Senin, 29 Oktober 2012

A Fanfiction - Still Here_Baekyeol/Chanbaek Chapter THREE


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Horror(thriller), romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan



Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.



TIGA




“That’s news office!, ada yang perlu dibantu?”

“Selamat pagi. Apa ini Byun Baekhyun?”

“Ne, saya sendiri. Ada apa?”

“Ini dari detektif Jino.”

“Ah, ternyata kau! Sudah lama tidak bertemu. Apa kabar?”

“Hei, cobalah berbicara formal padaku jika kita terlibat dalam sebuah kasus.”

“Nde? Memangnya aku kena kasus apa?”

“Kasus tentang Sunny.”

“E-eh, maksudnya aku ditunjuk sebagai saksi?”

“Bukan, kau calon tersangka.”

“Mwo?!”

Mendengar teriakan itu, Chanyeol sudah bersiap untuk menghampiri Baekhyun, tapi Kyungsoo menahannya.

“Tidak usah teriak begitu, Baekhyun. Begini saja, bisakah kita bertemu di apartemenmu sekitar jam delapan pagi ini? Kami ingin mengintrogasimu, maksudku aku yang ingin mengintrogasimu. Berikan alamat apartemenmu ke nomor ini, ya.”

“Jadi ini introgasi pribadi?”

“Jangan bawa siapapun, Baekhyun. Oiya, kau tidak usah takut, aku tidak berniat memenjarakanmu, kok.”

“Mwo? Tapi kenapa kau bilang aku calon tersangka?”

“Ya...aku ingin dramatisir sedikit.”

“Aish, kau mengagetkanku.”

“Tapi ini serius, aku ingin menanyakanmu perihal...kau yang bertemu dengan Sunny.”

“Darimana kau tahu?”

“Sungmin-hyung yang menceritakannya padaku.”

“Bahkan dia mengatakan hal itu?”

“Maksudnya?”

“Aku tidak menyangka saja Sungmin-hyung akan menceritakan semuanya pada media.”

“Uhm...kalau bagian kau bertemu dengan Sunny sengaja kusembunyikan, makanya aku mau bertemu denganmu pagi ini.”

“Tapi sekitar jam segitu aku...oh, tidak apa-apa deh. Oke, kita bertemu di apartemenku jam delapan pagi ini.”

“Baiklah, mohon kerjasamanya Baekhyun-ssie. Annyeong.”

“Annyeong.”

Baekhyun meletakan gagang telepon berwarna putih itu pada tempatnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Chanyeol yang penasaran langsung menghampiri Baekhyun.

“Ada apa, Byunnie?”

“Jino, temanku yang detektif itu ingin bertemu denganku.”

“Aku ikut.”

“Tidak boleh, dia bilang aku harus menemuinya sendiri.”

“Tapi aku menemukan keanehan di foto kecelakaan Sunny yang kuambil dengan yang diambil media, mungkin temanmu itu bisa membantu.”

“Benarkah? Baiklah, kau boleh ikut. Tapi ini bukan alasanmu untuk mengikutiku, kan?”

“Untuk apa aku mengikutimu?”

“Mungkin kau cemburu?”

“Hahaha, aku tidak akan protektif begitu, Byunnie. Lagipula sekarang orang yang harus kujaga kan ahli hapkido.”

“Jadi kalau aku bertemu dengan mafia kau tetap tidak mau melindungiku?”

“Kau bicara apa sih, Byunnie? Memangnya kau salah apa pada mereka? Hahaha, sudah cukup berkhayalnya.”

“Oiya, memangnya ada keanehan apa, Channie?”

“Nanti saja saat kita bertemu...siapa namanya?”

“Jino.”

“Namanya Jino?”

“Nama aslinya sih Cho Jinho, memangnya kenapa?”

“Sepertinya aku familiar dengan nama itu.”

“Ohya? Ish, kau ini sok tahu.”

“Eh benar kok. Di mana ya...”

Chanyeol menerka-terka di mana dia mendengar nama itu sebelumnya. Dia yakin bukan dari Baekhyun, karena Baekhyun jarang menceritakan teman-teman lamanya, kecuali gadis bernama Sunny itu.

Baekhyun dan Kyungsoo merapikan meja yang berantakan karena Chanyeol menyebar foto-foto kecelakaan Sunny seenaknya. Baekhyun memerhatikan foto-foto itu sekali lagi. Tidak ada yang salah, batin Baekhyun.

“Pagi, semuanya!” Seru Kai yang datang bersama Sehun dan Suho.

“Pagi, sudah selesai semuanya?” Tanya Baekhyun tapi tidak mengalihkan perhatiannya pada foto-foto kecelakaan Sunny.

“Sudah, Hyung. Oiya, kami punya kabar bagus!”

“Apa itu, Kai? Kau bersemangat sekali pagi ini.”

“Iya dong, Baekkie-hyung. Kabar ini sangat menguntungkan untuk kita!”

“Ayolah katakan, jangan bertele-tele.”

“Masalah distribusi koran kita, ada perusahaan baru yang ingin berlangganan koran kita.”

“Ohya? Woaa, itu artinya kita harus menambah produksi kita.”

“Tapi ada kabar buruk juga, Hyung.”

“Eh?”

“Gara-gara hanya koran kita yang tidak menampilkan kisah sedih Sunny, hari ini banyak tempat yang biasanya menerima koran kita, tiba-tiba saja membatasi pasokan koran.”

“Koran kita kan tidak semudah itu menjual kisah sedih orang lain. Jadi biarkan saja,” ucap Chanyeol sambil mengibas-kibaskan tangannya seperti menunjukan “Semua baik-baik saja.”

“Ne, tapi...koran-koran yang sudah diproduksi mau diapakan?”

“Daur ulang saja, kita kan punya tempat daur ulang kertas. Itulah gunanya kita punya pimpinan seperti Suho-hyung,” puji Baekhyun, tapi yang dipuji sepertinya tidak peduli.

“Oiya, nanti aku tidak ikut menjemput Minseok-hyung dan Luhan-hyung, ya?”

“Lho? Kenapa, Hyung? Mereka berdua sengaja kesini untuk liburan, tapi kau tidak mau menyambutnya,” keluh Sehun.

“Sebenarnya aku dan Chanyeol yang tidak bisa datang. Bukannya tidak mau, tapi kami ada urusan penting.”

“Urusan penting apa? Paling juga pacaran,” ledek Kai.

“Hya! Nanti kalau selesai pasti kami beritahu,” ucap Chanyeol sambil menjitak kepala Kai.

“Tapi nanti malam kalian ikut makan malam bersama, kan?”

“Sms saja tempatnya, kami pasti datang.”

“Ne, Baekkie-hyung.”

“Tapi kenapa cuman mereka berdua sih?”

“Kalau semuanya datang, lalu siapa yang mengurusi That’s news di Beijing, Channie-hyung?”

“Oiya benar juga, Kai.”

“Oiya! Satu lagi! Masalah aku mengkhayal kemarin, aku sama sekali tidak mengkhayal. Tempat tinta di mesin cetak yang kemarin kubilang habis isinya memang rusak kadang-kadang, jadi aku tidak salah kalau kukira tinta di sana habis. Lalu pintu ruangan ini juga rusak, Hyung! Makanya membukanya agak susah dari luar walaupun tidak dikunci!”

“Jadi itu semacam pembelaan, Kai?” Tanya Baekhyun jahil.

“Tentu saja!”

“Lalu apa yang kemarin dilihat Chanyeol-hyung juga bukan khayalan?” Tanya Kyungsoo.

“Mungkin.”

***

Sesuai rencana, Baekhyun dan Chanyeol menunggu Jino di apartemen Baekhyun sejak jam 7.40. Baekhyun menyiapkan makanan kecil yang baru kemarin malam dia beli untuk persediaannya dan Kyungsoo selama seminggu orangtuanya pergi. Melihat Baekhyun menyiapkan semuanya dengan telaten, membuat Chanyeol tersipu malu, entah apa yang dia pikirkan.

“Apa kau harus menyiapkannya seserius itu, Byunnie?”

“Maksudnya?”

“Seperti istri yang sedang menunggu suaminya pulang saja.”

“Kan suamiku sudah ada di sini, untuk apa aku menunggunya.”

“He?”

“Hahahaha, sudahlah lupakan.”

Sebenarnya Chanyeol mengerti kata-kata Baekhyun, tapi tidak mau terlalu percaya diri. Chanyeol kembali sibuk memerhatikan namja manis itu. Baekhyun meletakan vas berisi bunga lili putih lalu menyemprotkan pengharum ruangan sebagai sentuhan terakhir. Setelah itu Baekhyun duduk di samping Chanyeol.

“Aku berlebihan sekali ya menyiapkannya?”

“Hem.”

“Ya...itu karena aku merindukan Jino. Sudah lama kami tidak bertemu.”

“Berapa lama?”

“Aku, Sunny, dan Jino adalah sahabat sejak SMP. Kami berpisah delapan tahun yang lalu, saat wisuda SMA.”

“Ooh, jadi dia juga kenal Sunny?”

“Ne. Bahkan mereka pernah pacaran diam-diam.”

“He? Katanya kau menyukai Sunny?”

“Memang sih, tapi aku merelakannya untuk Jino. Makanya aku selalu mengatai diriku naif. Jelas-jelas temanku menyukai Sunny, tapi aku malah menyukai gadis itu.”

“Tidak kok, yang seperti itu namanya bukan naif. Kau juga tidak terlalu lugu untuk disebut naif.”

“Jadi apa?”

“Kau orang yang tulus, Baekhyun.”

Baekhyun terhenyak mendengar perkataan Chanyeol. Selama ini belum pernah ada orang yang meluruskan perkataannya terhadap dirinya sendiri, karena Baekhyun memang selalu merahasiakannya termasuk pada Kyungsoo. Entah kenapa dengan Chanyeol dia bisa menceritakan semuanya.

“Makanya aku menyukaimu,” lanjut Chanyeol.

Baekhyun menunduk karena tidak berani menatap Chanyeol yang sekarang sudah berubah menjadi orang yang lebih perhatian. Sebenarnya Baekhyun senang, tapi rasanya dia belum siap sepenuhnya.

“Kenapa menunduk?”

“Aku...hanya kaget pada sikap Chanyeol yang berubah.”

“Jadi kau tidak suka?”

“Bukan, bukannya aku tidak suka. Tapi aku belum bisa menyesuaikan.”

“Yasudah sesuaikan saja.”

Senyum Baekhyun mengembang, karena sekarang perkataan Chanyeol berubah lagi menjadi Chanyeol yang acuh. Rupanya bukan hanya Baekhyun yang belum bisa menyesuaikan, tapi juga Chanyeol dengan sifat acuhnya. Tapi Baekhyun tidak mau bilang, karena dia tetap senang dengan Chanyeol yang apa adanya.


TING TONG


“Sepertinya itu Jino, aku bukakan dulu, ya.”

Baekhyun beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu. Saat Baekhyun membuka pintu, seorang namja yang tingginya tidak berbeda jauh dengannya langsung memeluknya.

“Woaa!! Aku rindu sekali padamu, Baekkie!”

Jino dan Baekhyun berpelukan cukup lama sampai tidak sadar Chanyeol sedang menatap tajam mereka.

“Ne-ne, aku tahu kau merindukanku, tapi tolong lepaskan aku, Jinho.”

“Hya, kau memanggilku dengan nama asli lagi. Panggil aku Jino, Byunnie.”

“Hihihi, kau itu seperti Sunny saja.”

“Eh? Ada orang lain to? Aku kan sudah bilang jangan bawa orang lain, Baekkie!”

“Dia...orang yang spesial untukku. Lagipula Channie bilang dia menemukan keanehan dari foto kecelakaan Sunny yang diambilnya dengan media lain.”

“Orang yang spesial? Jangan bilang kau...”

“Hahaha, sudahlah masuk dulu, Jino.”

“Ne.”

Jino mengikuti Baekhyun lalu duduk di sebelah Chanyeol seperti perintahnya, sedangkan Baekhyun duduk di kursi terpisah. Chanyeol memerhatikan Baekhyun dan Jino bergantian, mereka agak mirip dari samping. Tapi Baekhyun lebih memesona, pikir Chanyeol.

“Aku Park Chanyeol, pacar Baekhyun.”

“Mwo? Pacar? Byunnie, kau pacaran dengan namja?”

“Uhm...seperti yang kau lihat.”

“Yaampun, padahal dulu aku mengin...eh, maksudku, aish, lupakan sajalah. Namaku Cho Jinho, tapi panggil aku Jino. Aku sahabat Baekhyun sejak SMP.”

“Aku tahu, baru saja Baekhyun memberitahuku.”

“Ohya? Bukan kebiasaan Baekhyun menceritakan teman-teman lamanya. Apa karena dia pacarmu, Byunnie?”

“Eh, kenapa jadi membicarakan tentang kami sih? Ayo langsung ke pokok masalah saja.”

“Kau ini, aku kan masih rindu.”

“Nanti saja setelah introgasi. Bukankah kau sendiri yang bilang aku harus bersikap formal saat menghadapi kasus?”

“Baiklah, kita mulai saja deh.”

Jino mengambil catatan kecil dari saku jasnya lalu membaca sesuatu di dalamnya.

“Byunnie, apa kau benar-benar bertemu dengan Sunny setelah kecelakaan itu?”

“Benar. Waktu itu sebenarnya aku ingin meliput kecelakaan itu, tapi karena kakiku terbentur lemari besi saat ingin mengejar Chanyeol, aku tidak jadi pergi. Lalu tiba-tiba Sunny menghubungiku, dia hanya menyapa dan sedikit bicara. Lalu saat aku ingin kembali duduk, aku terjatuh, anehnya Sunny datang dan membantuku berdiri. Dia juga hanya bicara sedikit lalu pergi. Saat aku bertanya apakah kami bisa bertemu lagi, dia hanya menjawab ‘semoga’.”

“Kau yakin dia manusia?”

“Saat melihat ID Sunny yang Chanyeol potret dan pernyataan media yang berkata bahwa Sunny-lah korban kecelakaan itu, aku jadi tidak begitu yakin.”

“Apa kau tidak menemukan keanehan dari cerita Sungmin-hyung?”

“Keanehan? Keanehan seperti apa?”

“Maksudku, apa kau tidak berfikir jika cerita Sungmin-hyung itu hanya kebohongan belaka?”

“A-aku tidak berfikir seperti itu.”

“Sungmin-hyung bukan tipe orang yang suka menggembor-gemborkan kisah sedih keluarganya sendiri. Tapi dalam kasus Sunny, dia benar-benar meyakinkan media jika Sunny-lah yang mengalami kecelakaan itu.”

“Lho? Bukannya tim penyidik sudah memastikan siapa mayat itu?”

“Sebenarnya aku menemukan perbedaan yang signifikan dari pemeriksaan penyidik dengan pemeriksaanku.”

“Kenapa kau tidak mengatakannya pada tim penyidik yang lain?”

“Perbedaan signifikan itu perasaanku, Byunnie.”

“Hya! Mana bisa detektif melibatkan masalah pribadi!”

“Byunnie, sebenarnya firasat atau perasaanlah yang membimbing detektif untuk memecahkan kasus, tapi mereka juga harus menyeimbangkan perasaan itu.” ucap Chanyeol tiba-tiba. Jino memandang Chanyeol sekilas lalu mengalihkannya lagi pada Baekhyun.

“Aku merasa mayat itu bukan Sunny, Byunnie.”

“Jadi itu sebabnya kau bilang kalau cerita Sungmin-hyung palsu?”

“Ne. Aku sudah menyelidiki identitas lelaki bernama Cho Kyuhyun itu, dia memang pergi ke London, tapi Kyuhyun tidak memutuskan hubungannya dengan Sunny, dia hanya bilang agar Sunny menunggunya pulang. Itu artinya di malam perpisahan itu, Sunny sama sekali tidak mabuk.”

“Tapi kenapa Sungmin-hyung berbohong? Ja-jadi Sunny masih hidup?”

“Kemungkinan besar iya.”

“Di malam yang sama dengan hari kecelakaan Sunny, gadis itu menghubungiku lagi!”

“Be-benarkah?”

“Ne! Dia bahkan pergi ke kantorku, waktu itu Chanyeol yang melihat, tapi karena Channie takut Sunny adalah hantu, dia menahanku untuk membuka pintu. Lalu setelah itu Sunny menghilang.”

“Takut?” Tanya Jino sambil menatap sinis Chanyeol.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Hih, penampilan luarnya saja pemberani, tapi tenyata...”

“Hya! Kenapa kau jadi mendesakku begini?”

“Hei sudah-sudah, kalian berdua kenapa jadi berdebat masalah seperti itu sih? Ahiya, Channie, bukankah kau bilang mau menunjukan sesuatu pada Jino?”

“Oh, benar juga. Begini, keanehan pertama, aku heran dengan kartu identitas Sunny yang masih utuh. Bukankah mobil itu meledak? Semua barang dalam mobilnya hangus, tapi kenapa kartu identitasnya utuh? Keanehan kedua, aku datang ke tempat kejadian saat polisi dan media belum datang, karena tempat kecelakaan tidak jauh dari kantor, jadi aku bisa tahu kejadian lebih cepat dari mereka. Aku memotret kartu identitas itu diam-diam, awalnya kartu itu berada di antara puing-puing mobil, tapi saat aku melihat foto media yang diambil tidak lama setelah aku memotret, identitas itu berpindah tempat ke dekat tubuh mayat. Seperti ada yang sengaja memindahkan kartu itu agar lebih mudah ditemukan.”

“Seperti Sungmin-hyung yang meyakinkan media bahwa Sunny-lah yang meninggal?”

“Ne.”

“Boleh kulihat foto itu?”

“Ini.”

“Tidak ada yang menyentuhnya kan saat media ini memotret?”

“Belum, karena tim penyidik masih mengamankan keadaan. Ah! Waktu itu perhatian kami semua teralihkan sejenak oleh sebuah ledakan kecil dari restoran di dekat tempat kejadian. Mayat itu diselubungi dulu, baru setelah itu para awak media memotret. Aku tidak melihat tim penyidik mengubah apapun dari TKP.”

“Berarti kartu identitas ini berpindah saat perhatian kalian teralihkan karena ledakan itu?”

“Mungkin.”

“Dan tim penyidik sama sekali tidak mengubah keadaan TKP?”

“Ne.”

“Aneh, benar-benar aneh.”

“Hei, Jino, aku mau bertanya satu hal lagi padamu. Apakah kau pernah ikut dalam komunitas ‘Sherlock Holmes’?”

“Komunitas apa itu, Channie?” Tanya Baekhyun.

“Komunitas itu adalah tempat penyaluran hipotesa dari masing-masing anggotanya untuk memecahkan suatu kasus. Kasusnya sih cuman rekaan, tapi kalau menang lumayan bayarannya, Byunnie.”

“Kau ikut komunitas itu? Eh, Park Chanyeol, Park Chanyeol...sepertinya aku pernah lihat nama itu.”

“Sudah kuduga, kau sainganku dalam komunitas itu, Jino! Kau tidak ingat aku, hah?”

“Ah! Benar! Kau Park Chanyeol yang itu! Tapi kenapa kau tidak menjadi detektif saja? Hipotesamu menakjubkan!”

“Tidak, aku lebih suka memadukan dokumentasi dengan hipotesa, jadi pekerjaan yang cocok untukku ya sebagai reporter berita.”

“Yayaya. Aku tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan sainganku dan lebih kaget lagi kau adalah pacar sahabatku!”

“Hahahaha, dunia memang sangat sempit!”

“Jino, kalau Sunny masih hidup...apa kau akan menyukainya lagi?” Tanya Baekhyun tiba-tiba, membuat Chanyeol dan Jino terdiam.

“Dari dulu sampai sekarang perasaanku tidak berubah kok. Aku tetap menyukainya. Aku juga akan bilang pada Sungmin-hyung tentang perasaanku. Tapi kita belum bisa memastikan kalau Sunny masih hidup, Byunnie. Dan juga alasan apa yang membuat Sungmin-hyung meyakinkan media kalau Sunny sudah meninggal.”

“Hem, baiklah. Tapi ada satu lagi yang mengganjal hatiku, siapa gadis yang ada di mobil Sunny saat kejadian?”

“Aku belum bisa memastikannya.”

“Apakah bisa pemeriksaan jenazah hanya dari kartu identitas?”

“Nah, itu dia, Byunnie. Kami ingin memeriksanya lebih lanjut dengan otopsi, tapi Sungmin tiba-tiba datang dan bilang ingin segera memakamkan jenazah adiknya supaya Sunny tidak tersiksa.”

“Ngomong-ngomong, kalau mengibaratkan ini adalah kasus rekaan seperti di komunitas, siapa yang menang?”

“Tentu saja aku, Chanyeol. Sekarang integritas pemikiranku meningkat dan terus terlatih. Kau kan hanya menjadi reporter berita, pasti analisismu semakin payah.”

“Hei, siapa yang menyadarkanmu tentang kartu identitas Sunny?”

“O-ohiya, benar juga.”

“Jadi masih satu-kosong.”

“Hei! Itu tidak adil! Yang menyadari kalau mayat itu kemungkinan bukan Sunny dan menyatakan bahwa pernyataan Sungmin-hyung palsu kan aku! Jadi satu-dua!”

“Ish, ini masalah serius, kenapa kalian malah main-main?” Protes Baekhyun.

***

Baekhyun mengantarkan Jino sampai depan apartemen. Sebenarnya Jino ingin lebih lama di sana, tapi Baekhyun mengusirnya, alasan Baekhyun karena Jino dan Chanyeol selalu adu mulut saat mereka mengobrol. Benar-benar mengganggu, batin Baekhyun

“Kapan-kapan aku kemari lagi, ya? Jangan lupa bawa si Park Chanyeol itu, aku ingin sekali mengalahkannya.”

“Pergi sana!”

“Hahaha, kau juga boleh berdebat jika mau, Byunnie.”

“Jino!”

“Ne-ne, aku pergi.”

Selepas kepergian Jino, Baekhyun masuk lagi, dan duduk di samping Chanyeol. Tapi wajahnya menggambarkan jika dia benar-benar marah, dan juga anak itu membelakangi Chanyeol.

“Byunnie, kau marah?”

“Kalau masalahnya sudah begini, kau berubah saja jadi Chanyeol yang acuh.”

“Masalah seperti ini harusnya kuselesaikan dengan perhatian.”

“Sudah, acuhkan saja aku!”

“Kau cemburu atau marah?”

“Untuk apa aku cemburu? Kalian berisik sekali! Aku marah!”

“Tapi kan ini memang kebiasaan kami, mulai sekarang kau harus memakluminya.”

“Kalau nanti aku bertemu dengan Jino lagi, aku tidak akan mengajakmu.”

“Lho, jadi kau berniat selingkuh?”

“Bodoh! Chanyeol bodoh!”

“Hahahaha, baru sekarang aku melihatmu semarah ini. Tapi kau benar-benar menggemaskan.”

“Sudah sana pulang, kita bertemu nanti malam.”

“Tidak mau, aku mau menginap di sini. Kau juga akan menginap di sini selama orangtuamu pergi, kan?”

“Kau mau makan apa di sini? Makanan di rumah ini hanya cukup untukku dan Kyungsoo.”

“Lalu tadi yang kau suguhkan pada Jino apa?”

“Itu hanya makanan kecil!”

“Aku bisa makan mie, tenang saja. Aku ingin menjagamu saat orangtuamu pergi.”

“Kau bilang kau tidak perlu melindungiku karena aku ahli hapkido, kenapa sekarang berubah pikiran?”

“Karena...”

Tidak mungkin Chanyeol bilang karena dia punya firasat buruk, firasat yang mengatakan Baekhyun terseret dalam kasus yang akan membahayakan nyawanya.

“Karena apa?”

“Karena aku ingin melihatmu setiap saat.”

“Chanyeol, alasan yang benar-benar pasaran.”

“Lho? Jangan begitu dong. Tadi pagi kau manis sekali padaku, kenapa sekarang berubah? Sama saja denganku.”

“Pokoknya aku tidak suka kalau kau berdebat dengan Jino. Aku sampai harus memasang penutup telinga ini, lihat.”

Baekhyun menunjukan dua penutup telinga pada Chanyeol tapi tetap membelakangi, membuat namja tinggi itu tertawa terbahak-bahak.

“Kau benar-benar menggunakannya? Hahahaha.”

“Diam dan pergi dari sini!”

“Tidak mau! Aku mau menemani Byunnieku!”

“Aaa, aku tidak mau! Kau harus pergi!”

Chanyeol menggoda Baekhyun yang membelakanginya dengan memeluknya, membuat Baekhyun tersentak seketika lalu mencoba memberontak.

“Ish, lepaskan aku!”

“Pokoknya aku mau menginap di sini! Boleh, ya?”

“Tidak boleh! Tidak ada kamar untukmu!”

“Tidur di sofa kamarmu juga tidak apa-apa, deh.”

“Pokoknya tidak boleh! Nanti kau melakukan hal yang tidak-tidak lagi!”

“Memangnya aku mau melakukan apa?”

“Mungkin kau mencorat-coret mukaku atau apalah!”

“Hahahaha, mana mungkin, bodoh?”


TING TONG


“Eh? Sepertinya Kyungie pulang,” terka Baekhyun.

“Aku tidak akan melepasmu sebelum kau mengijinkanku menginap di sini!”

“Andwe!”


TING TONG


“Baekhyun! Aku mau menginap di sini!”

“Ne-ne! Sekarang lepaskan aku!”

Chanyeol yang memang hanya berniat menjahili Baekhyun melepas pelukannya, membuat badan Baekhyun yang tadinya memberontak agak terhempas. Baekhyun menggerutu dalam diam dan beranjak untuk membukakan pintu. Chanyeol memerhatikan siapa tamunya, tapi tidak terlalu jelas karena tertutup tubuh Baekhyun, yang jelas itu bukan Kyungsoo.

“Ah, baiklah, gomawo.”

Baekhyun menerima sebuah kotak dari sang tamu dan membawanya masuk. Chanyeol mendekati Baekhyun karena penasaran dengan isi kotak itu.

“Siapa?”

“Aku tidak tahu, dia bilang ada yang mengirim paket ini untukku.”

“Coba buka.”

“Aku juga mau membukanya, Chanyeol.”

Baekhyun membuka bungkusan itu dan melongok ke dalamnya. Chanyeol dan Baekhyun memekik kaget saat melihat isinya.

“Mwo?! Apa ini?”

“Baekhyun, kau benar-benar punya penggemar rahasia?”

“Cha-Channie, aku ini orang yang tidak populer, mana mungkin ada yang sengaja memberiku kue secantik ini?”

“Tadi kau bilang ini untukmu.”

“Mungkin salah alamat.”

“Tidak mungkin, di kartu ini jelas-jelas tertulis nama dan alamatmu. Aku baca isinya, ya?”

“Baca saja.”


Untuk Byun Baekhyun, aku tidak tahu bagaimana mengatakan perasaanku yang sebenarnya padamu. Aku takut kau menolakku, jadi aku memberi hadiah yang bisa membuatmu senang. Kue ini rasanya sangat manis seperti senyummu. Selamat makan ^_^. Kau benar-benar menggemaskan, Baekkie.


“Tunggu dulu, menggemaskan?” Tanya Baekhyun.

“Ne, itu yang tertulis dalam kartu ini.”

“Channie, kau ini benar-benar...”

“Kenapa?”

“Kata-kata menggemaskan itu hanya pernah kudengar darimu.”

“Ish, baiklah aku mengaku. Hahahaha!”

“Kau pandai menganalisa, tapi tidak pandai membohongiku.”

Baekhyun mengeluarkan kue itu dari kotak lalu mengambil piring, garpu, dan pisau kue untuk memakannya. Chanyeol menatap lekat kue itu. Aku tidak pernah membeli kue ini, ucap Chanyeol dalam hati.

“Nah, sekarang kita coba kue ini, ya?”

“Jangan, Byunnie!”

“Nde?”

“Kue yang kupesan bukan seperti ini, kita harus mengembalikannya segera. Biar aku saja yang mengembalikannya.”

“Tapi kue ini terlihat enak.”

“Sudahlah, akan kuganti dengan yang lebih manis. Sebentar ya, kau harus mengunci semua pintu, kalau ada yang datang jangan dibukakan kecuali itu Kyungsoo atau orang yang kau kenal. Rumahmu ada kamera pengawasnya, kan?”

“Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?”

“Sudahlah, patuhi saja perintahku, Baekhyun.”

“Hem, apa boleh buat.”

Chanyeol memasukan kembali kue itu dan membawanya pergi dari Baekhyun. Walau sepertinya kue itu tidak berbahaya, tapi Chanyeol tidak bisa mengambil resiko Baekhyun keracunan atau apapun. Apalagi pengirimnya tidak menyebutkan nama.

***

Selepas kepergian Chanyeol, Baekhyun pergi ke ruang televisi dan menonton apapun yang bisa mengalihkan pikirannya tentang kue itu. Sebenarnya Baekhyun tahu kue itu bukan dari Chanyeol. Masih ada seorang yang sering mengatakan kata menggemaskan pada Baekhyun.

“Sehun...”

Tapi Baekhyun bingung, kenapa Chanyeol mengaku jika kue itu darinya? Terlihat sekali Chanyeol sedang berbohong tadi.

“Apa Chanyeol mencemaskan sesuatu? Seharusnya dia tak usah seperti itu, dia kan tahu aku menolak Sehun di pesta kemarin lusa karena nya.”


Setengah jam berlalu...


TING TONG


Baekhyun beranjak dari tempatnya dan memeriksa kamera pengawas. Ternyata lelaki yang tadi mengirim paket.

“Mungkin dia mau mengirim kue yang benar.”

Baekhyun membukakan pintu untuk orang itu.

“Kau mau mengantarkan kue yang salah, ya?”

“Tidak, Tuan.”

“Lalu?”

Lelaki itu tiba-tiba melangkah maju, membuat tubuh Baekhyun refleks mundur.

“Ka-kau mau apa?”

“Di mana gadis itu?”

“Mwo?”

“Di mana gadis bernama Lee Soonkyu?”

“Di-dia sudah meninggal kemarin! Kenapa kau masuk rumahku tanpa ijin? Keluar!”

“Cepat katakan di mana gadis itu?”

“Aku tidak tahu!”

Baekhyun mengeluarkan ilmu beladirinya, tapi lelaki itu ternyata juga ahli bela diri, jadi dia mampu menangkis semua jurus Baekhyun. Setelah puas bermain-main dengan Baekhyun sampai Baekhyun kelelahan, lelaki itu mengeluarkan sebilah pisau, dan mendorong Baekhyun sampai jatuh.

“A-apa yang mau kau lakukan?”


SPLASH


Pisau itu berhasil menyayat dada Baekhyun hingga mengeluarkan banyak sekali darah.

“Aaa!” Pekik Baekhyun.

“Ini peringatan pertama untukmu, jika aku menemukan gadis itu bersamamu, aku akan membunuhmu dan juga teman-temanmu.”

Baekhyun ingin membalas, tapi darah yang keluar dari tubuhnya terlalu banyak, membuat tubuh Baekhyun melemas. Kesadaran Baekhyun juga memudar, ia samar-samar melihat lelaki itu mengelilingi rumahnya sambil mencari sesuatu.

“Sudah kukira, gadis itu belum meninggal.”

Lelaki itu mengambil foto yang diambil Chanyeol saat kecelakaan, setelah itu pergi meninggalkan Baekhyun yang bersimbah darah.

“Cha-Channie...tolong aku...”



TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini