roti cokelat!”
Aku tahu, sangat
tahu. Karena Johyun selalu menceritakan tentang Sunny padaku. Sunny, maafkan
aku jika aku harus menceritakan hal yang paling tak kau inginkan seumur hidupmu
suatu saat nanti. Maafkan aku.
***
Aku tahu ini
sangat menyakitkan untuk Sunny. Tapi apa aku harus menyembunyikannya pada Sunny
terus menerus? Apa yang harus kulakukan Tuhan? Setiap melihat Johyun
memuntahkan percikan darah, saat itu pula aku memikirkan perasaannya dengan
Sunny. Apakah tak ada jalan untuk menyatukan keduanya lagi? Tuhan, jika ada
jalan terbaik. Tolong jangan buat keduanya sedih lagi. Tolong Tuhan.
***
Sudah beberapa
bulan ini aku menjadi pelanggan tetap toko roti ini, aku sudah seperti ratu di
sini. Banyak masukanku yang diterima toko ini. Seperti musik atau senyuman. Aku
ingin semuanya tersenyum. Terutama Kyu Oppa. Aku harap lelaki itu bisa terus
tersenyum untukku. Artinya senyuman tulusnya hanya untukku.
“Oppa.”
“Ya?”
“Adikmu yang
waktu itu kau ceritakan, bagaimana kabarnya?” tanyaku di sela-sela jam
istirahat karyawan. Seketika kopi yang hampir diteguk Kyu Oppa keluar sedikit
dari mulutnya. Aku tahu ia gugup. Tapi kenapa?
“Oppa kenapa?”
“Oh, Anyeo.
Kenapa kau menanyakan hal itu?”
“Sepertinya
adikmu itu berperan sangat penting untuk membuat toko ini. Apakah semua desain
dan isi toko ini adalah idenya?”
“Sebagian besar,
tapi aku juga membantu, lho!”
“Ya ya, aku
percaya. Ngomong-ngomong, apa aku boleh bertemu dengannya?”
“Apa kau mau?”
“Tentu. Karena
adikmu itulah sekarang aku bisa makan roti cokelat setiap hari!”
“Sunny-ah,
sebaiknya kau habiskan dulu susu vanillamu itu!”
“Sun…Sunny?”
“Oh, maksudku
Soonkyu!”
“Darimana kau
tahu nama kecilku, Oppa?”
***
“Sunny-ah,
sebaiknya kau habiskan dulu susu vanillamu itu!”
“Sun…Sunny?”
“Oh, maksudku
Soonkyu!”
“Darimana kau
tahu nama kecilku, Oppa?”
Gawat! Kenapa
setelah sekian lama aku tak memanggil nama kecilnya itu aku bisa keceplosan?
Apa karena kemarin aku menceritakan keadaan Sunny saat ini pada Johyun? Aigo…
“Hum, apa
jangan-jangan kau memata-mataiku, ya? Kau suka padaku, ya?!”
“Buff…hahahaha!
Bagaimana kau tahu kalau aku suka padamu?”
Ha? Apa yang
kukatakan? Kenapa perasaan ini tiba-tiba terlepas begitu saja? Apa karena aku
memang benar-benar menyukai Sunny? Sangat menyukainya?
***
Jantungku
berdebar sangat kencang saat Oppa menyebut nama kecilku. Itu mengingatkanku
pada Johyun. Aish…nama itu terngiang lagi. Tapi aku harus mengatasinya.
“Hum, apa
jangan-jangan kau memata-mataiku, ya? Kau suka padaku, ya?!”
“Buff…hahahaha!
Bagaimana kau tahu kalau aku suka padamu?”
Sekali lagi,
jantungku berdetak sangat kencang. Oppa…apa kau benar-benar menyukaiku?
“Eh-eh,
bercanda! Bagaimana bisa aku suka pada anak kecil sepertimu?”
“Hya! Umurmu
saja baru 22 tahun, Oppa!”
“Bagaimana kau
tahu umurku?”
“Uhm, karena
banyak orang membicarakan ketampananmu!”
“Ketampananku?
Apa menurutmu aku ini tampan?”
“Aigo…aku mual
mendengarnya.”
“Hya,
Soonkyu-ah. Katakan sejujurnya…”
“Hem…sangat…tidak
tampan!!”
“Dasar anak
kecil! Tidak bisa membedakan antara tampan dan tidak!”
“Tapi senyum
Oppa memang manis.”
***
“Tapi senyum
Oppa memang manis.”
Senyummu lebih
manis, Sunny. Kau yang sudah memberikan semangat hidup pada Johyun. Semangat
hidup yang sangat berharga. Gomawo, Sunny.
“Oppa, aku harus
pulang. Besok ada kelas tambahan.”
“Hari minggu ada
kelas tambahan?”
“Ya, ini karena
dosennya menyebalkan.”
“Hahaha, kau ini
ada-ada saja!”
Kuacak-acak
poninya seperti biasa. Dan seperti biasa juga gadis itu mendengus kesal. Apakah
ini rasanya menjadi orang yang bisa menyayangi Sunny lebih dari apapun? Aku
menyukainya, sangat menyukainya.
“Ayo kuantar.”
“Tidak usah,
Oppa. Malam belum terlalu larut. Aku bisa pulang sendiri.”
Sunny mengambil
tas punggungnya lalu berpamitan pada rekan-rekan kerjaku. Tapi seperti biasa
pula saat Sunny pergi sendiri untuk pulang, aku akan mengikutinya dari
belakang. Aku akan melindunginya seperti Johyun yang selalu menjaga Sunny.
***
Soonkyu mengayuh
sepedanya melewati jalan sepi yang jarang ia lewati. Memang jarang, karena ia
ingin cepat tiba di rumah. Ia takut ia akan tiba sangat larut jika lewat jalan
biasa. Kyuhyun mengikuti Soonkyu dari belakang, ia merasa Soonkyu lewat jalan
yang salah.
Tepat beberapa
meter di depan Soonkyu duduk beberapa lelaki yang penampilannya sangat
berandal. Soonkyu mempercepat laju sepedanya, seorang dari gerombolan itu
menahan Soonkyu, Soonkyu yang takut nekat mempercepatnya lagi, tapi lelaki yang
menahannya tadi dengan kuat menendang roda sepeda Soonkyu sampai gadis itu
terlempar. Gerombolan itu mendekati Soonkyu.
“Kau mau lari,
hah?”
“Ahjussie mau
apa?”
“Ahjussie? Kau
memanggil kami Ahjussie?”
“Lalu aku harus
memanggil kalian apa?”
“Kau
tidak usah memanggil kami dengan sebutan apapun, **d*h!”
“Ya!
Karena kami hanya ingin uangmu! Berikan tasmu!”
“Ja…jangan!
Tolong jangan!”
Seorang
lelaki menampar Soonkyu sangat keras hingga darah keluar dari mulutnya.
Tiba-tiba seorang lelaki memukul lelaki yang menampar Soonkyu tadi.
“O…oppa?”
“Siapa
kau!?”
“Aku
adalah pacar gadis ini!”
“Oh,
jagoan baru datang to.”
Kyuhyun
kembali memukul wajah berandal itu. Jumlah berandal itu ada 5 dan Kyuhyun hanya
sendiri. Kyuhyun terus memukul walau mereka juga terus membalas. Memar di wajah
dan tubuh Kyuhyun tak terhitung. Soonkyu hanya bisa diam dan tak percaya dengan
apa yang ia lihat. Orang yang selalu membuatnya tersenyum sedang dipukuli oleh
para berandal yang mencoba merampoknya. Seorang berandal mengeluarkan sebilah
pisau, dan Soonkyu menyadarinya. Entah tenaga darimana, saat pisau itu hampir
mengenai punggung Kyuhyun, Soonkyu berlari dan menahannya dengan tubuhnya
sendiri. Pisau itu tepat mengenai pundak Soonkyu. Tubuh Soonkyu terjatuh,
nafasnya terengal menahan sakit akibat tusukan itu. Kyuhyun melihat tubuh
Soonkyu terkapar di hadapannya, dan tanpa pikir panjang ia memukul
berandal-berandal itu dengan penuh amarah. Sampai akhirnya berandal-berandal
itu pergi.
***
Saat
pisau itu menusuk pundakku, pandanganku pudar. Yang kulihat hanya Oppa yang
terus memukuli para berandal itu sampai pergi. Oppa menghampiriku dan
menempatkan tubuhku di pangkuannya.
“Sunny-ah,
bertahanlah.”
Seketika,
bayangan Johyun kembali muncul. Saat Johyun cemas karena aku jatuh dari pohon
dekat SD.
“Ka…kau
siapa?”
“Ini
aku Kyu, Sunny-ah.”
“Ka…kau
Johyun.”
Kurasakan
arimata Oppa menetes di dahiku. Dan mataku perlahan tertutup.
***
“Apa yang ingin kau lakukan pagi ini, Sunny?”
“Tak ada. Aku hanya ingin duduk di ayunan.”
“Kenapa? Apa aku berbuat salah padamu?”
“Tidak Oppa. Kau sangat baik padaku. Hanya saja hari
ini aku tak mau main.”
“Apa orangtuamu sedang pergi ke luar negri?”
Sunny terdiam. Matanya menatap tanah penuh salju
yang kini ia injak-injak. Airmatanya menetes dan terjatuh di roknya yang
berwarna cokelat. Tanpa pikir panjang Johyun berlari ke toko kue terdekat dan
membeli roti cokelat kesukaan Sunny.
“Jangan menangis lagi, makanlah roti ini. Tolong
jangan menangis.”
“Maaf.”
“Tidak usah minta maaf, kau adalah Sunny. Seharusnya
kau selalu tersenyum seperti matahari. Aku menyukai senyummu, Sunny.”
Sunny hanya tersenyum tipis.
“Aku berjanji aku akan melindungimu dan mendirikan
toko roti yang besar di Seoul untukmu.”
“Kau berjanji?”
“Ya.”
“Benar-benar berjanji?”
“Benar-benar berjanji!”
***
Kupandang wajah
pucat Sunny sambil mengusap pipinya. Malam sudah sangat larut, tapi keluarga
Sunny belum datang. Hanya 2 teman Sunny yang senantiasa menunggui Sunny di sofa
kamar rawat. Kugenggam tangan Sunny yang dingin. Darahnya banyak terkuras,
beruntung masih ada stok darah yang cocok dengan darah Sunny.
“Mianhae…karena
aku tak bisa melindungimu.”
Perlahan mata
Sunny terbuka dan ia tersenyum lemah. Sangat menyakitkan melihatnya seperti itu.
“Oppa, apa kau
mengenal Johyun?”
Pertanyaan itu
adalah pertanyaan yang sangat tak kuinginkan. Tapi aku harus menghadapinya.
“Johyun adalah
adikku.”
Sunny terdiam,
matanya berair entah karena apa. Tapi kuyakin sekarang hatinya sedang sangat sakit,
atau sangat lega.
***
“Johyun adalah
adikku.”
Jantungku terus
berdetak sangat kencang dan tak keruan. Dia…orang yang ada di depanku adalah
kakak Johyun? Orang yang selama ini kutunggu, selama ini kurindukan.
“Lalu…dimana
dia? Apa Johyun masih sakit?”
“Sebaiknya kau
istirahat penuh Sunny.”
“Apa Johyun
sakit keras?”
“Sunny-ah...”
“Jawab, Oppa!
Apa Johyun masih sakit?”
“Dia bertahan
hidup hanya untuk melihatmu tersenyum.”
Senyum? Hanya
itukah yang diinginkan Johyun?
“Ia ingin
melihatmu tersenyum hanya untuknya.”
“Apakah aku
boleh menemui anak itu?”
“Sebaiknya kau
pulihkan dulu keadaanmu, Sunny.”
“Apa tidak
boleh…aku tersenyum…hanya untuknya?”
“Sunny-ah...”
“Tolong, Oppa.
Aku ingin bertemu dengannya.”
“Tidak bisakah
kau mendengarkanku, Sunny?”
“Tidak bisakah
Oppa merasakan sakit hatiku? Aku benar-benar merindukan Johyun! Ia pernah
berjanji untuk melindungiku, tapi apa buktinya? Anak itu pergi tanpa pamit!”
“Aku bisa
merasakannya, karena selama ini aku menyukaimu. Dan kau hanya menyukai Johyun,
bukan aku.”
“Kenapa kau
seperti itu pada adikmu sendiri?”
“Karena aku
menyayangi kalian berdua. Aku ingin bisa melindungi kalian berdua. Hanya itu.”
“Aku percaya,
tapi bolehkah sekali saja aku bertemu dengan Johyun? Hanya sekali dan tersenyum
padanya.”
“Dia juga ada di
rumah sakit ini.”
***
“Dia juga ada di
rumah sakit ini.”
Sunny berusaha
untuk berdiri, aku hanya diam karena aku percaya ia bisa. Hatiku memang sakit,
tapi aku juga lega telah menyampaikan amanah ini. Setelah ini, mungkin aku akan
menjadi seorang yang ada di balik layar lagi.
Sunny terus
berusaha, dan kutahu pundaknya sedang sangat sakit. Akhirnya kubantu dia dengan
menggendongnya di punggung.
“Naiklah, dan
akan kuantarkan kau pada Johyun.”
Sunny setuju dan
naik ke atas punggungku.
***
Soonkyu dan
Kyuhyun tiba di depan kamar steril. Soonkyu melihat Johyun dari kaca transparan.
Lelaki itu masih sama, masih dengan senyum yang tulus saat ia tertidur. Airmata
Sunny terjatuh perlahan. Kyuhyun memegang pundak Soonkyu yang lain dan
merangkulnya.
“Sesuatu yang berharga,
akan tetap berharga walaupun kau meninggalkannya...,” lirih Soonkyu.
“Apa kau akan
menemui Johyun?”
“Ani...aku tak
mau mengganggu tidurnya.”
Soonkyu tak tega
melihat Johyun yang terlelap. Akhirnya ia dan Kyuhyun kembali ke kamar.
“Mari kugendong lagi.”
“Tak usah, aku
ingin kembali merasakan kakiku.”
“Tapi kau tidak
memakai alas kaki.”
“Tak apa, aku
ingin merasakan langkahku saat meninggalkan Johyun.”
“Tapi kenapa?”
“Aku juga tak
tahu...”
***
Pagipun tiba.
Sunny membuka matanya dan berusaha bangun. Kyuhyun tertidur di sampingnya, tapi
Sunny tak tega untuk membangunkan lelaki itu.
“Kau pasti
lelah, sangat lelah.”
Sunny berusaha
berdiri dan melihat keadaan Johyun. Sendirian.
***
Kurasakan dingin
lantai menjalar di kakiku yang kini menapaknya tanpa alas. Aku ingin bertemu
dengan Johyun. Melihat dan tersenyum padanya. Dan saat aku tiba, lelaki itu
sedang sarapan. Tak sengaja mata kami bertemu dan ia langsung menghentikan
kegiatannya. Raut wajahnya menunjukan bahwa ia tak percaya akan keberadaanku.
Aku tersenyum dan perlahan mmendekati pintu kamar rawatnya.
***
Soonkyu membuka
pintu kamar rawat Johyun. Lelaki itu sangat kaget tapi juga senang. Perlahan
Soonkyu menutup kembali pintu itu.
“Hai.”
“Ka...kau?”
“Perkenalkan,
namaku Lee Soonkyu. Namamu Cho Johyun, bukan?”
“I...iya.”
“Salam kenal.
Sepertinya kau sedang sakit keras, ya?”
“Oh, tidak
juga.”
“Sebaiknya kau
jaga kesehatanmu, dan kita bersama-sama pergi ke Chocolate Bakery. Toko roti
kesukaanku.”
“Aku ingin
sekali ke sana.”
“Jadi, cepatlah
sembuh.”
“Bolehkah aku
melihatmu tersenyum?”
Senyum Soonkyu
merekah walau tipis.
“Lebih lebar
lagi.”
***
“Lebih lebar
lagi.”
Akhirnya aku
bisa melihatnya tersenyum lagi. Sekarang aku bisa tenang jika Tuhan mengambilku
darinya. Setidaknya sekarang ada Hyung yang bisa menjaganya. Hyung, maafkan aku
harus merepotkanmu.
***
Di nisan itu
tertulis, “Cho Johyun”. Kyuhyun merangkul Soonkyu sangat erat. Baru saja
kemarin mereka berdua bertemu, tapi Johyun harus pergi secepat itu.
“Mianhae karena
tak bisa mempertemukan kalian lebih cepat. Kau pasti sangat sedih.”
“Anyeo, Oppa.
Pertemuan singkat kami kemarin adalah pertemuan yang sangat berharga. Kau ingat
perkataanku kemarin? Sesuatu yang berharga, akan tetap berharga walaupun kau
meninggalkannya. Dan kuyakin Johyun juga menyetujuinya. Saat kemarin aku
meninggalkannya, setiap langkah yang kusentuhkan di lantai rumah sakit itu
benar-benar terasa berharga. Dingin yang bukan sembarang dingin. Pokoknya
perasaan yang tak biasa dan akan selalu kukenang. Sekarang aku mengerti kenapa
lelaki itu meninggalkanku dulu.”
“Kau tahu?”
“Ya. Karena ia
ingin terus melindungiku. Walau itu melaluimu Kyu Oppa.”
“Dan bolehkah
aku mengatakan padamu...mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tapi aku tak mau
melepasmu lagi untuk siapapun termasuk adikku sendiri. Aku menyukaimu, oh
bukan. Aku mencintaimu. Sejak kita SD sampai sekarang.”
“Sejak kita SD?”
“Ya, entah
bagaimana saat Johyun menceritakan tentang kau padaku. Aku merasa aku juga
ingin melindungimu. Karena Johyun bilang, kau sangat berharga untuk disayangi.
Dan sekarang aku merasa perkataannya benar.”
“Jadi kau
mengenalku sejak SD?”
“Iya.”
“Tanpa
kuketahui?”
“Johyun memang
seorang malaikat, tapi aku juga malaikat. Malaikat kedua yang selalu di
belakang layar.”
“Aku menyayangi
kalian berdua.”
“Aku juga.”
“Jadi, bolehkah
aku menjadi pelayan di Chocolate Bakery?”
“Untuk apa?”
“Untuk merasakan
kerja keras Johyun dan...selalu bersamamu!”
“Eh, bagaimana
dengan kuliahmu?”
“Pabo, aku akan
menjadi pelayan di sana setelah kuliah selesai.”
“Oke.”
“Oppa.”
“Ya?”
“Jika tidak ada
Johyun, mungkin kita tak pernah saling mengenal.”
“Ya, adikku
memang yang terbaik.”
Soonkyu
tersenyum. Sekarang ia sangat lega karena ia bisa bertemu dengan Johyun sebelum
lelaki itu pergi. Dan bertemu dengan Kyuhyun yang kini akan menjadi salah satu
penghuni hatinya. Bersama, mereka bertekad untuk membuat Chocolate Bakery
menjadi toko roti terkenal di Korea bahkan dunia. Semua ini karena cinta,
mereka pada Johyun dan sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Bashing just positive. oke?