Sabtu, 08 Januari 2011

Rain from Heaven 25

Bismilahirahmannirahim

Together

Dea duduk di depan piano, ia mulai bermain piano lagi. Satu hal yang hampir ia lupakan selama 6 tahun terakhir. Dea bermain sambil memejamkan matanya, suasana menjadi begitu tenang dengan dentingan ‘the untold love story’ yang dimainkan Dea.
Rio menatap Dea dengan seksama.
“Apa aku rela melepasmu, De? Apa aku bisa?”
Rio mendekati Dea, tapi Dea tak menyadarinya mungkin karna ia terlalu asyik main piano. Rio hendak mengelus rambut Dea, tapi ia urungkan niatnya. Karna ia tahu Dea sedang sangat menikmati lagu tersebut, Rio ikut memejamkan mata merasakan denting demi denting alunan lagu itu. Ia bersumpah pada dirinya sendiri, ia sangat merindukan Dea.
“Kak Alvin…” gumam Dea, menyadarkan Rio dari lamunannya, ia kembali menatap Dea dan pergi.
“Aku takkan rela jika kau bersama Alvin.” Kata Rio.
---
Sudah 2 tahun anak-anak rumah Bunda menjalankan studi mereka, masing-masing sampai lupa akan suatu kebersamaan. Sikap masing-masing anak semakin cuek, mereka pun jarang bertemu di rumah, setiap malam ada saja anak yang tidak pulang, mengerjakan tugas, santai dengan teman kuliah atau apapun alasannya. Orang yang paling kehilangan, tentu Dea. Karna ia baru bergabung kembali dengan teman-temannya. Akhirnya malam itu, malam minggu tanggal 18/Oktober/2017 Dea mengumpulkan kawan-kawannya di taman belakang. Semua ada kecuali Debo, anak itu memang sekarang paling sibuk, karna ia sudah diberi kepercayaan sebagai asisten dosen.
“Debo, nggak pulang lagi malam ini?” Tanya Dea.
“Iya, De.” Jawab Angel singkat, tak seperti Angel 2 tahun yang lalu, yang perhatian dan menjelaskan detail keadaan teman-temannya.
Dea menatap Angel sejenak, lalu kembali mengedarkan pandangan ke teman-teman, Dea yang sejak tadi berdiri pun duduk sila. Dea tertawa kecil, sangat pelan seraya menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir semua sahabatnya harus hilang, ia kehilangan jiwanya yang ia jaga bertahun-tahun.
“Loe kenapa, De?” Tanya Kiki.
“Loe? Hah? Baru 2 tahun kuliah, bahasamu sudah berubah, Ki.”
“Sory, De. Aku keceplosan.”
“Bukankah kita janji untuk berkata sopan setiap waktu, walau pada teman kita sendiri?” Dea menatap Kiki dingin, Kiki tak menatap Dea bahkan ia seperti tak menganggap Dea ada.
“Kemana sebenarnya sahabat-sahabatku yang dulu…” gumam Dea.
“Sebenarnya untuk apa sih kita kesini? Aku masih banyak tugas tahu!” Gertak Angel.
Dea tersenyum pada Angel, tapi Angel tak membalasnya, ia malah menatap tajam pada Dea. Hati Dea sesak melihat sahabat-sahabatnya sekarang.
“Apa benar, semua sahabatku sudah tiada?” Tanya Dea seraya memandang satu persatu kawannya. Semua hanya diam. Dea akhirnya berdiri dan mendongak melihat bintang.
“Dulu Kamami pernah bilang, suatu saat nanti kita akan menajdi para pemenang yang pasti meraih satu bintang tersembunyi di balik awan malam dan siang, bertempat di samping bulan. Dan berpusat di hati kita. Itu salah satu kalimat dari Kamami yang takkan pernah kulupakan. Dan semua itu menjadi nyata, kita sudah mengambil sebuah bintang impian kita bersama. Kita berjuang bersama, menjadi salah satu anggota Universitas Indonesia, tapi sepertinya Kamami lupa mengucap do’anya, semoga setelah kita memetik bintang-bintang itu, kita tak akan berpisah, tetap menyatu menjadi sebuah rasi bintang, untuk Bunda,
“Aku merasa, jiwaku kembali rapuh ketika persahabatan itu pudar. Aku merasa kalian sudah hilang dari hidupku, saat meninggalkan desa Summer, aku berjanji tidak akan menangis lagi, sepedih apapun hatiku, tapi setiap ingat kerapuhan persahabatan kita, airmataku selalu keluar tiba-tiba, perasaanku kacau balau, aku sangat merindukan kalian, aku ingin kita kembali bersama, walau itu mustahil bisakah kita saling menyapa setiap waktu?”
Kiki kembali berdiri, ia menatap Dea lebih sinis, lalu Kiki masuk ke dalam rumah, diikuti Angel dan Emil, kini tinggal Lintar dan Dea. Dea menatap Lintar, Lintar menggeleng tanda semua ini percuma.
“Sebaiknya kita juga masuk kedalam.” Kata Lintar seraya menggandeng Dea.
“Aku ingin tetap di Sini sebentar lagi, Lin.”
“Jangan terlalu larut, De.”
“Iya.”
Lintar meninggalkan Dea, Dea berjalan pelan menuju kumpulan bunga mawar putih, ia petik satu mawar putih, Dea teringat malam itu, saat dirinya, Angel, dan Kamami mengikrarkan persahabatan abadi.
“Aku ingin seperti dulu lagi, saat kita bersama, saat kita masih mempunyai mimpi, saat kita masih bertekad kuat. Aku rindu kalian…” lirih Dea, ia tersenyum lembut dan menghirup aroma mawar putih, ia merasakan kehidupan yang tersembunyi di mawar itu.
“Bahkan kalian… lebih menghargai persahabatan daripada Manusia.”
Handphone Dea bergetar, ia kembali menemukan nomor Asing di layar Handphonenya. Dan ia tahu ini Alvin.
“Halo.”
“Dea… kakak merindukanmu,”
“Kak Alvin kapan pulang?”
“Hahahaha, baru pertama kembali mengobrol, kau langsung bicara begitu padaku.”
“Aku kesepian. Kak.”
“Kesepian? Bukankah ada teman-teman rumah Bunda?”
“Mereka hilang, Kak.”
“Maksudmu? Lalu Rio?”
“Kak Rio memang menemaniku tapi tak selalu, aku merindukan sahabat-sahabatku, Kak. Semenjak kami diterima di UI. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan di rumah satu sama lain seperti tak saling kenal.”
“Coba Dea dekati teman-teman, cari tahu masalah masing-masing, dan coba Dea membantu mereka semampu Dea.”
“Sudah Dea lakukan, Kak. Tapi percuma.”
“De, jangan pernah bilang percuma! Lakukan yang lebih jika sebelumnya gagal! Kau tak boleh jadi Dea yang lemah!!” Bentak Alvin. Dea rindu suara Alvin yang membentaknya, ia ingin Alvin ada disampingnya, ia ingin sekali.
“Kak, Dea akan berusaha lebih keras lagi untuk mengembalikan mereka.”
“Ini baru Dea yang kakak sayang, dan satu lagi, pegang janji kakak, De.”
“Apa itu, Kak?”
“Kakak akan menjagamu, saat hidup maupun tidak…”
“Kakak akan terus hidup! Nggak boleh ada kata tidak!”
“Iya sayang.. ini hanya ungkapan kakak, karna kakak sangat menyayangimu hidup ataupun mati. Kakak janji akan terus bersamamu,”
“Dea juga sayang kak Alvin.”
Alvin tersenyum, Dea juga tersenyum. Angin malam membuat Dea menggigil, tapi karna semangat Alvin, Dea tak terlalu menghiraukan rasa dingin itu, ia akan berusaha agar kebersamaannya dengan anak-anak rumah Bunda bisa kembali.
---
Hari ini Dea akan melakukan misinya, ia ingin teman-teman kembali lagi. Dea yang biasanya menyapa teman-temannya kini hanya tersenyum sendiri tanpa melihat kawan-kawannya. Saat sarapan pagi pun Dea menghabiskan sarapan paling cepat dan pergi tanpa melihat kawan-kawannya, tapi ia tetap tersenyum sendirian. Semua kawannya bingung dengan sikap Dea.
“Ki, apa Dea marah?” Tanya Angel.
“Entahlah, gadis itu membawa tas seolah-olah ini hari kuliah.”
“Tapi Dea mau kemana?”
“Mungkin Dea stress karna sikap kita kemarin.” Kata Emil.
“Stress? Dea sangat berlebihan,” kesal Angel.
“Ya… mungkin aja.” Kata Emil.
“Tapi memang sikap kita terlalu berlebihan kemarin, Dea hanya mau berkumpul dengan sahabat-sahabatnya,” bela Lintar yang mulai tak suka atmosfer rumah ini pada Dea.
“Nanti malam kita maaf padanya.” Kata Kiki.
“Apa? Minta maaf? Salah kita apa? Kita khan memang punya urusan masing-masing!” Seru Angel. Kiki menatap Angel lekat, lalu menaruh kedua tangannya di pundak Angel.
“Angel, semakin dewasa, harusnya kita bisa memisahkan hal buruk dari kehidupan kita, dan menurutku, kita sangat keterlaluan pada Dea.”
“Tapi, Ki…”
Kiki tersenyum pada Angel, hingga Angel menunduk. Angel pamit untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di kamar. Angel mengunci pintu, lalu duduk di kasur Dea. Ia mengelus kasur Dea dengan perasaan bersalah.
“Kalau kamu tahu, De. Aku juga sangat merindukanmu, tapi entah kenapa. Rasa iri ini kembali muncul, kau yang selalu lebih sabar, kau yang selalu lebih periang, kau yang selalu lebih penyayang, kau yang selalu lebih dariku… kau selalu sempurna di mata setiap orang, saat kau dan Kamami pergi selama bertahun-tahun, entah kenapa aku merasa nyaman dengan itu. Walau aku berkata rindu padamu, tapi sebenarnya aku kesal saat kau kembali. Kau kembali merenggut semua kasih sayang teman-teman rumah Bunda.” Angel menghentikan ucapannya, lalu mengambil selimut Dea, ia peluk erat, sangat erat.
“Maafkan aku, maafkan aku karna aku mempunyai pikiran seperti itu, kau boleh menyebutku orang munafik, kau boleh menyebutku orang jahat, tapi jujur… aku sangat menyayangimu, kau selalu baik padaku, kau selalu menjadikanku sebagai putri, kau seperti Mamaku, kau sangat berharga untukku. Maafkan aku, Dea.”
Akhirnya Angel tertidur di kasur Dea.
---
Dea tiba di Smp Betha Melody, setelah meyakinkan satpam Smp bahwa ia mantan siswa Smp ini, akhirnya Dea bisa masuk. Rencananya ia akan menginap di Sini, ia akan tidur di rumah kecil milik pegawai sekolah.
“Bu, saya mau menginap di Sini beberapa hari ya. Saya ingin mencari suasana baru.”
“Kamu siapa, Nak?”
“Ibu Yuli nggak ingat sama Dea? Langganan bakso Ibu?”
“Dea?” Bu Yuli ragu, karna Dea sudah pergi dari Smp BM 7 tahun lamanya.
“Ah! Dea to.. kamu kemana aja, Nak? Semenjak kamu berhenti dari Smp, nggak ada yang grusah grusuh lagi di Kantin, Ibu kangen, Nak.”
“Dea juga kangen sama Ibu.”
“Yasudah, Nak. Ayo masuk.”
Dea mengikuti langkah Ibu Yuli, rumah yang sederhana khusus pegawai untuk sekadar istirahat ataupun menginap, dan hari ini di rumah itu hanya ada Bu Yuli dan 2 anak perempuannya yang masih berumur 7 tahun, mereka kembar.
“Anak-anak, ini Mbak Dea, teman Ibu, yang beberapa hari ini akan menemani kalian.”
“Asyik!! Kita punya temen Mila!”
“Iya, Meli!!”
Dea tertawa melihat tingkah kedua anak ini.
“O iya Dea, memangnya Nak Dea nggak tinggal di rumah Bunda?”
“Ahaha, aku ingin pergi dulu dari sana, hanya sebentar.”
“Kenapa, Nak?”
Dea terdiam, ia melayangkan pandangannya ke Meli dan Mila. Lalu kembali menatap Bu Yuli.
“Persahabatan kami terus diuji, Bu. Aku tak tahu usaha apa lagi yang harus kulakukan untuk mengembalikan suasana rumah seperti dulu.”
“Tetaplah teguh menggenggam rasa ini sayang, anggaplah ujian ini sebagai cinta.”
“Cinta?”
“Cinta Tuhan kepadamu, dan kau hanya harus merasakan cinta ini,”
“Aku sudah mati rasa, Bu.”
“Kontrol cintamu di Sini.” Bu Yuli menunjuk dadanya, ia menunjuk hati putihnya. Seorang single parent yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, Dea jadi malu sendiri pada perasaannya yang kacau balau.
“Terimakasih, Bu.”
Bu Yuli memeluk Dea, Dea memejamkan matanya merasakan detak jantung suci seorang Ibu yang sudah jarang ia rasakan.
---
Malam telah tiba, dan Dea belum pulang sesuai rencana. Bunda sedang tak di rumah, beliau sedang tugas keluar kota untuk 3 minggu kedepan. Angel menunggu Dea di depan rumah.
“Aduh.. Dea kemana ya?”
“Dea sudah pulang, Njel?” Tanya Kiki yang baru keluar.
“Belum, Ki. Aku khawatir.” Katanya lirih.
“Dea sudah besar kok, Njel. Tunggu sampai besok, jika besok Dea belum pulang juga, kita temui Dea di gedung fakultasnya bersama-sama, jika tetap tidak ada, kita akan bolos kuliah demi sahabat kita.”
“Bolos?”
“Kau keberatan?”
Angel terdiam, ia berfikir keras.
“Nggak, nggak sama sekali.”
Kiki menepuk-nepuk pundak Angel, rasa cinta yang ia pendam selama bertahun-tahun ini pada Angel akan ia tahan hingga kelulusan nanti. Ia yakin, Angel akan menunggunya.
---
Dea berencana akan kembali lenyap beberapa hari untuk menenangkan perasaannya, ia ingin lenyap dan muncul menjadi Dea yang lebih baik, sama seperti 2 tahun yang lalu, ia berharap rencananya lancar. Handphone Dea bergetar, panggilan dari Rio.
“Halo, kak Rio.”
“Halo, De. Kamu nggak kuliah hari ini? Padahal aku menunggumu di halte lho.”
“Kak, emm.. mulai hari ini dan seminggu kedepan, aku mau menghilang dulu. Aku ingin menenangkan diri.”
“Menghilang? Menenangkan diri? Maksudmu apa, De? Kamu nggak akan meninggalkan kakak lagi khan?”
“Nggak kok, Kak. Aku hanya mau menenangkan diri dari rumah Bunda, teman-teman sepertinya sedang dalam kondisi yang tidak baik, mereka sedang lari dari lingkaran persahabatan.”
“Maksudmu, mereka seperti mengacuhkanmu?”
“Iya, Kak. Mereka terlalu memikirkan urusan masing-masing. Mungkin jika aku menghilang dan kembali, seperti dulu. Mungkin suasana akan berubah.”
“Benar hanya seminggu?”
“Iya, Kak. Dan jangan beritahukan masalah ini pada siapapun, hanya kakak, aku, dan kak Alvin.”
“Alvin? Kau?”
“Kemarin kak Alvin dan aku mengobrol banyak, ia yang menyuruhku untuk terus berusaha, dan inilah usahaku.”
“Oh.. kau sudah bicara dengannya. Yasudah, aku mau masuk kelas dulu ya.”
“Terimakasih ya, Kak sudah mau bekerja sama denganku.”
“Iya, sama-sama adikku sayang.”
Rio menggenggam Handphonenya erat penuh kemarahan, ia kecewa saat tahu Dea sudah mengobrol dengan Alvin, bahkan Alvin bisa memberi saran pada Dea. Sesuatu yang sangat jarang ia lakukan, ia merasa kalah dari Alvin.
“Nggak! Aku nggak boleh kalah dari Alvin!”
---
Dea mengirimkan pesan singkat untuk Alvin agar Alvin tak menghubungi Dea seminggu kedepan, demi kelancaran misinya. Dan Alvin menanggapinya dengan positif. Dea suka setiap tingkah Alvin.
Angel tidak bisa tidur karna Dea belum pulang, matanya memang terpejam, tapi perasaannya tidak, ia masih terjaga. Sama seperti Dea yang memikirkan sahabat-sahabatnya.
Lintar membuka halaman demi halaman buku Novel pemberian Dea 2 hari yang lalu, ia baru membacanya karna tak ada waktu luang, Lintar khawatir pada Dea, ia ingin mencarinya malam ini juga, tapi begitu banyak pertimbangan untuk itu.
Emil menyesal dengan sikapnya yang dingin pada Dea, ia cemas jika Dea menghilang dari hidupnya, ia belum banyak membalsa kebaikan Dea yang sudah membuatnya bisa ke Jakarta dan kuliah di Sini.
Kiki dan Debo ada di ruangan yang sama, ruang makan. Sebagai anak tertua di rumah Bunda, mereka merasa gagal tak bisa menjaga kawan-kawannya, bahkan mereka yang paling acuh pada keadaan rumah, Dea anak yang paling muda, tapi bisa memberikan perhatian yang lebih di setiap aspek. Mereka berunding banyak malam itu, demi keharmonisan rumah ini.
---
Pagi pun tiba. Keenam anak rumah Bunda bangun dari tidurnya, Dea takkan masuk kuliah dulu, ia akan izin dengan alasan urusan keluarga selama seminggu.
Angel mencari Dea ke seluruh sudut rumah, Kiki terdiam melihat Angel yang pontang-panting mencari Dea.
“Dea kemana, Ki?”
“Dea belum pulang, Njel.”
Angel menatap Kiki lekat, lalu menghelakan nafas panjang, matanya terpejam karna ia mau ketika ia membuka matanya, ia akan melihat Dea ada di hadapannya. Tapi gagal, ia tak melihat Dea.
“Dea…”
Kiki mendekati Angel, Kiki mengangguk pada Angel dan Angel membalasnya.
“Demi sahabat kita.”
“Ya, demi sahabat kita.”
Kiki, Angel, Debo, Lintar, dan Emil pergi ke gedung kedokteran, seorang gadis menemui Emil.
“Mil, Dea kemana? Kok Dea izin ya tadi?”
“Hah? Masa’ sih, Yu?”
“Iya, tadi pagi Dea sms aku, katanya Dea nggak masuk untuk beberapa hari kedepan karna urusan keluarga.”
“Urusan keluarga?”
Angel langsung menggenggam tangan Kiki, dan Kiki sepertinya tahu hal yang dipikirkan Angel. Kelima remaja itupun kembali ke rumah.
“Tapi, Ki. Apa ini masuk akal ya?” Tanya Lintar.
“Maksudmu, Lin?”
“Apa masuk akal jika kita takkan kuliah sebanyak Dea tak kuliah?”
“Iya benar kata Lintar, sebaiknya kita nggak mempersulit keadaan dengan tidak kuliah, itu artinya kita nggak memikirkan perasaan Bunda.” Kata Debo.
Kiki dan Angel saling pandang. Apalagi Kiki dan Angel punya pendirian kuat pada keputusannya.
“Tapi ini kesalahan kita, Dea kabur dari rumah.” Kata Angel.
“Iya, 90% mungkin memang kesalahan kita, tapi 10% juga kesalahan Dea, kenapa Dea tak berfikir dewasa layaknya orang seumurannya?” Kata Debo.
“Benar kata Debo dan Lintar, kita nggak boleh larut dalam kesalahan ini, kita masih bisa mencari Dea setelah pulang kuliah, jaga stamina dengan makan banyak.” Kata Emil.
“Sebanyak kau berfikir tentang Dea, sebanyak itu pula Tuhan akan membantu kita untuk menemukan Dea.” Kata Lintar.
Akhirnya kelima anak itu pergi kuliah seperti biasa, hanya perasaan mereka yang tak biasa. Dea yang sedang membaca buku kedokteran, tiba-tiba hatinya sesak, ia merasa bersalah dengan menghukum sahabat-sahabatnya.
---
3 hari berlalu, dan teman-teman Dea belum menemukan Dea, Angel semakin takut, ia takut jika Dea benar-benar menghilang seperti dulu. Rio pura-pura membantu teman-teman Dea, walaupun ia memang tak tahu keberadaan Dea.
“Kak, bagaimana jika Dea benar-benar menghilang?” Tanya Angel.
“Nggak, Njel. Aku yakin Dea akan kembali, bersabarlah dan terus mencari.”
“Tapi kami sudah lelah, Kak.” Kata Angel.
“Untuk seorang sahabat, kalian lelah?” Tanya Rio agak naik pitam.
Semua terdiam, semua menunduk, mereka meresapi pertanyaan Rio kedalam hati mereka, mengingat bahwa Dea adalah sahabat yang tak tergantikan.
“Maafkan kami, Kak.” Kata Kiki.
“Teruslah bersama untuk sahabat kalian, jika Dea menghilang, itu artinya Dea menghilang demi kalian.”
Lama kelamaan perasaan bersalah Dea terus menumpuk, kenapa ia meninggalkan teman-temannya lagi? Apa yang sedang ia pikirkan? Ia harus kembali dan tak terus-terusan menghukum mereka.
---
Dea kembali ke rumah, saat itu rumah sedang tak ada orang, Dea kecewa akan keadaan ini. Karna ia merasa teman-temannya masih saja sibuk dengan urusan masing-masing. Dea duduk di ruang tengah, menunggu kawan-kawannya untuk minta maaf.
Dea menunggu selama 2 jam, Dea makin kecewa tanpa ia ketahui bahwa teman-temannya sedang mencarinya, akhirnya Dea tertidur di sofa.
---
Kelima anak rumah Bunda pulang tapi tak langsung ke ruang tengah, mereka berkumpul dulu di ruang makan.
“Sudah 5 hari Dea tak pulang, ia pasti sangat marah pada kita.” Kata Debo.
“Tuhan, Angel janji Angel akan menjaga Dea dan takkan mengacuhkan Dea lagi, tapi tolong kembalikan Dea ke tengah-tengah kami. Tuhan, Angel mohon.”
“Iya, Tuhan. Kami mohon.” Kata yang lain.
Dea terbangun karna mendengar do’a Angel dan kawan-kawan, Dea tersenyum karna ia tahu teman-temannya masih peduli padanya. Dea berjalan pelan menuju ruang tengah. Dea berjalan mendekati Angel. Lintar dan kawan lelaki lain melihat Dea mendekati Angel, Dea mengisyaratkan pada mereka untuk diam.
Dea memeluk tubuh bongsor Angel, Angel kaget menerima pelukan itu, ia mau percaya ini pelukan Dea, tapi hatinya ragu.
“Dea?”
“Aku juga akan menjagamu dan teman-teman, seumur hidupku.”
Angel melepaskan pelukan Dea, dan menatap Dea.
“Kau bodoh, karna mengulangi kesalahan yang sama. Kau kabur dari kehidupan kami lagi.”
“Aku hanya ingin menenangkan diri, maafkan aku.”
“Kau jangan berani lagi untuk kabur, karna aku takkan memaafkanmu jika kau mengulangi hal ini.”
“Iya, aku janji. Kita akan terus bersama.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini