Sabtu, 03 Juli 2010

Two spirit for Love bag 6

PART 6 ( babak yang baru pun di mulai )
Awan itu, mungkin warna nya putih, tapi kau lihat. Saat benda langit itu sedih, awan akan berubah menjadi hitam .. mungkin itu yang kini dirasakan Manda dan Alvin, juga Dea dan Fendi. Tapi saat matahari muncul, awan akan kembali ceria dan menjadi putih lagi. Begitupun akan keberadaan Rio di samping Manda, Rio adalah penghibur kedua dalam hati Manda, Manda akan mengingat janji Rio sampai kapanpun. Sampai ia bersatu kembali dengan Alvin, kakaknya.
Setelah 7 jam perjalanan, akhirnya POL beserta Manda, Rio, dan tante Viska tiba di Bandara Bangka, Rio senyum – senyum sendiri, ia celingak – celinguk, Manda yang menangkap tingkah aneh Rio agak bingung
“ kamu kenapa sich yo ??” tanya Manda
“ aku cari ... MAMA !!!!!” seru Rio dan berlari ke arah wanita yang ia panggil mama. Ia peluk wanita itu, mama Rio langsung mengelus anaknya
“ ma, iio kangen mama “ ucap Rio, Manda tersenyum melihat kejadian terebut, ia iri pada Rio, tentu saja.
“ ma, kenalkan, ini Manda dan tante Viska .. mereka kenalanku dari Jakarta yang mau pindah ke sini “ jelas Rio, mama Rio pun berkenalan dengan Manda, tante Viska sekaligus semua anak POL. Rio menarik Manda menjauh dari kerumunan itu
“ nda, nanti di Bangka, kamu bener khan sekolah di smp ku ?”
“ iya, doakan saja yo” ucap Manda dan tersenyum
“ dan ingat janjiku !” ucapnya yakin
“ makasih ya Rio “ ucap Manda, ia tersenyum lembut, seperti senyum yang pernah ia berikan pada Alvin.
“ sama – sama Dea “
Tante Viska dan mama Rio pun mulai cepat akrab, mereka semua pun pergi dari bandara menuju tempat yang akan mereka tinggali.
***
Seorang gadis tengah mengintip sebuah kamar, ia melihat Ami yang sedang berbicara lancar dengan pasiennya Alvin. Ia tersenyum, dan menutup kembali pintu yang tadi ia buka untuk mengintip keadaan di dalam kamar tersebut.
“ nona Yuki “ panggil sebuah suara
“ aduh gawat ! ketahuan Yan .. “ gumam anak yang di panggil Yuki tadi
“ nona sedang apa ?” tanya seorang wanita yang tinggi tegap dan sangat cantik, tapi berkesan dingin.
“ a..aku, aku tidak sedang apa – apa ! ayo Yan, kita kembali ke kamar “ ajak anak bernama Yuki itu, seraya menarik – narik Yan .
“ nona Yuki tidak berbuat aneh khan ?” tanya Yan memastikan
“ hahaha, kamu lucu Yan, aku tak mungkin melakukan hal yang aneh, ayolah kita ke kamar, aku mulai lelah “ ucap Yuki seraya terus menarik Yan, pengasuhnya.
***
Manda dan tante Viska juga semua anak POL tiba di depan rumah yang amat besar, sedang Rio dan mamanya kembali ke rumah mereka, yang tak jauh letaknya dengan rumah Manda
“ aku dan mama pulang dulu ya, besok malam, di kompleks ini ada tradisi untuk warga baru .. sebaiknya siapkan sebuah pesta semacam syukuran... “ jelas Rio
“ iya benar, besok malam akan menjadi sebuah malam yang paling berkesan untuk keluarga baru yang datang dikompleks ini “ ucap mama Rio
“ baik, dengan senang hati . kami pasti akan membuat malam yang indah untuk kompleks ini “ ucap tante Viska sungguh ramah
“ o iya, jangan lupa. Lebih baik, Manda di sekolahkan di sekolah yang sama dengan sekolah Rio “ saran mama Rio
“ tentu, agar saya lebih tenang menjaga Manda, kebetulan saya juga di tugaskan di sekolah Rio, smp Yusha khan nama sekolah kamu yo ?”
“ iya tante “ ucap Rio
“ besok aku bantu, tenang saja Vis “ ucap mama Rio
Rio tersenyum pada Manda, begitupun sebaliknya. Lalu Manda melambaikan tangannya pada mama Rio juga Rio lalu masuk ke dalam rumah barunya
“ aku masuk duluan ke rumah ya tante, “ ucap Manda dan berlari ke dalam rumah
Manda memasuki rumah itu, ia takjub melihat isi rumah itu, beberapa pintu terpampang di setiap sudut ruangan, tangga berwarna putih yang menjadi penghubung antar lantai berdiri kokoh di sudut kiri ruangan, beberapa hiasan yang begitu indah terpasang di beberapa tempat di ruangan itu, Manda memicingkan mata ke sebuah pintu berwarna coklat tua, di sana sudah bertuliskan nama “ Dea “ , Manda berlari menuju pintu bertuliskan namanya, ia buka pintunya “ ya Tuhan “ gumamnya yang hampir tak bisa berkata apapun melihat sebuah ruangan yang akan di tempatinya sungguh besar, dengan spring bed berwarna putih belum di tutupi kain, melihat meja belajar berwarna pink yang samar, bangku belajar yang tak biasa ia lihat, warnanya putih, mempunyai sandaran. Dan amat bagus, tak seperti bangku belajar di rumah lamanya, lemari 4 pintu plus kaca besar terpampang di sebelah kanan ia berdiri, jendela besar yang tepat di depan kasur, dan sebuah tv 29 inci lengkap dengan DVD player, tapi yang paling membuatnya kaget adalah, sebuah benda yang sangat ia inginkan sejak dulu . Piano. Mata Manda berbinar melihat benda tersebut, ia cepat berlari dan duduk di bangku yang tepat berada di depan piano berwarna putih itu. Ia tekan beberapa not dari piano tersebut, ia ingat sebuah wajah .. hanya 1 wajah yang kini memenuhi hatinya, Alvin.
“ Alvin “ gumam Manda, seorang dengan kasar menarik Manda agak menjauh dari piano tersebut, dan menekan beberapa not piano bersamaan,membuat suara yang memekakan teling, orang itu adalah tante Viska.
“ jika kamu masih mau piano ini ada disini, jangan pernah mengingat Alvin !” bentak tante Viska, semua anak POL termasuk kak Agnes terkejut dengan sikap tante Viska yang berubah galak.
“ ii..iya tante, Manda janji, itu hanya akan menjadi masa lalu yang akan Manda lupakan “ ucap Manda sangat ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran
“ mulai lusa, kamu akan tinggal di asrama smp Yusha, kamu hanya akan pulang sebulan sekali, jadi mungkin kamu akan lebih cepat melupakan Alvin “ ucap tante Viska, Manda hanya mengangguk dan masih gemetaran.
Tante Viska keluar dan mendapati POL tertegun melihat kejadian di dalam kamar Manda, ia hanya tersenyum tipis dan berjalan melewati semua anak POL, kak Agnes menyusul tante Viska dan menagih cerita tante Viska.
POL mulai bubar, kini tinggal Dea dan Fendi yang masih menatap Manda yang duduk termenung di depan piano tanpa memainkannya. Air mata Manda menggenang tak berani keluar ia tersenyum lemah, Dea dan Fendi memberanikan diri untuk menghampiri gadis manis berambut sebahu itu.
“ Manda .. “ panggil Dea dan duduk di samping Manda, yang memang kursi tempat Manda duduk muat untuk 2 orang
“ ... “ Manda masih terdiam
“ jangan kamu bersedih lagi, sekarang bolehkah kak Dea meminta Manda untuk memainkan 1 lagu saja .. “ ucap Dea lembut, Manda menghapus air matanya, ia menatap wajah tulus kakak di depannya, ia tersenyum kembali.
Manda mulai memainkan 1 lagu, lagu yang cukup ia sukai, judulnya “ the untold love story “ lagu yang di populerkan oleh Shandy Saputra pengisi soundtrack di cerita Agnes Davonar. Dea memejamkan matanya mencoba meresapi alunan nada yang dimainkan oleh Manda. Fendi juga berlaku sama seperti Dea. Air mata Dea menetes sedikit, ia tahu apa yang sekarang di rasakan oleh Manda .. kesepian dan kasih sayang .. ia menginginkan kasih sayang, spontan Dea memeluk Manda erat.
“ kakak berjanji, akan menjaga Manda .. Manda ingin bertemu orang yang disayangi ? siapa itu Manda ?” tanya Dea
“ aku hanya ingin orang tuaku ada disini dan menganggapku masih hidup untuk mereka kak, dan satu lagi .. aku ingin bertemu kakak kembarku ... Alvin “ ucap Manda dengan nada datar
“ kakak akan membantu Manda semampu kakak, sekarang .. bolehkah kakak mendengar cerita Manda akan semua yang membuat Manda sedih ?” tanya Dea lagi, Manda mengangguk dan menceritakan semua pada Dea dan Fendi.
***
Yuki berlari menuju kamarnya, ia duduk lagi di kamarnya, bau obat begitu menyengat di kamar itu, Yuki mengeluh pada pengasuhnya, Yan.
“ Yan, maukah kau menyemprotkan sedikit saja pengharum ruangan di kamar ini ?”
“ baiklah nona “
Wanita itu menyemprotkan aroma terapi pada setiap sudut ruangan, Yuki menghirup udara di sekitarnya “ fiuhhh” leganya, Yan hanya tersenyum, lalu ia duduk di sofa kamar itu, dan melanjutkan aktivitasnya membaca majalah lama kesukaannya.
Yuki bingung pada wanita itu, kenapa ia sangat suka majalah lama, huft ya sudahlah, mngkin suatu saat nanti aku akan tau rahasia Yan pikirnya.
Yuki menatap keluar, jendela kamarnya berembun, ia bangun dan mengelap sedikit jendela kamarnya, Yuki melirik Yan yang masih sibuk dengan aktivitasnya, ia membuka jendela sedikit agar udara bisa masuk, kontan saja, angin dingin menyeruak ke dalam, menerbangkan sedikit rambut nya yang pirang, ia sedikit mengigil, tapi ia cukup senang, karena jarang – jarang ia dapat merasakan angin sesejuk itu.
“ kak Ami .. kenalkan aku, pada anak itu “ gumamnya, Yuki teringat janji Ami 3 minggu lalu, saat mereka bertemu di kamar ini.
“ kamu akan bertemu dengan seorang sahabat yang akan menjadi pasienku beberapa minggu lagi Yuki, dan aku akan mengenalkan nya denganmu .. tunggulah, kamu tak akan kesepian lagi “ ucap Ami dan mengelus rambut Yuki, disitulah Yuki mendapat sebuah kekuatan dari janji Ami, kini ia tak mau berputus asa lagi hanya karna penyakitnya, ia ingin bertemu dengan orang yang di janjikan oleh Ami, maka dari itu, ia terus bersemangat, dan saat ia tahu orang itu sudah datang, Yuki makin semangat karna ia akan mendapat sahabat yang ia impikan.
Yan menghampiri Yuki, ia menutup jendela yang di buka Yuki, spontan Yuki terkejut dengan tindakan Yan yang tiba – tiba
“ Yan, kamu mengagetkanku saja “ ucap Yuki
“ kamu yang mengagetkanku, kenapa nona tidak tidur ? ayo nona, anda harus istirahat agar nona bisa cepat sembuh “
“ hal itu yang selalu keluar dari mulutmu ! dari 5 tahun yang lalu hingga sekarang ! aku selalu menuruti kata – katamu ! tapi hingga kini aku tak pernah sembuh !!!” bentak Yuki yang memang sudah muak dengan seluruh perintah pengasuhnya.
***
Satu hari berlalu, ini hari kedua Manda ada di Bangka. Mereka yang ada di rumah mempersiapkan semua keperluan pesta untuk hari ini, Manda begitu bersemangat, di bantu Rio
“ Viska, lebih baik hari ini kamu dan Manda ke sekolah saja untuk pendaftaran . biar aku dan semua anak POL yang mengerjakan nya “ saran mama Rio
“ apa gak merepotkan ?” ucap tante Viska
“ tidak, sama sekali tidak, ajaklah Rio untuk penunjuk jalan “ ucap mama Rio
“ baiklah, makasih ya mama Rio “
“ sama – sama “ ucap mama Rio dan tersenyum pada tante Viska, Manda pun mandi lalu mengenakan baju yang biasa ia pakai untuk bepergian bersama Alvin, karna menurut Alvin, ia sangat cocok memakai baju itu, sebuah dress sedengkul tak berlengan, tapi karna ia tak biasa memakai baju tanpa lengan, ia memakai baju putih di dalamnya, dress corak kotak – kotak merah jambu itu makin membuat Manda manis, dan dengan sedikit pita bercorak sama seperti baju yang ia pakai, di lengkapi sepatu putih model pentopel juga kaus kaki putih yang membungkus kaki mungilnya. Ia ambil tas nya yang berwarna putih dan keluar berlari menuju tante Viska, ia melihat Rio yang juga sudah siap, betapa terkejutnya ia melihat Rio yang amat .. tampan. Dengan jas berwarna hijau kehitaman yang berkesan santai, karna lengannya Rio gulung hingga lekuk lengan, dan dasi polkadot hijau muda juga kemeja putih membuatnya makin tampan, celana panjang yang membuatnya makin terlihat tinggi, “ he is perfect “, menurut Manda.
“ yaudah, kita berangkat “ ajak tante Viska, Rio dengan cepat membukakan pintu untuk Manda, pipi Manda blushing karna tindakan Rio barusan
“ makasih yo, tapi gak usah segininya “ ucap Manda malu
“ haha, sekali – kali nda, aku juga lupa kapan terakhir kali aku bersikap seperti ini sama cewek “ ucap Rio dan ikut masuk ke mobil, bersama Manda. Tante Viska hanya tersenyum melihat kedua anak yang kini menjadi sahabat.
...
30 menit perjalanan, akhirnya ketiganya tiba di sebuah sekolah yang cukup megah, bernama smp Yusha. Dilihatnya beberapa anak lalu lalang karna mereka akan mempersiapkan sekolah mereka yang akan dimulai besok.
“ huaaaaaaaa akhirnya aku injakan kakiku lagi di sekolah ku tercintaaaa !!” teriak Rio mengagetkan Manda yang ada di sampingnya
“ idih, aku kaget kak Rio!! “ seru Manda
“ hehe, o iya ! disini kamu harus memanggilku kak Rio yaaaa hehehehe “ ucap Rio narsis
Manda hanya cemberut melihat tingkah Rio, Rio hanya senyum – senyum dan merangkul Manda, tentu saja Manda kaget dengan kelakuan Rio
“ idih, kamu kok rangkul – rangkul sih ?” tanya Manda dengan nada protes
“ ya.. aku khan gak pernah punya adik cewek nda, jadi kamu aja ya yang jadi adekku ?? mau ya ya ???” tanya Rio, Manda hanya mengangguk, ia merasakan ada Alvin di dekatnya walau tak nyata, dan itu ia rasakan karna Rio, karna Rio ada di dekatnya.
“ yaudah, ayo kita ke ruang pendaftaran, setelah itu Rio antarkan Manda untuk berkeliling sekolah dan asrama “
“ siap tante !” seru Rio girang, Manda tak peduli dan memandang sekeliling, di tangkapnya sosok yang perawakan nya benar – benar mirip dengan Alvin.
“ Alvin !” seru Manda dalam hati, tapi belum sempat Manda menemui anak itu, Rio menariknya untuk mengikuti tante viska menuju ruang kepsek.
...
Di ruang kepsek... Ruangan yang cukup besar, dengan foto – foto para kepsek terdahulu terpampang di dinding ruangan itu, seorang wanita paruh baya berdiri mengucap selamat datang pada Manda dan tante Viska.
“ selamat datang “ ucap wanita itu
“ iya bu, saya Viska .. guru pindahan dari Jakarta yang akan bertugas disini sebagai guru Biologi dan Matematika “ jelas tante Viska
“ wah, Viska ! ayo silahkan duduk “ ucap wanita itu
“ perkenalkan, nama saya Ira Maya Sopha, tapi panggil saya bu Ira “ ucap wanita itu sangat ramah
“ iya bu Ira .. hm, ini keponakan saya Dea Christa Amanda, tapi panggil ia Manda, Manda mau saya sekolahkan disini bu “ jelas tante Viska
“ wah, bagus – bagus, tapi ada 3 test yang dilakukan disini untuk memasukan 1 siswa “ ucap bu Ira mulai serius
“ apa bu ?” tanya tante Viska
“ karna sekolah ini adalah sekolah musik, jadi Manda harus bisa menyanyi, bermain musik, dan pintar dalam pelajaran “ ucap bu Ira
“ kalau begitu, boleh saja .. mau di test kapan bu ?” tanya tante Viska
“ sekarang, kerjakan kertas test ini, “ ucap bu Ira tiba – tiba, Manda kaget, tapi berusaha tenang, ia kerjakan soal – soal yang di berikan oleh bu Ira
Seusai mengerjakan soal, bu Ira langsung memeriksa pekerjaan Manda, dan tersenyum.
“ ok, test pertama lulus, ayo “ ucap bu Ira dan menggandeng Manda ke sebuah ruangan tertutup di samping ruang kepsek.
Seorang anak yang melihat kejadian itu, mulai berteriak “ hei !! ada korban lagi !! ayo berkumpul !!” seru anak itu, korban ???
Rio tersenyum dan berkata “ Manda pasti bisa, aku yakin itu .. “
“ yo! Anak itu kenalan kamu ?!” tanya anak yang tingginya hampir sama dengan Rio, penampilannya sangat cool. Rio menoleh ke anak itu dan tersenyum lega.
“ eh, kamu Iel .. ku kira sapa, iya . namanya Manda, aku yakin dia bisa masuk sekolah ini” ucap Rio yakin
“ well, Manda cantik juga, kelas berapa ?” tanya nya dan duduk santai di samping Rio
“ Manda kelas 2 yel “
“ adik kelas dong !! “ seru seorang anak lainnya, rambutnya bergaya harazuku, ia memakai jaket berwarna putih, dan kebesaran ditubuhnya, tapi itulah pesonanya.
“ Cakka ! kamu bikin kaget aja !!” seru Iel
“ hehe, sory damori deh.. hm, mending kita lihat aja yuk tu anak baru “ usul Cakka
“ ayo “ ucap Iel setuju dan masuk ke dalam aula tempat test seluruh siswa baru, di tonton seluruh anak sekolah. mungkin di situlah tantangannya.
***
Alvin duduk di ruangan itu, papanya datang dan menghampiri Alvin, ia duduk di samping Alvin.
“ Alvin, bagaimana keadaan Alvin, Ami ?” tanya papa
“ lebih baik, tapi dari kemarin Alvin ingin mengucapkan sesuatu pada anda “ ucap Ami
“ oh ya ? apa itu Alvin ?” tanya papa
Alvin menatap wajah ayahnya, wajahnya sungguh lembut, peluh masih tersisa di wajahnya, Alvin sebenarnya tak tega untuk mengatakan kekesalan hatinya, tapi ia .. ingin papanya tau . hanya itu.
“ pa, aku .. sayang papa .. aku sayang Dea .. lebih dari apapun “ papa menitikan air mata, ia memeluk anak tunggalnya, ia ingin Alvin bisa hidup senang tanpa tekanan, tapi ia tak bisa memberikan apa yang di butuhkan Alvin saat ini maupun dulu.
“ pa, Alvin kesepian .. hanya Dea yang menemani Alvin, papa tau .. Alvin di rumah sendirian, maka dari itu, Alvin selalu bersama Dea .. tak ada siapapun di rumah ..” ucap Alvin yang ucapannya agak terisak, papa makin erat memeluk Alvin
“ maafkan papa Alvin, tapi papa gak bisa mempertemukan kamu dengan Dea .. karna kamu tau, itu hanya sia – sia jika membiarkanmu jatuh cinta pada Dea, itu tak boleh Alvin “ ucap papa, “ papa janji, papa akan membahagiakanmu .. lebih dari Dea adik mu “ ucap ayah penuh keyakinan
“ tapi pa .. jika Alvin, mau menantang papa agar Alvin bisa bertemu Dea, apakah papa mau menerimanya ?” tanya Alvin, papa terkejut dengan ucapan Alvin yang nadanya seperti anak normal
“ kamu ? sudah sembuh nak ?” tanya papa
“ maafkan Alvin pa, Alvin sudah sembuh sejak pertemuan terakir Alvin dengan Dea.. maafkan Alvin pa “ ucap Alvin karna ia tak tega melihat keseriusan ayahnya.
“ memang apa tantanganmu ?”
“ aku ingin menjadi musisi pa, aku akan membanggakan papa “ ucap Alvin penuh keyakinan, papa hanya mengangguk “ iya, buktikan saja “ ucap papa lalu ia pergi meninggalkan Alvin. Alvin hanya tersenyum mendengar persetujuan papanya yang sangat acuh tak acuh. “ akan ku buktikan papa “ ucap Alvin
***
Semua anak POL bekerja keras,, ya .. untung – untung sebagai ucapan terimakasih untuk tante Viska yang sudah menampung mereka.
“ Dea, ini di taruh dimana ?” tanya Monna
“ taruh aja di atas sini Mon “ jawab Dea, konsep acara ini memang di buat oleh Dea dan Gilang, serta kak Agnes, konsepnya sangat menarik, rumah di bagi 3 bagian, bagian 1 untuk jaman kini, bagian 2 untuk jaman era 80-an, dan bagian 3 untuk jaman purba. Hihi, ada – ada saja konsep yang mereka buat, tapi semua itu di buat dengan biaya mereka, konsep ini di buat agar semua isi kompleks dapat mengenal mereka baik.
“ Dea, lo gak cape apa ? istirahat dulu gih, biar gua sama anak – anak yang terusin “ ucap Fendi yang melihat wajah Dea makin pucat
“ gak apa – apa fen, gua khan yang punya konsep, jadi gua punya tanggung jawab lah ..” ucap Dea, Fendi hanya geleng – geleng kepala, “ dasar anak ini, keras kepala “ ucap Fendi, ia berdiri di samping Dea memastikan tidak terjadi apa – apa pada Dea.
“ lo bawa ini deh Ray, kasihan tu masa cewek yang ngangkat ?” ucap Dea
“ siap nyonya bos .. hehe “ ucap Ray dan mengangkat sebuah kardus besar yang di tunjuk oleh Dea, karna memang kelelahan, Dea duduk di sofa terdekat
“ tu khan, udah gua bilang, lu kecapean “ ucap Fendi seraya memberikan segelas air putih pada Dea, Dea langsung meminumnya
“ thank’s ya fen “ ucap Dea dan kembali berdiri, tapi Fendi mmenarik tangannya
“ udah lah de, lu duduk aja dulu “ ucap Fendi
Dea kembali duduk, Fendi menyandarkan kepala Dea ke bahunya
“ aku gak akan membiarkanmu sakit “ ucap Fendi
“ hihi, kalian pacaran aja nih “ ledek Monna
Dea langsung duduk tegak dan bersandar di sofa.
“ haha, biasa aja Monna “ ucap Dea
“ iya tu, biasa aja !” seru Gilang yang dari tadi ada di atap sedang memasang hiasan – hiasan atap. Monna, Dea, dan Fendi langsung menoleh ke atas, dan tetawa kecil melihat Gilang yang cemong karna debu, dan Gilang yang sama sepeti spider-man.
“ hihi, kamu lucu amat sich lang “ ucap Monna kalem, Gilang hanya cengengesan.
***
Manda saat ini sangat gugup, beribu pasang mata menatapnya, ia gemetaran
“ nach, test pertama, kamu akan memainkan alat musik yang kamu kuasai, dan bernyanyi..” ucap bu Ira
“ hah ? sekarang bu ?” tanya Manda gugup
“ iya sayang, ini memang test untuk masuk sini “
“ tapi bu, Manda sama sekali tak ada persiapan “ ucap tante Viska
“ itulah tantangan anak yang akan masuk kesini bu “ ucap bu Ira dan tersenyum tegas
Seluruh tubuh Manda gemetaran, dari dulu hingga kini, ia demam panggung.
“ jadi, tunggu apa lagi Manda ? alat apa yang kamu kuasai ? pilih saja “
Manda langsung berjalan ke arah sebuah piano besar berwarna hitam yang ada di sebelah kanannya, bu Ira menahan Dea
“ piano bagi seorang gadis biasa, apa kamu bisa memainkan alat musik lelaki, seperti Gitar atau drum ?” tanya bu Ira, Manda menelan ludah, ia sebenarnya bisa Gitar, tapi itupun tak terlalu lancar karna baru belajar sedikit dari Alvin
Rio agak terkejut mendengar pertanyaan bu Ira, tak biasanya pertanyaan super itu di keluarkan oleh bu Ira terhadap orang baru, ia ingin protes, tapi itu mustahil.
Dea makin gemetaran, ia takut .. tapi, tiba – tiba saja tubuhnya hangat, tubuhnya menjadi lebih tenang. “ aku akan membantumu Dea “ ucap sebuah suara dari dalam hati Dea, itu adalah suara Alvin, “ Tuhan .. tolong aku, Alvin .. tolong aku “ ucap Dea.
Dea makin yakin, ia ambil sebuah gitar berwarna hitam dari deretan gitar yang ada di depannya. Ia duduk di bangku yang telah di sediakan, ia rasakan tangan Alvin menuntun nya untuk bermain, Rio cukup takjub melihat Dea yang ternyata juga bisa memainkan gitar. Rio tersenyum lega, tapi ada sesuatu yang ganjil, ia melihat sebuah sinar mengelilingi Dea, dan sepertinya hanya ia yang sadar. Ia perjelas pandangannya pada Dea “ Alvin !!” teriak Rio dalam hati, Alvin terlihat menuntun Dea bermain gitar, memetik senar gitar dengan apik, mungkin yang di lihat Dea, maupun Rio bukanlah Alvin.. tapi Sivia, yang menyamar sebagai Alvin. Tapi, Rio bisa melihat Sivia ?
Dea mulai memetik satu persatu kunci gitar dan memainkan lagu “ ku tak bisa “, suara Dea begitu indah, ia menyanyikan lagu itu penuh rasa, karna rasa itu sangat membekas di hatinya. Seluruh anak mulai hening dan hanyut dengan suara Dea. tante Viska pun tak menyangka Dea bisa bermain gitar, “ pasti Alvin “ ucap tante viska “ aku menyerah memisahkan keduanya .. karna mereka sudah menyatu, itu susah Tuhan .. cinta mereka terlalu .. kuat ” tante Viska duduk di sebelah bu Ira
“ anak itu sungguh berbakat “ ucap bu Ira
“ ya, terimakasih bu . “ ucap tante viska
“ anak itu mengingatkanku pada salah satu siswi paling berprestasi di sekolah ini, dulu .. tapi sayang, ia sudah tiada “
“ maksud ibu, meninggal ?”
“ ya, karna ada orang yang tak suka atau bisa di bilang iri padanya “
“ kasihan anak itu, siapa namanya ?”
“ namanya Marsha .. ia amat manis, ia meninggal saat kelas 3 smp, di pertengahan semester karna ulah mereka semua “ ucap bu Ira mulai terisak
“ sekolah ini pasti sangat kehilangan “
“ tentu, sudah 20 tahun setelah kepergiannya, dan kami sangat menghargai seluruh prestasinya yang telah membuat sekolah ini dikenal.. maka dari itu, kami selalu memperingati hari kematian Marsha, dan hari itu adalah besok .. oh iya, suara Manda sangat merdu seperti Marsha “
“ semoga Manda bisa berprestasi dan mengharumkan nama sekolah ini “
“ semoga saja “
Manda menyelesaikan permainannya, sebenarnya Manda tomboy, tapi hanya kepada orang yang ia kenal, tomboy memang tomboy, tapi ia demam panggung. Tak seperti cewek tomboy pada umumnya. Itulah kelemahan terbesar Manda, tapi jika ada Alvin di sampingnya, ia mempunyai kekuatan untuk tampil.
Tepuk tangan membahana di aula yang di pakai untuk semua acara akbar di smp tersebut. Manda menghela nafas lega, bu Ira menghampiri Dea.
“ selamat, sekarang kamu adalah bagian dari SMP YUSHA !! “ teriak bu Ira di iringi tepuk tangan yang makin kencang, Manda tersenyum lega, begitupun tante Viska
“ ternyata kenalan kamu keren banget yo “ puji Iel
“ Manda .. dia adalah adik ku “ ucap Rio sambil tersenyum
“ jadi Manda kenalan kak Rio ?” tanya seorang anak lelaki
“ iya, Obiet ?! sudah lama gak ketemu !”
“ iyalah kak, kakak ke Jakarta gak ajak Obiet, hm Manda manis sekali ya kak “ ucap Obiet, “ apa ?! anak ini, kutu buku ini ? bilang seorang gadis itu manis “ gumam Rio bingung sekaligus takjub
“ kakak bilang apa ?” tanya Obiet
“ oh, gak apa – apa “ ucap Rio, ia hanya tersenyum tipis pada Obiet, cowok berkaca mata di depannya adalah anak paling kutu buku, tak pernah memikirkan sosok gadis, orang – orang banyak mengiranya aneh, tapi jika sudah kenal Obiet, ia adalah anak yang sangat baik. Obiet kembali memperhatikan Manda. Ia teringat seseorang, tantenya .. yang 20 tahun lalu meninggalkannya sebelum ia lahir, wajah tantenya di foto yang pernah ia lihat terlihat jelas di wajah Manda, Obiet hanya tersenyum melihat Manda.

Manda turun dari podium, acara ramah tamah yang sudah tradisi pun berlangsung, setelah agak lama ramah tamah, semua pun mulai bubar.
Obiet mendekati Manda, ia mengulurkan tangannya, dan tersenyum kalem seraya membenarkan kacamatanya.
“ namaku Obiet “ perkenal Obiet, Manda membalas senyum Obiet dan menanggapi uluran tangan nya
“ Manda, salam kenal “ ucap Manda ramah, tak lama Rio bersama Iel dan Cakka mendekati Manda
“ nda, kita keliling sekolah yok “ ajak Rio
“ ayo kak “ setuju Manda
“ ehem, kak Rio, boleh gak Obiet aja yang antar Manda ?” tanya Obiet
Rio meremas tangannya sendiri menahan kesal, “ ada apa sih sama anak ini ?!” kesalnya dalam hati, Rio memandangi Manda dan Obiet bergantian, lalu ia menghela nafas
“ ok, tapi aku juga ikut jadi kita jalan bertiga “ usul Rio
“ siap deh kak ! keputusan yang bagus !!” seru Manda
“ kenapa harus bertiga ? kalau berdua saja cukup ?” tanya Obiet dengan kata – katanya yang memang bagus, Rio memikirkan jawaban yang tepat
“ hm, tante Viska mana nda ?” tanya Rio kemudian
“ pulang, katanya mau bantu temen – temen di rumah bikin konsep “ ucap Manda, Rio senang mendengar jawaban Manda, lagipula ia masih punya motor yang sudah lama ia titipkan di dekat sekolah, akhirnya ia punya 1 jawaban bagus untuk Obiet, si Genius asal Surabaya ini.
“ oh iya, Obiet, aku yang mengantar Manda ke rumah, karna aku bawa motor, jadi aku berhak ikut, dan 1 lagi, yang memberiku amanat untuk menjaga Manda “ ucap Rio lancar, ia tersenyum menang, Obiet hanya tertawa kecil
“ ok, jika kak Rio memaksa “ ucap Obiet, tak biasanya Obiet menjadi orang yang menybalkan seperti ini , pikir Rio.
“ lalu, mau tunggu apa lagi ? ayo kak Rio, Obiet .. nanti keburu sore “ desak Manda
Tapi seseorang menahan ketiganya, Iel.
“ eits, kita berdua belum kenalan sama Manda “ ucap Iel mulai tebar pesona, tapi memang Manda yang dasarnya polos tak terlalu mempan dengan pesona Iel, ia hanya memberi senyum sewajarnya.
“ Manda “ ucap Manda, Iel tercengang “ ni cewek kok gak terpesona aku tp.in ??” tanyanya dalam hati
“ Iel “ balas Iel, Cakka menyeruak hingga ia kini berada di hadapan Manda, mata Manda terbuka lebar, ia melihat sosok Alvin pada diri Cakka, “ ya Tuhan !! Alvin !!” seru Manda dalam hati, ia ingin menangis, tapi Manda langsung sadar, yang ada di hadapannya bukan Alvin, melainkan anak asing temannya Rio.
“ namaku Cakka “ ucap Cakka dan tersenyum manis pada Manda, Manda bersikap sewajarnya, dan menjabat uluran tangan Cakka “ Manda “ balasnya
Cakka menjabat tangan Manda lama, Rio langsung melepaskan jabatan tersebut, membuat Cakka malu sendiri.
“ nanti, ku bilangi Oik lho kka “ ancam Iel
“ hus !! jangan!” seru Cakka, Manda mengeluh dalam hati, “ ternyata memang playboy “
Rio pun menarik Manda untuk mengelilingi smp Yusha, diikuti Obiet.
***
Gilang turun dengan tangga yang dari tadi ia pijak, Dea takut Gilang jatuh, ia pun memegangi tangga yang di pijak Gilang, hingga Gilang benar – benar ada di lantai.
“ makasih ya De, lu mau pegangin tangganya “ ucap Gilang, Dea hanya mengangguk, Fendi pun pergi karna tak mau melihat kejadian yang sama seperti 3 tahun lalu, ia tak mau sakit hati lagi. Dea duduk di samping Gilang yang sedang istirahat, obrolan pun berlangsung antara keduanya. Hingga akhirnya Gilang mulai bertanya tentang chatting tempo lalu.
“ de, lu kenapa waktu chat gak terus terang soal cowok yang lu anggap special itu ?” tanya Gilang, Dea terdiam dan menatap ke arah lain, bukan ke Gilang lagi, ia kesal kenapa Gilang masih ingat dengan kejadian 2 hari yang lalu.
“ gak usah di bahas lagi ya ? gua rasa, itu gak penting “ ucap Dea kesal, Gilang jadi merasa tak enak dengan Dea
“ sory banget ya de, gua gak maksud tau rahasia lu lebih dalam, itu emang pertanyaan yang gak pantes “ sesal Gilang
“ sip “ Dea berdiri dan meninggalkan Gilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini