Selasa, 30 Oktober 2012

A Fanfiction - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter FOUR


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Mystery romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter (chapter 4)
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan





Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.


EMPAT




“Cha-Channie...tolong aku...”

***

Chanyeol rupanya membawa kue itu ke kantor Jino. Dia meminta Jino untuk memeriksa kandungan kue itu. Awalnya Jino tidak mau karena dia mengira Chanyeol hanya bercanda. Tapi setelah Chanyeol menjelaskan dugaannya, yang mengatakan mungkin saja kue itu mengandung racun untuk Baekhyun karena Baekhyun tahu Sunny masih hidup.

“Hasilnya bisa kau ambil besok pagi.”

“Lama sekali. Otopsi manusia juga tidak selama itu.”

“Hya, kau kira ruang forensik mau menangani kasus yang belum jelas? Maksudku, masih banyak kasus lain yang perlu kami selesaikan.”

“Baiklah, besok hubungi aku lagi jika hasilnya sudah keluar. Ini nomor ponselku.”

“Ngomong-ngomong kau meninggalkan Baekhyun sendiri? Kau bilang ada yang mengincarnya.”

“Kan itu baru perkiraan. Lagipula aku sudah menyuruhnya agar tidak menerima tamu yang tak dikenal.”

“Jaga Byunnie baik-baik, ya. Karena aku tahu orang yang Sunny percaya hanya Baekhyun.”

“Apa maksudmu?”

“Walaupun Sunny mantan pacarku, tapi gadis itu lebih memercayai Baekhyun ketimbang pacarnya sendiri. Kurasa jika sekarang Sunny dalam bahaya, orang yang pertama dia hubungi pasti Baekhyun.”

“Jadi kau pikir jika Sunny sedang diincar penjahat, kenalan Sunny yang paling pertama dicari adalah Baekhyun?”

Jino mengangguk.

“Gawat!”

“A-apanya yang gawat?”

“Jika benar begitu, Baekhyun dalam bahaya juga!”

Chanyeol segera meninggalkan Jino yang masih terkaget-kaget. Chanyeol melajukan motornya sangat cepat seperti orang kerasukan. Begitu tiba di depan apartemen, Chanyeol hanya memarkirkan motornya asal dan langsung berlari menuju kamar Baekhyun. Chanyeol melihat pintu kamar Baekhyun terbuka dari jauh, membuat pikiran Chanyeol semakin tidak tenang.

Tubuh Chanyeol membeku, tapi dia bisa merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Dia mendapati tubuh Baekhyun bersimbah darah yang keluar dari dadanya yang tersayat. Chanyeol tidak bisa menggerakan kakinya, sampai Baekhyun menggumamkan namanya.

“Cha-Channie...tolong aku...”

Dengan sekuat tenaga akhirnya Chanyeol bisa menggerakan kakinya lagi dan langsung mendekati Baekhyun lalu menopang kepala Baekhyun di pahanya.

“Baekhyun! Kau kenapa, Baekhyun? Siapa yang melakukan ini?!”

“A-aku tidak tahu...”

“Kau kehilangan banyak darah! Kita harus cepat ke rumah sakit! Bertahanlah, Byunnie!”

“Di-dia...dia mencari Sunny.”

“Mwo?”

***

“Beruntung kau membawanya tepat waktu, Tuan. Kalau tidak, Tuan Baekhyun mungkin tidak terselamatkan.”

“Lalu sekarang bagaimana keadaan Baekhyun, Dokter?”

“Dia sudah melewati masa kritisnya.”

“Apa aku boleh menemuinya sekarang?”

“Boleh, tapi jangan ajak bicara Baekhyun terlalu banyak.”

“Baiklah, Dokter. Ayo teman-teman, jangan berisik.”

“Ne, Channie-hyung,” sahut Kai yang sejak tadi merangkul Kyungsoo yang masih syok dengan berita tentang Baekhyun. Saat pintu kamar dibuka, Kyungsoo langsung berlari dan memeluk hyungnya itu.

“Baekkie-hyung! Huaaa!”

“Kyungie...”

“Kenapa kau bisa seperti ini? Siapa yang menyerangmu, Hyung? Aku akan membalasnya!”

“Cup-cup, jangan menangis lagi, Kyungie,” ucap Baekhyun sambil mengelus rambut Kyungsoo.

“Kyungsoo, kau ingat kata-kata Dokter tadi?”

“Habisnya aku khawatir sekali, Channie-hyung.”

“Biarkan Baekhyun istirahat dulu,” ucap Chanyeol.

“Baekhyun, sebenarnya kenapa kau diserang?” Tanya Minseok.

“Oh, Minseok-hyung, maaf aku tidak menjemput kalian berdua tadi.”

“Hya, ini bukan saatnya kau minta maaf. Sudahlah, sepertinya kau memang butuh istirahat, sekarang biarkan Chanyeol dan Kyungsoo saja yang menjaga Baekhyun. Besok kita baru lanjutkan lagi pembicaraan kita,” saran Luhan.

“Jaga kesehatanmu, Baekhyun.”

“Gomawo, Minseok-hyung. Sekali lagi maaf karena aku mengacaukan liburan kalian.”

“Anyeo, kau tidak bersalah kok. Kami sudah melaporkan semuanya ke kantor polisi,” jelas Minseok.

“Ne, gomawo.”

“Ayo kita pulang,” komando Luhan.

Selepas kepergian teman-teman Baekhyun, Chanyeol mengambil kursi untuknya dan Kyungsoo. Chanyeol mengelus rambut Baekhyun sambil menatapnya cemas.

“Berhentilah melihatku seperti itu, aku tidak suka.”

“Baiklah, terserah apa maumu.” Chanyeol beranjak dari kursi dan berdiri menatap keluar jendela. Mata Chanyeol berkaca-kaca memendam rasa cemasnya pada Baekhyun.

“Hyung, apa benar kau diserang karena kasus Sunny-noona?”

“Chanyeol menceritakannya pada kalian?”

Kyungsoo mengangguk sambil terus menggenggam tangan Baekhyun.

“Lelaki itu bilang kalau Sunny masih hidup dan...lelaki itu mencari Sunny,” jelas Baekhyun.

“Apa kau melihat wajahnya, Hyung?”

“Tidak, dia memakai masker.”

“Tapi setidaknya kau mendengar suaranya, kan?”

“Ne. Suaranya sangat berat.”

Chanyeol berbalik dan bersandar di jendela.

“Lelaki yang memberimu kue?” Tanya Chanyeol.

“Ne.”

“Sial, dia mencuri kesempatan saat aku pergi mengganti kue.”

“Kau sudah tahu kue itu bukan darimu, tapi kenapa sengaja pergi menukarnya?”

“Aku mengirim kue itu pada Jino. Aku ingin memeriksa apakah kue itu mengandung racun atau tidak.”

Baekhyun terdiam sambil memikirkan kata-kata lelaki itu lagi.


Ini peringatan pertama untukmu, jika aku menemukan gadis itu bersamamu, aku akan membunuhmu dan juga teman-temanmu.


“Kita harus menemukan Sunny secepatnya, dia dalam bahaya.”

“Maksud, Hyung?”

“Lelaki itu mengincar Sunny. Jika dia melukaiku, tentunya pada Sunny dia akan...”

“Akan apa, Hyung?”

“Membunuh Sunny.”

“Jika dia tahu Sunny-noona sudah meninggal, untuk apa dia masih mencarinya?”

“Dia sadar kalau Sunny masih hidup.”

“A-apa? Sunny-noona masih hidup? Jadi yang Hyung temui kemarin itu...”

“Ne, dia Sunny. Tapi aku bingung, kenapa dia tidak bilang padaku kalau dia dalam bahaya?”

“Pasti ini ada hubungannya dengan orang bernama Lee Sungmin itu.”

“Mungkin Sungmin-hyung berkata pada media kalau Sunny-noona meninggal karena Sungmin-hyung mau hanya dia yang tahu jika Sunny-noona masih hidup dan ingin membunuhnya!”

“Masa’ iya Sungmin-hyung tega membunuh adiknya sendiri?” Heran Baekhyun.

“Tidak, ini bukan masalah Lee Sungmin mau membunuh Sunny. Ini masalah...Sungmin yang mau melindungi Sunny dari seseorang atau sesuatu,” ucap Chanyeol.

“Tapi siapa yang ingin membunuh Sunny?”

“Ne, siapa yang mau membunuh Sunny-noona?”

“Aku juga tidak tahu, mungkin kita bisa membicarakannya dengan Jino besok.”

“Lho? Jadi tadi kalian benar-benar bertemu dengan Jino-hyung?”

“Ne, Kyungie.”

“Hati-hati Channie-hyung, kau tidak tertukar kan antara Jino-hyung dan Baekkie-hyung.”

“Mereka memang sangat mirip dari samping, tapi Baekhyunku jauh lebih manis.”

“Hahahaha, masih sempat-sempatnya Chanyeol-hyung menggoda!”

“Hei, kau yang memancingku.”

***

Keesokan paginya, Baekhyun merasa tubuhnya sangat susah digerakan. Ternyata ini karena Chanyeol dan Kyungsoo tertidur sambil menggenggam kedua lengannya.

“Aish, mereka berdua...”

Tapi Baekhyun tidak mau membangunkan keduanya, karena melihat wajah tidur mereka saja sudah membuat Baekhyun tenang. Akhirnya Baekhyun kembali memejamkan matanya, tapi tak berapa lama Kyungsoo terbangun sambil menguap.

“Eh? Hyung sudah bangun to? Chanyeol-hyung! Baekhyun-hyung sudah bangun!!”

“Ehiya apa kenapa?” Tanya Chanyeol sambil berusaha bangun dan langsung celingak-celinguk seperti orang bingung.

“Baekhyun-hyung sudah bangun.”

“Aish, kau ini mengagetkanku saja.”

“Kalau tidak begitu kau tidak akan bangun!” Omel Kyungsoo.

“Ne-ne. Baiklah, aku akan membeli sarapan.”

“Lho? Bukannya nanti juga diantar?”

“Itu hanya untuk Baekhyun, Pabo.”

“Oiya, benar juga.”

“Jaga Baekhyun sebentar, ya.”

“Aku pasti menjaga Hyungku!”

“Hahahaha.”

Tidak berapa lama setelah Chanyeol pergi, Jino datang dengan membawa kantung besar berisi makanan dan buah-buahan.

“Selamat pagi, Kyungie, Baekhyun.”

“Jino-hyung!” Seru Kyungsoo dan langsung menghampiri Jino untuk membantu meletakan kantung Jino.

“Kau tahu darimana aku dirawat?”

“Darimana lagi, ya dari pacarmu itu.”

“Ooh...”

“Aku membawakan sarapan untuk kalian. Chanyeol mana?”

“Sedang beli sarapan, atau aku bilang tidak usah beli saja?”

“Tidak usah, kau kan harus makan banyak. Aku yakin kau tidak mau kan makan makanan rumah sakit?”

“Hem.”

“Lagipula ada yang harus kubicarakan denganmu, Byunnie.”

“Sudah ada perkembangan tentang Sunny?”

“Aku sepertinya tahu kenapa Sungmin-hyung menyembunyikan keberadaan Sunny.”

“Ohya?”

“Kami juga tahu, Hyung!”

“Eh?”

“Kemarin Channie-hyung bilang, kalau Sungmin-hyung sedang melindungi Sunny-noona dari orang yang ingin membunuhnya!”

“Sial! Aku keduluan lagi!”

“Hya, sudah kubilang ini bukan permainan, Jino.”

“Hehehe, iya-iya, kalau bertemu dengan Chanyeol aku memang selalu terbawa suasana.”

“Lalu kau sudah bertemu dengan Sungmin-hyung?”

“Belum, rencananya sih setelah menjengukmu aku akan menemuinya.”

“Aku ikut.”

“Jangan, mengingat kejadian yang diceritakan Chanyeol kemarin, kau juga dalam bahaya.”

“Tapi aku juga ingin mengetahui perkembangan tentang kasus ini, Jino!”

“Aku pasti memberitahukannya, entah langsung atau lewat Chanyeol.”

“Huft...aku selalu diabaikan.”

“Hya, siapa yang mengabaikanmu?”

Beberapa saat kemudian, pintu kamar tebuka, tanda Chanyeol kembali dari berbelanja. Chanyeol terlihat kesusahan membawa barang-barangnya, jadi Kyungsoo langsung membantu Chanyeol.

“Gomawo, Kyungie. Eh? Jino? Kapan kau datang?”

“Barusan dan sekarang aku harus pergi lagi. Foto-foto kecelakaan dari filmmu sudah kucetak, ini kukembalikan,” ucap Jino sambil melempar klise film Chanyeol. Chanyeol langsung menangkapnya dengan sigap. Ia tidak mau klise film itu rusak atau hilang, karena klise itu mungkin bisa dijadikan bukti pada kasus ini.

“Hem. Aku minta bantuanmu menemukan siapa yang mengincar Sunny dan Baekhyunku, ya.”

“Oke, untuk Sunnyku dan Baekhyunmu.”

Chanyeol tertawa kecil mendengar ungkapan Jino. Lalu sambil mengibas-kibaskan klisenya, Chanyeol mengingat-ingat apa yang harus dia bicarakan dengan Jino.

“Oiya, mengenai kue itu, bagaimana hasilnya?”

“Tidak ditemukan racun di dalamnya. Sepertinya pelaku memang sengaja membuatmu pergi.”

“Kurang ajar.”

“Baiklah, aku pergi dulu, ya.”

“Ne, hati-hati di jalan.”

Chanyeol meletakan barang belanjaannya di samping bingkisan dari Jino.

“He? Dia membelikan kalian makanan?”

“Ne, ayo kita sarapan,” ajak Kyungsoo yang mulai merapikan isi belanjaan Chanyeol. Chanyeol memandang Baekhyun yang sedang menatap kosong dengan raut sedih. Chanyeol ingin bertanya, tapi sepertinya bukan saat yang tepat.

***

Apa...aku harus terus menyembunyikannya? A-aku...aku tidak percaya ini.

***

Seminggu kemudian...


Baekhyun sudah bisa keluar dari rumah sakit, tapi Chanyeol melarangnya untuk bekerja, padahal tubuh maupun kondisi jiwa Baekhyun sudah tidak apa-apa. Jadi sore ini Baekhyun hanya melihat berita mentah dari laptop Chanyeol. Saat Baekhyun membaca berita-berita itu, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah berita berjudul “Lelaki asli kewarganegaraan Korea menghilang di London”, saat Baekhyun membaca isinya, sontak saja dia terkejut, karena lelaki itu bernama Cho Kyuhyun, nama yang sama dengan nama mantan kekasih Sunny yang tempo lalu Sungmin ceritakan. Penyebab hilangnya semua akses komunikasi darinya terjadi sejak tiga hari yang lalu belum ditemukan. Ada saksi mata mengatakan, terakhir kali Kyuhyun terlihat di bar bersama seorang lelaki yang tingginya lebih rendah darinya, tapi saksi mata tidak bisa menjelaskan wajah si lelaki itu karena suasana bar yang gelap hanya berlampukan lampu pesta. Setelah membaca habis berita itu, segera Baekhyun menghubungi Sungmin, mungkin saja Sungmin tahu tentang berita ini.

“Sore, Sungmin-hyung, maaf aku menghubungimu tiba-tiba.”

“Ah, tidak apa-apa, Byunnie. Ada apa?”

“Apa kau membaca berita tentang Cho Kyuhyun?”

“Oh, tidak ada urusannya denganku.”

“Sungmin-hyung, uhm...bisakah kita bertemu malam ini? Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting padamu.”

“Maaf, Byunnie. Malam ini aku ada acara, mungkin lain kali. Oiya, kuputus dulu ya teleponnya?”

“Tunggu du—“

Baekhyun menyadari ada keganjilan dari suara Sungmin. Seperti ada yang dia sembunyikan. Seperti ada yang memburunya. Sebenarnya...bukan Sungmin saja yang punya rahasia, Baekhyun juga punya. Tapi sekarang dia ingin memastikannya dulu, apa benar lelaki itu yang menyembunyikan Sunny? Atau...apakah lelaki itu yang ingin membunuh Sunny?

“Sudah selesai lihat-lihatnya?”

“Oh, Channie. Sudah.”

Chanyeol tersenyum dan meletakan kameranya di meja, lalu dia duduk di samping Baekhyun.

“Ada berita yang menarik?”

“Hem, tentang Cho Kyuhyun.”

“Oh, yang itu. Ngomong-ngomong, Jino lho yang menangani kasus itu.”

“Ish, dia tidak serius ya dengan kasus Sunny?”

“Aku rasa lelaki itu menyelidiki kasus Sunny diam-diam.”

“Mwo? Dasar...”

“Bagaimana kalau malam ini kau undang dia ke apartemenmu? Appa dan Eommamu juga kan tidak tinggal di sana.”

“Iya sih, tapi kalau kau mengajaknya untuk berdebat denganmu, aku tidak mau.”

“Ahahaha, tidak kok,” ucap Chanyeol sambil mencubit hidung Baekhyun gemas.

“Lalu untuk apa mengundangnya?”

“Kau mau tahu tentang Cho Kyuhyun, kan?”

“Eh, kau mendengarnya to?”

“Tentu saja. Jadi?”

“Baiklah, akan kuundang dia. Fiuh...untung malam ini Kyungsoo ikut, jadi aku tidak mati kebosanan.”

“Siapkan makanan yang banyak ya, karena kalau kami mulai berdebat, aku akan mulai mengalihkannya dengan makanan.”

“Yasudah, tapi kau antar aku ke toko kue dulu, ya?”

“Untuk apa?”

“Hari ini kan ulang tahun Kyungie.”

“Eh? Chincayo? Kenapa kita tidak merayakannya bersama yang lain saja?”

“Kau bilang kau mau mengobrol dengan Jino, mana mungkin aku mengajak yang lain.”

“Jadi biarkan Kyungie merayakannya dengan yang lain, kita ke apartemenmu saja.”

“Tidak mau, karena aku harus merayakannya juga.”

“Lalu yang lain?”

“Nanti saja gampang. Oiya, kau mau kan memilihkan kue untuk Kyungie? Maksudku kau saja yang membelikan kue untuknya.”

“Kenapa tidak pesan saja, sih?”

“Aku...tidak bisa melihat pengantar kue dulu.”

Chanyeol menyadari sesuatu, Baekhyun masih trauma dengan kejadian seminggu yang lalu, saat ada orang yang mengantarkan kue ke apartemennya dan menyerangnya saat dia tidak ada. Chanyeol mengepalkan tangannya seperti mengumpulkan semua amarahnya pada orang yang sudah melukai Baekhyun. Andai Jino lebih cepat menyelidikinya, dia ingin segera menghajar lelaki itu.

“Byunnie, sejak kau dirawat itu sebenarnya aku ingin menanyakan ini padamu. Tapi aku takut kau malah mengiraku cemburu.”

“Sudahlah, tanyakan saja.”

“Kau memberi tahu Jino ya kalau kau masuk rumah sakit?”

“Eh? Kukira kau atau Kyungie yang memberitahunya.”

“Lho? Aku sudah tanya pada Kyungie, dia bilang dia tidak memberi tahu Jino.”

“Ja-jadi Jino tahu dari siapa?”

Chanyeol mengalihkan pandangannya pada ponsel Baekhyun, dia ingat jika dalam kotak terkirim atau panggilan keluar tidak ada kontak Jino, bahkan di buku kontak Baekhyun, karena mungkin Baekhyun belum memasukannya dalam buku kontak. Yang dia lihat hanya sms waktu Jino meminta alamat rumah Baekhyun. Dia juga ingat kalau dia tidak memberi tahu Jino. Jadi Jino tahu dari siapa?

“Ahiya, aku ingat. Waktu itu Jino bilang kau yang memberitahunya.”

“Mwo? Aku tidak pernah memberitahunya, aku berniat memberitahunya keesokan harinya. Kenapa dia berbohong, ya?”

“Atau ada yang sengaja memberitahunya dengan identitasmu?”

Chanyeol menggeleng karena dia belum mengerti keadaan ini.

“Baekhyunnie, kau bilang apa saja pada Jino tentang kasusmu?”

“Dia belum menanyakan apa-apa, kelihatannya dia masih sibuk dengan kasus Sunny.”

Benar, ada yang aneh pada Jino. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dan Chanyeol harus tahu itu.

***

Baekhyun dan Chanyeol pergi ke toko kue sesuai rencana. Baekhyun meminta agar Chanyeol saja yang membeli, sedangkan dia tetap di luar. Awalnya Chanyeol mencegah Baekhyun menunggu di luar, tapi Baekhyun bersikeras untuk menunggu di luar karena ternyata Baekhyun juga trauma pada kue.

“Lalu bagaimana nanti kau bisa merayakan ulangtahun Kyungie kalau kau takut kue?”

“Kan ada kau dan yang lain.”

“Yasudah, tunggu sebentar, jangan kemana-mana.”

“Iya, cerewet.”

Selepas kepergian Chanyeol, Baekhyun kembali menghubungi Sungmin agar Sungmin mau bertemu dengannya. Kapanpun itu yang penting Baekhyun bisa bertemu Sungmin. Tapi setelah menunggu beberapa lama, Sungmin tidak menjawab panggilannya sampai akhirnya terputus. Baekhyun terus mencoba menghubungi Sungmin, tapi gagal.

Tiba-tiba seseorang menabraknya sampai ponselnya terjatuh dan penutup serta baterainya terlepas. Baekhyun memungut ponsel itu tanpa melihat pelaku yang menabraknya. Orang yang menabrak Baekhyun pun tidak berniat untuk membantu Baekhyun. Dia hanya memandangi Baekhyun beberapa lama lalu melarikan diri. Baekhyun tidak memermasalahkan itu karena sekarang dia memikirkan ponselnya. Ponsel itu sama sekali tidak bisa menyala, sepertinya ada sistem yang rusak.

“Aigo...”

“Byunnie, kau kenapa?”

“Channie, tadi ada yang menabrakku, tapi aku tidak tahu siapa. Dia menabrakku sampai ponselku terjatuh dan rusak.”

“Yasudah, kita ke tempat servis saja dulu.”

“Tidak usah, kau punya nomor Jino, kan? Aku lupa memasukannya dalam buku kontak, jadi nomor itu pasti tidak ada di sim.”

“Ne, aku punya kok.”

“Oiya, hubungi Kyungie juga. Kita harus segera ke apartemen untuk memersiapkan semuanya.”

“Kau benar-benar tidak melihat orang yang menabrakmu?”

“Tidak, aku memikirkan ponselku yang malang ini.”

“Kau ini polos atau bodoh sih?”

“Apa maksudmu?”

“Kalau kau menahan orang itu, kau bisa minta ganti rugi.”

“Tidak usah, dia juga tidak sengaja.”

“Aduh...pacarku ini memang benar-benar naif.”

“Waktu itu kau bilang aku tidak naif!”

“Sekarang aku berubah pikiran, kau benar-benar lugu, Byunnie.”

“Huh, terserah kau sajalah. Oiya, kue apa yang kau beli?”

“Kue vanilla cokelat. Kyungie suka kue ini, kan?”

“Dia suka semua kue, bahkan kalau kemarin dia yang menerima kue misterius itu, dia pasti langsung memakannya.”

“Hahahaha, tidak baik membicarakan adikmu seperti itu. Ayo kita pulang.”

“Enak saja, pulang-pulang...itu apartemenku!”

“Sebentar lagi juga jadi apartemenku.”

“Mwo?”

“Hahahaha, ayo!”

***

Kyungsoo dan Jino datang bersamaan. Di dalam apartemen, Baekhyun dan Chanyeol sudah memnyiapkan semuanya dengan baik. Suasana yang sepi berubah menjadi sangat ramai dan menyenangkan dengan lampu pesta dan musik disko. Sebenarnya ini diluar dugaan Baekhyun, tapi Chanyeol bilang untuk meramaikan suasana sebaiknya menambahkan banyak peralatan seperti itu.

“Kejutan!” Seru Baekhyun dan Chanyeol bersamaan. Kyungsoo mengerjap-kerjapkan matanya seakan tidak menyangka Hyungnya akan membuatkan pesta semeriah ini. Ya...walaupun tidak ada teman-teman satu redaksi, ada Hyungnya di sini saja sudah sangat cukup untuk Kyungsoo.

“Woaa! Gomawo, Hyung!”

“Ayo masuk dan potong kuenya,” ajak Baekhyun sambil merangkul Kyungsoo.

Keempat namja itu duduk mengelilingi makanan-makanan yang sudah disiapkan Baekhyun. Kyungsoo meniup lilin diiringi tepuk tangan dan nyanyian selama ulang tahun ketiga hyungnya itu.

“Nah, sekarang sebutkan impianmu,” ucap Baekhyun.

“Aku punya dua keinginan besar, Hyung. Tidak apa-apa, kan?”

“Yakin saja Tuhan akan mendengar.”

“Baiklah, yang pertama...semoga Baekhyun-hyung akan selalu menyayangiku begitupun sebaliknya.”

“Itu sih permintaanmu setiap tahun.”

“Yang kedua...semoga kasus Sunny-noona segera diselesaikan. Amin.”

“Nah, sekarang kusuapi sup rumput laut, ya?”

“Ne, Baekkie-hyung!”

“Kau itu manja sekali sih, Kyungie,” ledek Chanyeol.

“Tentu saja, kalau tidak ada Baekkie-hyung di sampingku, aku tidak tahu bagaimana hidupku selanjutnya.”

“Kalian kan akan menikah suatu saat nanti, alhasil kalian berpisah,” ucap Chanyeol.

“Maksudku, jika Baekkie-hyung atau aku pergi...ya pergi yang yang lama, aku tidak tahu bagaimana jadinya.”

“Sudahlah, jangan bicara melantur begitu,” ucap Baekhyun.

Sebenarnya itu hanya ucapan polos seorang adik yang menyayangi kakaknya, tapi entah kenapa Jino menunjukan reaksi berbeda. Dia menunduk sedih sambil menahan airmatanya. Chanyeol menyadari hal itu, tapi menyimpan pertanyaannya untuk nanti.

***

Pesta Kyungsoo hanya berlangsung selama setengah jam, selanjutnya acara mereka adalah bersih-bersih dan mengobrol. Selesai membersihkan semuanya, Kyungsoo yang awalnya ingin langsung tidur mengurungkan niatnya karena Baekhyun memintanya menemaninya saat Chanyeol dan Jino sedang mengobrol.

Awalnya keadaan hening, sampai Chanyeol memulai pembicaraan itu dengan...

“Hoaahhhhmmm...sebenarnya aku mengantuk, tapi karena ada yang harus kubicarakan denganmu, jadi kutahan saja deh.”

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Jino mulai antusias.

“Mengenai Cho Kyuhyun, sepertinya Baekhyun ingin tahu tentang lelaki itu,” ucap Chanyeol sambil melirik Baekhyun.

“Untuk apa?” Tanya Jino sambil menyembunyikan kegelisahannya. Dia mampu menutupinya dari Baekhyun dan Kyungsoo, tapi tidak untuk Chanyeol. Malam ini dia aneh, batin Chanyeol.

“Kau kan tahu kalau Cho Kyuhyun itu...”

“Ne, aku tahu.” Jino tiba-tiba memotong perkataan Chanyeol.

“Lalu bagaimana kelanjutan kasusnya? Dia diculik?”

“Kemungkinan.”

“Jadi kau masih berpacu dengan berita di koran? Kenapa kau lambat sekali menyelidiki kasus yang itu, Jino? Atau kau perlu bantuanku?”

“Diam! Jangan mentang-mentang kau selalu mengalahkanku di komunitas, kau jadi besar kepala, Park Chanyeol.”

“Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud sombong. Tapi kalau saja kita bisa menemukan lelaki itu secepatnya, mungkin kita bisa tahu keberadaan Sunny.”

“Mereka tidak pernah bertemu setelah kasus kecelakaan Sunny mencuat, jadi tidak ada alasan Kyuhyun-ssie punya petunjuk.”

“Lho? Kau detektif amatiran, bukan? Seorang detektif seharusnya memakai banyak kemungkinan dari orang terdekat Sunny. Atau kau memang menyelidiki kasus Sunny secara tersembunyi?”

“Aku...memang menyelidikinya diam-diam.”

“Mwo? Kenapa, Jino?” Heran Baekhyun.

“Byunnie, kau tahu teman-temanku tidak percaya kalau Sunny masih hidup, karena perkataan Sungmin-hyung terlalu meyakinkan jika mayat yang sudah dimakamkan itu mayat Sunny.”

“Bagus, jadi kau akan terus menyembunyikan kenyataan bahwa Sunny masih hidup?” Tanya Chanyeol mencoba mendesak Jino.

“Tidak, aku hanya ingin membuktikan kalau Sunny memang masih hidup. Aku juga ingin membongkar kejahatan lelaki itu.”

“Siapa?”

“Sungmin-hyung. Setelah kupikir ulang, sepertinya orang yang ingin membunuh dan menyembunyikan Sunny adalah orang itu.”

“Membunuh? Kau pikir Sungmin-hyung mau membunuh Sunny-noona? Kau memakai pemikiran awalku, Jino-hyung.”


Kau memakai pemikiran awalku, Jino-hyung


Kata-kata Kyungsoo barusan membuat Chanyeol sadar, memang ada keanehan di sini. Mana mungkin kemampuan Jino menurun? Padahal dia sudah lama menjadi detektif di agensi itu. Chanyeol yakin Sungmin tidak berniat membunuh Sunny. Benar, sepertinya Jino merahasiakan sesuatu.

“Baiklah, harus kuakui kemampuan analisismu pada kasus semakin baik, Jino. Bahkan saat Baekhyun diserang, kau langsung tahu dia diserang dan sedang dirawat. Bahkan kau tahu dimana rumah sakit tempat Baekhyun dirawat.”

Jino terdiam, tangannya bergetar seperti gugup, lalu tiba-tiba dia berdiri.

“Aku harus pergi, ada urusan lain yang lebih penting daripada mengobrol.”

“Tapi ini obrolan mengenai kasus-kasusmu, Jino,” ucap Chanyeol.

“Apa kau tidak tahu? Kepalaku seakan ingin pecah karena ada tiga kasus yang belum kuselesaikan!”

“Baiklah, kau boleh pergi, Detektif Cho Jinho.” Nada suara Chanyeol jelas sedang mendesak Jino.

“Sudah kubilang...”

“Kau tidak mau dipanggil dengan nama aslimu, kan? Oke, tidak masalah. Pergilah.”

“Baik, aku pergi. Gomawo untuk suguhan malam ini, Byunnie. Jaga kesehatan kalian berdua, ya. Sekali lagi chukae untukmu, Kyungsoo.”

“Gomawo, Hyung.”

“Annyeong.”

Baekhyun mengantar Jino sampai depan apartemen. Selepas kepergian Jino, Baekhyun kembali bergabung dengan Chanyeol dan Kyungsoo.

“Aku merasa lelaki itu menyembunyikan sesuatu,” ucap Chanyeol.

“Menyembunyikan apanya? Dia sahabat baikku, Channie. Mungkin saja dia tahu penyeranganku dari kantor polisi yang kau hubungi.”

“Kalau begitu, kenapa dia tidak bilang langsung?”

“Mungkin dia lupa.”

“Atau mungkin...dialah orang yang menyerangmu, Baekhyun.”


TBC

Senin, 29 Oktober 2012

A Fanfiction - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter THREE


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Horror(thriller), romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan



Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.



TIGA




“That’s news office!, ada yang perlu dibantu?”

“Selamat pagi. Apa ini Byun Baekhyun?”

“Ne, saya sendiri. Ada apa?”

“Ini dari detektif Jino.”

“Ah, ternyata kau! Sudah lama tidak bertemu. Apa kabar?”

“Hei, cobalah berbicara formal padaku jika kita terlibat dalam sebuah kasus.”

“Nde? Memangnya aku kena kasus apa?”

“Kasus tentang Sunny.”

“E-eh, maksudnya aku ditunjuk sebagai saksi?”

“Bukan, kau calon tersangka.”

“Mwo?!”

Mendengar teriakan itu, Chanyeol sudah bersiap untuk menghampiri Baekhyun, tapi Kyungsoo menahannya.

“Tidak usah teriak begitu, Baekhyun. Begini saja, bisakah kita bertemu di apartemenmu sekitar jam delapan pagi ini? Kami ingin mengintrogasimu, maksudku aku yang ingin mengintrogasimu. Berikan alamat apartemenmu ke nomor ini, ya.”

“Jadi ini introgasi pribadi?”

“Jangan bawa siapapun, Baekhyun. Oiya, kau tidak usah takut, aku tidak berniat memenjarakanmu, kok.”

“Mwo? Tapi kenapa kau bilang aku calon tersangka?”

“Ya...aku ingin dramatisir sedikit.”

“Aish, kau mengagetkanku.”

“Tapi ini serius, aku ingin menanyakanmu perihal...kau yang bertemu dengan Sunny.”

“Darimana kau tahu?”

“Sungmin-hyung yang menceritakannya padaku.”

“Bahkan dia mengatakan hal itu?”

“Maksudnya?”

“Aku tidak menyangka saja Sungmin-hyung akan menceritakan semuanya pada media.”

“Uhm...kalau bagian kau bertemu dengan Sunny sengaja kusembunyikan, makanya aku mau bertemu denganmu pagi ini.”

“Tapi sekitar jam segitu aku...oh, tidak apa-apa deh. Oke, kita bertemu di apartemenku jam delapan pagi ini.”

“Baiklah, mohon kerjasamanya Baekhyun-ssie. Annyeong.”

“Annyeong.”

Baekhyun meletakan gagang telepon berwarna putih itu pada tempatnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Chanyeol yang penasaran langsung menghampiri Baekhyun.

“Ada apa, Byunnie?”

“Jino, temanku yang detektif itu ingin bertemu denganku.”

“Aku ikut.”

“Tidak boleh, dia bilang aku harus menemuinya sendiri.”

“Tapi aku menemukan keanehan di foto kecelakaan Sunny yang kuambil dengan yang diambil media, mungkin temanmu itu bisa membantu.”

“Benarkah? Baiklah, kau boleh ikut. Tapi ini bukan alasanmu untuk mengikutiku, kan?”

“Untuk apa aku mengikutimu?”

“Mungkin kau cemburu?”

“Hahaha, aku tidak akan protektif begitu, Byunnie. Lagipula sekarang orang yang harus kujaga kan ahli hapkido.”

“Jadi kalau aku bertemu dengan mafia kau tetap tidak mau melindungiku?”

“Kau bicara apa sih, Byunnie? Memangnya kau salah apa pada mereka? Hahaha, sudah cukup berkhayalnya.”

“Oiya, memangnya ada keanehan apa, Channie?”

“Nanti saja saat kita bertemu...siapa namanya?”

“Jino.”

“Namanya Jino?”

“Nama aslinya sih Cho Jinho, memangnya kenapa?”

“Sepertinya aku familiar dengan nama itu.”

“Ohya? Ish, kau ini sok tahu.”

“Eh benar kok. Di mana ya...”

Chanyeol menerka-terka di mana dia mendengar nama itu sebelumnya. Dia yakin bukan dari Baekhyun, karena Baekhyun jarang menceritakan teman-teman lamanya, kecuali gadis bernama Sunny itu.

Baekhyun dan Kyungsoo merapikan meja yang berantakan karena Chanyeol menyebar foto-foto kecelakaan Sunny seenaknya. Baekhyun memerhatikan foto-foto itu sekali lagi. Tidak ada yang salah, batin Baekhyun.

“Pagi, semuanya!” Seru Kai yang datang bersama Sehun dan Suho.

“Pagi, sudah selesai semuanya?” Tanya Baekhyun tapi tidak mengalihkan perhatiannya pada foto-foto kecelakaan Sunny.

“Sudah, Hyung. Oiya, kami punya kabar bagus!”

“Apa itu, Kai? Kau bersemangat sekali pagi ini.”

“Iya dong, Baekkie-hyung. Kabar ini sangat menguntungkan untuk kita!”

“Ayolah katakan, jangan bertele-tele.”

“Masalah distribusi koran kita, ada perusahaan baru yang ingin berlangganan koran kita.”

“Ohya? Woaa, itu artinya kita harus menambah produksi kita.”

“Tapi ada kabar buruk juga, Hyung.”

“Eh?”

“Gara-gara hanya koran kita yang tidak menampilkan kisah sedih Sunny, hari ini banyak tempat yang biasanya menerima koran kita, tiba-tiba saja membatasi pasokan koran.”

“Koran kita kan tidak semudah itu menjual kisah sedih orang lain. Jadi biarkan saja,” ucap Chanyeol sambil mengibas-kibaskan tangannya seperti menunjukan “Semua baik-baik saja.”

“Ne, tapi...koran-koran yang sudah diproduksi mau diapakan?”

“Daur ulang saja, kita kan punya tempat daur ulang kertas. Itulah gunanya kita punya pimpinan seperti Suho-hyung,” puji Baekhyun, tapi yang dipuji sepertinya tidak peduli.

“Oiya, nanti aku tidak ikut menjemput Minseok-hyung dan Luhan-hyung, ya?”

“Lho? Kenapa, Hyung? Mereka berdua sengaja kesini untuk liburan, tapi kau tidak mau menyambutnya,” keluh Sehun.

“Sebenarnya aku dan Chanyeol yang tidak bisa datang. Bukannya tidak mau, tapi kami ada urusan penting.”

“Urusan penting apa? Paling juga pacaran,” ledek Kai.

“Hya! Nanti kalau selesai pasti kami beritahu,” ucap Chanyeol sambil menjitak kepala Kai.

“Tapi nanti malam kalian ikut makan malam bersama, kan?”

“Sms saja tempatnya, kami pasti datang.”

“Ne, Baekkie-hyung.”

“Tapi kenapa cuman mereka berdua sih?”

“Kalau semuanya datang, lalu siapa yang mengurusi That’s news di Beijing, Channie-hyung?”

“Oiya benar juga, Kai.”

“Oiya! Satu lagi! Masalah aku mengkhayal kemarin, aku sama sekali tidak mengkhayal. Tempat tinta di mesin cetak yang kemarin kubilang habis isinya memang rusak kadang-kadang, jadi aku tidak salah kalau kukira tinta di sana habis. Lalu pintu ruangan ini juga rusak, Hyung! Makanya membukanya agak susah dari luar walaupun tidak dikunci!”

“Jadi itu semacam pembelaan, Kai?” Tanya Baekhyun jahil.

“Tentu saja!”

“Lalu apa yang kemarin dilihat Chanyeol-hyung juga bukan khayalan?” Tanya Kyungsoo.

“Mungkin.”

***

Sesuai rencana, Baekhyun dan Chanyeol menunggu Jino di apartemen Baekhyun sejak jam 7.40. Baekhyun menyiapkan makanan kecil yang baru kemarin malam dia beli untuk persediaannya dan Kyungsoo selama seminggu orangtuanya pergi. Melihat Baekhyun menyiapkan semuanya dengan telaten, membuat Chanyeol tersipu malu, entah apa yang dia pikirkan.

“Apa kau harus menyiapkannya seserius itu, Byunnie?”

“Maksudnya?”

“Seperti istri yang sedang menunggu suaminya pulang saja.”

“Kan suamiku sudah ada di sini, untuk apa aku menunggunya.”

“He?”

“Hahahaha, sudahlah lupakan.”

Sebenarnya Chanyeol mengerti kata-kata Baekhyun, tapi tidak mau terlalu percaya diri. Chanyeol kembali sibuk memerhatikan namja manis itu. Baekhyun meletakan vas berisi bunga lili putih lalu menyemprotkan pengharum ruangan sebagai sentuhan terakhir. Setelah itu Baekhyun duduk di samping Chanyeol.

“Aku berlebihan sekali ya menyiapkannya?”

“Hem.”

“Ya...itu karena aku merindukan Jino. Sudah lama kami tidak bertemu.”

“Berapa lama?”

“Aku, Sunny, dan Jino adalah sahabat sejak SMP. Kami berpisah delapan tahun yang lalu, saat wisuda SMA.”

“Ooh, jadi dia juga kenal Sunny?”

“Ne. Bahkan mereka pernah pacaran diam-diam.”

“He? Katanya kau menyukai Sunny?”

“Memang sih, tapi aku merelakannya untuk Jino. Makanya aku selalu mengatai diriku naif. Jelas-jelas temanku menyukai Sunny, tapi aku malah menyukai gadis itu.”

“Tidak kok, yang seperti itu namanya bukan naif. Kau juga tidak terlalu lugu untuk disebut naif.”

“Jadi apa?”

“Kau orang yang tulus, Baekhyun.”

Baekhyun terhenyak mendengar perkataan Chanyeol. Selama ini belum pernah ada orang yang meluruskan perkataannya terhadap dirinya sendiri, karena Baekhyun memang selalu merahasiakannya termasuk pada Kyungsoo. Entah kenapa dengan Chanyeol dia bisa menceritakan semuanya.

“Makanya aku menyukaimu,” lanjut Chanyeol.

Baekhyun menunduk karena tidak berani menatap Chanyeol yang sekarang sudah berubah menjadi orang yang lebih perhatian. Sebenarnya Baekhyun senang, tapi rasanya dia belum siap sepenuhnya.

“Kenapa menunduk?”

“Aku...hanya kaget pada sikap Chanyeol yang berubah.”

“Jadi kau tidak suka?”

“Bukan, bukannya aku tidak suka. Tapi aku belum bisa menyesuaikan.”

“Yasudah sesuaikan saja.”

Senyum Baekhyun mengembang, karena sekarang perkataan Chanyeol berubah lagi menjadi Chanyeol yang acuh. Rupanya bukan hanya Baekhyun yang belum bisa menyesuaikan, tapi juga Chanyeol dengan sifat acuhnya. Tapi Baekhyun tidak mau bilang, karena dia tetap senang dengan Chanyeol yang apa adanya.


TING TONG


“Sepertinya itu Jino, aku bukakan dulu, ya.”

Baekhyun beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu. Saat Baekhyun membuka pintu, seorang namja yang tingginya tidak berbeda jauh dengannya langsung memeluknya.

“Woaa!! Aku rindu sekali padamu, Baekkie!”

Jino dan Baekhyun berpelukan cukup lama sampai tidak sadar Chanyeol sedang menatap tajam mereka.

“Ne-ne, aku tahu kau merindukanku, tapi tolong lepaskan aku, Jinho.”

“Hya, kau memanggilku dengan nama asli lagi. Panggil aku Jino, Byunnie.”

“Hihihi, kau itu seperti Sunny saja.”

“Eh? Ada orang lain to? Aku kan sudah bilang jangan bawa orang lain, Baekkie!”

“Dia...orang yang spesial untukku. Lagipula Channie bilang dia menemukan keanehan dari foto kecelakaan Sunny yang diambilnya dengan media lain.”

“Orang yang spesial? Jangan bilang kau...”

“Hahaha, sudahlah masuk dulu, Jino.”

“Ne.”

Jino mengikuti Baekhyun lalu duduk di sebelah Chanyeol seperti perintahnya, sedangkan Baekhyun duduk di kursi terpisah. Chanyeol memerhatikan Baekhyun dan Jino bergantian, mereka agak mirip dari samping. Tapi Baekhyun lebih memesona, pikir Chanyeol.

“Aku Park Chanyeol, pacar Baekhyun.”

“Mwo? Pacar? Byunnie, kau pacaran dengan namja?”

“Uhm...seperti yang kau lihat.”

“Yaampun, padahal dulu aku mengin...eh, maksudku, aish, lupakan sajalah. Namaku Cho Jinho, tapi panggil aku Jino. Aku sahabat Baekhyun sejak SMP.”

“Aku tahu, baru saja Baekhyun memberitahuku.”

“Ohya? Bukan kebiasaan Baekhyun menceritakan teman-teman lamanya. Apa karena dia pacarmu, Byunnie?”

“Eh, kenapa jadi membicarakan tentang kami sih? Ayo langsung ke pokok masalah saja.”

“Kau ini, aku kan masih rindu.”

“Nanti saja setelah introgasi. Bukankah kau sendiri yang bilang aku harus bersikap formal saat menghadapi kasus?”

“Baiklah, kita mulai saja deh.”

Jino mengambil catatan kecil dari saku jasnya lalu membaca sesuatu di dalamnya.

“Byunnie, apa kau benar-benar bertemu dengan Sunny setelah kecelakaan itu?”

“Benar. Waktu itu sebenarnya aku ingin meliput kecelakaan itu, tapi karena kakiku terbentur lemari besi saat ingin mengejar Chanyeol, aku tidak jadi pergi. Lalu tiba-tiba Sunny menghubungiku, dia hanya menyapa dan sedikit bicara. Lalu saat aku ingin kembali duduk, aku terjatuh, anehnya Sunny datang dan membantuku berdiri. Dia juga hanya bicara sedikit lalu pergi. Saat aku bertanya apakah kami bisa bertemu lagi, dia hanya menjawab ‘semoga’.”

“Kau yakin dia manusia?”

“Saat melihat ID Sunny yang Chanyeol potret dan pernyataan media yang berkata bahwa Sunny-lah korban kecelakaan itu, aku jadi tidak begitu yakin.”

“Apa kau tidak menemukan keanehan dari cerita Sungmin-hyung?”

“Keanehan? Keanehan seperti apa?”

“Maksudku, apa kau tidak berfikir jika cerita Sungmin-hyung itu hanya kebohongan belaka?”

“A-aku tidak berfikir seperti itu.”

“Sungmin-hyung bukan tipe orang yang suka menggembor-gemborkan kisah sedih keluarganya sendiri. Tapi dalam kasus Sunny, dia benar-benar meyakinkan media jika Sunny-lah yang mengalami kecelakaan itu.”

“Lho? Bukannya tim penyidik sudah memastikan siapa mayat itu?”

“Sebenarnya aku menemukan perbedaan yang signifikan dari pemeriksaan penyidik dengan pemeriksaanku.”

“Kenapa kau tidak mengatakannya pada tim penyidik yang lain?”

“Perbedaan signifikan itu perasaanku, Byunnie.”

“Hya! Mana bisa detektif melibatkan masalah pribadi!”

“Byunnie, sebenarnya firasat atau perasaanlah yang membimbing detektif untuk memecahkan kasus, tapi mereka juga harus menyeimbangkan perasaan itu.” ucap Chanyeol tiba-tiba. Jino memandang Chanyeol sekilas lalu mengalihkannya lagi pada Baekhyun.

“Aku merasa mayat itu bukan Sunny, Byunnie.”

“Jadi itu sebabnya kau bilang kalau cerita Sungmin-hyung palsu?”

“Ne. Aku sudah menyelidiki identitas lelaki bernama Cho Kyuhyun itu, dia memang pergi ke London, tapi Kyuhyun tidak memutuskan hubungannya dengan Sunny, dia hanya bilang agar Sunny menunggunya pulang. Itu artinya di malam perpisahan itu, Sunny sama sekali tidak mabuk.”

“Tapi kenapa Sungmin-hyung berbohong? Ja-jadi Sunny masih hidup?”

“Kemungkinan besar iya.”

“Di malam yang sama dengan hari kecelakaan Sunny, gadis itu menghubungiku lagi!”

“Be-benarkah?”

“Ne! Dia bahkan pergi ke kantorku, waktu itu Chanyeol yang melihat, tapi karena Channie takut Sunny adalah hantu, dia menahanku untuk membuka pintu. Lalu setelah itu Sunny menghilang.”

“Takut?” Tanya Jino sambil menatap sinis Chanyeol.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Hih, penampilan luarnya saja pemberani, tapi tenyata...”

“Hya! Kenapa kau jadi mendesakku begini?”

“Hei sudah-sudah, kalian berdua kenapa jadi berdebat masalah seperti itu sih? Ahiya, Channie, bukankah kau bilang mau menunjukan sesuatu pada Jino?”

“Oh, benar juga. Begini, keanehan pertama, aku heran dengan kartu identitas Sunny yang masih utuh. Bukankah mobil itu meledak? Semua barang dalam mobilnya hangus, tapi kenapa kartu identitasnya utuh? Keanehan kedua, aku datang ke tempat kejadian saat polisi dan media belum datang, karena tempat kecelakaan tidak jauh dari kantor, jadi aku bisa tahu kejadian lebih cepat dari mereka. Aku memotret kartu identitas itu diam-diam, awalnya kartu itu berada di antara puing-puing mobil, tapi saat aku melihat foto media yang diambil tidak lama setelah aku memotret, identitas itu berpindah tempat ke dekat tubuh mayat. Seperti ada yang sengaja memindahkan kartu itu agar lebih mudah ditemukan.”

“Seperti Sungmin-hyung yang meyakinkan media bahwa Sunny-lah yang meninggal?”

“Ne.”

“Boleh kulihat foto itu?”

“Ini.”

“Tidak ada yang menyentuhnya kan saat media ini memotret?”

“Belum, karena tim penyidik masih mengamankan keadaan. Ah! Waktu itu perhatian kami semua teralihkan sejenak oleh sebuah ledakan kecil dari restoran di dekat tempat kejadian. Mayat itu diselubungi dulu, baru setelah itu para awak media memotret. Aku tidak melihat tim penyidik mengubah apapun dari TKP.”

“Berarti kartu identitas ini berpindah saat perhatian kalian teralihkan karena ledakan itu?”

“Mungkin.”

“Dan tim penyidik sama sekali tidak mengubah keadaan TKP?”

“Ne.”

“Aneh, benar-benar aneh.”

“Hei, Jino, aku mau bertanya satu hal lagi padamu. Apakah kau pernah ikut dalam komunitas ‘Sherlock Holmes’?”

“Komunitas apa itu, Channie?” Tanya Baekhyun.

“Komunitas itu adalah tempat penyaluran hipotesa dari masing-masing anggotanya untuk memecahkan suatu kasus. Kasusnya sih cuman rekaan, tapi kalau menang lumayan bayarannya, Byunnie.”

“Kau ikut komunitas itu? Eh, Park Chanyeol, Park Chanyeol...sepertinya aku pernah lihat nama itu.”

“Sudah kuduga, kau sainganku dalam komunitas itu, Jino! Kau tidak ingat aku, hah?”

“Ah! Benar! Kau Park Chanyeol yang itu! Tapi kenapa kau tidak menjadi detektif saja? Hipotesamu menakjubkan!”

“Tidak, aku lebih suka memadukan dokumentasi dengan hipotesa, jadi pekerjaan yang cocok untukku ya sebagai reporter berita.”

“Yayaya. Aku tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan sainganku dan lebih kaget lagi kau adalah pacar sahabatku!”

“Hahahaha, dunia memang sangat sempit!”

“Jino, kalau Sunny masih hidup...apa kau akan menyukainya lagi?” Tanya Baekhyun tiba-tiba, membuat Chanyeol dan Jino terdiam.

“Dari dulu sampai sekarang perasaanku tidak berubah kok. Aku tetap menyukainya. Aku juga akan bilang pada Sungmin-hyung tentang perasaanku. Tapi kita belum bisa memastikan kalau Sunny masih hidup, Byunnie. Dan juga alasan apa yang membuat Sungmin-hyung meyakinkan media kalau Sunny sudah meninggal.”

“Hem, baiklah. Tapi ada satu lagi yang mengganjal hatiku, siapa gadis yang ada di mobil Sunny saat kejadian?”

“Aku belum bisa memastikannya.”

“Apakah bisa pemeriksaan jenazah hanya dari kartu identitas?”

“Nah, itu dia, Byunnie. Kami ingin memeriksanya lebih lanjut dengan otopsi, tapi Sungmin tiba-tiba datang dan bilang ingin segera memakamkan jenazah adiknya supaya Sunny tidak tersiksa.”

“Ngomong-ngomong, kalau mengibaratkan ini adalah kasus rekaan seperti di komunitas, siapa yang menang?”

“Tentu saja aku, Chanyeol. Sekarang integritas pemikiranku meningkat dan terus terlatih. Kau kan hanya menjadi reporter berita, pasti analisismu semakin payah.”

“Hei, siapa yang menyadarkanmu tentang kartu identitas Sunny?”

“O-ohiya, benar juga.”

“Jadi masih satu-kosong.”

“Hei! Itu tidak adil! Yang menyadari kalau mayat itu kemungkinan bukan Sunny dan menyatakan bahwa pernyataan Sungmin-hyung palsu kan aku! Jadi satu-dua!”

“Ish, ini masalah serius, kenapa kalian malah main-main?” Protes Baekhyun.

***

Baekhyun mengantarkan Jino sampai depan apartemen. Sebenarnya Jino ingin lebih lama di sana, tapi Baekhyun mengusirnya, alasan Baekhyun karena Jino dan Chanyeol selalu adu mulut saat mereka mengobrol. Benar-benar mengganggu, batin Baekhyun

“Kapan-kapan aku kemari lagi, ya? Jangan lupa bawa si Park Chanyeol itu, aku ingin sekali mengalahkannya.”

“Pergi sana!”

“Hahaha, kau juga boleh berdebat jika mau, Byunnie.”

“Jino!”

“Ne-ne, aku pergi.”

Selepas kepergian Jino, Baekhyun masuk lagi, dan duduk di samping Chanyeol. Tapi wajahnya menggambarkan jika dia benar-benar marah, dan juga anak itu membelakangi Chanyeol.

“Byunnie, kau marah?”

“Kalau masalahnya sudah begini, kau berubah saja jadi Chanyeol yang acuh.”

“Masalah seperti ini harusnya kuselesaikan dengan perhatian.”

“Sudah, acuhkan saja aku!”

“Kau cemburu atau marah?”

“Untuk apa aku cemburu? Kalian berisik sekali! Aku marah!”

“Tapi kan ini memang kebiasaan kami, mulai sekarang kau harus memakluminya.”

“Kalau nanti aku bertemu dengan Jino lagi, aku tidak akan mengajakmu.”

“Lho, jadi kau berniat selingkuh?”

“Bodoh! Chanyeol bodoh!”

“Hahahaha, baru sekarang aku melihatmu semarah ini. Tapi kau benar-benar menggemaskan.”

“Sudah sana pulang, kita bertemu nanti malam.”

“Tidak mau, aku mau menginap di sini. Kau juga akan menginap di sini selama orangtuamu pergi, kan?”

“Kau mau makan apa di sini? Makanan di rumah ini hanya cukup untukku dan Kyungsoo.”

“Lalu tadi yang kau suguhkan pada Jino apa?”

“Itu hanya makanan kecil!”

“Aku bisa makan mie, tenang saja. Aku ingin menjagamu saat orangtuamu pergi.”

“Kau bilang kau tidak perlu melindungiku karena aku ahli hapkido, kenapa sekarang berubah pikiran?”

“Karena...”

Tidak mungkin Chanyeol bilang karena dia punya firasat buruk, firasat yang mengatakan Baekhyun terseret dalam kasus yang akan membahayakan nyawanya.

“Karena apa?”

“Karena aku ingin melihatmu setiap saat.”

“Chanyeol, alasan yang benar-benar pasaran.”

“Lho? Jangan begitu dong. Tadi pagi kau manis sekali padaku, kenapa sekarang berubah? Sama saja denganku.”

“Pokoknya aku tidak suka kalau kau berdebat dengan Jino. Aku sampai harus memasang penutup telinga ini, lihat.”

Baekhyun menunjukan dua penutup telinga pada Chanyeol tapi tetap membelakangi, membuat namja tinggi itu tertawa terbahak-bahak.

“Kau benar-benar menggunakannya? Hahahaha.”

“Diam dan pergi dari sini!”

“Tidak mau! Aku mau menemani Byunnieku!”

“Aaa, aku tidak mau! Kau harus pergi!”

Chanyeol menggoda Baekhyun yang membelakanginya dengan memeluknya, membuat Baekhyun tersentak seketika lalu mencoba memberontak.

“Ish, lepaskan aku!”

“Pokoknya aku mau menginap di sini! Boleh, ya?”

“Tidak boleh! Tidak ada kamar untukmu!”

“Tidur di sofa kamarmu juga tidak apa-apa, deh.”

“Pokoknya tidak boleh! Nanti kau melakukan hal yang tidak-tidak lagi!”

“Memangnya aku mau melakukan apa?”

“Mungkin kau mencorat-coret mukaku atau apalah!”

“Hahahaha, mana mungkin, bodoh?”


TING TONG


“Eh? Sepertinya Kyungie pulang,” terka Baekhyun.

“Aku tidak akan melepasmu sebelum kau mengijinkanku menginap di sini!”

“Andwe!”


TING TONG


“Baekhyun! Aku mau menginap di sini!”

“Ne-ne! Sekarang lepaskan aku!”

Chanyeol yang memang hanya berniat menjahili Baekhyun melepas pelukannya, membuat badan Baekhyun yang tadinya memberontak agak terhempas. Baekhyun menggerutu dalam diam dan beranjak untuk membukakan pintu. Chanyeol memerhatikan siapa tamunya, tapi tidak terlalu jelas karena tertutup tubuh Baekhyun, yang jelas itu bukan Kyungsoo.

“Ah, baiklah, gomawo.”

Baekhyun menerima sebuah kotak dari sang tamu dan membawanya masuk. Chanyeol mendekati Baekhyun karena penasaran dengan isi kotak itu.

“Siapa?”

“Aku tidak tahu, dia bilang ada yang mengirim paket ini untukku.”

“Coba buka.”

“Aku juga mau membukanya, Chanyeol.”

Baekhyun membuka bungkusan itu dan melongok ke dalamnya. Chanyeol dan Baekhyun memekik kaget saat melihat isinya.

“Mwo?! Apa ini?”

“Baekhyun, kau benar-benar punya penggemar rahasia?”

“Cha-Channie, aku ini orang yang tidak populer, mana mungkin ada yang sengaja memberiku kue secantik ini?”

“Tadi kau bilang ini untukmu.”

“Mungkin salah alamat.”

“Tidak mungkin, di kartu ini jelas-jelas tertulis nama dan alamatmu. Aku baca isinya, ya?”

“Baca saja.”


Untuk Byun Baekhyun, aku tidak tahu bagaimana mengatakan perasaanku yang sebenarnya padamu. Aku takut kau menolakku, jadi aku memberi hadiah yang bisa membuatmu senang. Kue ini rasanya sangat manis seperti senyummu. Selamat makan ^_^. Kau benar-benar menggemaskan, Baekkie.


“Tunggu dulu, menggemaskan?” Tanya Baekhyun.

“Ne, itu yang tertulis dalam kartu ini.”

“Channie, kau ini benar-benar...”

“Kenapa?”

“Kata-kata menggemaskan itu hanya pernah kudengar darimu.”

“Ish, baiklah aku mengaku. Hahahaha!”

“Kau pandai menganalisa, tapi tidak pandai membohongiku.”

Baekhyun mengeluarkan kue itu dari kotak lalu mengambil piring, garpu, dan pisau kue untuk memakannya. Chanyeol menatap lekat kue itu. Aku tidak pernah membeli kue ini, ucap Chanyeol dalam hati.

“Nah, sekarang kita coba kue ini, ya?”

“Jangan, Byunnie!”

“Nde?”

“Kue yang kupesan bukan seperti ini, kita harus mengembalikannya segera. Biar aku saja yang mengembalikannya.”

“Tapi kue ini terlihat enak.”

“Sudahlah, akan kuganti dengan yang lebih manis. Sebentar ya, kau harus mengunci semua pintu, kalau ada yang datang jangan dibukakan kecuali itu Kyungsoo atau orang yang kau kenal. Rumahmu ada kamera pengawasnya, kan?”

“Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?”

“Sudahlah, patuhi saja perintahku, Baekhyun.”

“Hem, apa boleh buat.”

Chanyeol memasukan kembali kue itu dan membawanya pergi dari Baekhyun. Walau sepertinya kue itu tidak berbahaya, tapi Chanyeol tidak bisa mengambil resiko Baekhyun keracunan atau apapun. Apalagi pengirimnya tidak menyebutkan nama.

***

Selepas kepergian Chanyeol, Baekhyun pergi ke ruang televisi dan menonton apapun yang bisa mengalihkan pikirannya tentang kue itu. Sebenarnya Baekhyun tahu kue itu bukan dari Chanyeol. Masih ada seorang yang sering mengatakan kata menggemaskan pada Baekhyun.

“Sehun...”

Tapi Baekhyun bingung, kenapa Chanyeol mengaku jika kue itu darinya? Terlihat sekali Chanyeol sedang berbohong tadi.

“Apa Chanyeol mencemaskan sesuatu? Seharusnya dia tak usah seperti itu, dia kan tahu aku menolak Sehun di pesta kemarin lusa karena nya.”


Setengah jam berlalu...


TING TONG


Baekhyun beranjak dari tempatnya dan memeriksa kamera pengawas. Ternyata lelaki yang tadi mengirim paket.

“Mungkin dia mau mengirim kue yang benar.”

Baekhyun membukakan pintu untuk orang itu.

“Kau mau mengantarkan kue yang salah, ya?”

“Tidak, Tuan.”

“Lalu?”

Lelaki itu tiba-tiba melangkah maju, membuat tubuh Baekhyun refleks mundur.

“Ka-kau mau apa?”

“Di mana gadis itu?”

“Mwo?”

“Di mana gadis bernama Lee Soonkyu?”

“Di-dia sudah meninggal kemarin! Kenapa kau masuk rumahku tanpa ijin? Keluar!”

“Cepat katakan di mana gadis itu?”

“Aku tidak tahu!”

Baekhyun mengeluarkan ilmu beladirinya, tapi lelaki itu ternyata juga ahli bela diri, jadi dia mampu menangkis semua jurus Baekhyun. Setelah puas bermain-main dengan Baekhyun sampai Baekhyun kelelahan, lelaki itu mengeluarkan sebilah pisau, dan mendorong Baekhyun sampai jatuh.

“A-apa yang mau kau lakukan?”


SPLASH


Pisau itu berhasil menyayat dada Baekhyun hingga mengeluarkan banyak sekali darah.

“Aaa!” Pekik Baekhyun.

“Ini peringatan pertama untukmu, jika aku menemukan gadis itu bersamamu, aku akan membunuhmu dan juga teman-temanmu.”

Baekhyun ingin membalas, tapi darah yang keluar dari tubuhnya terlalu banyak, membuat tubuh Baekhyun melemas. Kesadaran Baekhyun juga memudar, ia samar-samar melihat lelaki itu mengelilingi rumahnya sambil mencari sesuatu.

“Sudah kukira, gadis itu belum meninggal.”

Lelaki itu mengambil foto yang diambil Chanyeol saat kecelakaan, setelah itu pergi meninggalkan Baekhyun yang bersimbah darah.

“Cha-Channie...tolong aku...”



TBC

A Fanfictin - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter TWO


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Horror(thriller), romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan



Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.



DUA



KRING KRING KRING

“Ah, ada telepon!”

Baekhyun langsung berdiri dan berjalan agak cepat menuju telepon, cara jalan Baekhyun benar-benar menggambarkan bahwa namja ini gugup.

“Yeob—“

“Baekhyunnie...Byun Baekhyunnie...”

“Sun-Sunny?”

Chanyeol langsung mendekati Baekhyun saat mendengarnya menyebut nama Sunny.

“Sunny-ah, kau kenapa?” Nada kecemasan tergambar jelas dari suara Baekhyun. Chanyeol menggenggam pundak Baekhyun seperti menenangkan.

“Baekhyunnie...tolong aku...”

“Sunny-ah! Kau dimana?!”

Tut...

Keadaan mendadak hening. Raut wajah Baekhyun berubah menjadi raut ketakutan. Gagang telepon yang ia pegang jatuh bebas karena tangan Baekhyun melemas. Tubuh Baekhyun pasti jatuh jika Chanyeol tidak ada di belakangnya.

“Kau kenapa, Baekhyun?”

“Sun-Sunny...”

“Kenapa? Apa dia benar-benar Sunny?”

“Dia meminta tolong padaku.”

“Mwo?”

Tok tok tok

Kedua namja itu langsung menoleh ke arah pintu. Baekhyun hendak membukanya, tapi Chanyeol menahan Baekhyun.

“Biar aku saja.”

Tok tok tok

Langkah Chanyeol sama sekali tidak terdengar karena namja itu berjalan sangat perlahan, lebih tepatnya seperti mengendap-endap.

Tok tok tok

Chanyeol membuka lubang kecil di pintu itu untuk mengetahui tamunya. Wajah Chanyeol memucat saat melihat seorang gadis berambut agak cokelat berdiri sambil menunduk. Chanyeol memundurkan langkahnya tanpa berbalik hingga tak sadar Baekhyun mengikutinya di belakang.

“Siapa, Channie?”

“Ba-Baekhyun, apa Sunny berambut cokelat?”

“Ne, rambutnya agak cokelat.”

“Ka-kalau begitu...”

Tok tok tok

“Apa dia Sunny?” Baekhyun maju untuk membukakan pintu, tapi Chanyeol menariknya menjauhi pintu. Baekhyun melepaskan tangannya paksa, tapi Chanyeol tetap berusaha menahan Baekhyun.

“Kau kenapa, sih? Sunny ingin bertemu denganku!”

“Jangan, Baekhyun! Kau tidak boleh bertemu dengannya!”

“Kenapa?”

“Aku takut kau pergi juga.”

“Mwo?”

PIP PIP PIP

Suara ponsel Baekhyun membuat Chanyeol sangat kaget, mungkin efek telepon dari Sunny tadi. Baekhyun mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

“Oh, jadi kalian yang ada di depan pintu? Kenapa tidak langsung masuk saja, sih? Mwo? Dikunci? Tidak mungkin.”

Baekhyun mengecek pintu itu, sama sekali tidak dikunci.

“Siapa?”

“Kyungsoo bilang kalau pintunya dikunci, makanya mereka mengetuk. Aneh sekali, pintu ini sama sekali tidak dikunci.”

“Jadi mereka yang daritadi mengetuk?”

“Kau lihat apa sih tadi? Mengagetkan saja.”

Baekhyun memutar gagang pintu dan pintu pun terbuka. Kyungsoo dan yang lain langsung berhambur ke dalam.

“Aish! Kenapa tidak cepat-cepat dibukakan? Kami kedinginan!” Omel Kai.

“Kenapa kalian tidak langsung masuk? Pintunya tidak dikunci!” Balas Baekhyun.

“Benarkah? Tadi Kai bilang pintunya dikunci. Kami kira kalian sudah pulang,” jelas Sehun yang sedang membersihkan salju dari jaketnya.

“Kai, kau ini benar-benar pengkhayal ya. Tadi pagi kau bilang tinta foto habis, sekarang pintu terkunci,” ledek Suho.

“Suho-hyung, aku tidak mengkhayal! Ah! Yasudah!”

Kai duduk sambil melipat kedua tangannya dan menggerutu tidak jelas.

“Sudah abaikan saja. Oiya, kami membawakan ramen, ayo kita makan bersama!” Seru Kyungsoo sambil menimang sebuah bungkusan besar yang juga dibawa Suho. Sementara Kyungsoo dan Suho sedang menyiapkan makan malam, Chanyeol masih memikirkan kejadian tadi. Dia benar-benar melihat gadis itu, dia tidak sedang mengkhayal kan?

“Bukan Kai saja yang mengkhayal, Channie juga,” celetuk Baekhyun.

“Ohya? Mengkhayal tentang apa?” Tanya Kai yang mulai senang karena bukan dia saja yang akan menjadi bahan ledekan.

“Dia bilang dia melihat...Sunny.”

Mendengar nama itu keempat namja lain terdiam.

“M-mwo? Benarkah itu, Hyung?”

“Aku juga tidak yakin, Kyungsoo,” jawab Chanyeol dengan raut serius.

“Aku tidak melihatnya karena dihalangi Chanyeol. Tapi sebelumnya...Sunny menghubungiku.”

“Sunny-noona menghubungimu lagi, Hyung? Apa katanya?”

“Dia minta tolong.”

“Hii, seram juga ya. Ada juga orang iseng sampai sebegitunya, sepertinya dia fans beratmu, Hyung.”

“Mungkin, Kai,” ucap Baekhyun sambil tertawa kecil.

Chanyeol merasa ada keanehan di sini. Bukankah tadi Baekhyun ketakutan saat mendapat panggilan itu? Dia juga panik dan ingin segera membukakan pintu saat Chanyeol bilang tamunya kemungkinan Sunny. Tapi kenapa sekarang? Sepertinya Baekhyun sedang menyembunyikan sesuatu.

“Nah, makanannya sudah siap!”

Kyungsoo dan Suho dibantu Baekhyun menata mangkuk itu di meja bundar yang biasa mereka gunakan untuk rapat. Baekhyun duduk di antara Sehun dan Chanyeol, membuatnya agak canggung, pasalnya jika dia melihat Sehun, dia pasti ingat kejadian kemarin malam. Kejadian yang membuatnya sangat bersalah pda Sehun. Kemarin Sehun menyatakan perasaannya pada Baekhyun di tengah-tengah pesta, tapi Baekhyun menolaknya dengan alasan sudah menyukai orang lain. Sebenarnya Sehun sudah tahu, tapi dia ingin membebaskan hatinya dari perasaan itu, dan buktinya sekarang dia lega karena pernyataan itu. Kini giliran Baekhyun yang menyembunyikan rasa bersalahnya pada Sehun

“Ayo kita makan semuanya!” Seru Kai. Semuanyapun mengambil sumpit masing-masing dan langsung melahap mie kental itu.


KRING KRING KRING


“Hari ini banyak sekali telepon, ya,” keluh Kai sambil meletakan sumpitnya.

“Banyak? Aku hanya mendengarnya dua kali, dan semuanya dari...”

“Saat Hyung tertidur banyak sekali telepon. Aku sendiri yang mengangkatnya.”

Kai beranjak dari tempat duduknya dan mengangkat telepon itu.

“Yeoboseo? Ya, di sini That’s news! office, ada yang perlu dibantu? Oh. Baekhyun-hyung, telepon untukmu.”

“Ne.”

Baekhyun mengambil gagang telepon dari Kai dan menempelkannya di telinganya.

“Ne? Ada perlu denganku?”

“Sepertinya itu penggemar Baekhyun-hyung yang daritadi menyamar sebagai Sunny,” ucap Kai asal.

“Halo? Siapa, ya?”

“Baekhyunnie...tolong aku...”

“Sunny?”

Semua terdiam, awalnya mereka memang mengira itu hanya telepon iseng, tapi menyeramkan juga memakai nama orang yang sudah meninggal.

“Ada apa? Kau kenapa?”

“Tolong aku...lelaki itu ingin membunuh...”

“Mwo? Ada apa, Sunny?”

Tut...

Lagi-lagi putus. Baekhyun meletakan gagang telepon itu pada tempatnya dan kembali duduk bersama teman-temannya. Wajah Baekhyun lebih tenang dari yang tadi, tapi Chanyeol tahu Baekhyun hanya pura-pura, terdengar jelas tadi di cemas, kenapa sekarang biasa saja?

“Ada apa, Baekhyun? Sepertinya pembicaraan yang serius.”

“Gadis itu...aku rasa dia benar-benar Sunny.”

“Mwo?”

“Itu tidak mungkin, Hyung, bukankah Sunny-noona—“

“Aku tahu!” Bentakan Baekhyun barusan membuat semua temannya terdiam, karena Baekhyun tidak pernah marah sekalipun hatinya sakit.

“Kita harus pulang sekarang, tenangkan pikiranmu, Baekhyun,” ucap Chanyeol dingin.

“Aku tidak akan pulang, kalian pulang saja duluan.”

“Kau itu kenapa, sih?!” Sekarang giliran Chanyeol yang membentak.

“Aku hanya ingin kepastian dari Sunny! Gadis itu membutuhkan bantuanku!”

“Itu hanya telepon iseng! Kalaupun dia Sunny, kalian sudah berbeda alam! Untuk apa kau mengurusnya!”

“Dia sahabatku! Dia juga orang yang pernah kucintai! Apa salah?”

“Kalau kau mau mencintai, cintailah aku, Baekhyun.”

Semua kaget dengan perkataan Chanyeol. Mereka terdiam, bahkan Kai yang sering meledek terang-terangan keduanya sekarang diam.

“A-aku...aku tidak mencintaimu, Chanyeol.”

“Mwo?”

“Aku hanya mencintai Sunny.”

“Ba-Baekhyun, bukankah...” Chanyeol melirik Sehun seperti meminta penjelasan.

“Kemarin aku memang menolak Sehun dengan alasan kalau aku mencintaimu. Tapi sebenarnya...aku tidak mencintaimu!”

“Jangan bohong, Baekhyun!”

“Aku tidak berbohong! Sekarang kalian semua pulanglah, makan malam ini selesai.”

“Hyung, ayo pulang.”

“Anni, Kyungie. Aku akan di sini malam ini.”

“Tapi...”

“Sudah-sudah, kau harus pulang dan istirahat ya sayang,” ucap Baekhyun.

“Apa karena aku tidak peduli padamu?”

Baekhyun memandang Chanyeol yang mengepalkan tangannya sambil menunduk.

“Apa karena aku terlalu acuh, jadinya kau berhenti mencintaiku saat kau ingat cinta pertamamu?”

“Cha-Chanyeol.”


KRING KRING KRING


Baekhyun memalingkan pandangannya menuju telepon itu. Ia hampir saja melangkah, tapi Chanyeol menahannya.

“Jangan angkat telepon itu, Baekhyun.”

“Kenapa?”

“Karena jika kau mengangkatnya...aku akan kembali menjadi Chanyeol yang tidak peduli padamu.”

“Tolong, Channie, untuk sekali ini saja. Aku ingin menolong Sunny dan setelah itu aku akan mencintaimu seutuhnya.”

Mendengar pernyataan itu, Chanyeol perlahan mengendurkan pegangannya. Baekhyun tersenyum karena lega jika Chanyeol mengerti keadaannya.

“Gomawo.”


KRING KRING KRING


“Sunny-ah?”

“Baekhyun, ini aku, Lee Sungmin.”

“Ah, ternyata kau, Hyung. Ada apa?”

“Apa kau mendapat panggilan dari Sunny?”

“Ne, Hyung.”

“A-apa yang dia katakan?”

“Dia meminta tolong, Hyung.”

“Benarkah?”

“Ne. Tapi kenapa Hyung menelpon ke telepon kantor?”

“Oh, tidak apa-apa. Sudah dulu, ya. Annyeong.”

“Annyeong.”

Baekhyun berbalik dan wajahnya bersemu merah. Dia melirik Chanyeol tapi langsung menunduk karena terlalu senang mengingat kata-kata Chanyeol tadi.

“Cintailah aku.”

Baekhyun ingin sekali berteriak tapi itu tidak mungkin, jadi dia hanya bisa memandangi kakinya yang mungil sambil memikirkan kata-kata Chanyeol. Chanyeol sepertinya menangkap sikap aneh Baekhyun. Dia langsung menyuruh yang lain bersiap pulang, karena malam sudah cukup larut.

“Bodoh,” ucap Chanyeol sambil memukul pelan kepala Baekhyun.

“Mwo?”

“Bersikaplah wajar menanggapi perkataanku tadi.”

“Tidak bisa.”

“He?”

“Karena sekarang Chanyeol memintaku untuk mencintai Chanyeol, aku akan mencintai Chanyeol seutuhnya.”

Chanyeol yang biasanya acuh kini tidak berkutik. Apalagi Kai, Kyungsoo, Suho, dan Sehun sedang menatap mereka jahil.

“Berarti sekarang kalian resmi pacaran dong?” Tanya Kai yang menggeliat di punggung Chanyeol seperti menggoda.

“Yep, sekarang aku sudah tahu siapa kakak iparku.”

“Kami menunggu undangannya saja,” sambung Sehun.

“Hahaha, sebaiknya sekarang kita pulang saja. Baekhyun, kau tidak boleh menolak ajakan ini. Jika Sunny ingin menemuimu, besok dia pasti menghubungimu lagi.”

“Ne, Suho-hyung.”

“Hyung jangan bilang begitu dong! Menyeramkan sekali!”

Semua menertawakan Kyungsoo yang langsung memeluk Baekhyun seperti meminta pertolongan. Kalau dipikir seram juga kalau orang yang sudah meninggal mendatangi kita.

“Malam ini aku mau tidur dengan Hyung!”

“Kalau Sunny mendatangiku bagaimana?”

“Aaa! Menyebalkan!”

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang terus memerhatikan mereka. Mata itu menatap tajam lalu menghilang bagai angin.

***

Chanyeol sengaja mengantar Baekhyun dan Kyungsoo dengan mobilnya. Saat mereka tiba, mereka menangkap seseorang sedang menatap pintu kamar apartemen Baekhyun.

“Hei, siapa di sana?”

Mendengar suara Chanyeol, orang itu langsung melarikan diri. Chanyeol ingin mengejarnya, tapi Baekhyun mencegahnya.

“Sudahlah, paling orang iseng,” ucap Baekhyun.

“Yasudah, kalian masuk sana. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku.”

“Tadi kau takut pada hantu Sunny, bukan? Sok-sokan mau melindungi.”

“Baekhyun, aku hanya refleks...”

“Hahahaha! Kau ketakutan! Channie ketakutan Channie ketakutan!”

“Ish, sudah masuk sana!” Kesal Chanyeol sambil mendorong Baekhyun ke dalam.

“Ayo, Kyungie.”

“Ne, hati-hati, Channie-hyung.”

“Masa’ yang mengucapkan hati-hati hanya Kyungie?”

“Kau ini benar-benar menggelikan Park Chanyeol. Sudah pergi sana.”

“Huft...yasudah, selamat istirahat.”

“Ne, hati-hati.”

“Nah kan, kau bilang hati-hati padaku! Akhirnya kau sadar juga.”

BLAM

Baekhyun yang sedang malas menanggapi Chanyeol langsung menutup pintu agar lelaki itu tidak banyak omong. Tapi diam-diam, dia menyukai prilaku Chanyeol yang seperti ini. Dia terus tersenyum saat membuat susu hangat untuknya dan Kyungsoo. Kyungsoo sebenarnya menyadari keanehan Hyungnya, tapi dia menahan diri untuk menggoda Baekhyun, karena Kyungsoo ingin membiarkan Baekhyun senang dengan dunianya.

Tanpa keduanya sadari, ternyata Chanyeol tidak pergi dari depan kamar mereka. Chanyeol khawatir jika orang yang tadi mengamati kamar Baekhyun datang lagi dan berniat jahat pada Baekhyun dan Kyungsoo. Akhirnya malam itu Chanyeol terus mengawasi kamar Baekhyun.

***

Keesokan harinya, Baekhyun dikejutkan dengan berita di koran lain. Ia merentangkan koran itu seperti memastikan kebenarannya.

“Ada apa, Hyung?”

“Appa dan Eomma masih pergi, kan?”

“Hem. Mereka bilang seminggu lagi baru pulang. Kita bisa bebas menginap di apartemen ini.”

“Aish...siapa yang menyebarkan berita ini?”

“Berita apa?”

“Lihat ini! Masa’ mereka membeberkan kisah sedih Sunny!”

“Mwo?”

Masa lalu Lee Soonkyu yang menyedihkan bermula pada kisah cintanya bersama seorang lelaki yang berbeda dua tahun lebih tua darinya. Lelaki itu memutuskan hubungan mereka pada malam sebelum kecelakaan. Diduga, gadis yang memunyai nama panggilan Sunny ini, mengalami kecelakaan karena malam setelah hubungan mereka berakhir akibat mabuk berat saat mengemudi. Semua itu dituturkan oleh kakak lelaki Sunny yang bernama Lee Sungmin.

“Se-sebenarnya tidak apa-apa sih, tapi...kenapa Sungmin-hyung menceritakan semuanya pada media? Seperti sengaja.”

Kyungsoo hanya menggeleng. Baekhyun meminum kopinya sampai habis dan bergegas berangkat ke kantor That’s news! dan Kyungsoo menyusul dari belakang. Selama perjalanan, Baekhyun tidak berhenti memikirkan keadaan Sunny dan prilaku Sungmin yang agak aneh setelah ia menceritakan kalau roh Sunny menghubunginya.

Baekhyun dan Kyungsoo tiba di kantor That’s news sekitar pukul enam pagi. Sebenarnya mereka tidak bertugas untuk mencari berita pagi ini, tapi kedua namja ini menunggu kedatangan Sunny. Di kantor, Chanyeol sedang melihat-lihat foto Sunny saat kecelakaan kemarin. Anak yang gila misteri ini sepertinya sedang menganalisis foto-foto seperti itu.

“Kau sedang apa?”

“Oh, kapan kalian datang?”

“Baru saja. Kau sudah sarapan?”

“Sudah.”

“Pakai apa?”

“Err, susu dan...aku lupa.”

“Kau bohong, Channie. Aku tahu kau belum sarapan, jadi kubawakan roti dan susu ini untukmu.”

“Woaa, gomawo, Baekhyunnie!”

“Kalian kalau pacaran jangan di sini dong,” ucap Kyungsoo pura-pura marah.

“Siapa lagi yang pacaran,” gumam Baekhyun.

“Jadi ini kau berikan bukan sebagai pemberian pacar?” Tanya Chanyeol pura-pura marah juga.

“Eh, kenapa kau jadi peduli pada gumamanku sih?”

“Karena sekarang kan kau akan mencintaiku seutuhmu.”

“Ish, sudah hentikan, ini menggelikan.”

“Huft...kalau aku acuh salah, perhatian salah.”

“Hahahaha, tidak salah kok. Sehun dan yang lain belum datang?”

“Sudah, mereka langsung ke tempat percetakan untuk memeriksa keadaan koran-koran.”

“Ooh...”


KRING KRING KRING


“Telepon lagi, biar aku yang angkat,” ucap Baekhyun dan memberi isyarat pada Chanyeol untuk tidak mencegahnya.

“That’s news office! Ada yang perlu dibantu?”

“Selamat pagi. Apa ini Byun Baekhyun?”

“Ne, saya sendiri. Ada apa?”

“Ini dari detektif Jino.”

“Ah, ternyata kau! Sudah lama tidak bertemu. Apa kabar?”

“Hei, cobalah berbicara formal padaku jika kita terlibat dalam sebuah kasus.”

“Nde? Memangnya aku kena kasus apa?”

“Kasus tentang Sunny.”

“E-eh, maksudnya aku ditunjuk sebagai saksi?”

“Bukan, kau calon tersangka.”

“Mwo?!”


TBC

Selasa, 23 Oktober 2012

A Fanfiction - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter ONE


Still here



Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Horror(thriller), romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan




Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.



SATU



Dalam suatu keadaan yang begitu mendesak, dia akan berubah menjadi seorang yang sangat menakutkan.



“Sudah kubilang aku harus pergi ke sana secepatnya!”

“Tunggu aku, Park Chanyeol!”

“Ayo cepat, Baekkie!”

“Aish! Sebentar dong! Kakiku terbentur lemari, nih!”

Sekeras apapun Baekhyun berteriak Chanyeol tetap tidak mendengarkannya. Akhirnya Baekhyun memapah badannya sendiri dan duduk di kursi terdekat. Ia tekan-tekan kakinya seperti memijat.

“Sakit juga, ya...”

Baekhyun menghela nafas lelah, karena sekali lagi, dia tidak bisa mengejar Chanyeol yang selalu melupakannya kalau ada tugas baru. Baekhyun mencoba menggerakan kakinya perlahan dan rasa sakit langsung menjalar hingga dia sedikit meringis.

“Aish. Menyebalkan.”

Baekhyun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ambil ponselnya yang ia taruh di saku jaketnya lalu menghubungi adiknya, Kyungsoo, untuk menjemputnya.

“Kyungie, jemput aku ya. Mwo? Kau bilang kau ada dimana? Memangnya ada kejadian apa? Kakiku terkilir, alhasil sekarang aku tidak bisa jalan, makanya aku minta bantuanmu, Kyungie. Heuh...aku tidak mau mengandalkan lelaki itu, kakiku seperti ini juga gara-gara dia. Mwo? Sehun? Anyeo, aku tidak berani minta bantuannya. Ish, kau kan tahu kemarin aku mengacaukan pestanya. Tidak-tidak, lebih baik aku menunggumu. Hem, sampai nanti.”

Baekhyun memandang sekeliling, ruangan itu sangat berantakan, penuh dengan klise film, kamera, kertas foto, dan peralatan fotografi lainnya. Selain menjadi fotografer, Baekhyun dan Chanyeol juga ikut meliput gambar untuk berita yang akan dicetak dalam koran mereka. Mereka berdua ditambah sepuluh orang lainnya adalah tim kecil yang mendirikan perusahaan koran lokal yang sebenarnya kurang laku tapi cukup menarik untuk dibaca. Koran itu seperti koran pada umumnya, tapi yang membedakannya adalah gambar-gambar dalam koran itu. Gambar-gambarnya dibuat seperti video, sangat detail, dan jika diputar akan berdurasi maksimal 15 detik, jadi tidak heran jika koran itu lebih terlihat seperti kumpulan gambar. Kata-katanya sedikit, kebanyakan menggunakan bahasa non-formal. Sebenarnya dalam etika percetakan, khususnya koran (kecuali majalah bebas) bahasa yang digunakan haruslah sesuai tata bahasa dan formal. Mungkin itulah yang membuat That’s news! ini agak diremehkan, apalagi oleh orang dewasa. Meskipun begitu, Baekhyun dan teman-temannya tidak menyerah untuk mendistribusi koran ini, entah itu di kantor-kantor, sekolah, maupun mall. Tim ini dibagi menjadi dua kelompok, tim satu berada di pusat Seoul, sedangkan tim dua ada di Beijing, China. That’s news! memang dibuat dengan dua bahasa, China dan Korea, dan tentunya berita yang berbeda. Trik yang bagus walau belum maksimal. Maksimal di sini maksudnya terkenal. Kalian pasti berfikir, bagaimana enam orang namja yang rata-rata umurnya 20an bisa mendirikan perusahaan kecil yang mampu mendistribusikan koran sebanyak 100 eksemplar setiap harinya? Apa mereka tidak punya kerjaan lain? Tentu semuanya didasari niat yang kuat dari enam namja ini. Pekerjaan ini memang bukan pekerjaan pokok walaupun sudah menjadi kegiatan rutin, pekerjaan ini seperti hidup mereka, sudah melekat sampai bisa diimbangi seperti makan. Mereka sangat ketat jadwal, pagi hari pencarian berita untuk besok, jeda, lalu sore hari menyusunnya dan malamnya mencetak semuanya di perusahaan percetakan milik Appa Baekhyun dan Kyungsoo.


KRING KRING


“Aduh, siapa yang menelpon pagi-pagi buta begini?”

Dengan susah payah Baekhyun bangkit dari kursi dan berjalan terseok sambil meringis kesakitan. Akhirnya setelah perjuangan yang besar(?), Baekhyun dapat meraih telepon kantornya, tapi yang mengenaskan, deringan itu berhenti.

“Aigo...”

Baekhyun berbalik untuk duduk lagi, tapi telepon kembali berdering. Langsung saja Baekhyun mengangkat panggilan itu.

“Yeoboseo?”

“Baekhyun? Ini Baekhyun, kan?”

“Ne. Siapa, ya?”

“Masa’ kau lupa aku?”

“Uhm...”

“Ish, kau tega sekali. Ini aku Sunny.”

“Oh, Sunny-ah! Ini benar-benar kau?”

“Ne, ini aku Sunny. Apa kabarmu?”

“Kau tahu darimana telepon kantorku?”

“Ah...itu tidak penting, bagaimana kabar Appa dan Eommamu?”

“Hei, tadi kau bertanya tentangku, kenapa sekarang beralih pada mereka?”

“Hahaha, kalau Kyungie? Dia masih lucu, kan?”

“Ani, aku lebih lucu.”

“Kau marah? Hahahaha.”

“Huh, untuk apa aku marah?”

“Aku lega sekali bisa mendengar suaramu lagi, Baekhyun.”

“Aku juga, sudah lebih dari delapan tahun, ya.”

“Hem. Oiya, aku ada urusan lain, Baekhyun. Maaf ya, kapan-kapan aku akan menelponmu lagi.”

“Hei, tung—“

Baekhyun mengacak-acak rambutnya sambil memandang gagang telepon itu lekat.

“Betapa naifnya dirimu, Baekhyun.”

Baekhyun mengembalikan gagang telepon itu pada tempatnya dan duduk di kursi terdekat. Kakinya benar-benar sakit sekarang dan jika tidak diobati segera Baekhyun takut keadaannya akan bertambah buruk. Baekhyun berfikir sejenak, sebaiknya tidak menyusahkan orang lain. Tapi bagaimana caranya dia ke rumah sakit?

“Apa aku minta bantuan Sehun saja, ya? Semasa bodo dengan persoalan kemarin, aku yakin Sehun tidak marah.”

Baekhyun mencari ponselnya, tapi ponsel itu ternyata dia letakan di meja dekat tempat duduk Baekhyun tadi.

“Aish, masih pagi saja aku sudah sial...,” keluhnya.

Baekhyun berdiri dan berusaha berjalan, tapi saat ia hampir saja meraih ponselnya, Baekhyun terpeleset hingga dengkulnya harus menopang tubuhnya dan itu membuat rasa nyeri di pergelangan kakinya makin parah.

“Aaaa!” Teriak Baekhyun. Tapi tak ada yang bisa menolong Baekhyun. Teman-temannya sedang mencari berita dan ada juga yang sedang memeriksa distribusi koran.

“Baekhyun-ssie?”

Tubuh Baekhyun bergetar saat mendengar suara itu. Suara yang sangat dia rindukan. Suara si penelpon tadi, Sunny.

“Sun-Sunny-ah?”

“Ne, kau juga lupa wajahku?”

“A-aniya, aku tidak mungkin melupakanmu.”

“Kenapa kau duduk di situ? Sini aku bantu.”

Gadis itu mengulurkan tangannya pada Baekhyun dan Baekhyun segera meraihnya. Rasa dingin langsung menjalar di tubuh Baekhyun saat ia menyentuh tangan itu. Sunny membantu Baekhyun berdiri dan membimbingnya duduk di kursi terdekat.

“Kakimu terkilir, ya?”

“Hem, ini gara-gara Chanyeol bodoh itu.”

“Hya, sejak kapan kau jadi suka mengejek orang begitu?”

“Sejak...uhm...”

“Sudah-sudah, jangan kau ulangi lagi, ne?”

“Ne.”

Sunny merunduk dan memijat kaki Baekhyun perlahan. Sentuhan halusnya membuat Baekhyun sama sekali tidak merasakan sakit.

“Ti-tidak usah, Sunny-ah.”

“Tidak apa-apa.”

“Uhm...gomawo.”

Sunny tidak menjawab dan terus memijat kaki Baekhyun. Sebenarnya Baekhyun agak aneh dengan sikap Sunny yang lebih banyak diam, dan lagi darimana Sunny, yang sudah delapan tahun tidak pernah bertemu, bisa menemukan kantornya?

“Sunny-ah, darimana kau tahu tempat ini?”

Sunny tetap diam dan hanya membalas dengan senyuman.

“Sunny-ah,” panggil Baekhyun sekali lagi.

“Nah, tugasku sudah selesai, aku harus pulang dulu, Baekhyun.”

“Pulang? Kau kan baru sampai.”

“Ada urusan lain, Baekhyun. Aku harus pergi.”

“Tapi kakiku masih sakit!” Berontak Baekhyun untuk menahan gadis itu.

“Jaga kesehatanmu, Byunnie. Kau harus terus tersenyum, karena senyum itu yang bisa membuat siapa saja menyayangimu, termasuk aku. Aku...tidak akan melupakan senyum itu sampai kapanpun. Sampai jumpa. Ah iya, sebentar lagi aku yakin Kyungie datang.”

“Kau yang memanggilnya?”

Sunny tidak menjawab dan berbalik meninggalkan Baekhyun. Baekhyun ingin mengejar, tapi keadaannya tidak memungkinkan.

“Sunny-ah! Apa kita akan bertemu lagi?”

“Semoga,” ucap Sunny di ambang pintu dan pergi tanpa melihat Baekhyun lagi.

***

Baekhyun terbangun dari tidurnya karena mendengar percakapan teman-temannya yang cukup rusuh.

“Enak saja! Semuanya sudah kuperiksa! Tintanya memang habis tadi!”

“Mana? Buktinya masih ada. Bilang saja kau malas, Kai.”

“Ish, mungkin saja ada yang menggantinya tadi, Chanyeol-hyung!”

“Sudahlah...tidak usah bohong begitu. Eh? Byunnie? Kau sudah bangun?”

“Hem, kalian berisik.”

“Hahahaha, maafkan kami, kami tidak bermaksud membangunkanmu.”

“Ne. Kalian baru kembali?”

“Sudah daritadi, setelah memotret tempat kejadian aku langsung pulang disusul yang lain. Kata Kyungsoo kakimu terkilir, ya?”

“Ini gara-gara kau Park Chanyeol.”

“Eh? Chincayo?”

“Ne, gara-gara aku mengejarmu, kakiku terbentur lemari.”

“Harusnya kau tidak usah mengerjarku.”

“Jangan mentang-mentang kakimu lebih panjang dariku, ya, jadi kau meremehkanku tidak bisa mengejarmu.”

“Hei-hei, bukan begitu, Byunnie.”

“Oiya, Kyungsoo dan Sehun mana?”

“Mereka sedang mencetak foto di luar, soalnya tadi Kai bilang tinta foto di sini habis, tapi kenyataannya masih ada tuh.”

“Tadi benar-benar habis! Iya kan, Suho-hyung?”

“Aku tidak lihat, Kai. Mian.”

“Aaa, kenapa tidak ada yang percaya padaku? Tadi benar-benar habis!”

“Sudah-sudah, kalian berisik sekali sih. Baekhyun kan sedang sakit,” ucap Suho menenangkan.

“Kakiku sudah baikan, tadi teman lamaku datang dan memijat kakiku.”

“Ohya? Kenapa kau mengundang temanmu ke kantor kita?” Tanya Chanyeol sinis.

“Dia datang sendiri, aku juga bingung kenapa dia bisa kemari. Ya...dia lebih baik daripada orang yang seenaknya meninggalkanku.”

“Aku kan mau meliput peristiwa kecelakaan yang baru terjadi tadi pagi, Baekhyun.”

“Dimana kecelakaannya?”

“Hanya beberapa blok dari sini.”

“Berapa orang yang meninggal?”

“Hanya seorang, dia perempuan seumuran kita.”

“Ohya? Apa penyebabnya?”

“Ada saksi bilang mobil si perempuan itu oleng dan menabrak tiang pembatas dan meledak seketika. Bekasnya masih ada kok, kau mau ke sana? Ehiya, kakimu kan terkilir, nanti sore saja.”

“Hem.”

Chanyeol menopang kaki Baekhyun perlahan di atas pahanya dan mulai memijat kaki mungil itu.

“Yang bagian itu kurang kencang, Channie. Ah, yang itu juga.”

Chanyeol mendelik kesal pada Baekhyun, jika bukan karena dirinya, dia tidak akan mau memijat Baekhyun sekeras apa dia memohon. Tak berapa lama, Sehun dan Kyungsoo tiba dengan amplop besar berisi foto.

“Ini, Hyung,” ucap Sehun sambil melemparkan amplop itu. Chanyeol refleks menangkap sampai tidak sadar kaki Baekhyun yang tadi dia topang jatuh.

“Aaa! Chanyeol!!”

“Eh? Mianheyo, Baekkie! Aku tidak sengaja!”

Tapi bukannya memijat lagi, Chanyeol malah sibuk dengan foto-fotonya. Sehun yang melihat Baekhyun meringis langsung menghampirinya dan memeriksa kaki Baekhyun.

“Sakit, Hyung?”

“Hem.”

“Mau kupijat?”

“Tidak usah, aku tidak mau nantinya kakiku dianiaya lagi.”

“Hahaha, aku tidak akan menganiayamu, Baekkie-hyung.”

Sehun perlahan memijat kaki Baekhyun, sentuhan lembut yang hampir sama dengan sentuhan Sunny tadi pagi.

“Pergelangan kakimu membengkak, Hyung. Apa benar kakimu cuman terbentur lemari?”

“Lemari besi.”

“Oh, pantas saja. Mau kuantar ke rumah sakit?”

“Tidak usah, istirahat beberapa hari juga sembuh. Oiya, Sehun, apa kau marah padaku masalah...kemarin?”

“Kalau aku marah, aku tidak mungkin memijatmu sekarang, Hyung.”

“Oh, benar juga. Mianheyo ya masalah kemarin.”

“Tidak apa-apa, Hyung. Aku tahu kau hanya menyukainya,” ucapnya sambil melirik Chanyeol.

“Eh, bu-bukan begitu.”

“Sudahlah, tidak usah disembunyikan.”

“Bagaimana aku bisa menyukai orang bodoh itu?”

“Hahaha, kau bisa saja, Hyung.”

“Maafkan aku sekali lagi.”

Sehun mengangguk maklum dan kembali sibuk dengan kaki Baekhyun. Baekhyun yang menyukai Chanyeol memang sudah menjadi rahasia umum. Tapi Chanyeol tidak pernah menunjukan reaksi berarti padanya, bukan karena tidak mau membalasnya, melainkan sikap acuh Chanyeol yang sudah keterlaluan. Tidak heran jika dia selalu gagal dalam percintaan. Baekhyun maklum pada sikap Chanyeol, jadi dia tidak berharap banyak, hanya menunggu kesadaran Chanyeol saja. Baekhyun juga senang pada sikap acuh Chanyeol, karena ini membuat suasana diantara mereka tidak canggung.

“Hei, aku mau lihat fotonya, dong,” ucap Baekhyun.

“Kau mau lihat? Fotonya parah, lho.”

“Chanyeol...”

“Hahaha, aku hanya bercanda. Foto ini kuambil saat mayat gadis itu masih ada. Aku hebat, kan?”

Chanyeol menyerahkan beberapa foto berukuran medium itu pada Baekhyun. Baekhyun melihat foto-foto itu sambil menatap miris.

“Bisa-bisanya kau memotret mayat gadis yang belum ditutupi begini? Menyeramkan.”

“Ya itu jadi koleksi saja, kita juga tidak mungkin menaruhnya di koran.”

Baekhyun tidak memerhatikan foto itu lebih jauh, karena dia merasa wajah gadis yang agak hangus itu memang menyeramkan. Ada juga foto kartu identitas gadis ini. Tiba-tiba matanya membesar, tenggorokannya kelu, tubuhnya membeku, dan jantungnya hampir copot karena dia tidak percaya siapa gadis ini.

“Sunny?”

“Siapa, Hyung?”

“K-Kyungie, ini Sunny.”

“Sunny-noona? Be-benarkah?”

Foto yang dipegang Baekhyun langsung berjatuhan karena tangan Baekhyun sudah tidak kuat memegangnya. Tubuh lelaki itu bergetar hebat karena belum percaya.

“Kau kenal gadis ini?” Tanya Chanyeol sambil memegangi foto kartu identitas jenazah itu.

“Di-dia...tidak mungkin.”

“Baekhyun?”

Perlahan tubuh Baekhyun terjatuh dan kesadarannya menghilang.

***

Baekhyun membuka matanya perlahan. Dia melihat atap berwarna putih dalam pandangan kaburnya. Kepalanya masih sakit karena keterkejutan tadi. Kyungsoo dan yang lain langsung mengerumuni Baekhyun sambil menanyakan bertubi-tubi pertanyaan pada Baekhyun.

“Baekhyun-hyung, kau kenapa?”

“Kau pingsan karena takut pada foto-foto itu, Hyung?”

“Kami benar-benar kaget saat melihatmu pingsan, Baekhyun! Kau tidak apa-apa, kan?”

“Baekhyun-hyung, kau dengar apa yang kami bicarakan?”

“Baekhyunnie, tolong katakan sesuatu.”

Baekhyun menutup telinganya dan mencoba menyadarkan diri terlebih dahulu. Setelah merasa nyawanya cukup untuk bangun, dia berusaha bangun dan sebuah tangan membantunya, entah siapa.

“Bagaimana aku bisa menjawab jika pertanyaannya banyak begitu?”

Semua terdiam seperti menyesal, membuat Baekhyun ingin tertawa, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat.

“Aku tidak apa-apa, aku hanya syok,” jelas Baekhyun.

“Baekhyun-hyung, apa kau yakin gadis di foto itu Sunny-noona?”

Baekhyun memandang Kyungsoo dengan matanya yang menyiratkan kecemasan sama seperti Kyungsoo. Ia juga tidak percaya, mengingat Sunny mendatangi dan menghubunginya tadi pagi setelah kecelakaan itu terjadi.

“Aku juga tidak tahu...aku tidak tahu...”

“Lalu kenapa kau harus syok, Baekhyun?” Tanya Chanyeol yang langsung dibalas pukulan kecil dari Kai. Airmata Baekhyun menetes karena ia punya firasat buruk mengenai Sunny.

“Kalian harus mencari identitas asli gadis itu. Aku ingin memastikan bahwa gadis itu bukan teman lamaku yang tadi pagi datang dan menghubungiku.”

“Mwo? Jadi gadis itu yang datang ke kantor kita tadi pagi?” Tanya Chanyeol tidak percaya.

“Ini benar-benar tidak mungkin, Sunny datang saat Chanyeol pergi untuk mengambil foto gadis itu.”


PIP PIP PIP


Suara ponsel Chanyeol berdering. Chanyeol langsung menjawab panggilan itu.

“Yeoboseo? Ne, saya sendiri. Ah, benar saya yang tadi menanyakan identitas asli gadis itu, hanya memastikan saja. Namanya siapa? Lee Soonkyu.”

Baekhyun dan Kyungsoo langsung memandang satu sama lain, karena mendengar nama itu, Lee Soonkyu.

“Hyung pasti bermimpi, tadi saat kami pulang Hyung sudah tidur, Hyung pasti bermimpi.”

“Tidak, Kyungie. Aku tidak tidur saat Sunny datang.”

“Tapi itu tidak mungkin, Hyung. Mana bisa Sunny-noona yang...aish, aku tidak bisa percaya.”

“Kyungie, tolong percayalah padaku.”

“Jam lima sore nanti Soonkyu dimakamkan, kalian mau kesana?”

“Tentu saja, Chanyeol-hyung. Baekkie-hyung, anggap saja pertemuan Sunny-noona dengan Hyung hanya mimpi.”

“Andwe! Sunny masih hidup! Dia menemuiku tadi pagi! Gadis dalam foto itu bukan Sunny!”

Baekhyun berusaha berdiri, tapi kakinya kembali terasa sakit.

“Tapi kau dengar sendiri, kan? Gadis yang mengala—“

“Nama Lee Soonkyu itu banyak! Bukan Sunny saja yang punya nama itu!”

“Hyung...” Kyungsoo memegangi tubuh Baekhyun yang hampir limbung.

“Aku tidak bisa percaya! Sunny menemuiku tadi pagi!”

Tiba-tiba Baekhyun menyadari sesuatu, sikap dan perkataan Sunny tadi pagi.


Aku lega sekali bisa mendengar suaramu lagi, Baekhyun


Jaga kesehatanmu, Byunnie. Kau harus terus tersenyum, karena senyum itu yang bisa membuat siapa saja menyayangimu, termasuk aku. Aku...tidak akan melupakan senyum itu sampai kapanpun. Sampai jumpa.


Airmata Baekhyun kembali tumpah. Kyungsoo langsung memeluk Baekhyun, dia juga merasa kehilangan karena ia sudah menganggap Sunny sebagai noonanya sendiri. Chanyeol, Sehun, Suho, dan Kai hanya bisa memandang mereka dengan perasaan sendu.

***

Baekhyun menatap batu nisan bertuliskan Lee Soonkyu itu lekat. Di sana orangtua Sunny yang Baekhyun kenal sekuat Sunny hanya bersimpuh sambil menangisi kepergian Sunny. Orangtua Baekhyun mencoba menenangkan mereka. Baekhyun juga melihat seorang lelaki yang ia kenal bernama Lee Sungmin sedang menatap sendu makam Sunny, adiknya.

“Sungmin-ssie.”

“Baekhyun, Kyungsoo, kalian datang.”

“Tentu saja, walaupun kita sudah lama tidak bertemu...hal itu tidak membuat kami melupakan kalian.”

“Gomawo.”

“Aku ingin bicara denganmu setelah pemakaman ini selesai.”

“Baik.”

Dan di sinilah mereka. Di taman dekat pemakaman tempat Sunny bersemayam, ketiga namja itu duduk melingkar. Sungmin kembali menyeka airmata yang terus membasahi pipinya. Mata Baekhyun dan Kyungsoo sendiri sudah sebam sejak pemakaman tadi.

“Apa yang ingin kalian bicarakan?” Sungmin memulai pembicaraan.

“Tadi pagi...aku bertemu dengan Sunny.”

“Mwo? Bukankah Sunny mengalami kecelakan tadi pagi? Apa dia menemuimu dulu?”

“Bukan, kami bertemu setelah kecelakaan itu terjadi.”

“Kau bicara apa, Byunnie?”

“Aku tidak bohong, Hyung. Aku bertemu dengannya, bahkan sebelumnya dia menghubungiku.”

“Tapi kenapa Sunny menemuimu?”

“Aku tidak tahu, Hyung.”

“Apa dia ingin mengucapkan selamat tinggal padamu?”

“Mu-mungkin, Hyung.”

Sekarang Baekhyun tidak bisa menahan airmatanya. Ia ingat senyum manis Sunny tadi pagi, senyum yang benar-benar dia rindukan.

“Aku...andai aku melarangnya waktu itu...”

“Sungmin-hyung?”

“Andai aku melarangnya berhubungan dengan Kyuhyun...”

“Siapa dia, Hyung?”

“Dia mantan pacar Sunny. Aku sudah bilang padanya untuk tidak berhubungan dengan lelaki itu, tapi...melihat senyum Sunny setiap menceritakannya...aku tidak bisa melarangnya.”

“Lalu apa hubungannya dengan kecelakaan hari ini?”

“Kyuhyun...memutuskan hubungan mereka kemarin malam. Sunny menghubungiku kemarin malam, kedengarannya dia mabuk. Jadi kurasa...Sunny mengemudi dalam keadaan mabuk berat, dan...” Sungmin menunduk untuk menahan airmata yang ingin merembes lagi dari matanya.

“Sungmin-hyung.”

“Tidak biasanya aku se-melankolis ini. Tapi...aku benar-benar sedih.”

“Aku juga, Hyung.”

“Seharusnya dulu aku menyuruhmu cepat-cepat menyatakan perasaan pada Sunny.”

“H-Hyung.”

“Seharusnya aku tidak melarangmu berhubungan lebih jauh dengan Sunny. Maafkan aku, Baekhyun.”

“Ini bukan salahmu, Hyung.”

“Aku bersalah, Byunnie. Seluruhnya adalah kesalahanku. Kukira dengan membebaskan perasaannnya sekarang bukannya dulu saat dia bersamamu, dia akan bahagia. Tapi...”

“Kita harus merelakannya, Hyung,” ucap Kyungsoo yang sejak tadi tidak tahan melihat kesedihan ini. Dia juga sedih, tapi berusaha menahannya.

“Kyungie, Sunny bilang, dia ingin punya adik semanis kau.”

Kyungsoo terdiam, dia mengeratkan pegangannya pada Baekhyun. Baekhyun melihat Kyungsoo yang kini menunduk sambil menahan airmata.

“Kyungie,” panggil Baekhyun.

“Aku juga...sangat menyayangi Sunny-noona.”

“Kita semua menyayangi gadis itu. Hanya lelaki itu yang membuat Sunny...sakit hati,” ucap Sungmin penuh kebencian.

“Apa lelaki itu datang?”

“Tidak, semalam Sunny bilang kalau Kyuhyun pergi ke London untuk melanjutkan pendidikannya.”

“Hyung, sepertinya Sunny ingin mengatakan hal lain.”

“Maksudmu?”

“Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tahu kalau Kyungie dan yang lain akan segera datang.”

“Darimana kau tahu, Baekhyun?”

“Dari sorot mata dan keraguannya. Mungkin Sunny akan menemuiku lagi nanti.”

“Jika kalian bertemu, tolong beritahu aku apa yang dia katakan.”

“Ne, Hyung.”

“Sekarang kalian harus pulang, sekarang sudah malam. Kita harus bedo’a untuk Sunny.”

Kyungsoo dan Baekhyun mengangguk lalu pulang bersama Sungmin.

***

Malam ini Baekhyun tidak ikut ke percetakan karena terpukul akan kejadian hari ini. Chanyeol memutuskan untuk menemaninya karena khawatir terjadi hal yang tidak-tidak, mungkin Baekhyun kelelahan lalu pingsan atau...mati. Ah, itu berlebihan, Chanyeol memang suka memikirkan hal-hal berbau misteri. Maka dari itu dia sangat senang menjadi reporter, apalagi jika Chanyeol mendapat gambar bagus seperti yang ia dapatkan pagi ini. Gambar yang tadi pagi memang tidak dicetak, melainkan disimpan dalam berankas besi yang tim ini gunakan untuk menyimpan barang-barang berharga.

Chanyeol duduk di samping Baekhyun yang sedang mengutak-atik ponselnya, sedangkan dirinya menyibukan diri dengan buku novel yang sudah seminggu yang lalu dia beli tapi baru sempat dibacanya sekarang.

“Kenapa dia belum menghubungiku?”

Chanyeol menangkap kegelisahan Baekhyun yang ternyata hanya membolak-balik laman pesan dan panggilan masuk.

“Siapa?”

“Sunny.”

Chanyeol merasa nafasnya sesak saat mendengar nama itu. Apa Baekhyun benar-benar mencintai gadis itu sampai tidak melihatnya? Sebenarnya bukan salah Baekhyun jika Baekhyun tiba-tiba mengabaikan Chanyeol karena gadis itu, selama ini dia memang acuh, tapi ini karena Chanyeol memang bingung mau memerlakukan Baekhyun dengan cara apa. Mereka sama-sama namja, tapi Baekhyun menyukai Chanyeol. Ini tidak normal. Tapi Chanyeol tidak terlalu memersalahkannya, karena dia juga menyukai Baekhyun. Aigo...ini benar-benar membingungkan! Seru Chanyeol dalam hati.

“Hei, bukannya Sunny sudah—“

“Aku tahu, kau diam saja.”

Chanyeol diam sejenak sambil memikirkan topik yang pas agar Baekhyun tidak tersinggung.

“Byunnie, kakimu sudah baikan?”

“Hem.”

Baru sekarang Chanyeol merasakan kecanggungan ini. Apa karena sekarang dia sedang peduli pada Baekhyun? Sebenarnya sejak pertama mengenal Baekhyun, Chanyeol sudah peduli, tapi sifat acuhnya memang mengalahkan semuanya. Kecuali rasa suka itu berubah menjadi...cinta. Dan sekarang, apakah perasaan itu...

“Channie.”

“Eh, i-iya?”

“Apa kau juga berfikir aku hanya bermimpi?”

“Maksudmu?”

“Itu...saat aku bertemu dengan Sunny.”

“Kau benar-benar menyukainya, ya?”

“Apa kau peduli?” Tanya Baekhyun penuh harap sambil mendekatkan wajahnya pada Chanyeol. Chanyeol refleks menjauh sambil mengerjap-kerjapkan matanya tidak menyangka Baekhyun akan berharap sampai sebegininya.

“Bu-bukan begitu...”

“Oh.”

Baekhyun memundurkan tubuhnya dan bersandar di sisi lain sofa sambil berpura-pura memainkan ponselnya lagi.


“Chanyeol-hyung harus menenangkannya. Dia rela menolakku di pesta itu demimu.”
“Iya, kapan lagi kesempatan Hyung bisa berduaan dengan Baekhyun-hyung?”
“Coba kalahkan rasa acuhmu dengan cintamu, Chanyeol.”
“Kalau kau butuh bantuan, hubungi aku saja, Hyung. Aku tahu semua tentang kakakku.”


Ci-cinta?

Kata itu terus berputar-putar dalam pikiran Chanyeol sampai dia pusing sendiri. Diam-diam dalam lirikannya Chanyeol memerhatikan Baekhyun. Mata Chanyeol membesar karena baru menyadari sesuatu, namja di sampingnya benar-benar manis.

“B-Byunnie.”

“Nde?”

“Kalau kau masih menyukai Sunny sampai memimpikannya, kenapa kau menyukaiku?”

“Eh? Darimana kau tahu aku menyukaimu?”

“Sudah jadi rahasia umum, Byunnie.”

“A-anni, aku tidak...uhm...maksudku...”

Entah kenapa Chanyeol merasa Baekhyun adalah mahluk paling menggemaskan di dunia saat ia gugup begitu. Sikap tidak peduli ini seakan runtuh.


KRING KRING KRING


“Ah, ada telepon!”

Baekhyun langsung berdiri dan berjalan agak cepat menuju telepon, cara jalan Baekhyun benar-benar menggambarkan bahwa namja ini gugup.

“Yeob—“

“Baekhyunnie...Byun Baekhyunnie...”

“Sun-Sunny?”



TBC

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini