Senin, 28 September 2009

Sayap Surga Bagian 1

Sayap Surga bagian 1
Ku bangun dari tidurku yang lelap, seperti biasa, tak ada yang dapat kulihat, hanya kegelapan yang ada dihadapanku, aku berusaha mencari kursi rodaku, aku raba, dan berhasil, kursi roda yang tak kutahu bentuknya, tapi dapat kubayangkan pengorbanan kursi roda itu yang telah mengangkatku selama 12 tahun.. aku tak pernah mau dibelikan kursi roda baru, karna aku sangat menyayangi kursi roda ini.. walau kursi roda ini sudah mulai sulit digunakan, tapi aku harus tetap berusaha menunjukan bahawa kursi roda ini adalah kursi roda terbagus daripada kursi roda lain,
Pernah terjadi.. saat di jalan.. kursi roda ini tak dapat dikendalikan, karna remnya sudah rusak, akhirnya aku harus dirawat di rumah sakit selama 2 bulan, walau begitu aku bersikeras agar kursi roda ini tak diganti..
Aku dapat merasakan jika kursi rodaku diganti atau tidak, karna aku memberi tanda pada Kursi rodaku.. sebuah benjolan yang sebenarnya sudah terbentuk karna terlalu tua kursi roda ini.. hihihi.. lucu juga ya, aku bisa jatuh cinta pada kursi rodaku sendiri..
Aku menaiki kursi roda itu perlahan tapi pasti, terdengar suara Ichad yang ingin membantuku, adik lelakiku yang satu ini adalah adikku yang paling memperhatikan diriku, ia tak pernah membiarkanku sendirian, dan kesusahan, sudah 3 tahun aku bersamanya, dan aku makin kenal dengan kepribadian anak ini.. aku dapat merasakan ketulusan hatinya, pernahku pegang dadanya, detak jantung Ichad begitu bersemangat, aku dapat merasakan energy tersendiri jika berada di dekatnya,
“ kak Ami.. gak boleh sendirian gitu.. sini Ichad bantu..” ucap Ichad ramah
“ gak ah chad.. aku mau berusaha sendiri..” ucapku
“ gak boleh! Ichad Sayang kak Ami.. dan Ichad gak mau kalau gak bantu kak Ami..!” bentak Ichad lembut, aku hanya tersenyum dan membayangkan ekspresi marah dari adikku ini..
“ ya udah.. tapi sekali ini aja ya chad..” pintaku, aku tak mendengar suara Ichad lagi, aku mulai ketakutan, apakah aku sendirian di kamar ini.. baru ku sadari.. jika tak ada Ichad disampingku,, aku merasa sangat kesepian..
“ Ichad? Kamu masih disini khan?” Tanya ku mulai panic, sepertinya Ichad menertawakan kepanikanku.. tapi biarlah..
“ ya kak.. Ichad masih disini.. ayo kak.. coba sendiri..” ucap Ichad seraya menuntunku sedikit dengan tangannya, aku menggenggam tangannya erat, dan mulai menaiki kursi rodaku dengan susah payah, tapi akhirnya berhasil..!
“ kak Ami Bisa!!!” seru Ichad
“ iya.. tapi tetap aja, khan kamu tadi gandeng aku..” ledekku,
“ hehehe.. besok, aku tetap akan membantu kakak..” ucap Ichad
“ iya Ichad.. oh iya, Dede, ayah dan kak Fani kemana?” tanyaku
“ ooo.. mereka lagi siapin makanan.. kakak mandi ja dulu, Ichad mau siapin baju buat kakak..” ucap Ichad
“ iya udah, kakak ke kamar mandi dulu ya..” ucapku dan mulai mendorong kusirodaku hati – hati, aku sudah hafal letak rumah ini, jadi lumayan mudah menjelajahi rumah kecil ini tanpa bantuan Ichad, Dede, Ayah, ataupun kak Fani,, aku mendorong kursi rodaku yang susah berjalan ini dengan hati – hati, hingga kutiba di depan kamar mandi, aku merasakan gagang pintu yang mulai berkarat, aku memang tak Bisa melihat, tapi aku dapat membayangkan betapa jelek jika benda berkarat, hihihi.. lucu juga ya, padahal aku tak BIsa membedakan yang mana jelek, dan yang mana bagus..
Aku masuk ke kamar mandi yang didalamnya diberi aromateraphy yang biasa digunakan selama 2 tahun terakhir ini, bau lavender ku cium ketika ku masuki kamar mandi,
Di kala mandi, Ichad menyelipkan baju seragamku dari lubang khusus untuk baju, kadang aku merasa.. Ichad terlalu meperlakukanku sebagai gadis cacat yang tak berdaya.. tapi tak apa.. jika itu membuatnya senang,
Ichad dan Dede bersekolah juga di SMPku.. SMP BINTANG.. mereka menduduki kelas 1 SMP..
Seusai mandi, aku tahu letak dimana Ichad selalu menungguku mandi, dan aku tahu kegiatan Ichad saat sedang menungguku, yaitu melukis.. aku sangat ingin melihat lukisannya, saking inginnya, aku sering meminta Ichad menceritakan dengan detail tentang gambarnya, dan aku lumayan Bisa membayangkan gambar Ichad yang pasti indah..
“ maaf ya chad agak lama,” ucapku seraya menggandeng tangannya
“ gak papa kok kak, ya udah kita ke ruang makan yuk..” ucap Ichad seraya mendorong kursi rodaku, aku tahu Ichad lelah mendorong kursi roda ini.. tapi.. maaf Ichad.. aku tak Bisa mengganti kursi roda ini, ya.. BIsa dibilang aku ini egois.. tapi begitulah keinginanku.. hihihi..
Ku cium wangi sup kastanye buatan kak Fani yang menjadi santapan pagiku bersama Dede,Ichad, dan ayah.. dan setiap mulai tercium bau sup kastanye, aku tahu.. sekarang aku sudah berada didepan meja makan, Ichad merapikan serbet untukku, dan duduk tepat disampingku..
“ met pagi kak Ami.. Ichad..” sapa suara anak lelaki yang sangat periang, Dede. Adikku yang satu lagi..
“ pagi..” balasku
“ kak Ami, ini makanlah..” ucap Dede yang telah menyiapkan semangkuk sup kastanye untukku,
“ ayah dan kak Fani mana?” tanyaku
“ mereka lagi siap – siap kak..” jawab Dede
“ aku mau tunggu mereka, baru kita makan..” ucapku seperti biasa, karna aku ingin makan bersama keluargaku ini yang kucintai..
“ ok.. Ichad mau buat susu dulu dech buat kakak..” ucap Ichad, aku hanya mengangguk, susu buatan Ichad sangat lezat, entah ia belajar darimana.. haha.. mungkin memang sudah bakat, aku mendengar Dede mulai bersenandung dengan lagu kesukaannya “ ku tak Bisa “ karangan band SLANK, sebenarnya aku kurang suka mendengar lagu – lagu SLANK, tapi jika Dede yang bernyanyi, aku langsung menyukainya, selain lagu SLANK, Dede juga suka menyanyikan lagu band Seventeen.. band yang sedang digandrungi anak – anak gadis, karna ketampanan vokalisnya, aku jadi penasaran seberapa tampan vokalis Seventeen.. apalagi, pensi tahun ini yang akan diadakan 3 bulan dari sekarang, SMP BINTANG mengundang Seventeen, aku tahu, ke2 sahabatku, Etta dan Oik sedang mempersiapkan semua dari sekarang.. hihihi.. kadang ku tertawa mendengar mereka bercerita tentang Seventeen dengan sangat semangat,, sangat lebay..
Tak berapa lama kemudian, aku mendengar langkah kaki hak tinggi milik kak Fani, dan hak sepatu milik ayah..
“ met pagi ayah.. kak Fani..” salamku
“ met pagi Ami Sayang..” ucap kak Fani ramah
“ met pagi Sayang..” ucap ayah seraya mengecup keningku
Pembicaraan pagi yang seperti biasa terjadi pun kini sedang berlangsung, seperti menanyakan tidurku yang nyenyak.. kegiatan sekolah, hingga candaan renyah dari ayah yang sangat ku hafal.. walau candaan itu sudah sering, tapi aku tetap menikmatinya.. dan selalu tertawa.. aku tak ingin kehilangan momen ini.. aku tak pernah mau melepaskan kebersamaan ini.. beruntungnya aku, karna semua anggota keluargaku selalu menyempatkan diri untuk makan bersama dirumah, kecuali makan siang, karna di SMP Bintang, seluruh siswa/I pulang jam 3 sore, dan terkadang, kita sekeluarga pergi makan diluar.. dan restoran yang setiap keluar ku dan keluargaku datangi bernama bebek fresto.. kami sudah langganan kesana setiap weekend, disana ada Pak Oni kocak yang selalu melayani kami, ia selalu memanggilku Putri Ami, hihihi.. nada bicara pak Oni sangat lucu saat memanggilku Putri Ami,
O iya.. lupa kuceritakan, dirumah ini.. juga ada piano yang selalu dimainkan oleh ayah, dan aku selalu ada disampingnya.. begitu indah kudengar jentikan jemari ayah memainkannya, kadang ku minta ajari memainkan piano, dan aku mulai lincah memainkannya, tapi akhir – akhir ini aku jarang melatih jemariku memainkan piano itu, karna tugas sekolah ku yang menumpuk, tapi masih sering kudengar alunan piano dari ayahku tercinta, yang selalu memainkan piano itu dengan sangat indah..
Ayah juga pernah cerita, ia sering berduet dengan ibuku.. kadang aku mencoba mengimbangi permainan ayah yang luar biasa agar aku Bisa seperti ibuku, tapi susah.. tapi aku akan tetap mencoba, dan belajar lagi di Liburan semester ini..
Seusai sarapan, aku, Ichad, dan Dede berangkat diantar ayah dengan mobil antic milik ayah, sedangkan kak Fani mengendarai motor hadiah dari kakek 10 tahun silam,
Begitu banyak sejarah yang diceritakan oleh ayah tentang mobil yang suaranya tak keruan ini, mobil tua yang sudah berumur 35 tahun ini adalah mobil kebanggaan ayah, karna ayah membelinya dengan uangnya sendiri yang ayah kumpulkan selama 3 tahun semasa ayah kuliah, hanya karna, ayah ingin menunjukan jerih payahnya pada ibu, dan saat dilamar, ibu sampai menangis, karna ibu tahu betul pengorbanan ayah untuk membeli mobil itu,
Aku menaiki mobil dibantu Dede dan Ichad, Dede dan Ichad mengapitku, dan posisiku seperti biasa, di tengah – tengah mereka,
Ketika mobil melaju, suaranya sangat berisik, dan pernah ibu Nuri, tetanggaku melempar ayah dengan air karna mobilnya yang berisik, tapi ayah masih bercanda walau tahu bu Nuri marah besar, hihihi..
Di dalam mobil, biasanya aku, Dede, dan Ichad bercanda tentang pak Urey yang menjadi guru tergalak di SMP Bintang, Ichad selalu memperagakan marahnya pak Urey, dan Dede selalu memperagakan gaya melas murid yang kena marah pak Urey, walau pak Urey galak, aku yakin.. ia adalah guru yang paling baik, dan paling akrab dengan semua murid SMP Bintang,
Terkadang Ichad dan Dede menceritakan pemandangan di luar mobil, agar aku Bisa merasakan juga keindahan alam yang di buat oleh Allah SWT,

Setelah perjalanan yang kira – kira 30 menit, kami bertiga tiba juga di gerbang nan megah dan didepannya tertulis SMP BINTANG seperti yang diceritakan Ichad dan Dede.
“ nach.. sekolah yang bener ya anak – anak “ ucap ayah dan mengecup kening kami bertiga, kecupan yang hangat dan tak akan kulupakan sepanjang perjalananku di sekolah hari ini.. itulah hal yang membuatku terdorong agar terus menuntut ilmu..
“ ayah juga.. kerja yang bener ya.. hehe..” candaku, ayah terdengar tertawa renyah, dan mengiyakan ucapanku, kudengar suara mobil antic itu mulai menghilang dari hadapanku.
Ichad mendorong kursi rodaku, dan Dede membawakan tas Ichad seperti biasa..
“ Ami.. Ichad.. Dede!!!” panggil suara gadis yang sudah kukenal 2 tahun terakhir ini, Oik.. sahabatku yang sangat merdu dan halus suaranya ini memanggilku dan kedua adikku,
“ hai Oik..” sapaku
“ hai juga Ami.. hai Ichad,Dede..” sapa Oik ramah,
“ hai kak Oik..” ucap Ichad
“ hai kak Oik.. kak Etta mana?” tanya Dede
“ adeuh.. ngapain Tanya Etta nich..” ledek Oik
“ jah.. khan biasanya kak Oik ma kak Etta, jadi kalau sendirian jadi gak asik…” sanggah Dede
“ Etta udah duluan, khan dia piket hari ini,,” jelas Oik masih dengan nada meledek Dede, aku hanya tertawa mendengar percakapan yang asik ini,
“ ya udah, aku titip kak Ami ya kak..” ucap Ichad seraya menyerahkan kendali kursi rodaku kepada Oik,
“ yoy.. jagain kak Ami ya kak!” seru Dede
“ okok.. aku juga jaga Etta buat Dede tersayang hihihi..” ledek Oik menutup percakapan dan mendorong kursiku dengan kencang karna Oik langsung lari takut Dede marah padanya, desiran angin kurasakan.. begitu sejuk, alhamdullilah.. aku masih Bisa merasakan ini semua..
Setelah sampai di lorong menuju kelas 8-E kelasku, Oik, dan Etta, Oik mulai menstabilkan nafasnya yang terengal,
“ lagian kamu ik.. ngapain lari??” tanyaku
“ abis, aku takut di jambak rambutnya sama Dede..” ucap Oik seraya tertawa
“ hahaha.. dasar kamu ik..” ucap ku dan ikut tertawa,
Tapi.. tawa itu terhenti ketika terdengar sebuah suara yang membuat hatiku berbunga,
“ pagi Oik.. pagi Ami..” ucap suara itu, dan pemilik suara itu adalah Emil, siswa 8-A yang menjadi sahabatku saat masih kelas 7.. dan.. aku sadar.. aku suka Emil.. hehe..
“ met pagi.. ehem – ehem..” ucap Oik dan mulai berdehem, karna Oik mengetahui perasaanku pada Emil yang baik dan sangat perhatian padaku sejak pertama kenal..
“ met pagi Emil..” ucapku dengan santai,
“ Oik, kamu kok ehem – ehem gitu? Sakit tenggorokan ya?” Tanya Emil
“ gak kok.. hehe.. mau ngobrol ma Ami?” tawar Oik, aku menyenggol Oik, Oik membalasnya,
“ mmm.. kapan – kapan aja kali ya.. aku lagi ada urusan ma anak OSIS..” ucap Emil, ya.. Emil adalah ketua OSIS SMP Bintang, aku sangat kagum dengan tanggung jawabnya.. dan itulah salah satu dari 3 alasan aku menyukainya hingga kini, walau aku tak Bisa melihat wajahnya..
“ ya uda, dadagh..” ucapku,
“ dadagh Ami, Oik..” ucap Emil dan pergi meninggalkan kami berdua,
“ ih.. Oik,, Emil udah pergi belum?” Tanyaku
“ udah kok..” jawab Oik
“ kamu apaan sich tadi?” tanyaku malu
“ hehe.. udahlah.. kamu senang khan mi kalau harus ngobrol ma Emil??” Tanya Oik menggoda, aku rasa.. sekarang pipiku memerah.. hihihi..
Aku dan Oik melanjutkan perjalanan menuju kelas 8-E,
Setibanya di kelas, Oik menuntunku ke tempat dudukku yang tepat disampingnya, Etta langsung menyapa kami berdua
“ hoi hoi Oik,Ami..” sapa Etta ramah dan lucu seperti biasa,
“ hoi hoi juga Etta,” balasku dan Oik bersamaan, salam yang menjadi tradisi untukku, Etta, dan Oik
Akhirnya pembicaraan yang asik pun mengiringi keadaan kami yang menunggu bel masuk,
“ mi, nanti pulang sekolah, kita mau beli tiket nonton Seventeen.. kamu mau ikut gak?” Tanya Oik
“ mmm.. gimana ya,, ajak Ichad dan Dede ya?” Tanya ku
“ boleh – boleh.. hehehe.. cie Etta..” ledek Oik
“ hah? Kok aku? Apa hubungannya ma aku?” Tanya Etta,
“ ehem.. ehem..” ledek Oik
“ ih Oik.. aneh..” ucap Etta, aku hanya tertawa membayangkan wajah Etta yang panic, kadang aku membayangkan sebuah wajah panic, ku umpamakan bagai badut.. haha.. bodohnya aku.. aku khan gak pernah lihat badut,, tapi jangan salah, aku sering lihat badut di mimpiku.. aku paling suka saat aku bermimpi.. karna.. jika bermimpi,, aku Bisa melihat hal yang indah.. dan aku pernah melihat wajah ayahku yang tampan lewat mimpi.. dari mimpi aku mengenal orang – orang yang ingin ku kenal, walau mungkin itu tak nyata..
‘ KRINGGGG ‘ suara bel akhirnya berkumandang membubarkan anak – anak yang sedang bercanda, dan harus kembali ke seriusnya pelajaran..

Aku mendengarkan suara yang familiar di telingaku,, suara seorang guru lelaki yang sangat kukagumi.. pak Dave..
Lelaki yang mengajar pelajaran biologi itu selalu menyelakan beberapa lirik lagu dan candaan saat mengajar kami.. aku dapat merasakan kebahagiaan dalam pelajaran ini.. mungkin agak sedikit lebay, tapi ya begitulah..
“ ya, kita cukupkan pelajaran pagi ini.. dan Peer hal.57..” ucap pak Dave dan keluar,
Semua anak mulai ricuh, kurasakan suara teman – teman yang sedang bercanda, dan aku menangkap sebuah perkataan yang membuatku sakit hati..
“ heh! Ami! Kamu masih kuat di sekolah normal ini?” Tanya sebuah suara yang kukenal pemiliknya adalah Angel, anak penuh talenta, tapi sombong.. ia selalu meremehkan kecacatanku..
“ kamu kok ngomong gitu sich ngel!!!” bentak Oik dan terdengar suara jatuh seseorang yang ku yakin, Etta sudah mendorong Angel seperti biasa ia lakukan saat membelaku,
“ emang gitu khan? Lagian buat apa sich sekolah ini nampung cewek cacat kayak kamu??!” Tanya Angel lagi, biasanya.. Angel mengejekku bersama temannya Shilla, tapi hari ini Shilla tak masuk karna sakit.
“ kamu juga! Cacat otak!” cerca Etta
Aku menggapai kedua tangan yang selalu ku gandeng, tangan etta dan Oik, ku rasakan keringat mengalir di telapak tangan keduanya,
Aku tarik keduanya menjauh..
“ Ami, kamu diem aja..” ucap Oik lembut
“ iya.. biar kita yang beresin Angel..” ucap Etta juga
Akhirnya mereka melepaskan peganganku dan cekcok lagi dengan Angel,
Aku tak Bisa diam saja..
Ayo Ami.. teriak..! keluarkan keberanianmu..
“ BERHENTIIII !!!!” teriakku, dan aku yakin sekarang semua orang memperhatikanku, semua terdiam, begitupun Etta, Oik, dan Angel
“ kalian kenapa selalu begini?? Angel.. aku.. aku emang cacat.. tapi.. aku akan buktikan bahwa aku tidak payah dan cacat seperti yang kau ucapkan..” ucapku,
“ ah, percuma!!!” bentak Angel, membuatku tertegun
“ dasar cewek buta! Kamu gak tahu khan?! Gimana kelakuan Oik dan Etta dibelakangmu?? Mereka juga menjelekkanmu! Mereka bilang,! Mereka itu cape’ ngurusin anak cacat kayak kamu!!!” bentak Angel.
Aku terdiam.. tak kusangka.. Angel akan berbicara seperti itu tentang Oik dan Etta, airmataku hangat mengalir.. aku tutup mukaku yang pasti konyol karna menangis,
“ Ami.. jangan percaya sama Angell.. kita khan bersahabat..” ucap Oik seraya mengelusku, aku hanya terdiam tak mau berbicara pada siapapun, aku langsung menghindar dari kerumunan, kuraba pintu keluar.. dan keluar dari ruangan yang membuatku depresi..
Aku meraba tembok menuju tempat biasa aku mengadu pada mu ya Allah.. mushola..

Tiba di mushola, aku mengambil air wudhu, dan sholat duha,
Selesai itu, aku berdoa, aku menangis..
“ allah.. aku percaya dengan kuasamu.. aku yakin.. Etta dan Oik adalah sahabatku,, Allah.. Ami mohon.. berikan kepercayaan untukku agar aku tidak suuzon pada 2 sahabatku yang terbaik.. Allah.. berikan aku kekuatan agar aku BIsa membuktikan pada semua orang.. bahwa aku adalah seorang yang dapat membentangkan sayap Surga mu..” doaku, ku dengar suara langkah yang ku hapal, langkah kaki Oik dan Etta.
“ maafin kami Ami.. kami gak bermaksud bilang seperti itu.. kami janji, kami gak akan mengecewakan kamu.. kami Sayang Ami..” ucap Oik
“ iya Ami.. kami sangat Sayang kamu.. waktu itu, kami memang kesal padamu, karna kami tak Bisa menonton konser itu karna kami harus mengantarmu terapi.. perasaan bodoh itu tak akan kami ulangi lagi, kami janji..” ucap Etta yang kurasa ia sedang menangis, aku terdiam.. ternyata perkataan Angel benar, tapi.. tak Apa.. sekarang.. sahabatku kembali..
“ aku gak apa – apa kok.. makasih ya kalian udah mau jadi sahabatku..” ucapku seraya merangkul Oik dan Etta

Kami bertiga kembali ke kelas, di kelas terasa sunyi..
“ lho? Kok sepi sich?” Tanya ku
“ iya, khan lagi pada ke kantin..” ucap Oik
“ kamu laper gak mi?” Tanya Etta
Aku menggeleng, karna nafsu makanku sudah hilang akibat kejadian tadi..
“ tapi kamu haruus makan mi..” ucap Oik
“ aku gak papa kok ik.. aku khan kuat..” ucapku menghibur Oik yang suaranya masih terisak,
“ kamu masih marah sama kita ya mi?” Tanya Etta
“ gak kok.. aku bener – bener gak laper aja,,” ucapku meyakinkan,
Entah kenapa, Aku memutuskan untuk berkeliling sekolah,, diantar Oik dan Etta,
Aku mendengar dengan jelas sebuah suara yang lembut dari ruang music.. aku meminta Oik agar diantar ke ruang music,
Akhirnya Oik mendorong kursirodaku menuju ruang music, dengan diikuti Etta tentunya..
Aku mendekatkan telingaku ke pintu untuk menguping,
“ ada.. cerita,, tentang anak manusia.. saat kita bersama..” senandung suara indah itu.. suara 2 anak lelaki.. dan, sangat lembut, dan penuh penghayatan.. dan alunan piano yang sangat indah mengiringi suara merdu mereka,
“ indahnya suara mereka.. lagu yang serupa.. dengan lagu yang di mainkan oleh ayahku jika sedang bermain piano.. alunan piano yang sangat indah..” ucapku kagum,
“ oh,, mereka ….

1 komentar:

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini