Senin, 12 April 2010

The miracle voice chapter 1

Berawal di tahun 1998.
Seorang wanita dg perutnya yg sungguh besar di antarkan dengan sebuah tempat tidur beroda menuju sebuah ruangan bedah, derap kaki mengiringi jeritan wanita itu.
Setelah wanita tersebut masuk ke ruang bedah, lelaki yg mengantarkan nya pun menunggu dengan cemas, bak sebuah mobil lalu lalang di jalanan yang sepi, lelaki tersebut melakukan hal yg sama selama beberapa jam.
Menggigit jari, mondar mandir, berkeringat dingin, dan lainnya.
Hingga 5 jam kemudian.
" OEEEEEEEE " suara tangisan seorang malaikat kecil yg baru lahir terdengar memekakan telinga.
Tapi tidak untuk seorang lelaki yg resmi menjadi ayah tunggal untuk bayi mungil tersebut, suara tangisan bayi itu sungguh membuat lelaki itu bahagia hingga tangisan kecil terjadi dalam diri ayah baru ini.
Seraya, lelaki ini mengintip ke dalam ruang bedah.
" maaf pak, anda belum bisa mengintip " ucap seorang suster.
" oh, maaf mbak " ucap lelaki tersebut dan berjalan lunglai ke bangku yg dari tadi menjadi saksi nya menunggu kelahiran buah hatinya.
Setelah beberapa lama, akhirnya suster yg tadi mengusirnya mengajak lelaki itu ke kamar para bayi yg baru dilahirkan, termasuk bayinya.
" silahkan pak, itu bayi bapak, perempuan. Cantik bukan ? "
" sangat cantik, mbak suster, saya ingin menemui istri saya "
" boleh, ayo ikut saya "
setibanya di dalam kamar bedah, tempat lahirnya anak pertama pasangan suami istri tersebut.
" anak kita perempuan yah "
lelaki itu mengangguk senang
" jadi kita akan menamai nya siapa yah ?" setelah lama berfikir, akhirnya sebuah kata terlintas di pikiran ayah ini
" Christa, bunda "
" Dea yah.."
" Amanda, hmm.. Dea Christa Amanda ! " seru ayah
" ya ! Chris ! itu nama panggilannya ! " setuju bunda sekaligus memberi usul nama panggilan
" tentu ! Chris.. "
***
Beranjak 2 tahun kemudian..
" mama benar akan tinggal di sini?" tanya ayah
" iya, aku ingin terus bersama Chris " ucap seorang wanita renta tapi berwibawa.
" baik ma " setuju bunda
" dan piano ini aku berikan pada Chris " ucap Oma
sebuah piano besar di keluarkan dari mobil boks besar.
" terimakasih ma " ucap bunda
setelah adanya Oma di tengah keluarga ini, semua begitu lancar.
Hingga akhirnya..
" PRANGGG " sebuah suara piring pecah mengagetkan semua penghuni rumah.
Bunda. Ayah. Oma langsung menuju sumber suara.
Chris terlihat duduk di depan pecahan piring tersebut, tatapannya dingin, ia duduk meringkuk menatap pecahan piring itu.
" Chris, kamu nggak apa - apa khan? " tanya bunda cemas, tapi Chris terus diam.
" ada apa dengan Chris bunda ?" tanya ayah, tapi bunda hanya menggeleng.
Awalnya sikap aneh Chris hanya di anggap kenakalan anak biasa.
Tapi selang beberapa bulan, saat Chris di masukan ke suatu Play Group.
Chris seperti orang sakit jiwa, terkadang diam dan menyendiri, kadang marah tak keruan hingga semua orang menjauhinya.
" tak ada satupun orang yg berani mendekatinya nyonya " ucap salah satu guru disitu.
" memangnya kenapa bu ?
" anak nyonya adalah seorang autis " pernyataan tersebut menghantam keras di hati bunda, tak di sangkanya, anak perempuan tunggal nya adalah seorang autis.
Seorang yg mempunyai penyakit kejiwaan yg mustahil disembuhkan.
Bunda langsung membawa Chis keluar dari Play Grup tersebut.
***
Di rumah, bunda menceritakan semua pada ayah dan oma.
" tidak mungkin bunda! Ayah tak percaya !" protes ayah
" tapi itulah kenyataannya ayah "
semua menatap Chris yg duduk termangu, pandangannya sungguh kosong.
Ayah dan bunda tak tahu lagi apa yg harus mereka lakukan hari ini dan seterusnya untuk Chris.
***
Selang beberapa bulan setelah semua orang tahu bahwa Chris adalah Autis.
Bunda kembali melahirkan seorang anak lelaki yg mereka beri nama Yohanes Baptista Obiet Panggrahito.
" semoga Obiet adalah anak yang normal ya yah " ucap Bunda
" semoga bun" setuju Ayah
***
5 tahun kemudian..
Kehidupan Chris sungguh di bedakan dari Obiet, jika Obiet adalah sang kebanggaan, Chris hanyalah bayangan nya.
Obiet pun malu mempunyai Chris sebagai kakaknya.
" bunda, kenapa kak Dea tidak di masukan ke rumah sakit jiwa ?" tanya Obiet, bunda langsung terhenyak mendengar pertanyaan Obiet.
Niat itu memang sudah ada dalam benak bunda saat Obiet berumur 3 tahun, dan mulai mengharumkan nama keluarga yg dulu sempat tercemar akibat Chris yg Autis.
Tapi Oma bersih keras menolak usulan itu, begitu juga ayah.
Chris mendengar pembicaraan adiknya dg bunda.
Hati Chris terluka, tapi ia tak dapat menangis, karna ia bahkan tak tahu cara mengeluarkan air mata.
Kesedihan itu pun tetap ada di hatinya, dan tak pernah sembuh.
***
Chris duduk di depan piano pemberian oma nya di temani sebuah sangkar berisi temannya, sang Merpati yg ia namakan Ray.
" Ra.. Ray.. Kenapa bunda tak me..me..me nginginkanku "
tapi seekor burung merpati tak dapat menjawab nya.ia hanya menjadi saksi bisu kesedihan Chris.
Kamar Chris adalah sebuah ruang kedap suara, jadi jika Chris mulai marah, tak ada yg mendengarnya.
Kecuali Oma nya yg kamarnya ada tepat di sebelah kamar Chris.
Hingga pada suatu hari, Chris mencoba membaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini