Sabtu, 08 Januari 2011

Rain from heaven 24

Bismillahirahmannirahim

Begitu Indah

Malam semakin larut, beberapa teman Dea sudah pulang, hingga akhirnya tertinggalah anak-anak rumah Bunda. Dea masih berjalan mondar-mandir di teras depan, ia masih menunggu Rio. Bunda menyuruh Dea tidur seperti yang lain. Dea pun sebenarnya sudah lelah, tapi ia ingin melihat wajah Rio.
“Apa kak Rio takkan datang, Bun?”
“Hanya Tuhan yang tahu, De.”
Dea mengangguk, dan memeluk Bunda.
“Aku merindukan seluruh hidupku di Jakarta.”
“Bunda akan terus disampingmu.”
“Terimakasih, Bun.”
Dea pun pergi ke kamar, dan tidur di tempat tidurnya yang lama. Ia terlelap, karna ia sangat lelah dengan hari ini.
---
Rio memesan ayam bakar, nasi kucing, dan es dawet, sama seperti Dayat. Rara atau Zahra yang melihat kawan-kawan sekelasnya makan di restoran Papanya langsung menghampiri keduanya. Rara tersenyum manis pada Dayat dan Rio.
“Malam Dayat, Rio,”
“Malam Rara.” Balas keduanya.
Rara tersenyum pada keduanya, lalu memberi 2 gelas susu coklat hangat.
“Lho? Kami nggak pesan lho, Ra.” kata Dayat.
“Nggak apa-apa, ini untuk keberhasilan presentasi kita. Lagipula Dayat khan langganan di Sini.” Masih dengan senyum manisnya, Rara pergi membawa nampan kosong kembali ke dapur.
“Rara manis khan, Yo?”
“Iya… tapi masih kalah dengan Dea.” Gumamnya lirih, ia kembali ingat pada Dea.
“O iya, tadi saat presentasi Hpmu berbunyi, Yo.”
“Oh! Aku lupa..”
Rio mengambil Hpnya, lalu terkejut melihat pengirim SMS yang diterimanya.
“Hah?!”
“Kenapa, Yo?”
Rio terdiam, lalu cepat membuka SMS.
-Kiki : Kak, bantu kami untuk menyambut gadis hujan itu, Dea.-
Pesan yang sangat singkat, tapi mampu membuatnya diam membeku. Dayat bingung melihat sikap Rio, ia pun menepuk bahu Rio. Tapi Rio tak bergeming.
“Kau kenapa, Yo?”
Rio menoleh ke Dayat, tangannya bergetar.
“Jam berapa ini, Day?”
“Jam 9 malam, Yo.”
Rio langsung berdiri, dan ia berlari tanpa menghiraukan Dayat, Dayat kebingungan sendiri, Rara mendekatinya dan menanyakan keadaan.
“Ada apa dengan Rio?”
“Aku nggak tahu, Ra. Semua makanan ini dibungkus saja ya, Rio belum makan sama sekali,”
“O..ok.” Kata Rara yang terbawa panic.
Rio terus berlari melalui banyak manusia, tangannya masih menggenggam erat Handphone, dan SMS dari Kiki masih terbuka, ia melesat ke rumah Bunda dengan taksi. Ia lupa jika Dayat membawa motor.
Perasaan berdosa kini terus memenuhi pikirannya, ia menyesal karna ia tak cepat membuka SMS tersebut, sebuah perasaan lega tiba-tiba menyelip ke rongga hatinya, kedalam semua perasaan bersalahnya.
“Vin, Dea kembali..” gumamnya.
---
Akhirnya Rio tiba di rumah Bunda, tapi rumah Bunda sudah gelap.
“Semua penghuninya mungkin sudah tidur…” gumam Rio seraya berjalan pelan menuju teras belakang.
“Ini karna kepikunanku! Arghh!” Omelnya pada diri sendiri.
Rio duduk di ayunan dan mulai bengong.
‘kring’ suara SMS membuyarkan lamunannya.
-Dayat : kamu dimana sih? Makanan yang tadi kamu pesan masih ada di aku.-
-Rio : aku nggak pulang malam ini, kau makan saja untuk sarapan.-
-Dayat : kamu kemana?-
-Rio : menjemput putri.-
-Dayat : hah?!-
Rio tak membalasnya, ia bersandar di pinggan ayunan, dan ia pun terlelap.
---
Tengah malam, Dea terbangun, ia merasa sangat haus, lalu ia beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur. Setelah minum, dadanya tiba-tiba sesak dan ia putuskan untuk pergi ke teras belakang menghirup udara segar.
Dan matanya tak sengaja melihat tubuh Rio dalam kegelapan, ia kaget bukan main melihat sosok itu, lalu ia coba mendekatinya.
“A..apa benar?”
Dea menyikap rambut Rio, ia tersenyum lembut melihat penyelamat hidupnya yang kedua itu kembali muncul di hadapannya. Dea mengelus rambut Rio.
“Apa kau menungguku? Apa kau rela tidur di sini untukku?” Tanya Dea lirih, ia terus mengelus rambut Rio yang basah akibat keringat.
“Aku merasa, kakak selalu menungguku. Mungkin aku kegeeran, tapi aku berharap itu nyata.” Dea merobek sedikit bajunya, dan menyeka keringat di dahi Rio.
“Kau selalu berkorban untukku, tapi maaf kak.. aku nggak bisa menyayangimu lebih dari sahabat, karna aku sudah mencintai lelaki lain.”
Dea menyeka keringat Rio dengan lembut, agar Rio tak bangun, malam itu tepat pukul 00.00, waktu seakan berhenti bagi Dea, ia kembali melihat rajutan pengorbanan Rio yang disampaikan melalui bintang-bintang di langit, ratusan bintang itu mengelilingi Dea dan Rio dengan kehangatan sinarnya.
Ternyata Rio tak tidur saat itu, ia mendengar gumaman Dea tentang perasaan Dea yang sebenarnya, dan itu semua membuat Rio makin tak ikhlas.
“Kenapa, De?” Tanya Rio dalam hati, selesai Dea menyeka keringat Rio, Dea pun kembali ke kamarnya, tapi sebelum tidur ia menyelimuti Rio dengan selimut tebal, agar Rio bisa tidur nyenyak, jauh dari pemikiran Dea, Rio tak bisa tidur nyenyak karna memikirkan Dea.
Dea berlari masuk ke rumah Bunda, hatinya kembali berdesir, walau ia berkata bahwa ia tak mencintai Rio, tapi mungkin hatinya berkata lain. Mungkin. Dan malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Rio dan Dea yang sedang diselimuti perasaan yang membingungkan.
---
“Kenapa nggak ada yang bilang jika 2 hari yang lalu Kamami menghubungi kalian?!” Omel Obiet pada teman-teman rumah Bunda pagi ini.
“Yah, kami lupa kak, dan ini kami baru bilang.” Kata Kiki.
“Kalian kan tahu, kalau aku sangat merindukan gadis itu?!”
“Kami juga merindukannya kak! Maka dari itu kami lupa pada siapapun yang juga merindukan Kamami!” Gertak Debo yang tak tahan dimarahi Obiet.
Obiet pun pergi dengan terus mendumal.
“Apa-apaan kakak itu? Datang-datang sudah marah.” Kesal Angel.
“Lagipula kenapa sih kamu kasih tahu, Ki?” Tanya Lintar.
“Kupikir ini baik untuknya, ternyata hanya membuat kak Obiet marah-marah.”
“Ah, sudahlah… nanti juga baikan.” Kata Lintar.
Semua mengangguk setuju, Dea yang sejak tadi memperhatikan sebenarnya setuju dengan Obiet, ia mungkin berlaku sama jika tidak diberitahu akan Kamami, padahal ia sangat merindukannya. Tapi niatnya untuk mengutarakan sikap Obiet yang wajar kembali terpendam, karna ia ingin melihat keadaan Rio.
Dea pergi ke teras sendirian, dan terlihat kak Rio masih tidur, ini memang masih pagi 05.35 wib, Dea hendak membangunkan Rio tapi ketika ia mendekati Rio, ternyata Rio terbangun. Rio melihat Dea.
“Kak…”
Rio berdiri dan ia tetap lebih tinggi dari Dea.
“Kenapa kau baru kembali?”
“Aku hanya ingin menjaga Ibu.”
“Dan mengabaikan semua perasaan teman-temanmu?”
“Maafkan aku,”
“Aku sangat merindukanmu.”
Dea yang awalnya menunduk, mendongakan wajahnya menatap Rio.
“Aku juga sangat merindukan kakak,”
Keadaan hening sesaat, anak-anak rumah Bunda mengintip keduanya dari dalam, mereka hanya senyum-senyum melihat tingkah Rio dan Dea.
“Mereka kenapa diam-diaman?” Tanya Kiki.
“Aku nggak tahu, tapi mereka terlihat sangat serasi.” Kata Angel.
“Hahahahaha.” Tawa keempat anak jahil ini.
Rio langsung mengelus rambut Dea, persis seperti Dea yang mengelus rambut Rio kemarin malam.
“Kau tak boleh kemana-mana, kau harus tetap disampingku.”
“Iya kak…”
---
Selama beberapa hari, anak-anak rumah Bunda pun terus melakukan pelatihan untuk tes SPMB, target keenam anak ini adalah, Universitas Indonesia.
Rio dan Dayat juga ikut mengajar, membahas soal-soal SPMB tahun lalu, soal-soal yang memeras otak, terdiri dari Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris tingkat logika. Memang sulit, tapi menyenangkan.
Hari-hari mereka lalui dengan kebersamaan yang erat, sangat erat. Hingga hari itu tiba, hari seluruh anak SMA lulusan 2014/2015 akan mengikuti test masuk Universitas.
Dea bersama teman-teman rumah Bunda berada di ruang terpisah, sebelum masuk ke ruangan masing-masing, mereka berdo’a dan dilanjut berhigh-five bersama.
Selama 2 hari Dea dan teman-teman kembali disuguhkan soal-soal yang menentukan masa depan masing-masing, dan mereka harus menunggu pengumuman SPMB selama 2 bulan lebih. Waktu yang lama untuk mempersiapkan mental keenam anak ajaib ini.
“Kita pasti akan masuk ke Universitas Indonesia bersama-sama, Angel di Tehnik Kimia, Kiki dan Lintar di Hukum, Debo di Psikologi, Emil dan aku di kedokteran, kita pasti masuk!” Teriakku pada teman-teman.
“Iya, aku yakin. Kita semua pasti masuk! Amin… Amin Ya Rabbal Alamin.” Kata Lintar.
Kami kumpulkan tangan kami pada satu pusat, dan berteriak bersama.
“Universitas Indonesia!!”
---
Alvin mengerjakan makalahnya tentang music di negri sendiri, ia menceritakan berbagai aliran music di Indonesia, dari Jazz, Rock, Klasik, bahkan ia menjabarkan panjang tentang lagu-lagu daerah di Indonesia, baginya Indonesia begitu istimewa. Walau ia sering kagum pada negri lain, seperti Singapure, Korea, Jepang, dan Paris. Tapi Indonesia tetap nomor 1 dihatinya.
“Aku rindu Indonesia..”
‘because I’m weary… because I Love you..’ lagu Because I’m Weary mengalun indah dari Handphone Alvin, tapi itulah suara tanda SMS masuk.
“Rio?”
-Rio : vin, Dea sudah kembali. Dea ada di Sini, kapan kau pulang?-
-Alvin: hah?! Yang benar?! Kau tidak bohong khan?-
-Rio : iya, aku nggak bohong, ia kini kembali ke Jakarta.-
Alvin : kuliahku masih 2 tahun lagi, katakan padanya. Tunggu aku, dan aku akan menjadi musisi terkenal seperti kak Cakka.-
Rio menggenggam erat Handphonenya, ia menghitung 2 tahun dari sekarang, 2017.. tahun itu akan menjadi tahun yang menyakitkan bagi Rio, karna mungkin Dea akan kembali pada Alvin.
-Alvin : oh Rio, mungkin 6 tahun lagi aku baru bisa pulang, karna aku harus meneruskan S2 di Sini juga, tahun 2021 nanti, aku akan kembali menjaga Dea, untuk sekarang aku mohon, jagalah Dea.-
-Rio : tentu,-
Kata ‘tentu’ yang singkat itu menggambarkan rasa bahagia Rio, karna waktu 6 tahun itu pasti sangat lama untuk Dea melupakan Alvin.
“Ah! Kenapa aku harus begini sih!? Hanya karna… cinta?”
Sebuah tepukan agak kencang terasa di punggung Rio.
“Eh, Dayat.”
“Muka kamu merah tuh.”
“Masa’?!”
“Hahahaha, udah yok! Kita masuk kelas!”
Kedua lelaki itupun masuk ke kelas dengan perasaan sangat tenang.
---
2 bulan sudah Anak-anak rumah Bunda menunggu pengumuman, keenam anak itu melihat kerumunan papan pengumuman Universitas Indonesia yang penuh sesak. (Universitas Indonesia menyediakan pengumuman masuk)
“Berapa ribu orang yang mendaftar?” Tanya Lintar lirih, ia teringat masa SMP dulu, saat ia tak diterima di SMP Betha Melody.
Dea merangkul Lintar, ia kembali tersenyum tulus untuk sahabatnya itu.
“Kita harus percaya, kalau kita masuk.” Kata Dea.
Ada beberapa orang yang menangis karna ia diterima, ada juga karna ia tidak diterima, perasaan keenam anak itu sungguh kacau balau, Angel tak kuat menahan airmatanya, ia menangis sambil memeluk Dea.
“De, Angel takut.. Angel takut nggak bisa bahagiain Mama dan Papa…” ucapnya lirih.
“Percayalah kawan, semua akan begitu indah jika kita sudah memegangnya dengan teguh, keyakinanmu harus kau pegang erat-erat, dengan Do’a, karna kita sudah berusaha.”
Setelah agak legang, keenam anak itu ke papan pengumuman kelulusan SPMB. Masing-masing mencari nama mereka, setelah beberapa menit mencari, semua keluar dari kerumunan.
Semua diam, waktu kembali berhenti, Angel menyeka airmatanya, Kiki, Lintar, Debo, dan Emil yang sangat berani sebagai lelaki, tiba-tiba saja air mereka berkaca-kaca, Dea sudah berjanji takkan menangis, kini matanya juga ikut berkaca-kaca.
“A..aku di.. diterima,” kata Angel lirih.
“Lintar dan aku,, juga diterima.” Kata Kiki.
“Aku, diterima…” Kata Debo.
“Aku… juga diterima.” Kata Emil.
Kini semua mata tertuju pada Dea yang diam saja, airmata Dea mulai mengalir. Angel mendekati Dea dan menggenggam tangannya. Dea menangis, ia menutup wajahnya dan tak mau berkata apapun.
“Kamu diterima nggak, De?” Tanya Angel.
Dea masih saja bungkam, Lintar pun berlari menerobos kerumunan, mencari nama Dea di papan pengumuman, tapi tak ia temukan! Ia kembali mencari, tetap tak ada! Tapi ia pun mengulangnya, dan… Dea Christa Amanda. Ia menemukannya, ada tepat di bawah nama Emil, ia tersenyum lebar. Sahabatnya diterima, sama sepertinya. Kejadian 6 tahun yang lalu akhirnya tak terulang.
Lintar kembali menerobos kerumunan, ia langsung memeluk Dea.
“Selamat sahabatku, kau selalu begitu indah untuk menjadi bagian hidup kami. Semoga kau dan Emil bisa menjadi dokter yang bertanggung jawab.” Kata Lintar.
Semua saling pandang, dan ikut berpelukan bersama Dea dan Lintar.
Hari itu, begitu indah untuk enam anak manusia rumah Bunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini