Senin, 28 September 2009

Sayap Surga Bagian 2

Sayap Surga bagian 2
" oh.. mereka Obiet dan kak Kiki, dan yang bermain piano itu adalah Sivia..” jelas Oik
“ yap.. mereka adalah trio music.. trio yang benar – benar menggugah hati.. mereka luar biasa..” jelas Etta
“ kenapa aku tak tahu itu?” tanyaku
“ hehe.. karna mereka memang baru membentuk trio ini.. apa kau tak ingat Obiet?” Tanya Oik
“ Obiet..” ucapku ragu, aku menerawang ke jauh hari.. nama Obiet seperti pernah ada dalam hidupku..
Ya..! aku ingat! Obiet adalah anak yang menghiburku saat aku menangis karna celaan Angel.. ia menghiburku dengan menyanyikan lagu yang membuatku tersentuh dan ceria kembali.. tapi saat aku ingin berterimakasih padanya, ia telah pergi.. dan sekarang, aku ingin mencoba berterimakasih padanya, tapi saat aku ingin membuka pintu, Oik dan Etta mencegahku,
“ kenapa?” Tanya ku
“ mereka sedang latihan untuk pensi.. sepertinya sangat serius..” ucap Oik
“ ok.. aku mengerti..” ucap ku memaklumi,
“ ayo kita kembali kekelas..” ajak Etta
Kami bertiga pun kembali kekelas, sekarang dikelas sudah ramai dengan kericuhan teman – teman,
Di tempat duduk, hatiku berbicara..
Kenapa tak kucoba berduet piano dengan Sivia? Dan aku akan menunjukan sayap Surga ku.. pada semua orang..
“ kamu kenapa mi?” Tanya Etta yang menangkap ku sedang bengong,
“ oh gak papa kok..” ucap ku
Aku pun bertekad untuk mengutarakan niatku pada Sivia, Obiet, dan Kiki besok..

Sepulang sekolah, Ichad dan Dede ke kelasku untuk menjemputku, tapi.. hari ini aku ingin ke danau dekat rumah yang kunamakan bersama Ichad dan Dede sebagai Danau Bintang.. karna menurut cerita Dede dan Ichad, setiap malam,, Danau itu bersinar dengan indahnya karna pantulan sinar bintang, walau aku tak dapat melihat keindahannya.. tapi aku berusaha membayangkannya..
“ kita ke danau bintang yukk..” ajak ku
“ ok.. tapi jangan lama – lama ya..” setuju Ichad
“ kamu gak jadi anter kita beli tiket mi?” Tanya Etta
“ maaf ta..ik.. aku capek banget,, maaf ya..” sesalku
“ iya gak papa kok, kamu mau ikut nonton konser gak?” Tanya Oik
“ aku gak Bisa ik,ta..” ucapku, mungkin ini karna ucapan Angel tadi pagi,
“ ya udah.. kami pergi dulu ya mi..” ucap Oik, dan mereka berdua berlalu..
Hatiku sebenarnya masih sakit.. tapi.. aku ingin mencoba ikhlas..
Allah kenapa dengan diriku??

Aku, Ichad, dan Dede kini sudah berada di danau Bintang,
Aku duduk di rumput bukit yang hangat, ku masukan tanganku ke danau..
“ dingin..” ucapku
“ ya, dingin.. khan udah sore..” ucap Ichad, aku tersenyum
“ kak Ami, kenapa kok tiba – tiba mau ke danau bintang?” Tanya Dede
“ kakak lagi cari sayap kakak yang hilang..” ucap ku yang pasti membuat 2 adik tercintaku bingung
“ hah??!” Tanya Ichad dan Dede bersamaan
“ iya.. sayap Surga.. cerita yang kuno memang..” ucap ku,
“ ceritakan donk kak..” pinta Ichad manja
“ baik.. dulu.. ayah selalu menceritakan tentang sayap Surga yang dimiliki oleh seluruh orang di dunia.. dan baru Bisa ditemukan oleh orang yang berhati mulia.. jadi.. kakak ingin menjadi orang yang berhati mulia..” ucapku
“ kakak sudah berhati mulia, kenapa harus cari di danau ini?” Tanya Ichad
“ karna.. hati kakak kotor lagi..” ucapku agak menahan tangis
“ kenapa Bisa begitu kak?” Tanya Dede yang mulai menggenggam tanganku karna tahu aku sudah kedinginan, Ichad memakaikan jaketnya padaku,
“ kakak udah gak percaya sama sahabat kakak sendiri..” ucapku
“ kak Oik dan kak Etta maksudnya?” Tanya Ichad
“ ya,, kakak egois.. kakak marah pada mereka hanya karna ucapan mereka, yang sebenarnya .. itulah kenyataannya..” ucapku,
“ memang mereka bilang apa kak?” Tanya Dede
“ itu hal yang tak akan kakak bahas.. mmm.. sekarang sudah mulai dingin ya..? yaudah dech.. kita pulang yuk..” ajakku agar kedua anak ini tak terlalu banyak bertanya, aku tak mau mengingat kejadian tadi pagi.
Akhirnya kami bertiga pulang.

Di rumah, kak Fani sudah menunggu kami dengan cemas,
“ masya allah..! kalian darimana aja??” Tanya kak Fani,
Aku mengelus dan menggenggam tangan kak Fani,
“ kita hanya ke danau bintang kak.. maaf ya.. gak bilang – bilang..” ucapku
“ iya udah.. lain kali bilang dulu ya..” ucap kak Fani dan merangkul aku Ichad dan Dede.
Sore itu terasa berat untukku, sudah banyak airmata yang ku keluarkan, aku memutuskan bermain piano,
Ku pencet satu nada.. terdengar seperti do, dan aku mencoba mengingat letak nada yang diberikan tanda oleh ayah, tapi.. aku melepas semua tanda itu, karna aku yakin.. saat aku pentas nanti.. tak ada penanda di piano lain.
Aku hapal dengan cukup cepat, karna kemampuan menhafalku juga lumayan baik, terimakasih Allah..
Mulai ku mainkan sebuah lagu yang ku hapal berjudul semua tentang kita ciptaan peterpan..
Alunan indah sudah kudengar, tapi..
‘ TENGG ‘ ada sebuah nada sumbang, aku mecoba sekali lagi,
Ternyata karna ada yang menyumbat di bagian bawah nada,
Aku lanjutkan lagi permainan pianoku..
Seusai memainkan piano, Ichad dan Dede langsung menghambur memberi pujian untukku..
“ bagus banget kak Ami!!” seru Dede
“ iya kak.. sumpah!!! Aku mau nangis dengar permainan piano kakak!!!!” seru Ichad,
“ terimakasih..” ucapku, begitulah aku.. aku bersama kelebihan juga kekuranganku..


Malamnya..
“ ayah.. ajari aku agar Bisa berduet dengan ayah..” pintaku
Ayah tertegun mendengar permintaanku,
“ baiklah Ami.. setelah makan malam, kita mulai latihannya ya!!” seru ayah terdengar sangat bersemangat, aku tersenyum riang mendengar ayahku yang kembali bersemangat, memang.. akhir – akhir ini aku dan ayah jarang bertemu, karna, ya.. urusan masing – masing..
Akhirnya seusai makan malam, aku dan ayah duduk didepan piano,
“ dengarlah dan rasakanlah alunan piano ini Ami..” ucap ayah dan memulai permainannya.. permainan yang sangat kurindukan.. alunan indah kurasakan di telingaku.. aku menangis.. aku sedih.. kenapa aku melupakan ayah,!! Ingin ku teriakkan rasa ini, tapi akhirnya ku peluk ayahku..
“ ayah.. Ami kangen ayah..” ucapku terisak
Ayah mengelus kerudungku yang tipis, penuh kasih Sayang
“ ayah juga kangen Ami.. tenang ami.. ayah tak akan meninggalkanmu.. ayo kita belajar lagi..” ucap ayah dengan penuh keyakinan,
Aku melepas pelukannku, aku coba menekan sebuah not, yang berarti re.. lalu ku mundurkan tanganku.. ku coba merasakan suara – suara nada di piano tersebut, coba kupadukan.. dan terdengarlah sebuah nada baru yang indah..
Ayahku terkejut, ia langsung menghentikan tanganku,
“ kau belajar dimana Ami??” Tanya ayah heran
“ aku baru menemukan nada ini tadi..” jawabku
“ kamu memang terlahir untuk menggantikan ibumu ami..” ucap ayah
“ ibu?” tanyaku
“ ibumu adalah seorang pianis yang dapat menciptakan nada indah tanpa sadar Sayang..” jelas ayah, aku mengangguk dan melanjutkan permainanku, kuulang nada yang baru kubuat, terdengar lebih indah.. aku mendengar ayah sedikit terisak, tapi tak kuhentikan permainan pianoku, karna kuyakin.. airmata itu.. adalah airmata bahagia..
“ dulu.. ayah melihat sayap yang berkembang dari punggung ibumu Ami.. tapi.. aneh.. hanya Ayah yang dapat melihat sayap itu..” cerita ayah
“ sayap Surga yah?” tanyaku memastikan
“ ya.. sayap Surga..” jawab ayah
“ aku ingin mengembangkan sayapku ayah..” ucapku
“ kamu pasti Bisa Sayang..” ucap ayah seraya mengelusku,
Malam itu.. aku dapat merasakan bahwa ibuku berada di antara diriku dan ayah..
Seusai latihan, aku pun menuju kamarku.. aku melewati kamar Ichad dan Dede, aku dekatkan telingaku, sunyi.. mereka sudah tidur..
Aku paling membenci kesunyian.. karna kesunyian membuatku merasa sendiri.. dan terkadang aku berfikir.. aku memang sendirian.. gelap yang kurasakan sejak kecil, sudah biasa kurasakan.. tapi.. kesunyian.. aku tak mau merasakan kesunyian..
Tapi tak mungkin aku membangunkan orang – orang rumah untuk menemaniku, aku tersenyum dan kembali ke kamarku,, tertidur dengan tenang.. dan menyambut hari esok, dan aku akan mengutarakan niatku untuk ikut kedalam group Sivia, Obiet, dan Kiki..

Keesokan paginya, Ichad tak seperti biasanya..
Ia tak membantuku menaiki kursi roda, aku sangat senang tapi kesusahan.. aku mencoba menaiki kursi roda, tapi.. itu sulit.. aku terjatuh.. Ichad memegangku untuk menolong, aku menolak..
“ biarkan aku sendiri Ichad..” ucapku
“ tapi kak..” ucap Ichad ragu, aku hanya tersenyum dan melepas pegangan Ichad, dan mencoba lagi, memang susah.. sangat susah.. aku terus mencoba, entah berapa kali aku jatuh, dan berapa waktu yang kuhabiskan.. dan aku sudah tak tahu bagaimana ekspresi Ichad yang panic, dan aku yakin.. di kamar bukan ada Ichad saja, tapi ada kak Fani, ayah, dan Dede..
“ udah mi.. sini Ichad bantu..” ucap Ichad dan nada bicara Ichad yang seperti menahan tangis membuatku yakin kepanikan Ichad sudah memuncak, mungkin memar di kakiku sudah banyak.. tapi aku akan berusaha.. untuk hari ini dan seterusnya..
“ aku tak ingin menjadi seorang yang cacat.. aku ingin menjadi anak normal.. tanpa bantuan siapapun.. aku ingin Bisa melakukan hal kecil sendirian.. dan aku yakin.. kalian pasti mengerti..” ucapku, Ichad melepas pegangannya lagi,
“ berusahalah Ami..” ucap kak Fani
“ ayo Sayang.. berjuang..” ucap ayah
Aku terus mencoba.. dan akhirnya.. kursi roda tua itu dapat kukendalikan, tak bergoyang jika ku pegang, aku sudah memastikan tak ada yang memegang kursi rodaku dan membantuku, ku taiki kursi roda tuaku.. dan alhamdulilah.. berhasil..!!
Semua yang ada dikamar senang bukan main, Ichad langsung memelukku, ayahku merangkul diriku, sobat.. inilah yang aku nantikan.. berusaha mandiri walau itu sulit..
Setelah menaiki kursi roda sendiri, esok aku akan menyiapkan semua peralatan sekolahku sendiri, tanpa bantuan Ichad,
Sarapan pun berlangsung lebih berat, karna rasa lelahku yang tak terkira.. ayahku bilang, kakiku memar dan lecet, tapi aku tak dapat merasakan itu semua.. karna aku lumpuh.. hehe..
Sobat, aku lupa.. menceritakan bagaimana aku mengenali seseorang yang aku sayangi selain dari suaranya.. yaitu baunya..
Ayahku selalu berbau parfum mint yang ia pakai.. setiap aku memeluk ayahku, aku selalu mencium aroma segar mint dari ayah.. jadi.. jika sehari saja aku tak mencium aroma mint dari ayahku di rumah.. rasanya aku ingin menangis, walau aku tak sendirian..
Dan kak Fani.. parfum jeruk yang ia pakai selalu kurindukan, dan kebetulan buah kesukaanku adalah jeruk hehe..
mmm.. bau Dede dan Ichad seperti biasa.. seperti anak – anak lainnya.. sesuai jaman.. hehe.
Hari ini tak ada sup kastanye, karna kak Fani sedang membuat resep sarapan baru.. bubur ayam..
Mmm rasanya sangat nikmat, tapi sup kastanye buatannya tak ada yang mengalahkan.. aku santap bubur itu, hingga aku tambah 2 kali.. hehe..
Sobat.. kak Fani adalah juru masak favoriteku.. karna.. aku suka semua masakannya, tak ada satu makanan pun yang tak enak jika ia yang memasak.. tapi Dede punya satu makanan yang ia tak suka dari kak Fani.. yaitu paprika goring, aku bingung kenapa Dede tak menyukai paprika goring.. ia pernah bilang, bentuknya aneh.. jadi dia tak suka, tapi aku tak peduli dengan bentuk, jika rasanya enak.. aku suka.. hehe..
Tapi ada juga satu masakan yang tak suka, tapi bukan buatan kak Fani.. tapi buatan Dede dan Ichad! Saat ultahku yang ke10, mereka membuatkanku sebuah kue rasa pandan.. dan aku paling tak suka dengan bau pandan!! Tapi kucoba memakannya untuk menghargai kedua adikku yang saat itu baru untukku.. dan aku bilang pada mereka setelah seminggu kemudian, aku tak suka pandan.. tapi kue buatan mereka enak juga.. hehehe..
Sobat, sebenarnya hidupku ini sudah sangat menyenangkan, tapi ada satu yang kurang.. yaitu.. ibu.. aku ingin punya ibu.. tapi aku tahu juga.. ayah tak mungkin mencari pengganti ibu,, jadi aku bersabar saja.. hehe
Seusai sarapan, aku bersama Ichad dan Dede berangkat seperti biasa dengan ayahku,
Tapi.. saat tiba di sekolah, terasa suasana yang berbeda di gerbang sekolah,
“ Ichad, Dede.. ada apa sich di gerbang?” tanyaku
“ itu.. ehmmm.. inalilahiwainalilahirojiun.. ayah kak Riko meninggal kak, jadi.. anak – anak kelas 9-B melayat semua.. “ ucap Ichad
“ semuanya menangis kak..” lanjut Dede
Dadaku sesak, ayah? Ayah kak Riko? Ayah yang sangat baik..
Sobat, tahukah kau kenapa aku bilang ayah kak Riko baik? Karna.. aku tahu.. Kak Riko dan keluarganya mempunyai sebuah toko obat, dan aku bersama ayahku pernah mendatangi toko obat mereka,
Di toko obat itu, terdengar sebuah suara yang sangat ramah, dan ku baru tahu suara bapak yang ramah itu adalah suara ayah kak Riko, karna saat ayahku dan ayah kak Riko sedang mengobrol, kak Riko menyapaku dan dari situlah aku tahu.. ayah kak Riko adalah orang yang baik, karna tahukah kau kawan.. suara seseorang dapat mewakili sifatnya.. aku belajar itu dari kak Fani, karna kak Fani mengambil jurusan psikologi dan kedokteran, wow.. hebat bukan? 2 jurusan di 2 universitas berbeda.. mungkin hanya ini yang dilakukan kak Fani untuk mengisi masa lajangnya,
Aku, Ichad dan Dede akhinya berpisah, setelah Dede dan Ichad mengantarkanku ke kelas,
Kelas masih terasa sepi. Hanya ada beberapa anak, mereka semua menyapaku, maka dari itu aku tahu ada sekitar 10 orang yang ada di kelas yang berjumlah 30 anak ini.. aku belum menemukan suara Oik dan Etta yang centil, dan juga suara Angel yang selalu mencercaku..
Beberapa saat kemudian, terdengar suara centil kedua sahabatku..
Mereka berdua langsung menyeruak masuk, dan bercerita tentang pembelian tiket konser kemarin, aku menunjukan ekspresi geli terhadap kelakuan mereka, akhirnya.. aku dan kedua sahabatku kembali bercanda, telah lupa dengan kejadian bodoh yang kemarin terjadi,,
Ketika kami sedang asik bercanda, aku mulai mengutarakan niatku bergabung dengan group music Obiet..
“ aku ingin gabung ma mereka, dan aku akan berduet piano dengan Sivia..” ucapku,
“ ok banget mi!! aku setuju!!” seru Etta
“ yap!! Nanti pulang sekolah, kami akan mengantarmu ke ruang biasa mereka latihan!!” seru Oik
“ terimakasih..” ucapku dan tersenyum lebar,
Beberapa saat kemudian, bel pun berbunyi.. dan pelajaran dimulai, tapi pikiranku terus tertuju pada group music itu..

Sepulang sekolah,
Seperti biasa, Dede dan Ichad sudah menungguku di depan kelas,
“ Ichad, Dede.. aku mau ada urusan sebentar.. kalian tunggu di gerbang aja..” ucapku
“ gak ah, kami mau ikut kak Ami..” ucap Ichad,
“ ya udah dech.. ayo..” ucapku akhirnya, aku bersama 2 sahabatku dan 2 adikku menuju ruang kesenian..
Setibanya di ruang kesenian,
“ good luck ya sai..” ucap Oik lembut
“ ok.. doakan ya..” ucapku
Aku pun masuk.. dengan rasa yang sangat berdebar – debar,, aku menyapa ketiga anak luar biasa ini..
“ se..se..selamat siang..” ucapku gugup
“ siang.. kamu Ami khan? Masih inget Obiet gak?” Tanya Obiet ramah
“ masih kok.. makasih ya untuk lagunya..” ucapku
“ iya sama – sama mi.. oh iya, kamu mau ngapain?” Tanya Obiet
“ aku.. aku.. aku mau gabung sama group kalian.. dan aku ingin berduet piano dengan Sivia.. boleh gak?” tanyaku
Mereka bertiga terdiam, dan akhirnya..
“ coba kau tunjukan kemampuanmu Ami..” ucap sebuah suara gadis yang sangat lembut, dan aku yakin dialah Sivia.
“ baik!” ucapku pasti
Kursi rodaku di dorong, hingga aku sudah berada di depan piano.
Ku lemaskan jari – jariku, dan mulai ku pencet satu nada, dan aku langsung tahu dimana letak nada yang harus kumainkan..
Aku mulai memainkan piano dengan syahdu, semua tenang.. dan suara yang dikeluarkan piano itu sangat jernih..
Selesai permainan, aku yakin.. mereka akan merekrutku sebagai bagian dari mereka..
“ maafkan kami Ami.. tapi.. permainanmu.. terlalu bagus untuk kami.. aku yakin.. kamu Bisa menampilkan permainan pianomu.. solo..” ucap Obiet
“ ya.. Ami.. aku tak Bisa mengimbangi permainan piano mu yang indah.. mm.. sekarang.. kuserahkan Obiet untuk menjadi pengiring lagumu.. Obiet, kamu mau khan berlatih dengan Ami?” Tanya Sivia
“ iya biet, suaramu pasti akan lebih indah jika diiringi oleh alunan luar biasa dari Ami..” saran kak Kiki
“ mm.. lalu bagaimana dengan kalian?” Tanya Obiet
“ kami berdua Bisa tampil kok, permainan sebagus Ami sangat Sayang jika ditolak.. tapi.. kami benar – benar tak sanggup menerimamu Ami..” ucap Sivia
“ ok, kalian berdua harus Bisa berjuang tanpaku ya? Dan Ami.. sekarang kita akan berjuang untuk penampilan kita di pensi..” ucap Obiet
“ terimakasih..” ucapku lembut, aku tak menyangka Bisa berduet dengan orang yang telah menghiburku dengan suaranya yang sangat lembut.. hatiku senang bukan main, Obiet mengantarku hingga keluar, Oik, Etta, Ichad dan Dede langsung memberikan selamat yang meriah untukku,
“ Obiet, kamu harus jagain kakakku tercinta ini ya!” seru Dede,
“ hehe.. iya iya..” ucap Obiet,
Aku sangat bahagia di saat – saat seperti ini.. Allah.. terimakasih..
Kami ber6 pun pulang dengan riang..
Di saat aku harus berpisah dengan sahabat baruku,,
“ Ami, kita mulai latihan ya.. besok aku akan selalu jemput kamu ke kelas, dan kita akan berlatih di rumahmu.. kamu punya piano bukan?” Tanya Obiet
“ iya.. sipplah biet..” ucapku, dan Obiet pergi meninggalkan kami bertiga

2 komentar:

  1. kak sufii..... kakak baiiiiiiiik deh udah masukin aq ke cerita kakak.... aq smpe senyum2 ndiri ni bacanya.... hehe

    BalasHapus
  2. iya sama - sama sayang..
    hehe..

    BalasHapus

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini