Senin, 05 November 2012

A Fanfiction - Still here_Baekyeol/Chanbaek Chapter SEVEN (END)


Still here


Tittle: Still here
Author: Fie
Genre: Mystery, romance, Shounen-ai (Boys Love), drama
Rated: 15+
Pairing: Baekyeol/Chanbaek
Length: multichapter
Main Cast:
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol
- Cho Jinho (Jino)
- Lee Soonkyu (Sunny)
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun

Support Cast:
- Kim Jongin (Kai)
- Oh Sehun
- Do Kyungsoo (D.O)
- Kim Joonmyun (Suho)
- Kim Minseok
- Xi Luhan



Summary:

Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.



TUJUH



_flashback_

“Namaku Lee Soonkyu.”

“Namaku Cho Jinho.”

“Apa kau menikmati acara yang dibuat orangtuaku?”

“Ne, orangtuamu benar-benar hebat membuat acara!”

“Hei, apa yang sedang kau bawa?”

“Oh, ini. Ini petasan,” ucap Jinho seraya mengangkat bungkusan yang ia bawa.

“Petasan itu apa?”

“Kau tidak pernah bermain petasan? Petasan ini bersuara sangat kencang dan bisa membuat kita kaget!”

“Benarkah? Aku tidak pernah mendengar suara yang mengagetkan.”

“Kalau begitu, kau mau dengar? Tapi tidak di sini.”

“Kenapa?”

“Karena kalau ketahuan yang lain, jadinya tidak menyenangkan. Ayo kita ke taman belakang panti asuhan.”

“Ayo!”

...

DARR

DARR

DARR

“Soon—“

Soonkyu memegangi dadanya setelah mendengar suara ledakan itu. Keadaan yang mereka kira akan menyenangkan berubah sebaliknya. Soonkyu terjatuh sambil terus memegangi dadanya.

“Soonkyu, kau kenapa?”

“Dadaku sakit sekali, Jinho.”

“Ke-kenapa...”

“Apa yang kalian lakukan di tempat ini?!”

Seorang anak lelaki mendatangi mereka dan langsung membentak. Dia, Sungmin, membantu Soonkyu berdiri sambil mengelus dada Soonkyu seperti menenangkan.

“Kau kenapa, Soonkyu?”

“Dadaku sakit, Oppa...”

“Apa yang kau lakukan pada adikku?!”

“A-aku...”

Sungmin mendorong Jinho hingga namja kecil itu jatuh.

“Kau hanya anak panti asuhan yang mendapatkan hidup dari orangtuaku! Kau tidak pantas bermain dengan adikku!”

“Ma-maafkan aku...”

Airmata sudah menggenang di pelupuk mata Jinho, tapi Sungmin tidak berniat untuk mengakhirinya.

“Kau punya pikiran tidak, sih? Mengajak adikku ke taman yang sepi seperti ini dan bermain petasan! Permainan tidak jelas begitu tidak pantas untuk keluarga terhormat seperti keluarga kami! Kau jangan sekali-sekali menemui adikku lagi! Kalau kau  masih menemuinya, akan kukeluarkan kau dari panti ini dan kau akan menjadi gelandangan! Kau mau?”

“Sungmin-oppa, tolong...jangan marahi Jinho...”

“Oh, jadi namanya Jinho? Baiklah, akan kuingat namamu!”

Sungmin hampir saja menampar Jinho, tapi tangannya ditahan oleh seorang anak lelaki seumurannya, Cho Kyuhyun. Cho Kyuhyun menatap Sungmin dengan tatapan tajam seraya menggenggam tangan Sungmin sangat erat sampai Sungmin meringis kesakitan. Sungmin langsung melepas paksa pegangan itu.

“Hentikan,” ucap Kyuhyun sinis. Sudah cukup setelah kedua orangtuanya pergi sehingga dia dan adiknya harus berada di panti asuhan ini dan sekarang ada orang yang ingin menyakiti mereka, sekali lagi, sudah cukup.

“Siapa kau?” Tanya Sungmin tidak kalah sinis tanpa rasa takut karena bagaimanapun mereka adalah anak pemilik panti asuhan ini.

“Aku Hyungnya.”

“Oh, jadi kau kakak anak ini? Jaga adikmu baik-baik, jangan sampai dia menyentuh adikku! Ayo, Soonkyu. Kita pergi saja dari sini. Kedua namja kurang ajar ini memang seharusnya tinggal di panti asuhan ini. Kurasa kedua orangtua mereka meninggalkan mereka karena kebodohan mereka.”

Kyuhyun ingin sekali menghajar Sungmin, tapi dia masih punya akal sehat untuk meredam amarahnya. Kyuhyun membantu Jinho berdiri selepas kepergian Sungmin dan Soonkyu.

“Tenang saja, Jinho. Suatu saat nanti, kita akan membuat mereka merasakan apa yang kita rasakan sekarang. Kita akan mengambil kebahagiaan mereka. Dan kurasa...titik kebahagiaan mereka ada pada gadis cilik itu.”

“Apa yang Hyung bicarakan?”

“Sekarang kau harus belajar giat, ne? Agar kita mendapat keluarga yang bisa membantu kita membalas mereka. Keluarga Lee.”

_flashback end_

***

“Chanyeol-ssie, tolong aku...”

“A-ada apa, Sungmin-hyung?”

“Me-mereka...” (DARR)


Tut...


“Baekhyun, ayo! Kita harus ke rumah Sungmin-hyung!”

“Ada apa, Channie?”

“Mereka datang! Kyuhyun dan Jino datang!”

Chanyeol langsung menarik Baekhyun ke luar dan membuat motornya melesat sangat cepat. Chanyeol belum menjawab segala pertanyaan Baekhyun, tentang apa yang mereka bicarakan, atau kenapa Chanyeol bisa menyimpulkan kalau Kyuhyun dan Jino datang.

“Chanyeol-ssie! Aku butuh kejelasan secepatnya!”

“Baekhyun, tidak ada waktu untuk menjelaskannya!”

“Tolong sedikit saja!”

“Tadi aku mendengar suara tembakan dan panggilan Sungmin-hyung langsung terputus!”

“I-itu artinya...”

“Ne, itulah yang kutakutkan, Baekhyun! Aku takut mereka membunuh Sungmin-hyung dan Sunny!”

“Jino tidak mungkin melakukannya. Kami percaya padanya.”

“Sejauh apapun kalian memercayainya, tetap saja dia punya niat jahat!”

“Jino...Jino-hyung...”

***

Tidak lebih dari dua puluh menit, mereka telah tiba di depan gerbang kediaman Sungmin dan Sunny. Di sana begitu sepi dan itu semakin membuat Baekhyun dan Chanyeol cemas. Mereka biarkan motor Chanyeol terparkir sembarang karena di sana tidak ada petugas yang berjaga. Baekhyun dan Chanyeol langsung mendobrak pintu dan berlari menuju kamar Sungmin yang terhubung dengan kamar Sunny. Kamar Sungmin kosong, keadaannya tidak berantakan, menandakan Kyuhyun dan Jino melakukannya dengan baik tanpa bekas.

Baekhyun mencoba untuk membuka kamar Sunny, tapi kamar itu masih terkunci. Dia mendobrak pintu itu seperti orang kerasukan, Chanyeol yang masih memeriksa keadaan kamar Sungmin langsung berlari menghampiri Baekhyun.

“Apa yang kau lakukan, Baekkie?”

“Sunny ada di dalam, Channie! Sunny-ah! Bertahanlah!”

Chanyeol menjauhkan Baekhyun dan berganti mendobraknya. Setelah beberapa lama mendobrak, akhirnya pintu itu terbuka. Butuh perjuangan keras, karena pintu itu memang didesain sekuat baja, badan Chanyeol dan Baekhyun pasti memar-memar dibuatnya.

“Sun—“

Kamar itu juga kosong. Jendela kamar Sunny terbuka sehingga tirainya beberapa kali terbawa angin.

“Kemana mereka, Chanyeol?”

Chanyeol belum menjawab karena dia masih memandangi ponsel Sungmin yang pecah seperti ditembak.

“Chanyeol!”

“Aku tahu kemana mereka pergi.”

“Mwo?”

***

“Bukankah sama seperti dulu? Saat kau melindungi adikmu yang lemah itu?”

“Cho Kyuhyun, kau...,” ucapan Sungmin terputus-putus karena luka di kepalannya.

“Keadaannya sama bukan? Aku bertanya.”

Sungmin tidak bisa menjawab, karena dia sangat khawatir melihat keadaan Sunny yang semakin lemah. Jino tidak bisa menolong karena Kyuhyun sudah membuatnya tidur dan mengikatnya di pohon dekat mereka berada.

“Soonkyu-ah, Oppa akan membawamu ke rumah sakit, tolong bertahanlah sebentar lagi...”

“Bertahan? Sepertinya gadis itu akan mati sekarang juga.”

Kyuhyun mengarahkan pistolnya tepat ke jantung Sunny, sedangkan Sungmin masih bertahan untuk tidak pingsan lagi, padahal darah segar sudah keluar cukup banyak dari kepalanya.

***

_flashback_


Sunny mencoba untuk tidur, tapi perasaannya tidak bisa tenang, jadi dia hanya tidur tanpa memejamkan matanya. Dia pandang langit-langit penuh lukisan awan buatannya. Tiba-tiba, airmatanya menetes karena teringat sesuatu dari lamunannya itu.

“Apa kau akan datang, Jino?”

Sunny memegangi dadanya sambil menahan rasa sakit dari jantungnya yang berdetak semakin lambat. Dia terlalu lemah untuk melawan, tapi setidaknya dia bisa menahannya.

“Rasa sakit di jantung ini...tidak lebih sakit daripada hatiku.”


BRAKK


“Soonkyu-ah! Lari!”

“O-Oppa?”

“Lelaki itu datang! Kyuhyun-ssie datang! Aku yakin Jinho juga ada di belakangnya!”

“Jangan lari lagi, Oppa. Jangan lari...”

Sungmin memandangi Sunny lekat. Dia terdiam, begitu rapuhnya gadis yang berusaha kuat itu. Betapa jahatnya Sungmin yang sudah menimpakan seluruh kesalahannya pada Sunny. Betapa...


BUG


Sebuah balok menghantam kepala Sungmin hingga Sungmin terjatuh. Darah segar mengalir dari kepalanya yang terluka. Sunny bangun dari tempat tidurnya dan menghampiri Sungmin tanpa takut pada si pelaku, Kyuhyun.

“Kau masih menungguku, Sunny? Kau masih menungguku, kan?”

“Jika kau ingin membunuhku, tolong bunuh aku sekarang juga. Jangan sakiti Oppa atau keluargaku. Dan juga...jangan paksa Jino menjadi sepertimu.”

Melihat ada celah kecil, Sungmin langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Chanyeol.

“Chanyeol-ssie, tolong aku... Me-mereka...”


DARR


Ponsel itu seketika pecah karena tembakan Kyuhyun yang sangat jitu. Tangan Sungmin langsung gemetaran karena dia mengira peluru itu mengenai kepalanya juga.

“Kau menghubungi siapa, hah?”

“Aku menghubungi orang yang akan membuatmu masuk penjara!”

“Siapa? Namja manis itu? Atau pacarnya yang super tinggi?”


BUG


Sekali lagi, Kyuhyun memukul Sungmin dengan balok, seperti yang ia lakukan pada seluruh penjaga rumah ini, hingga pingsan.

“Oppa!”

“Sebaiknya kalian ikut aku, karena Jino sudah menunggu kalian di sana.”

“Apa yang kau lakukan pada Jino?”

“Kau peduli pada orang yang sudah membohongimu? Naif.”

“Dia tidak pernah membohongiku, dia mencintaiku.”

“Memangnya kau tahu perasaannya yang sebenarnya? Dia hanya menganggapmu sebagai sisa rokok yang harus di buang. Sesuatu yang harus dilenyapkan agar keluargamu tidak sombong dan merasakan apa yang kami rasakan.”

“Tolong jangan sakiti Jino...aku...aku yang salah...aku yang salah karena menjadi gadis yang lemah...aku...”


_flashback end_

***

Sunny harus menahan sakit di dadanya sekuat tenaga, karena kini hanya dia yang bisa menyelamatkan Sungmin, ya, hanya dia. Sunny tidak peduli jika Kyuhyun menembaknya saat dia mengangkat Sungmin dengan tubuh kecilnya itu, dia tidak peduli, karena sekarang yang dia pedulikan adalah nyawa Sungmin. Setidaknya jika dia harus tiada hari ini, dia masih bisa menyelamatkan Oppanya.

“Oppa, ayo kita ke rumah sakit dan mengobati lukamu.”

“Soonkyu-ah, kau tidak usah memedulikanku. Aku...aku akan membayar semuanya.”

“Ish, aku benci sekali melihat drama seperti ini. Untung saja adikku belum bangun, karena jika dia bangun, dia akan menjadi pemberontak lagi,” remeh Kyuhyun.

Sekarang kondisi Sunny lebih memungkinkan untuk membawa Sungmin pergi, ketimbang kondisi Sungmin yang sudah sangat lemah.

“Kalian kira aku akan mengizinkan kalian untuk lari? Sudah bertahun-tahun aku menunggu saat yang tepat seperti ini. Membawa kalian berdua ke taman belakang panti asuhan, mengintimidasi kalian, lalu...pada akhirnya aku akan membunuh salah satu dari kalian. Bukankah menyenangkan? Tidak setimpal dibanding apa yang sudah keluarga kalian lakukan pada keluargaku.”


“Itu bukan salah keluarga Lee atau siapapun, Cho Kyuhyun.”


Kyuhyun, Sunny, dan Sungmin menoleh ke sumber suara. Ternyata itu suara Chanyeol. Baekhyun juga ada di sampingnya. Sebenarnya Baekhyun ingin segera menyelamatkan Sunny dan Sungmin, tapi Chanyeol menahannya karena Kyuhyun belum tahu yang sebenarnya.

“Oh, pahlawan kesiangan datang.”

“Boleh kutahu apa alasanmu membenci keluarga Lee selain Sungmin-hyung yang memarahi adikmu?”

“Heuh...sebenarnya aku malas menceritakannya, tapi tidak apa-apalah untuk sekedar mengingatkan betapa kejamnya keluarga Lee. Kalian pasti tahu kenapa aku dan adikku masuk panti asuhan. Iya, karena kedua orangtua kami bunuh diri. Orangtua kami bunuh diri karena tekanan dari keluarga Lee. Cih, perusahaan kredit yang memalukan, mengintimidasi klien agar membayar hutang secepatnya. Mereka pergi karena orangtua kalian yang jahat itu mengintimidasi orangtuaku! Saat perayaan ke dua tahun panti ini, aku langsung tahu kalau dua orang itulah pemilik perusahaan kredit tempat orangtuaku meminjam. Kalau bukan karena mereka...mungkin sekarang orangtuaku masih ada, masih memeluk kami.”

“Benarkah seperti itu?” Chanyeol kembali bertanya.

“Lalu apa lagi? Sudah jelas di dekat TKP ada berkas-berkas hutang. Sudah pasti mereka memaksa orangtuaku untuk membayar sampai orangtuaku tertekan.”

“Begitu cepat seorang Cho Kyuhyun yang dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari universitas di London mengambil kesimpulan.”

“Sebenarnya apa maumu, Park Chanyeol?”

“Baca ini.”

Chanyeol melemparkan sebuah buku dan buku itu jatuh tepat di hadapan Kyuhyun. Kyuhyun hanya memandang buku itu tanpa menyentuhnya.

“Kenapa? Kau takut jika kenyataan dari simpulanmu itu salah? Ayo baca.”

“Apa ini?”

“Aku tidak menyangka seorang yang rela mati untuk anaknya, memunyai anak sejahat ini.”

***

_flashback_


“Apa kau yakin jika kita menemukan buku diari Eommamu kita bisa menyelamatkan Sunny?”

“Semoga, Baekhyun.”

“Tapi bukankah kau bilang buku diari Eommamu ada banyak? Lalu kita harus mengambil yang mana?”

“Eomma selalu mengarsipkan semuanya dengan rapi, maksudku dia akan menulis kenangannya berdasarkan buku yang sudah dia beri judul. Jadi jika Eomma punya sahabat, dia pasti mengarsipkannya dalam buku tertentu.”

“Jadi...”

“Ah! Ini dia!”


_flashback end_

***

Kyuhyun meletakan pistolnya di saku lalu mengambil buku itu. Matanya membesar melihat semua tentang Eommanya ada dalam buku ini. Bahkan ketika dia baru dilahirkan atau saat Jino masuk TK, semuanya ada di sini. Kyuhyun mencari halaman yang dimaksud Chanyeol, tentang kesalahannya dalam membuat simpulan. Dia terus mencari sampai tangannya berhenti, dia ingat tulisan tangan Eommanya, iya, ini tulisan Eommanya. Ada kertas lain di halaman itu seperti tempelan, seperti pesan terakhir Eommanya pada sahabatnya itu.



Park Soojin. Apa kabarmu?

Maaf ya karena aku jarang menghubungimu lagi. Aku sedang sibuk mencari biaya pendidikan Kyuhyun dan Jinho. Kau ingat mereka, kan? Kalau Kyuhyun kau pasti tahu walaupun aku jarang membawanya ke rumahmu, tapi Jinho itu anak keduaku yang waktu itu berfoto bersama kita. Kau ingat kan sekarang? Sudah lebih dari tiga tahun aku menghilang, ya? Hahaha, aku juga bingung kenapa hidupku jadi seperti ini.

Ahiya, aku mau menceritakan sesuatu padamu. Ini kisah tentang orangtua yang juga bekerja keras demi anaknya yang sedang sekarat, Soojin. Aku meminjam uang pada perusahaan mereka, tapi belum bisa melunasinya. Aku bodoh, ya? Sudah tahu suamiku pasti tidak bisa bayar, tapi aku bersikeras meminjam. Aku tidak kuat melihat mereka yang berusaha menolong anak mereka, Soojin. Mereka begitu tulus meminjamkan pinjaman pada orang sepertiku, bahkan mereka tidak memaksaku untuk melunasinya setelah mendengar ceritaku. Hatiku seakan melemah melihat ketulusan mereka. Tapi apa kau tahu yang lebih menyakitkan? Suamiku belum sembuh juga dari penyakit judinya. Aku benci itu. Aku...ingin membunuh lelaki itu. Aku ingin membebaskan anak-anakku dari belenggunya. Tapi bukankah itu kejam? Bukankah kalau aku membunuhnya, posisiku sama sepertinya? Aku pasti akan membuat anak-anakku sedih.

Soojin...aku tidak punya pilihan lain...

Aku membunuhnya, Soojin...

Saat anak-anakku berkemah, aku membunuhnya...

Aku pembunuh, Soojin...

Aku tidak punya pilihan lain...

Daripada aku hidup sebagai pembunuh di mata anak-anakku, sebaiknya aku juga tiada...

Tolong jangan katakan ini pada anak-anakku kecuali mereka siap membacanya, Soojin.

Tolong biarkan mereka bebas dan hidup seperti anak-anak kebanyakan tanpa kami...

Tolong, Soojin...



Selesai membaca surat itu, tangan Kyuhyun melemas, semua dendamnya meluruh berganti penyelasan mendalam. Dia terlalu cepat mengambil simpulan. Bodoh...sangat bodoh...

“Aku telah mengubah adikku menjadi pembohong...aku menyakiti Sunny yang tidak tahu apa-apa...aku melukai Byun Baekhyun dan adiknya tanpa penyesalan...”

Tubuh Kyuhyun roboh, dia menyesali semuanya, dia...menyesal.


BUG


“Chanyeol!”

“Baekhyun, ini untuk kasus penyeranganmu. Bukankah waktu itu aku sudah pernah bilang, kalau aku akan memukul namja sialan yang sudah melukaimu? Hanya satu pukulan tidak setimpal dengan darah yang keluar dari tubuhmu yang tidak bersalah itu. Aku ingin sekali darah dibayar dengan darah, tapi aku masih punya akal sehat. Aku akan melaporkanmu dan adikmu ke kantor polisi.”

“Tolong tangkap aku saja, aku yang bersalah, adikku sama sekali tidak bersalah.”

“Mau bagaimanapun Jino membantumu dalam rencana ini, dia juga bersalah.”

“Jinho...maafkan Hyung...”

“Eommaku meninggal sebelum mengatakan semuanya padamu, andai saja aku tidak melewatkan diari itu, mungkin semuanya tidak akan rumit seperti ini. Heuh...aku juga bodoh nih.”

“Chanyeol-ssie, aku sekarang yakin, kau lelaki yang tepat untuk Baekhyun,” ucap Sunny tiba-tiba.

“Eh? Hahahaha, tentu saja. Aku mencintainya begitupun dia. Ahiya, ayo kita bawa Sungmin-hyung ke rumah sakit.”

Chanyeol mengangkat tubuh Sungmin dan memasukannya ke dalam mobil taksi yang Baekhyun pesan beberapa saat lalu, dia juga membantu Baekhyun untuk mengangkat Jino yang masih pingsan. Setelah memasukannya, Chanyeol menyuruh Baekhyun dan Sunny untuk ke rumah sakit duluan, karena ada yang harus dia urus sedikit lagi dengan Kyuhyun. Selepas kepergian taksi itu, Chanyeol kembali ke tempat Kyuhyun yang sedang membaca ulang isi surat terakhir Eomma Kyuhyun.

“Jangan salahkan Eommamu atau Appamu, Kyuhyun-ssie.”

“Cih, kau tahu apa, Detektif amatiran.”

“Dulu aku sempat membenci Eommaku karena dia terus-terusan menceritakan anak sahabatnya yang sangat pintar, tidak kusangka itu kau, tapi setelah kupikirkan lagi...untuk apa aku membenci orang yang sudah bertaruh nyawa untuk melahirkanku ke dunia ini. Begitu juga Eommamu, Kyuhyun-ssie. Eommamu melakukan ini karena terpaksa, dia hanya berfikir jika dia dan Appamu pergi, kehidupanmu akan lebih baik dari sebelumnya, karena dia tahu, kau memiliki potensi untuk lebih maju ketimbang Appamu yang gila judi itu. Eommamu rela membunuh dan juga meninggal karena kalian, Kyuhyun-ssie. Jadi jangan membenci mereka.”

“Aku...aku tidak pernah membenci mereka...aku tidak pernah membenci Appaku yang gila judi atau Eommaku yang bisa membunuh Appaku. Aku hanya membenci takdirku.”

“Takdir...kalau kau bilang kau membenci takdir, itu artinya kau membenci Tuhan yang sudah memberikan kehidupan untukmu, Kyuhyun-ssie.”

“Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?”

“Yang harus kau lakukan adalah melenyapkan kebencianmu.”

“Mwo?”

“Kebencian yang kau ciptakan di hatimu membuatmu salah dalam menarik simpulan, bukan? Maka dari itu, lenyapkan perasaan itu dan hiduplah tanpa beban setelah kau keluar dari penjara, Kyuhyun-ssie. Aku tahu beban tidak akan pernah hilang dalam hidup ini, tapi...tolong jangan campurkan dendam di dalamnya. Karena beban itu akan semakin berat jika kau mengasahnya dengan dendam dan kebencian.”

“Tidak salah jika dulu Eommaku begitu mengagumimu,” ucap Kyuhyun sambil tersenyum tipis dan berdiri.

“Nde?

“Seorang anak kecil yang mampu mengatakan hal-hal yang hanya mampu diucapkan oleh orang dewasa di depan orang banyak itu kau, kan?”

“Kapan ya? Aku lupa, hehehe.” Chanyeol menggaruk kepalanya bingung.

“Hahaha, kau orang yang menarik, Chanyeol. Kuharap setelah aku keluar dari penjara, aku bisa belajar banyak darimu tentang kehidupan. Kita sama-sama tidak punya orangtua, jadi mungkin kita akan cocok.”

“Kalau itu, aku sudah tidak memermasalahkannya, karena sekarang ada Baekhyun yang sudah kuanggap sebagai Eomma sekaligus Appaku. Dia benar-benar mengurusku seperti anaknya. Haduh...orang itu benar-benar cerewet. Tapi kalau bicara soal cocok, mungkin kita bisa cocok.”

“Ada satu rahasia lagi...”

“Ohya?”

“Aku juga mencintai Sunny, tapi aku tidak mungkin merebut senyum itu dari adikku sendiri. Takdir begitu kejam, bukan?”

***

Sungmin sudah melewati masa kritisnya, tapi dia belum siuman karena obat bius, sedangkan Jino sudah bangun setelah pengaruh obat bius dari Kyuhyun habis. Sunny dan Baekhyun sepakat untuk menemui Jino di kamarnya setelah mendapat izin dari dokter.

Saat Sunny dan Baekhyun masuk ke kamar Jino, lelaki itu tidak berani bertatap muka dengan keduanya, jadi dia hanya menunduk.

“Hya, Cho Jinho-ssie,” panggil Baekhyun, tapi Jino tidak bergeming dari posisinya semula.

“Jino...”

Baru setelah mendengar suara lembut Sunny, namja itu mengangkat kepalanya.

“Aigo...giliran Sunny yang memanggil kau langsung mengangkat kepalamu! Dasar ganjen!” Kesal Baekhyun.

“Byunnie, berhentilah menggoda Jino,” balas Sunny. Baekhyun hanya terkekeh aneh.

“Maafkan aku...,” lirih Jino tiba-tiba, “jeongmal mianhae...,” lirihnya lagi.

Sunny dan Baekhyun duduk mengapit Jino dan merangkul masing-masing sisi pundak Jino.

“Kenapa harus minta maaf?”

“Sunny-ah...”

“Hya, Jino-hyung! Kalau kau minta maaf dengan lemah begini, aku yakin Sunny tidak akan menyukaimu lagi.”

“Byunnie!”

“Ne-ne, Sunny.”

“Aku minta maaf karena sudah membohongi kalian tentang identitasku, dan terlebih padamu, Baekhyun, aku tidak menyangka Hyungku akan menggertakku dengan melibatkanmu dalam rencana ini.”

“Tidak apa-apa, itu seru,” hibur Baekhyun.

“Se-seru?”

“Ne! Aku tidak pernah merasakan sakit seperti itu! Aku juga tidak pernah merasakan marah yang sangat-sangat-sangat...marah seperti itu. Hahahaha.”

“Kau hampir mati dan kau masih menertawai itu?” Heran Jino.

“Aku santai begini karena percaya, uri Jino tidak mungkin melakukannya.”

“Tapi tetap saja...”

“Sudahlah, Jino.”

Jino menoleh ke arah Sunny yang tidak tahan dengan perdebatan kecil itu.

“Aku tidak pernah marah pada Hyungmu dan kau. Aku juga pasti akan melakukannya jika aku dalam posisimu.”

“Benarkah? Kau akan melukai orang juga?” Tanya Baekhyun jahil.

“Byunnie, kau ini benar-benar!”

“Hehehe, maafkan aku, Sunny.”

“Sunny, apa penyakitmu...” Jino bertanya saat ingat perkataan Kyuhyun tempo lalu mengenai penyakit Sunny.

“Aku bisa megatasinya, aku akan terus sehat karena kalian mau itu, kan?”

“Tentu saja, Sunny! Kau itu menanyakan hal yang konyol!” Seru Baekhyun yang sekarang sangat bersemangat untuk mem-bully sahabat-sahabatnya itu.

“Ngomong-ngomong, kalau aku masuk penjara nanti, kalian jangan melupakanku, ya,” pinta Jino.

“Ish, kau bica—“

Baekhyun menghentikan omongannya karena Sunny sudah menatap tajam Baekhyun.

“Kami akan selalu mengunjungimu. Kami masih di sini, Jino, dan akan selalu di sini untuk menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.”

“Gomawo, Sunny, Byunnie.”

“Aku juga akan menunggumu,” ucap Sunny tegas.

“Nde?”

“Aku akan menunggumu mengatakan hal itu lagi,” ucap Sunny sambil menunduk malu.

“Hal apa?”

“Jino bodoh!” Baekhyun sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan Jino yang lambat menangkap suasana.

“Ah, sudahlah, aku keluar dulu, ya. Kyungsoo dirawat di kamar sebelah, kalau kalian mau berkunjung, silahkan. Tapi sebelumnya kalian harus menyelesaikan urusan kalian dulu.”

“Dasar banyak omong,” ledek Sunny.

“Wee.” Baekhyun menjulurkan lidahnya dan berlari keluar.

***

Baekhyun menutup pintu kamar Jino sambil tersenyum. Senyum yang menandakan ia lega...sangat lega.

“Semoga kalian bisa terus bersama dan semoga...tidak ada lagi kesalahpahaman.”

“Salah paham itu wajar kalau di sana ada kasih sayang.”

Baekhyun sangat kaget dengan suara itu, suara bass Chanyeol memang menyeramkan kadang-kadang.

“Hya, kau mengagetkanku,” ucap Baekhyun sambil mengelus dadanya seperti kaget.

“Kau kan sudah sering mendengar suaraku, untuk apa kaget begitu?”

“Aku kan sedang melamun, kau tiba-tiba saja datang dan mengucapkan hal aneh begitu.”

“Hal aneh apa?”

“Pokoknya aku tidak suka yang namanya salah paham.”

“Ne-ne, kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita tidur menemani malaikat kecilmu?”

“Sudah malam begini apa Kai masih di sana, ya?”

“Tentu saja dia masih di sana, kalau tidak, akan kuhajar lelaki itu.”

“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan That’s news!, Channie?

“Aku akan mengurusnya besok bersama Suho-hyung. Kau hanya harus duduk tenang dan menungguku kembali dengan kabar baik. Aku juga baru tahu kalau perusahaan kita ditutup itu karena laporan palsu dari Kyuhyun.”

“Nde? Jadi Kyuhyun-ssie juga menyerang kantor kita?”

“Hehehe, tidak apa-apalah, kan dengan begitu kita bisa fokus pada permasalahanmu.”

“Jadi besok That’s news! dibuka lagi?”

“Sepertinya lusa baru bisa, kita kan belum punya berita untuk koran kita.”

“Fiuh...aku lega sekali semuanya sudah selesai.”

“Ne, besok kita ke tempat itu lagi, yuk?”

“Kemana?”

“Tempat kenangan kita yang pertama.”

“Apartemen?”

“Byun Baekhyun! Aish, chinca...kau ini lebih pelupa dariku.”

“Ke tempat apa sih?”

“Ah, sudahlah, malas deh.”

“Eh? Kau marah, Channie?”

“Huh.”

“Chanyeollie...pacarku tersayang...,” goda Baekhyun seraya menoel-toel(?) punggung Chanyeol dengan jahil.

“Hentikan, itu menggelikan,” ucap Chanyeol sambil menahan tawa.

“Hihihi, aku tidak lupa kok. Setelah mengantar Kyungie pulang dan kembali menyuruh Kai menjaganya, kita ke sana.”

“Jadi kau ingat?”

“Rumahmu, kan?”

“Hya! Dasar...”

Baekhyun hanya tertawa melihat ekspresi Chanyeol yang seperti kepiting rebus karena ulahnya, sedangkan Chanyeol terus mencubit pipi Baekhyun sepanjang jalan.

***

Pagi ini Baekhyun, Chanyeol, Sungmin, dan Sunny mengantar Kyuhyun dan Jino yang menyerahkan diri ke kantor polisi. Teman-teman Jino di kantor polisi sangat kaget melihat laporan penyerahan diri itu. Jino hanya tersenyum menanggapi pertanyaan teman-temannya. Awalnya Jino ingin melepas pekerjaannya juga selepas masa hukumannya, tapi pimpinan agensinya tidak mengizinkan Jino pergi, dia ingin Jino menjadi detektif yang lebih baik lagi setelah ini.

“Gomawo sudah mengantar kami, ya,” ucap Jino.

“Hei, kau sudah ingat apa yang akan kau katakan pada Sunny nanti, kan?” Bisik Baekhyun.

“Serahkan saja padaku, Baekkie. Hehe.”

“Oiya, aku masih penasaran dengan kata-kata terakhirmu di buku tahunan tentang kejutan spesial yang ingin kau berikan pada Baekhyun dan Sunny jika kalian bertemu lagi.”

“Ingatanmu hanya kuat dalam masalah seperti ini, Channie,” ucap Baekhyun dibalas tatapan sinis Chanyeol yang terkesan pura-pura.

“Ahiya, aku hampir lupa. Ini...”

Jino mengeluarkan kertas berisi gambar dari pensil, di gambar itu ada dirinya, Baekhyun, dan Sunny. Tapi...gambar itu benar-benar...err...

“Buff...”

“Kalau mau tertawa, tertawa saja.”

“Buahahaha! Kau yang menggambarnya? Je—, aw!” Sunny menginjak kaki Baekhyun sangat kencang untuk menutup mulut Baekhyun yang tergolong ceplas-ceplos.

“Kalau kau keluar nanti, aku akan mengajarimu menggambar lebih baik dari ini, eoh?”

“Ah...sudah kuduga gambar ini tidak bagus, aku selalu berusaha menggambar bagus seperti yang dilakukan Kyuhyun-hyung, tapi tetap saja bakatku bukan menggambar.”

“Itulah gunanya Sunny ada untukmu, Jino,” ucap Baekhyun yang mulai bisa mengontrol kata-katanya. Dia memang seperti itu jika berhadapan dengan dua sahabatnya.

“Ne, tunggu aku, ya.”

“Selalu.”

Jino dan Kyuhyun pun masuk ke dalam ruang tahanan. Mereka sama sekali tidak sedih, mereka justru senang karena penyesalan mereka terbayar. Semoga semua akan menjadi lebih baik setelah hukuman ini selesai.

***

Sesuai rencana, sore itu setelah mengantar Kyungsoo ke apartemen dan menyuruh Kai untuk menjaga Kyungsoo karena Kyungsoo belum sepenuhnya sembuh, Baekhyun dan Chanyeol pergi ke bangku hijau tua tempat mereka berbaikan dulu. Menurut mereka, kebersamaan kali ini sangat spesial, mengingat bagaimana mereka melewati semuanya bersama, melewati semuanya dengan airmata dan tawa, akhirnya...semua selesai, akhir yang bahagia.

“Akhirnya penantianku selesai sudah,” celetuk Baekhyun membuka pembicaraan.

“Penantian seperti apa?”

“Ya semuanya.”

“Semuanya itu seperti apa, Byunnie?”

“Kau juga pasti tahu, Chanyeol. Semuanya itu tentang perasaan kita,” tegas Baekhyun.

“Hihihi, aku jadi ingat pertama kali kita jadian. Waktu itu kita berdebat tentang telepon dari Sunny. Kukira dia benar-benar hantu,” kenang Chanyeol

“Ne, aku juga masih ingat wajah ketakutanmu saat melihat Sunny di depan pintu.”

“Aku tidak takut, hanya lengah.”

“Ih, dasar gengsian.”

“Biar saja, kan di depan pacarku sendiri.”

“Hei, kalau aku di posisi Sunny, kau akan mencelakaiku juga tidak?”

“Tidak,” jawab Chanyeol dengan yakinnya.

“Benar?”

“Ne, aku tidak akan melukaimu. Aku kan mencintaimu lebih dari apapun, wuahahaha.”

Baekhyun kaget mendengar tawa itu, yaampun, sepertinya Chanyeol sedang girang atau...gila?

“Jangan tertawa seperti itu dong! Aku kan kaget!”

“Memangnya tawaku kenapa?”

“Menakutkan! Kau tahu itu?”

“Seperti apa? Coba contohkan.”

“Wuahahaha.”

“Tidak, tawa itu sama sekali tidak menakutkan.”

“Itu kan aku yang tertawa! Oiya, aku baru ingat. Kenapa waktu Eommamu masih hidup, kau tidak kenal dengan Kyuhyun maupun Jino? Eommamu dan Eomma mereka kan bersahabat.”

“Kau kan tahu aku pelupa, mana mungkin aku ingat wajah orang lain yang sudah 15 tahun tidak bertemu.”

“Ne, kau sangat-sangat pelupa.”

“Ya...yang penting aku tidak akan melupakanmu.”

“Cih, gombal.”

“Gombal apanya? Itu kan sungguhan! Daripada kau, kau itu polos, atau mungkin aku bisa bilang kau bodoh?”

“Tega sekali sih! Dasar namja abnormal!” Kesal Baekhyun sambil melipat tangannya di depan dada.

“Hya! Kenapa abnormal?”

“Tinggimu abnormal! Gigimu abnormal! Rambutmu abnormal!”

“Haduh...aku frustasi sekali punya pacar sepertimu!”

“Kalau frustasi ya...jangan frustasi dong!”

“Nde?”

“Jangan frustasi, karena aku tidak mau kau frustasi.”

“Memangnya kenapa kalau aku frustasi?”

“Aku takut...kau meninggalkanku kalau kau frustasi.” Baekhyun menunduk malu karena tidak menyangka akan mengatakan hal seperti itu. Aigo...

“Makanya jangan buat aku frustasi.”

“Kalau kita membicarakan frustasi, aku yang akan frustasi menanggapi perkataan frustasimu.”

“Kau benar-benar menggemaskan, Byunnie.”

“Ciee, kata itu lagi! Aku sudah lama tidak mendengarnya. Kau benar-benar sudah frustasi, ya? Wuahahaha.”

Chanyeol memukul kepala Baekhyun pelan, karena kesal juga mendengar tawa Baekhyun sepanjang pembicaraan. Tiba-tiba Chanyeol memegang pundak Baekhyun seperti mengunci tubuh itu untuk diam. Chanyeol menatap Baekhyun lekat dan Baekhyun hanya tersenyum. Chanyeol ikut tersenyum lalu mengecup bibir Baekhyun lembut. Baekhyun memejamkan matanya dan merasakan setiap detail kelembutan yang Chanyeol berikan untuk hidupnya. Baekhyun berjanji akan menjadikan Chanyeol sebagai satu-satunya pendamping hidupnya. Karena Chanyeol masih di sini, masih di hatinya yang luas. Seperti yang dia bilang dulu, Chanyeol adalah bagian terpenting dalam hati itu dibanding yang lain.

“Aku mencintaimu, Baekhyun. Kau percaya, kan?” Tanya Chanyeol saat melepas ciumannya.

“Ne, aku percaya.”

“Sama, Baekhyun. Sangat sama dengan perkataan yang ingin kuucapkan.”

Chanyeol kembali menyentuh bibir Baekhyun dengan bibirnya, memberikan kehangatan di malam terakhir musim dingin.


Aku masih di sini dan akan menjadi orang yang bisa kau percaya sampai kapanpun.


END

3 komentar:

  1. ditha shawolexotic8 November 2012 pukul 19.31

    Hai author, aku datang untuk mampir sekalian baca ffmu.
    Hya thor kok end sih?
    Kukira bakal sampe part 10 atau lebih thor. Tapi keren thor aku suka sama endingnya akhirnya mereka semua bahagia. Aku jadi ikut bahagia .
    kasian juga liat kyuno masuk penjara, tapi siapa suruh mereka jahat sama baekhyunku dan lainnya? XD
    aduh baekyeol bikin iri aja nih, kalian so sweet bgt sih.
    Emang ya baekyeol itu is the best XD
    Ayo thor buat ff yg pairingnya baekyeol lagi, yang sedih2 tapi happy ending thor. Ya ya ya . Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, makasih banyak ya udah mampir dan baca :D
      hehe, iya ni, soalnya itu udah pada jalannya(?)
      Fiuh...iya ni, akhirnya semuanya bahagiaa :D :D
      KyuNo itu cuman salah paham, hihihi XD lagian kan Chanyeol udah mukul Kyuhyun sebagai pelampiasan :D
      Baekyeol emang selaluuu so sweet:D makanya aku sukaa banget sama mereka :)
      Oke :D nanti aku buat lagi ya :D tapi masih lama banget kayaknya :D
      sekali lagi, makasih banyakkk :D

      Hapus
  2. Whaa..Endingnya~Keren Thor..Huwaa..Bias ku bertebaran (?) Sunny..Mwaa..Bias pertamaku di SNSD..Baekhyun bias pertamaku di EXO & Chanyeol yg ke-2..Hehe..Keren FFNya..I'm ChanBaek/BaekYeol shippers..^^ Tapi KaiSoo moments nya Dikit..HunHan jga gx ada..Tpi gpp.. :)

    BalasHapus

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini