Sabtu, 21 Agustus 2010

Two Spirit for Love 11 - 12(bag.1)

PART 11
Pagi ini terasa lebih dingin dari hari kemarin, Manda merapatkan syal nya dan memakai sarung tangan wol agar membuatnya lebih hangat . begitupun Angel, Oliv dan Agni
Mereka berempat jalan berdampingan, terlukis di wajah Oliv kelelahan dan sakit hati yang luar biasa. Mungkin karna kejadian sebelum ia masuk ke kamar no.41 yang kini menjadi tempat tinggal sementara nya.
Alunan piano terdengar sangat merdu dan volumenya juga amat kencang. Hingga seluruh anak Smp Yusha bisa mendengar suara tersebut, tapi. Alunan itu hanya di dengar oleh Manda. Hanya Manda
“ hei teman – teman, dengar suara piano itu ? indah banget “ ucap Manda pada ketiga sahabanya yang sedang mengerjakan suatu hal masing – masing
“ suara piano ? suara apa nda ?” Tanya Angel heran
“ itu, suara nya sangat jelas .. masa’ kalian gak dengar ?”
“ kamu pasti masih lelah dengan kejadian kemarin ya ?, ayo kita cepat ke kelas. Jam masuk akan segera berdering “ ajak Oliv
“ ayo “ setuju Angel seraya menarik tangan Manda

Alvin mulai memetik beberapa senar gitar, ia membayangkan wajah Manda yang sangat manis sedang tersenyum padanya, ia ingin sekali bertemu dengan manda. Hanya itu yang ia rindukan saat ini, melihat nya bermain piano hanya untul Alvin, air mata Alvin kembali menetes. Ia kembali merasa bersalah. Kenapa saat itu tidak ia genggam tangan Manda erat. Agar Manda tidak lepas dari hadapannya, agar Manda masih ada di sini bersamanya. Menyesal ? ya. itu yang bisa di rasakan Alvin saat ini.
Flash back
“ apakah 3 tahun lagi, kita akan terus bersahabat ?” Tanya Alvin pada Dea yang sedang menatap pemandangan sekitar, tangan Alvin menyimpan harmonica kesayangannya di saku belakang celananya. Ia menggerakan tangan kanannya menuju tangan Dea
“ kamu ngomong apa seh ? ngawur aja, ya tetep dong “ Alvin yang mendengar ucapan Dea barusan mengurungkan niatnya untuk menggenggam tangan Dea, Dea tersenyum lagi pada Alvin, senyum yang biasa ia berikan untuk Alvin. Senyuman paling lembut yang hanya di berikan Dea pada Alvin. Bukan siapa – siapa, hanya Alvin, Alvin juga ikut tersenyum. Matanya berkaca – kaca, entah apa yang sedang ia pikirkan, ia merasa saat itu ia sangat cemas karna ia sangat takut kehilangan Dea.
“ bener ya ? janji ?” tanya Alvin dengan pasti, seraya mengangguk Dea berkata
“ janji “
Alvin pun dengan pasti meraih tangan Dea, Alvin dengan cepat mencari kelingking Dea dan mengaitkannya pada kelingkingnya
“ aku berjanji, akan selalu menjagamu Dea “ Dea menatap mata Alvin yang kini penuh dengan keyakinan, di dalam hati. Dea berjanji juga, ia akan terus yakin juga percaya pada Alvin. Hanya itu janjinya . janji yang selalu ia simpan dalam hati, juga 2 cinta yang ada di hatinya. Cinta yang tak pernah ia katakan pada siapapun kecuali. Alvin.
Flashback off
Alvin segera membuka laptopnya. Ia cari nama teman di halamanya, dan memang hanya 1 teman yang ia punya. Dea Christa Amanda, tapi sepertinya Manda sudah jarang sekali memainkan fb nya. Bahkan sudah berpuluh – puluh wall yang di kirim Alvin pada Manda tak di balas. “ de, aku kangen kamu .. kenapa kamu ga pernah bales semua pesanku ? apa aku masih salah mencintaimu ?” tanya Alvin masih dengan perasaan serba salah dalam hatinya, “ Via .. aku butuh kamu “ pinta Alvin agar Sivia bisa muncul di hadapannya. Sivia yang selama ini selalu menemani Manda dan Alvin. Mendengar permintaan Alvin
“ terimakasih kak, kakak sudah mau memintaku untuk berada di samping kakak .. aku, hanya akan menjaga kakak saat kakak memang sangat membutuhkanku, bukan saat ini kak. Maafkan aku “

Air mata Manda menetes sedikit demi sedikit, entah kenapa. Hatinya terasa sakit lagi, sangat perih hingga ia tiba – tiba saja merasa tubuhnya lemas, tak kuat lagi berjalan mengikuti ketiga sahabat di depannya. Ia terduduk, ketiga sahabat Manda rupanya tak tahu jika Manda tidak mengikuti mereka
“ kak Alvin, Manda rindu kakak “ lirih Manda, air matanya terus mengalir .
“ aku masih ingat dengan janji ku pada kakak .. aku akan kembali, dan aku akan bermain piano untuk kakak “ ucap Manda
Seorang anak lelaki duduk di samping Manda, ia mengelus rambut Manda
“ aku akan membantumu Dea “ Rio memanggil Manda dengan sebutan Dea, karna menurutnya Manda pasti rindu ingin di panggil Dea
“ kak Rio ..” Manda menatap mata Rio, sinar mata Rio sama seperti Alvin saat 3 tahun yang lalu.. ia masih bersama Alvin, ia yakin bahwa Rio akan menjaga dan membantunya
“ terimakasih kak “ ucap Manda seraya menghapus air mata nya sendiri
“ ayo ke kelas “ Manda menyanggupi ajakan Rio dan berjalan bersama genggaman tangan Rio di tangannya.

Surga ? aku ingin ke sana .. hidup layaknya semua roh baik berada. Tapi kenyataannya aku bukanlah roj baik .. aku hanya penjaga mereka, walaupun baik. Aku tak mungkin bisa ke Surga .. gumam Sivia dalam lamunannya, ia masih mengawasi 2 sosok yang berada di lain tempat. Jarak mereka sangat jauh, tapi hati keduanya sungguh dekat. Menyatu, 2 cinta yang penuh dengan kekuatan, Sivia tersenyum untuk keduanya. “ Tuhan, aku tak pernah melihat kekuatan cinta yang begitu indah .. aku, juga ingin berada di antara mereka, aku ingin merasakan cinta juga .. “ lirih Sivia seraya menatap kedua anak yang di harus ia jaga hingga kedua anak itu melupakannya. Dan Sivia akan hilang tak berbekas dari dunia ini. “ mama, maaf ya. aku membohongi mereka, aku bilang aku adalah sisi lain Dea Alvin, tapi sebenarnya .. aku adalah penjaga mereka, mama sudah mengutusku untuk mereka, karna mama sangat mengkhawatirkan mereka dari surga .. dan, tugas ini akan ku genggam erat – erat hingga pada akhirnya, aku dapat melepas mereka “ ucapan Sivia memang sangat tak masuk akal, tapi tugas nya. Bukanlah tugas yang mudah.

Manda berpisah dengan Rio di depan kelas 8A, “ makasih ya kak “ ucap Manda, Rio hanya tersenyum seulas dan pergi melepas Manda.
Manda pun masuk kelas, tatapan mata anak 1 kelas langsung menyergapnya, ia mulai panik dan gemetaran karna takut, ia mempercepat langkahnya dan duduk di antara Agni, Oliv, Angel, tapi semua tatapan itu tak kunjung pergi dari pandangan Manda
“ Agni, mereka kenapa ?” bisik Manda, Agni memandang Manda dengan tatapan dinginnya seperti biasa, langsung ia palingkan lagi wajahnya dari Manda, kembali menulis buku nya. Angel dan Oliv pun tak mau menatap Manda, mereka hanya diam. Walau Manda sudah menyentuh punggung keduanya bergantian dengan telunjuk nya yang mungil.
“ kalian kenapa ?” tanya Manda cemas
Agni menyodorkan tulisannya “ bahaya besar Manda .. kekuatan hitam putih “ eja Manda, ia terkejut dengan tulisan Agni, “ apa maksudnya ?” Agni hanya menggeleng tanda ia tak mau memberitahu Manda tentang sebuah kenyataan masa depan yang akan Manda alami
Seorang anak berdiri dan menunjuk Manda juga menatapnya tajam, Keke. “ dasar cewek aneh ! “ seru Keke “ bukan nya cewek penggoda ?” tanya Oik sinis, semua anak mulai tersenyum tipis dan meremehkan Manda dengan beberapa hinaan walaupun dengan suara pelan, tapi Manda masih bisa merasakan aura yang sangat tak nyaman mengelilingi tubuhnya, telinganya terasa sakit, ia kembali mendengar suara piano yang sangat indah. Manda makin penasaran dengan suara itu. akhirnya karna memang sudah tak tahan dengan keadaan kelas, ia berlari keluar dan mencari sumbernya.

“ uhuk – uhuk “ suara batuk seorang Yuki, ia terbaring di kasurnya yang sudah ia tempati selama lebih dari 5 tahun. Darah segar keluar dari mulutnya yang mungil, ia lap dengan cepat darah itu, lalu Yuki membuang lap penuh darah itu ke tempat sampah, wajahnya hari ini semakin pucat. Air matanya mengalir, ia berbaring lagi, kini ia memejamkan matanya
“ walau hanya sekali, terimakasih ya Allah .. Engkau sudah memberi ku kesempatan untuk mengenal teman sebaik Alvin .. bolehkah aku meminta 1 lagi Allah ? bolehkah aku bertemu dengan kedua orang tuaku ? sekali saja. . . sebelum, aku meninggalkan dunia ini. Aku ingin melihat wajah kedua orang tua ku ..”
Elusan lebut Yuki rasakan di rambutnya, ia langsung membuka matanya. Ia hampir tak percaya pada yang di lihatnya. Kedua orang tuanya kini berada di sampingnya, “ apakah ini hanya bayangan belaka ?” tanyanya, kedua orang tuanya tersenyum pada Yuki. Tapi entah mengapa keduanya berangsur menghilang, dan tergantikan oleh Yan
“ Yan ? dari kapan kau ada disini ?” ucap Yuki dengan anfas terengal karna sedikit terkejut dengan kejadian barusan
“ saya baru disini nona, wajah nona sangat pucat. Apakah nona tidak meminum obat nona ?” Yuki pun menguatkan tubuhnya untuk bangkit dan duduk mengimbangi Yan.
“ aku masih minum obat kok Yan, tapi memang ada yang kurang .. dan itu membuatku sangat sakit “
“ apa itu kalau saya boleh tau ?”
Yuki menggelengkan kepalanya, “ gak, aku hanya berbohong kok Yan .. sekarang aku sangat lelah, jadi aku ingin tidur “ ucap Yuki dan kembali membaringkan tubuhnya.
“ aku mengerti nona “ ucap Yan dalam hati air matanya juga menetes .. ia memperhatikan wajah anak manis berumur 13 tahun di hadapannya, “ mungkin memang ini saatnya nona … aku akan terus menjagamu “

Obiet mulai memandang sekeliling. Ia tak mendapatkan Manda hinggap di matanya
“ zy, Manda kemana ?” tanya Obiet
“ Manda lari dari masalah, kamu tau gosip itu khan ?”
“ tapi aku tak percaya Manda melakukan hal seperti itu. tak ada gadis yang berani padanya .. “ yakin Obiet
“ siapa yang tahu biet ? Manda adalah anak baru di sekolah ini, dan tak ada yang tahu seperti apa dia .. “
“ aku akan membuktikan bahwa Manda tak pernah mengirim surat cinta itu !” seru Obiet dan pergi meninggalkan kelas tanpa guru itu.karna saat ini para guru sedang rapat.
Entah apa yang sekarang ada di pikiran Obiet, ia lupa pada tugas bu Ira padanya, ia bingung. Hatinya luluh ketika ia menatap paras wajah Manda, ia tak bisa mengendalikan perasaannya. Jika ia sebuah tong berisi air, mungkin air di dalamnya sudah panas karna malu. Ia berfikir 1 kata, Cinta.. mungkin sekaranglah saatnya hati Obiet dapat terbuka untuk seorang gadis, karna dari dulu pikirannya hanya membalas dendam pada orang yang sudah membunuh tantenya ..
“ Manda .. “ gumam Obiet dan berjalan seraya mencari Manda.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan ketiga sahabat Manda “ kalian tau dimana Manda ?” tanya Obiet
“ gak biet, kami juga sedang mencarinya .. karna kami ingin meminta maaf pada Manda “ jelas Oliv yang matanya paling sebam di antara ketiganya
“ kenapa harus minta maaf ?” tanya Obiet
“ karna kami tak mmepercayainya .. “ ucap Angel, matanya mulai berkaca – kaca lagi
“ ya, walau aku tau yang sebenarnya .. tapi, aku menyesal karna sudah dingin padanya tadi “ jelas Agni juga
Obiet tersenyum pada ketiganya, ia menarik tangan Oliv dan menganggukan kepalanya
“ ayo kita cari Manda .. dan mari kita menjadi sahabat selamanya “ ucap Obiet yang mulai mengerti apa yang ada dalam hati ketiga anak di hadapannya
“ ya, aku ehm .. kami , kita semua ! akan terus bersahabat dan mempercayai Manda !” seru Oliv mulai kembali ceria, mereka berempat pun mulai mencari Manda

Perasaan gelisah terus di rasakan Rio selama pelajaran, ia melirik Iel juga Cakka yang sedang sibuk mengerjakan tugas dari guru Kimia yang juga tidak masuk.
“ ssh , Cakka, Iel “ panggil Rio
Keduanya langsung menoleh ke Rio “ kenapa ?” tanya Iel
“ kalian percaya pada gosip yang beredar hari ini ?” tanya Rio penuh harap
“ sebenarnya tidak yo “ ucap Cakka membuat Rio lega
“ tapi, kita khan baru mengenalnya .. mungkin saja Manda memang baik hanya di awal, dan kenyataannya ?” pertanyaan Iel membuat Rio naik pitam, Rio berdiri dan menarik kerah seragam Iel, semua anak langsung menoleh ke arah keduanya.
“ eh, Rio .. jangan disini “ cegah Cakka
“ maksud kamu apa bertanya seperti itu ! kamu memang baru mengenal Manda ! tapi aku, aku sudah sangat mengenalnya ! aku menyayanginya ! bahkan lebih dari adik !” bentak Rio dan membanting tubuh Iel dengan keras hingga mungkin punggung Iel memar akibatnya
“ sory kka, yel .. aku mungkin ga bisa lagi berteman dengan kalian, karna kalian gak bisa percaya pada adikku sendiri “ ucap Rio sinis dan pergi meninggalkan keduannya
“ cih, bahkan Manda tak pernah menganggapnya kakak “ kesal Iel
“ hei Iyel .. ini juga karna perkataanmu yang salah, kau khan tau, Rio suka Manda. Kenapa kamu harus berkata seperti itu ?”
“ aku hanya takut jika Manda juga melakukan hal itu pada Rio, merayu Rio dengan surat cinta .. dasar dukun “
“ aku yakin yel .. Rio menyayangi Manda dengan tulus, aku juga yakin. Manda bukan lah seorang penyihir atau tukang pikat “
“ sebenarnya kka, aku juga berfikir seperti itu .. aku, 100 % berkata seperti itu hanya karna takut kehilangan sahabatku sendiri .. jika ia menjadi kekasih Manda, mungkin tak ada lagi waktu untuk kita kka “ Cakka menepuk pundak Iel
“ walaupun Rio menjadi pacar Manda, aku yakin Rio masih bisa bersama kita, bermain basket, main game, belajar .. dan lainnya seperti biasa “
“ kamu yakin Rio memilih gadis yang benar ?”
“ ya, aku yakin ini hanya fitnah pada Manda “
“ kalau begitu, ayo kita menyusul Rio !” seru Iel, lalu keduanya pun menyusul Rio untuk menyambung cinta dan persahabatan.

Manda terus berjalan mengikuti alunan piano yang sangat indah dan menenangkan hati nya. Hingga ia berhenti di depan sebuah ruangan bertuliskan gudang.
“ tidak mungkin, kenapa ada suara piano dari dalam sini ?” heran Manda, tapi karna rasa penasarannya yang sudah memuncak, ia pun harus percaya dan membuka pintu gudang. Matanya langsung membesar melihat apa yang ada di dalam gudang tersebut.

Fendi terus memandang figura fotonya bersama Dea, ia tersenyum tipis ingatannya kembali ke 7 tahun yang lalu, saat ia masih bisa bermain dengan Dea, masa kanak – kanak yang sangat menyenangkan untuknya.. alergi yang bisa ia atasi jika Manda ada di sampingnya, berpura – pura bisa makan cabai 1 mangkuk besar demi Manda, berani melawan beberapa anak SMP untuk Dea.
“ de, gua kangen banget jalan sama lu .. gua ga bisa de.. kalau emang lu lebih milih Gilang daripada gua “ Fendi mengeluh penuh arti, Dea memang sahabat terbaiknya, tapi ia tetap berharap pada anak bernama Dea.
Tak di sangka, ternyata Gilang mendengar beberapa kata yang di ucapkan Fendi barusan
“ maafin gua fen, gua udah rebut seseorang yang bener – bener berharga di hidup lu .. tapi Dea juga berharga di hidup gua .. “ ucap Gilang agak sinis
Gilang berjalan meninggalkan tempatnya yang semula ia gunakan untuk mendengar keluh kesah Fendi . kini hatinya penuh dengan dendam . sebenarnya ada 1 lagi kenapa ia tak pernah mau melepaskan Dea . alasan yang sangat kuat . ayah Dea, ia ingat saat Dea berkata sebuah janjiyang ia berikan pada ayahnya “ pacar pertamaku adalah pacar terakhirku .. “ karna kata – kata itu, Gilang merasa bahwa ialah cinta pertama dan terakhir Dea . ia berkomitmen pada dirinya sendiri untuk menjaga Dea walau sulit kiranya.
...
Manda berdiri ddiam di depan pintu gudang . ia tatap seseorang yang sudah tak asing baginya. Karna beberapa hari ini memang Manda selalu melihatnya.
“ Ray ?” tanya Manda ragu, Ray menghentikan permainan piano yang sejak tadi membuat Manda menyukai alunan yang amat menenangkan tersebut
“ kenapa kamu membaca buku riwayat Marsha ?” tanya balik Ray
“ memangnya kenapa ? aku hanya ingin tau bagaimana Marsha bisa menjadi seorang maskot sekolah ini “
“ jangan kamu pikir dengan kamu membaca buku itu .. kamu akan cepat bebas dari cengkraman bu Ira “
“ maksud kamu apa ? ka .. kamu sudah tau tentang rencana bu Ira padaku ?”
Ray tak menghiraukan pertanyaan Manda barusan, ia kembali berbalik ke piano nya dan memainkan pianonya lagi
“ Ray .. “ panggil Manda, ia melangkahkan kakinya menuju Ray, hingga kini ia hanya berada 15 cm di belakang Ray
“ berhenti di situ .. “ ucap Ray, Manda menghentikan langkahnya agar tak lebih dekat lagi dengan Ray. 15 cm sudah cukup untuk Ray . bahkan mungkin Manda harus lebih jauh lagi agar Ray tak menghajarnya jikala Ray naik pitam.
“ aku hanya butuh kejelasan Ray, sebenarnya ada apa dengan pagi ini ? pertama. Semua anak di sekolah ini menjauhi dan menatap sinis padaku dan kedua .. hanya aku yang mendengar suara piano yang kau mainkan ..”
“ yang bisa mendengar suara pianoku memang hanya seseorang yang berhati putih .. “ ucap Ray dan memutar kursinya ke arah Manda berdiri
“ seperti Marsha .. yang bisa mendengar permainan piano ayahku .. “
“ aku masih tak mengerti ucapanmu Ray “ Ray berdiri dengan kalem, wajahnya sangat dingin . bahkan lebih dingin dari Agni
“ kau .. kau yang di incar bu Ira , pembunuh Marsha .. wanita yang pertama kali mengisi hati ayahku “
“ kau sudah di hipnotis Manda, bu Ira membuatmu menyerupai Marsha .. membuatmu melemah dengan sebuah fitnah ..” jelas ray
“ dari mana kamu tau semua itu ?”
“ karna aku punya sebuah tugas dari ayahku .. untuk memecahkan kasus pembunuhan Marsha .. yang sudah terpendam selama berpuluh – puluh tahun .. karna bu Ira dapat dengan mudah menghipnotis semua orang untuk mengikuti perintahnya .. rasa irinya membuat orang celaka .. cintanya membuat orang juga celaka . itulah yang di hadapi oleh Marsha .. seorang gadis yang kau lihat saat ritual penghormatan itu. Adalah mayat Marsha yang di awetkan selama 20 tahun .. seharusnya ia sudah membusuk, tapi memang dengan sedikit mantra .. bu Ira bisa membuatnya tetap hidup abadi .. dan sepertinya bu Ira sudah bosan dengan Marsha yang mati, kini ia menginginkan mu Manda .. sebagai pengganti Marsha “
“ mantra ?? apakah bu Ira adalah seorang penganut ilmu hitam ?”
“ dulu iya. Tapi mulai akhir – akhir ini, ia tak pernah mengeluarkannya. Hanya sesekali mungkin .. “
“ kenapa kamu tahu semuanya Ray ?”
“ khan sudah ku bilang, aku sedang menjalankan tugas untuk mengungkap pembunuh Marsha, yaitu bu Ira sendiri .. tapi hingga sekarang aku belum bisa mengungkapnya “
“ seharusnya bu Ira sudah tau khan ??”
“ tidak .. aku minta bantuan Agni untuk menutupi misiku, kau tau khan. Agni juga mempunyai kekuatan gaib dari keturunannya. “
“ ya. Aku mengerti “
“ dan masalah surat cinta yang kau berikan untukku malam itu. Aku tau, bu Ira yang menghipnotismu dengan buku aneh itu. Sekarang, kembalikan buku itu. Jika kamu gak mau hal yang lebih buruk terjadi lagi ..”
“ aku gak tau buku itu ada dimana “ Ray membulatkan matanya, ia pun berdiri. Karna sangat kaget sekaligus takut
“ buku itu hilang ? bagaimana jika buku itu mempengaruhi anak – anak sekolah ini untuk menjauhi dan membencimu ?”
“ apa akan seburuk itu ?”
“ bu Ira itu orangnya ambisius. Ia takkan melepaskan mangsanya. Mangsa pertamanya adalah Dainya, anak keturunan Belanda yang 5 tahun lalu sekolah disini, ia meninggal mengenaskan setelah meminjam buku itu .. semua orang di sekolah ini sama sekali tak mau menyebut namanya. Menurut keterangan yang ku dapat. Karna sekolah ini membencinya hingga mereka membunuh Dainya .. “
“ apa karna buku itu ?” Manda memusatkan pikirannya, ia mengingat nama peminjam buku itu sebelum dirinya. Walau lupa, ia masih ingat hanya 2 orang yang meminjamnya. Ia dan .. Dainya ?!
“ semua karna buku itu. Mantra bu Ira berpusat di buku itu ! kita harus menemukannya dan membakar buku itu !”
“ kenapa kamu tak melakukannya dari dulu ??”
“ karna aku tak bisa menemukan buku itu, hanya mangsa bu Ira yang bisa !” seru Ray mulai panik, kaki Manda mulai lemas. Ia cemas, jika ia benar – benar mangsa bu Ira. Mungkin ia takkan pernah bisa melihat Alvin .
“ kak Alvin .. kak Alvin .. “ ucap Manda penuh ketakutan, ia meneteskan air mata lagi. Ia sangat takut, bahkan ketakutannya melebihi ia berada di tempat gelap.
“ Ma .. Manda, kamu kenapa ?” tanya Ray
“ kak Alvin .. kak Alvin !!” seru Manda dan mulai berteriak tak karuan seperti orang kesurupan. Ray juga mulai panik, ia agak menjauh. Air mata Manda mengalir dengan deras “ tenanglah Dea .. “ suara itu bisa menenangkan Manda seketika. Manda terdiam. Di rasakannya pelukan seseorang yang menenangkan hatinya.
“ aku ada di sini untuk melindungimu Dea .. “ ucap suara itu lagi
“ kak Alvin, aku akan kembali untuk memainkan piano lagi .. hanya untuk kakak “ ucap Manda masih terisak
“ kakak percaya kamu bisa “ ucap suara itu, pelukan itu semakin erat dan membuat Manda bisa sangat tenang. Ray bingung dengan prilaku Manda. Yang awalnya memberontak dan bisa kembali tenang secara tiba – tiba
“ kakak akan menunggumu, jadi berjuanglah “ ucap suara itu dan pelukan di tubuh Manda merenggang hingga akhirnya hilang.
“ terimakasih kak. Karna kakak percaya padaku “ ucap Manda dan tersenyum lembut
Ray pun jongkok dan mendekati Manda
“ kamu tidak apa – apa nda ?” tanya Ray seraya menyikap rambut yang menutupi wajah Manda, di pandangnya wajah gadis yang harus ia lindungi dari bu Ira. Mata Manda begitu sebam dan merah
“ aku .. hanya takut Ray, Jika aku pergi, aku tak tau bagaimana kak Alvin bisa hidup .. aku takut tak bisa menepati janjiku pada nya “
“ tidak usah takut Manda “ ucap sebuah suara dari arah pintu masuk gudang, Ray dan Manda menoleh ke arah suara itu berasal.
“ ya, karna kami akan membantumu untuk menepati janjimu “ ucap Angel
“ Angel, Agni, Oliv, Obiet, kak Rio, kak Iel, kak Cakka ?” tanya Manda memastikan semua orang yang ada di hadapannya itu adalah mereka
“ kami akan menjagamu Manda .. seperti janjiku pada Alvin “ ucap Rio dan berjalan menghampiri Manda, mengulurkan tangannya untuk Manda, senyum Manda berkembang bersamaan dengan air mata nya, langsung ia hinggapkan telapak tangannya pada telapak tangan Rio, Rio agak menarik Manda agar ia berdiri mengimbangi tubuhnya yang tinggi semampai.
“ teriamakasih .. “ itulah satu kata yang di berikan Manda untuk kesembilan kawan nya yang mau membantunya untuk melawan bu Ira
...
Gilang mengampiri Dea yang sedang duduk merenung di teras rumah, terlihat Dea masih meniup gelembung buatannya sendiri. Seperti saat yang Gilang lihat 2 jam lalu.
“ Dea .. “ ucap Gilang dan duduk di samping Dea
“ oh, hai lang “ sapa Dea
“ lu niup gelembung terus dari tadi .. “
“ iya lang, kalau lagi kangen seseorang emang gua suka tiup gelembung .. “
“ oh ya ? lu kangen bokap lu ?”
“ bukan lang .. “
“ nyokap ?” tanya Gilang lagi
“ bukan juga lang “ sangkal Dea lagi
“ terus siapa dong ??” tanya Gilang makin penasaran
“ gua kangen cinta pertama gua lang .. “
Gilang tertegun mendengar pernyataan Dea, apakah dirinya yang ia maksud ?
...
Dada Alvin makin sesak saat ia memikirkan Manda, ia sangat cemas pada Manda. Pandangannya meluas mencari Ami, tapi sejak tadi Alvin tak melihat Ami. Sebenarnya apa yang di rencanakan kakaknya itu.
Ia merenggangkan tubuhnya dan berjalan keluar kamar demi mencari udara segar juga kejelasan prilaku Ami yang cukup aneh akhir – akhir ini ..
Setelah lama mencari dengan mengelilingi rumah sakit Tunas, akhirnya ia menemukan sesuatu yang ganjil terjadi di kamar Yuki, bau harum tercium dari kamar Yuki, Alvin membuka pintu kamar Yuki sedikit. Di dapatinya Yuki terbaring dengan gaun putih dan sangat cantik, di sana Yan menatap Yuki dengan air mata yang bercucuran sehingga eye shadow yang ia pakai luntur dan membasahi pipinya yang penuh bedak. Alvin ngeri melihat kejadian di kamar itu. Yan memotret Yuki dengan berbagai posisi. Alvin langsung menutup pintu kamar Yuki . “ sebenarnya apa yang di lakukan yan pada Yuki ...?” tanya Alvin dalam hati, lalu ia berjalan meninggalkan kamar Yuki.
...
Alvin masih kaget dengan apa yang ia lihat barusan, ingin sekali ia menceritakan kejadian tadi pada Ami. Tapi sejak pagi, Ami tak kelihatan. Handphonenya pun masih ada di atas piano yang biasa Ami mainkan demi menghibur Alvin
“ kak Ami kemana sih .. “ keluh Alvin, hatinya masih sakit akibat cemas memikirkan Manda. “ Dea .. ada apa dengan Dea . Tuhan, tolong jaga Dea “ ucap Alvin “ Sivia, aku butuh kamu .. aku sangat cemas dengan semua ini. Kini aku sendirian .. aku, aku takut .. via . Dea .. “ adu Alvin, tak lama ia berfikir seperti itu, tubuhnya merasa sangat relax. Seperti ada yang memeluknya “ kak Alvin, Dea masih ada disini .. menjaga kakak “ bisik sebuah suara yang amat Alvin rindukan. Alvin hanya mengangguk dan akhirnya tertidur, karna hari ini ia terlalu lelah menunggu seseorang untuk menemaninya walau hanya sekedar mengobrol. Dan kini ia tidur bersama bisikan suara Manda yang begitu dekat dengannya. “ terimakasih Dea. Kamu udah mau temenin kakak “ ucap Alvin dan tersenyum lembut untuk bayangan Manda. Adik yang paling ia sayangi. Sekaligus gadis yang ada di hatinya untuk selamanya.
...
Dea memandang Gilang sangat lekat, tapi tak membuat Gilang salting. Karna Gilang tahu, dan mungkin percaya dirinya lah yang dimaksud cinta pertama Dea.
“ siapa cinta pertama lu de ?” tanya Gilang tak sabar
“ Fendi .. “ ucap Dea seraya tersenyum malu
“ karna hanya Fendi yang bisa jaga gua . walaupun lu adalah pacar gua yang pertama lang, tapi sebelum kenal lu .. gua kenal Fendi. 17 tahun udah gua bareng sama Fendi .. menurut lu, waktu yang lama itu bisa gak buat gua sayang sama Fendi lebih dari sahabat lang?” tanya Dea meminta pendapat Gilang
“ menurut gua, lu emang lebih baik sama Fendi ..” ucap Gilang menunjukan senyumnya yang sangat manis
“ tapi, gua udah nolak Fendi sekali lang, gua takut Fendi bakal putus asa and gak mau nembak gua lagi lang “ ucap Dea cemas
“ gua yakin, Fendi bakalan nembak lu lagi kok de .. “
“ apa lu seyakin itu lang ? gua kangen banget sama Fendi lang, gua sayang dia “
“ gua yakin. Fendi bakalan nembak lu lagi “ ucap Gilang seraya menahan perihnya hati. Menyadari Fendi juga mendengarkan percakapan keduanya.
...

PART 12
Seorang anak lelaki mendrible bola basket dengan cepat. Ia berlari layaknya semua pemain basket profesional . bola orange itu ia masukan ke dalam ring basket dengan indahnya. Dadanya sangat sesak. Tapi ia tahan rasa sakit itu dan mengambil bola itu lagi.
Baru saja ia ingin mengambil bola tersebut, seorang gadis sudah lebih dulu mengambilnya.
“khan sudah ku bilang. Kakak gak usah main basket lagi, aku gak mau kehilangan kakak, hanya karna penyakit bodoh yang kakak miliki” ucap gadis itu, anak lelaki tadi tak menghiraukan ucapan gadis itu dan dengan kasar merebut bola basket tersebut dari gadis manis di hadapannya
“kak .. Shilla mohon, jaga kesehatan kakak . Shilla gak mau kehilangan kakak, aku gak mau kehilangan orang yang berharga di hidup Shilla“ Shilla mulai terisak, anak lelaki itu ternyata adalah Riko. Riko menghentikan permainannya, dengan nafas terengal ia mendekati Shilla, dan mengelus rambut Shilla
“kamu gak usah cemas, lagipula mama dan papa masih menyayangimu khan?”
“mama dan papa juga menyayangi kakak, Shilla mohon kak, jangan tinggalin Shilla“ ucapan Shilla bergetar karna ia menahan tangisnya
“tidak. Kau tidak usah menganggapku kakakmu lagi. Aku sudah tak di anggap oleh mereka. Sudah untung aku masih bisa hidup disini karna beasiswaku. Jadi aku tak usah merepotkan mereka“
“tapi kak, Shilla mau kakak kembali ke rumah .. kakak gak usah mengungkit masa lalu lagi .. Shilla yakin, mama dan papa masih menyayangi kakak“
“sepertinya sebentar lagi hujan, ayo shil. Ke asrama“ ajak Riko seraya menggandeng tangan adik perempuannya ke asrama, melemparkan bola basketnya ke tengah lapangan.
Bola tersebut di tangkap Manda, ia kembali tersenyum lembut dengan mata berkaca-kaca “kak Alvin“ gumam Manda, tak di sangka ternyata hujan benar-benar turun, tiba-tiba pula. Membuat Manda harus berlari, tapi tubuhnya sudah basah kuyup.
Ia berteduh di pondok dekat lapangan basket asrama. Manda menatap langit yang selalu mendung akhir-akhir ini. Hujan turun begitu deras. Tubuhnya mengigil karna kehujanan, ia peras roknya . hari ini adalah hari Minggu, jadi hari ini ia bermaksud ingin berjalan-jalan keliling asrama. Tapi ternyata langit tak mendukung rencananya.
Ia tertawa kecil melihat tubuhnya yang basah, matanya pun memandang lapangan yang kini di penuhi dengan air. Begitu asri hujan yang turun dari langit Tuhan itu. Air itu terus mengalir dari langit menimbulkan keajaiban yang tak mungkin bisa di buat oleh seorang mahluk Tuhan bernama Manusia, bahkan yang paling tinggi jabatannya di pemerintahan pun tak bisa membuat hujan yang begitu alami seperti ini. Daun-daun di sekitarnya basah dan terlihat seperti anak-anak yang sedang bermain ceria dengan hujan. Gemericik suara air yang jatuh bagaikan musik di telinga Manda, jemarinya yang basah ia kibaskan agar ia bisa merasakan cipratan air yang membasahi wajahnya, lalu ia pindahkan tangannya ke leher. Telapak tangan Manda menggenggam sebuah kalung berbentuk bintang yang sudah lama ia kenakan. Kalung pemberian Alvin 7 tahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke enam.
Manda tersenyum melihat kalung terebut, ia melihat wajahnya dan Alvin berdampingan di dalam kalung itu. Lucunya liontin bintang itu. Pikirnya. Manda elus kalung tersebut, masih cantik walau ada sedikit karat di kaki ketiga bintang terebut.
“kak, kini aku bisa melihat sebuah kejadian yang sama saat kita bersama .. kejadian saat aku menghentikan permainan basketmu agar kakak bisa belajar denganku“ ucap Manda
Sebuah handuk tiba-tiba terjatuh di kepalanya, seseorang mengeringkan rambutnya dari belakang “kamu itu, jalan sendirian dan hujan-hujanan“ ucap orang di belakangnya “darimana kak Rio tahu aku ada disini?” Tanya Manda
“ini naluri seorang kakak nda“ ucap Rio seraya mengelus rambut basah Manda dengan handuk yang ia genggam
“sebaiknya kamu ganti baju dulu sana“ saran Rio
“gak deh. Nanggung udah basah. Aku mau disini sebentar lagi“
“yaudah, kakak temani ya?” Manda mengangguk senang, Rio pun duduk di samping Manda dan mulai menatap ke arah lapangan
“kalau hujan gini . . apa itu artinya langit sedang menangis kak?” Rio kini memalingkan wajahnya dan menatap Manda, gadis yang sudah mengobati rasa sakit di hatinya karena Shilla. Kata terimakasih pun rasanya tak cukup untuk mengungkapkan rasa bahagianya yang luar biasa karna keberadaan Manda di sampingnya, dan kini ia sadar Rio memang mencintai Manda atau yang ia kenal pertama kali. Dea.
“mungkin nda“ ucap Rio tak bisa memberi kepastian untuk Manda, karna ia pun tak begitu mengerti dengan keajaiban Tuhan ini. Walau memang ada teorinya,. Manda menginginkan jawaban lebih dari teori.
“bukannya hujan itu terjadi karna siklus yang panjang kak? air yang menguap dari beberapa tempat akan menuju awan yg lama kelamaan akan uap tersebut memenuhi awan.. dan akhirnya hujan“ jelas Manda
“ya itu kamu tau. Kok nanya?” tanya Rio agak geli
“tidak kak, aku berfikir .. apakah mata kita juga bisa di ibaratkan seperti itu ya .. saat hati kita mulai sedih .. maka kebahagiaan kita menguap, dari hati menuju mata .. dan saat uap kesedihan itu tak terbendung lagi, mata kita akan mengeluarkan hujan air mata ..”
Rio takjub dengan pernyataan sekaligus pertanyaan Manda, tak pernah ia berfikir hal seperti yang di katakan Manda barusan, Rio tersenyum dan mengarahkan pandangannya lagi ke lapangan sesekali ia menatap langit yang mengeluarkan berjuta tetes air .
“rinai hujan basahi aku .. temani sepi yang mengendang .. kala, aku mengingatmu . dan semua , saat manis itu ..“ senandung Manda, Rio tersenyum mendengar suara Manda, dan mulai melanjutkan
“segalanya seperti mimpi, ku jalani hidup sendiri, andai waktu berganti .. aku tetap , takkan berubah ..“ Manda memandang Rio lekat, dan kembali melanjutkan bait Rio
“aku .. selalu bahagia, saat hujan turun karna aku dapat mengenalmu untukku sendiri .” Rio terseyum bersama Manda, pandangannya tak terlepas dari wajah Manda yang sangat manis
“selalu ada cerita, tersimpan di hatiku ..” lanjut Rio
“tentang kau dan hujan, tentang cinta kita yang mengalir seperti air“ mereka pun menyatukan suara mereka di tengah suara hujan yang amat deras
“aku selalu bahagia .. saat hujan turun, karna aku dapat mengenalmu untukku sendiri, aku bisa tersenyum sepanjang hari. Karna hujan pernah menahan ku disini ..“
Obiet melihat keduanya dengan tatapan sinis “cih, bernyanyi berduaan saat hujan .. norak“ kesal Obiet dan meninggalkan keduanya .
...
Pagi itu, Gilang yang menyiapkan sarapan untuk semua anggota POL juga kak Agnes, hari ini mereka akan berangkat untuk konser keliling dari satu tempat sosial ke tempat sosial lain. Pasti hari ini akan sangat melelahkan, jadi Gilang membuat banyak makanan untuk bekal. Ini semua ia curahkan karna memang saat ia sakit hati, Gilang akan membuat banyak makanan. Dan kebetulan momennya tepat.
“hmm .. baunya enak banget ..“ ucap Monna yang baru bangun
“thank’s ya mon“ ucap Gilang lumayan senang dengan pujian Monna
“aha? Kamu lagi patah hati khan?” Tanya Monna mulai tahu apa yang sekarang di rasakan Gilang “aku gak kenal kamu 1 tahun lang, tapi aku kenal kamu sejak SD .. sejak aku tau kamu itu saudaraku“
“hahaha .. dasar keponakan nakal, iya. Gua emang lagi sakit hati emang kenapa?”
“kenapa? Kamu tanya kenapa? ya, aku gak akan biarin siapapun nyakitin hati keponakanku sendiri, jadi, siapa yang udah bikin kamu sakit hati?”
“gak, bukan karna orang kok mon“
“siapa ih lang?”
“kalau orang itu sahabat kamu?”
“hah?! maksud kamu, Dea?”
Gilang masih terdiam, Monna mendekati Gilang dan menggenggam tangan Gilang
“aku tahu. Kamu memang menyayangi Dea. Tapi, sebaiknya kamu harus melepas Dea lang, karna aku tau. Dea adalah milik Fendi“
“itu lah yang membuatku sakit hati“
“sabar ya lang, aku gak bisa bantu kamu .. karna aku tahu betul . dea hanya menyayangi Fendi, bahkan saat ia masih berpacaran denganmu, ia berkata hatinya hanya pada Fendi“
“ya. Gua tau”
...
Obiet kembali ke kamar untuk sekadar bersantai. Di kamarnya saat ini begitu legang, sepi tak berua. Irsyad rupanya sedang sarapan di kantin seperti isi sms yang Obiet dapatkan 5 menit yang lalu. Obiet langsung mengambil beberapa buku komik dari rak buku Irsyad. Obiet rupanya masih ingat pada perkataan Irsyad saat mereka pertama kali mengikrarkan bahwa mereka adalah “sahabat”. Seingat Obiet perkataan Irsyad waktu itu adalah “kamu jangan belajar terus-terusan biet, itu juga tak baik untuk kesehatanmu, jika memang ada waktu untuk bersantai. Sebaiknya kamu baca komik-komikku, ada banyak pilihannya lho. Walaupun tak sebanyaj buku pelajaranmu, tapi lumayanlah” perkataan Irsyad saat itu membuat Obiet untuk hari ini. Membaca komik untuk yang pertama kalinya. “apa serunya sih komik?” Tanya Obiet ekaligus agak meremehkan bacaan bergambar itu, Obiet agaknya mengambil sebuah komik horor berjudul “A Tale of Two Sisters” sebuah komik hasil adaptasi film korea yang beredar 2 tahun lalu. Film yang mengisahkan Sepasang saudara perempuan kembali ke rumah yang mereka tinggalkan semenjak kematian ibu mereka. Setelah tinggal di sana, sang adik menderita depresi karena kematian ibunya dan juga karena tekanan ibu tiri, serta ayah yang cuek dan adanya hantu di dalam rumah. merupakan film Korea Selatan yang bergenre horor yang disutradarai oleh Kim Ji-woon. Film ini terinspirasi dari dongeng populer pada masa Dinasti Joseon yang berjudul "Janghwa Hongreyon-jon", yang telah diadaptasi ke beberapa film. Saking seriusnya membaca komik. Obiet rupanya tak sadar akan kedatangan Riko, Riko pun tertawa kecil melihat ekspresi Obiet yang beragam saat membaca komik tersebut. Berbagai suara aneh Obiet timbulkan seperti “wow!” Atau “hihihihihi”.
“hei, kamu lagi baca komik apa sih?” Tanya Riko yang masih cekikikan. Obiet terkejut dengan pertanyaan Riko bukannya ia takut pada Riko. Melainkan karna ia malu sendiri ketahuan asyik baca komik
“eh eh, gak kak. Aku hanya iseng aja kok, lagipula komik ini membosankan!” Seru Obiet bohong pada Riko, sedangkan Riko hanya menggelengkan kepalanya tanda maklum akan kebohongan si Genius dari Yogyagakarta di hadapannya “haha.. kamu aneh biet, bilang aja kamu suka baca komik. Benar tu, sebagai anak yangan Genius, tidak harus kamu belajar terus-terusan tidak baik untuk kesehatan otakmu, o iya, kakak masih ada banyak kok” Riko mengeluarkan setumpuk buku komik yang judulnya sangat menarik perhatian Obiet, mata Obiet terlihat antusias melihat komik yang siap ia baca hanya dalam waktu 3 jam untuk 2 komik. Langsung saja ia mengambil beberapa komik untuk di baca nya pagi ini, lalu setelah makan siang. Obiet akan kembali menjadi anak normal yang kutu buku. Membosankan, dan apapun yang layak di lakukan seorang kutu buku. Saat Obiet asyik memilih komik, Riko mengambil beberapa pil bentuk bulat sempurna dari kotak obatnya. Ada yang warna merah darah, kuning terang, dan juga hijau lumut. Ia lahap ketiga tablet itu dengan teh hangat yang ia bawa dari ruang makan. Selesai meminum obatnya, Riko duduk di samping Obiet, ia tersenyum melihat Obiet yang dengan polosnya memilih komik-komik nya. “biet, aku harap, kamu jangan bilang siapapun tentang kejadian malam lusa ya” ungkapan Riko tersebut ternyata berhasil membuat Obiet menjatuhkan buku yang susah payah ia pilah . Obiet menatap Riko yang wajahnya sangat pucat saat itu
...
Ami masuk ke kamarnya dengan lesu. Ia melihat Alvin masih tertidur pulas, mungkin karna pagi itu hujan masih menerpa Jakarta, udara dingin membuat semua orang tetap ingin berada di dalam selimut. Ami duduk di sofa ruangan yang lebarnya melebihi lemari terbesar di ruangan tersebut. Warna putih menjadi pilihannya untuk mewarnai sofa yang sudah ada di ruangan itu sekitar 3 tahun lebih. Ami mengeluarkan satu foto berukuran 5x6 dari saku jaketnya, air matanya menetes, wajahnya tampak sangat lesu, nafasnya mengeluarkan uap, karna berembun akibat udara dingin di sektarnya.
“Yuki. Maafkan kakak, kakak tidak bisa banyak membantumu. kakak hanya bisa memberikan seorang sahabat untukmu. Kakak tidak bisa menyembuhkanmu. Bahkan kakak tidak bisa mengabulkan permintaan terakhirmu. Untuk bertemu orang tuamu.. maafkan kakak, Yuki, kakak hanya bisa berdoa untuk meminta sebuah keajaiban Allah SWT untukmu”
Keajaiban? Ya. Hanya itu yang kini Ami harapkan, ia sangat percaya pada keajaiban. Keajaiban yang di berikan oleh Allah. Di janjikan oleh agamanya. Islam. Walaupun keluarga Haling adalah keluarga penganut Kristian, tapi Ami yang sejak kecil telah mengalir darah Islam di hatinya, tak mau mengubah agamanya. Dan beruntung keluarga Haling tidak mempermasalakannya. Semua begitu harmonis untuk mereka.
Ami di ajarkan sebuah keajaiban nyata, bukan keajaiban belaka seperti sihir. Ia di ajarkan mengenain Mukjizat Allah SWT yang sungguh agung. “Qun Fa Yaa Qun” jika Allah sudah berkata apa yang di kehendakinya. Maka apapun halangannya akan terwujudlah perkataannya. Maha Besar nan Agung Allah SWT, siapapun pasti mengaguminya. Tapi tak sedikit juga yang tak percaya padanya. Padahal hanya Allah yang menjadi penerang hati. Hanya Allah. Mukjizat sendiri di antarkan oleh sebuah, oh! Bukan, beribu do’a yang di panjatkan oleh hambanya, semakin keras seseorang itu berdo’a untuk mukjizat tersebut. Insya Allah semua akan datang, begitupun keadaan Ami sekarang. Ia berdoa untuk mukjizat Yuki. Semoga ada jalan untuk menyembuhkan Yuki dari masa kritisnya.
...
“kring ..” Sebuah suara telepon terdengar begitu kencang, membangunkan seorang wanita yang sedang terkantuk-kantuk akibat pekerjaannya yang cukup berat. Memeriksa semua dokumen Smp Yusha yang begitu banyak nan sulit. Sebagai kepala sekolah, ia bertanggung jawab mengawasi kinerja sekolah ini, sekolah terfavorit di Bangka dan sekitarnya. Tanggung jawabnya sungguh besar dan amat di butuhkan di sekolah ini, walaupun memang ada 1 kesalahan yang sangat besar dan di rahasiakan olehnya. Sebuah kesalahan yang membuatnya tak waras dan ambisius. Kekuatan hitam memang sudah menyelimutinya. Bahkan cinta pun dapat kalah untuk menyadarkannya sejenak.
Semenjak Marsha pergi dari hidupnya. Tak ada seorang pun yang berkata “saya sayang bu Ira” tak satu pun dari beribu anak Yusha. Bisa dikatakan ia haus kasih sayang. Maka dari itu bu Ira menjelma menjadi seorang psikopat yang bisa membunuh siapa saja untuk menebus kepuasan cinta. Agar mayat dari orang yang ia bunuh bisa menjadi boneka yang menyayanginya. Dan dengan sedikit mantra tentunya ia bisa memasukan roh ke dalam tubuh tersebut. Menyuruh mayat di hadapannya terpaksa berkata “saya sayang bu Ira”.
Sebuah ritual aneh yang di adakan selama bertahun-tahun rupanya ia pergunakan untuk mencari mangsa, yang hanya ia lakukan pada 1 anak terpilh untuk menjadi sosok Marsha kedua. Seperti Dainya, anak keturunan Belanda yang bersekolah di Yusha 5 tahun lalu. Belum sempat Dainya lulus dari Smp ini, ia di bunuh oleh pesuruh bu Ira yaitu pembunuh Marsha yang sebenarnya hanyalah boneka berisi roh hitam. Yang dapat mengikuti semua perinta bu Ira. Apapun perintahnya. Anak-anak yang rela menjadi boneka bu Ira adalah anak-anak yang cukup terbelakang di sekolah, dan dengan sedikit hipnotis tentunya. Bu Ira dapat dengan mudah membunuh semua anak itu.
Dainya adalah salah satu anak yang dapat mencatatkan sebuah prestasi tertinggi di angkatannya, tapi karna sebuah fitnah dari bu Ira. Ia di benci oleh semua orang di Yusha, Smp maupun Sma. Membuat Dainya tak mempunyai teman sama sekali, membuat bu Ira lah yang menjadi pangkuan Dainya saat itu. Karna orang tuanya pun tak mau melihat Dainya. Dan saat itulah Dainya di suruh bu Ira untuk berkata “saya sayang bu Ira” tapi semua itu memang tak mudah untuk anak normal seperti Dainya, ia merasa ada sesuatu yang amat ganjil di lakukan oleh bu Ira. Dainya menolak mengatakannya. Dan pada akhirnya, tamatlah kehidupan Dainya sebagai manusia, sekarang ia menjadi boneka roh yang abadi. Mayatnya tak ada satupun yang mau mengurus. Akhirnya bu Ira aman dari segala tuduhan, boneka Dainya menjadi Marsha kedua saat bu Ira bosan. Dan kini, adalah giliran Manda.
...
Selesai bernyanyi, Rio menatap Manda dengan seksama. Ia tersenyum melihat wajah Manda yang basah kuyup
“yaudah nda, ke kantin yuk, kita minum coklat panas” ajak Rio
“ayo kak” setuju Manda, ia pun berdiri lalu berjalan mengimbangi langkah Rio yang sudah lebih dulu dari nya. Rio berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Manda. Kini bukan demi Alvin, tapi demi dirinya sendiri, tak ada 1 fitnah pun yang akan menghasutnya. Ia akan tetap menjaga Manda walau itu harus ia tukar dengan nyawanya. Rio adalah pencari tau paling hebat di Smp Yusha, ia pun tau semua sejarah Yusha. Rio tak mau Manda harus mengukir sejarah seperti Marsha ataupun Dainya. Tangan Rio langsung menyambar tangan Manda “sebaiknya kamu tetap ku jaga” ucap Rio, Manda hanya tersenyum malu.
Seorang anak bersama kedua temannya memperhatikan Manda dan Rio, salah seorang dari mereka beraambut bob memutar lolipopnya dan mulai menggerutu
“mau aja tu cowok tolol main sama cewek tolol” seorang lagi tertawa meremehkan
“sudah ku duga, kak Rio sama dengan Manda. Sama-sama aneh”
Salah seorang lagi menatap Manda dan Rio dengan tatapan normal, ia helakan nafasnya dan menggeleng “aku yakin, Manda dan kak Rio tidak seperti yang kedua anak ini katakan” sangkal nya dalam hati
“hei Shilla, Keke, ke kantin yuk, aku lapar” ucap Oik seraya melepas lolipopnya agar ia bisa bicara lancar pada kedua temannya
“hayo aja, aku juga lapar” Keke menghentikan tawanya dan menormalkan bibirnya karna pada awalnya bibir Keke terlihat licik seperti para penjahat di film-film detektif
“aku malas ke kantin, kalian duluan aja” tolak Shilla dengan halus, Oik dan Keke pun melesat ke kantin meninggalkan Shilla sendirian di koridor asrama, Shilla duduk di bangku terdekat dan memperhatikan kedia temannya yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya
“huft, mereka sangat merepotkan” keluh Shilla seraya menghelakan nafas lagi agar bisa melegakan hatinya yang masih sesak akan masalahnya dengan kakak kandungnya Riko.
“Shilla” panggil sebuah suara, Shilla menoleh ke sang pemanggil “oh, kamu njel” Shilla kembali memalingkan wajahnya dari Angel, dengan sigap Angel duduk di samping Shilla
“mau apa?” Tanya Shilla agak sinis, karna bagaimanapun sekarang title Shilla adalah ketua DIVA yang membenci anggota pengkhianat seperti Angel
“kamu gak usah pura-pura jutek shil, gak pantes” canda Shilla
“maksud?” Tanya Shilla dengan nada protes karna ia kurang nyaman dengan kata “pura-pura” yang barusan keluar dari mulut seorang mantan anggota DIVA. Dan juga, entah apa alasan Shilla menerima Angel untuk menjadi anggota DIVA. Padahal jika di lihat dari fisik Angel tak masuk kriteria DIVIA, mungkin karna suara emas Angel. Atau mungkin, karna Shilla memandang Angel bukan sebagai manusia biasa, tapi sahabat dalam hidupnya. Sebenarnya, walaupun sudah lama Shilla berteman dengan Oik, Keke. Shilla sama sekali tak merasakan apa arti sahabat, dalam pikiran semua anggota DIVA hanyalah ada kemewahan, kekayaan, kedudukan, dan sebagainya, yang penting mereka adalah orang nomor 1 di Yusha. Tapi lambat laun, seperti manusia yang alami. Shilla merasa semua ini sangat membosankan, di elu-elukan, di puja, di cintai hanya karna kedudukannya, hm. Sungguh membosankan, dan setelah mendengar suara Angel sebagai penyiar radio Yusha fm. Shilla merasa ada yang berbeda dari semua sapaan Angel, saat ia Angel menyapa dirinya lewat radio, saat Shilla menatap senyum Angel. Semua itu ia rasakan sebagai pukulan keras untuk menyadarkannya mengenal “sahabat”
Cinta palsu Shilla pada Rio membuat hal yang fatal di kehidupan Rio, itulah hal atau nasihat pertama yang di berikan Angel pada Shilla, lalu bermewah-mewahan itu tak baik untuk masa muda. Semua masa muda kita hanya di renggut oleh kemewahan dan foya-foya karna ada juga saatnya kita menghargai sesama dengan menyederhanakan kehidupan kita, memandang dengan kedua mata kita. Bahwa masih banyak orang yang untuk makan pun harus mengeluarkan keringat siang malam. Itu juga adalah nasihat Angel. Angel memang selalu mengajarkan arti kehidupan pada Shilla, Angel ingin menyadarkan Shilla, bahwa ia tak boleh bangga dengan kecantikan luarnya. Melainkan Shilla harus bangga dengan kecantikan dalamnya juga, semua nasihat Angel, Shilla lahap dan cerna dalam otak, hingga kini walaupun Angel sudah tak menjadi DIVA. Shilla masih mengingat semua nasihat Angel yang khas. Shilla sebenarnya tak mau bersikap sinis pada Angel, ia ingin sekali menceritakan semua masalahnya pada Angel. Karna memang selama ini yang tahu masalahnya tentang keluarganya hanya Angel. Dan ia tahu, itu adalah keputusan yang tepat untuk menceritakannya pada Angel.
Jika ia menceritakannya pada Oik, Keke pasti hanya di anggap angin lalu, dan pasti akan di sebarkan ke semua anak di Yusha. Walaupun Shilla sudah bilang “jangan katakan pada siapapun” sekarang Shilla sedang di dera dilema, karna jika ia mengobrol dengan Angel. Maka posisinya sebagai ketua DIVA akan terancam
“Shilla, walaupun aku baru setengah tahun mengenalmu. Tapi sepertinya itu waktu yang cukup untukku mengenalmu luar dalam” Angel kembali tersenyum pada Shilla
“yasudah deh shil, aku pergi dulu ya” baru Angel berdiri, Shilla menarik tangan Angel
“maafkan aku njel, walaupun saat ini aku masih menganggapmu sebagai sahabatku, tapi aku juga masih ingin posisiku sebagai ketua DIVA. Yang dapat mengontrol kelakuan Oik dan Keke, agar mereka tak macam-macam pada Manda”
“tak apa sayangku, sahabatku. Kita masih bisa sharing lewat sms” saran Angel. Shilla langsung memeluk Angel. Sahabat terbaiknya, yang dapat menghiburnya di kala ia sedih. Shilla tak kuasa menjatuhkan air mata nya di pundak Angel, Angel mengelus Shilla penu kasih. Karna ia tahu, Shilla sedang di dera masalah yang cukup besar dengan kakaknya.
...
Di kantin ternyata sangat ramai, Manda dan Rio susah mencari tempat duduk untuk sekadar minum coklat panas. Cakka melambaikan tangannya pada Manda juga Rio untuk duduk di meja yang memang sudah di siapkan untuk Rio Manda cs, terlihat disana ada Iel, Oliv, juga Agni sedang duduk menikmati roti bakar khas Smp Yusha
“kesana yuk” ajak Rio dan menarik tangan Manda dengan lembut
Oik dan Keke masih menatap mereka dengan tatapan sinis
“mereka .. cih, harusnya khan kita yang ada di sana. Bukan ketiga cewek aneh itu” ejek Oik, Keke hanya manggut-manggut
Rio mempersilahkan Manda untuk duduk lebih dulu dari nya, semua anak lelaki Yusha memang sangat menghargai anak perempuan. Tak heran memang Yusha menjadi sekolah tersopan di Bangka.
“terimakasih kak” Rio hanya tersenyum mendengar perkataan Manda, barulah ia duduk di hadapan Manda, disamping Iel
“jadi, dimana Angel?” Tanya Manda
“entah, tadi sih katanya mau ke toilet, tapi sampai sekarang gak balik lagi” jelas Iel
“mungkin ada urusan lain, selain ke toilet” ucap Agni dingin, semua anak hanya mengiyakan ucapan Agni
Rio memesan 2 coklat panas untuknya dan juga Manda, Manda masih sibuk mengeringkan tubuhnya, tak lama kemudian, Ray datang membawa sebuah buku yang cukup tebal
“kamu bawa apa Ray?” Tanya Rio
“jika ada buku riwayat Marsha, mungkin di buku angkatan Dainya. Ada sebuah petunjuk, aku baru menemukannya pagi ini, tapi belum ku baca, aku ingin membacanya dengan kalian” ucap Ray dan duduk di samping Oliv
“wah, menarik, sekarang kita benar-benar ada dalam misteri Marsha dan bu Ira. Tak kusangka sekarang aku bisa bergabung disini” ucap Obiet yang baru saja datang membawa sepiring mi ramen hangat, meninggalkan komik-komiknya di kamar, karna perutnya yang sudah berbunyi “kruyuk..kruyuk” semua anak hanya tersenyum mendengar ucapan Obiet, memang tak mereka sangka. Semenjak kedatangan Manda, kehidupan mereka berubah drastis. Menjadi penuh misteri tentang cinta dan kekuatannya.
Obiet menyuruh Agni geser sedikit agar ia bisa duduk di samping Manda. Lalu menatap Manda “kamu kok basah kuyup nda?” Tanya Obiet, Manda menoleh ke Obiet dan membenarkan rambutnya
“aku tadi kehujanan biet” jawab Manda
“hm, kamu mau mi? Sepertinya kamu kedinginan, kamu perlu makanan yang hangat”
“gak usah biet, aku baru aja pesan coklat panas”
“sesuap aja deh. Cobain mi ramen khas Yusha, kamu pasti ketagihan”
“hihi. Gak usah biet” tolak Manda lagi
“sesuap saja nda, yaya?” Tawar Obiet lagi, sebenarnya Rio sudah siap untuk menjauhkan Obiet dari Manda
“yaudah, boleh deh” Obiet dengan senang menyendok mi nya dan menyuapkannya ke Manda, yang lain hanya tersenyum meledek keduanya, melihat Rio yang panas akan kejadian barusan
“hm, iya enak banget biet!” Seru Manda, Obiet tertawa melihat polah Manda yang menikmati mi Yusha
“mau lagi? Kita makan berdua aja ya? lagipula aku tak begitu lapar” tawar Obiet
“gak apa-apa?” Tanya Manda, Obiet senang bukan main mendengar pertanyaan Manda, dengan semangat ia menggeleng tanda tak keberatan berbagi mi ramen dengan Manda
Rio makin merah wajahnya karna marah melihat kelakuan Manda dan Obiet
“gak enak lah nda, makan ramen pakai coklat panas” sindir Rio
“gak apa-apa kak, nanti aku juga akan membagi teh hangatku untuk Manda, jika Manda sudah mulai kenyang karna ramen juga coklat panas kental itu, aku juga boleh bagi coklat panas kamu khan nda?” Tanya Obiet
“boleh kok biet”
“huh, yaudah, mulai aja baca bukunya Ray!” seru Rio sudah tak tahan dengan amarahnya
“sebaiknya jangan baca disini” saran Agni
“benar tu, sebaiknya kita baca di halaman asrama, kalau hari minggu gini halaman asrama sepi” usul Oliv
“aku setuju, tapi apa gak sebaiknya kita bikin sebuah markas aja? Di balkon studio misalnya?” Tanya Ray
“hm. Benar juga tu, ini khan misi rahasia namanya” setuju Iel
“balkon nih?” Tanya Cakka memastikan keputusan Ray
“iya udah, balkon” setuju Oliv
“setuju?” Tanya Cakka lagi
“setuju!” Seru semua
...
Bu Ira yang baru sadar dari kantuknya, langsung mengangkat telepon yang sudah berdering hingga 3 kali
“halo?”
Tak ada jawaban dari sang penelpon, sudah 2 kali bu Ira berkata “halo” tapi tak ada jawaban yang bu Ira dapatkan
“maaf mbak, atau mas. Saya sedang sibuk, tapi saya menyempatkan untuk mengangkat telepon dari anda, jika anda tidak menjawab pertanyaan saya, saya akan menutupnya”
1 menit sudah bu Ira menunggu jawaban yang tak kunjung tiba terdengar, habis sudah kesabaran bu Ira, tapi baru saja bu Ira hendak menutup gagang telepon itu dengan keras sebuah suara tangisan terdengar jelas, menghentikan niat bu Ira
“halo? Kamu siapa?” Tanya bu Ira lagi
“nyonya, saya mohon. Temani operasi Yuki, saya masih rela menyerahkan tulang sumsum saya untuk Yuki, tapi saya minta pada nyonya, temani operasi anak ini, bawalah ia ke Bangka agar ia bisa hidup bersama nyonya” ucap sebuah suara yang tak asing lagi bagi bu Ira, pengasuh anak kandungnya yang bernama Yan
...
Semua anak POL dan juga kak Agnes pun terbangun oleh bau harum nasgor yang di buat Gilang
“wah! Enak ni” puji Rio
“haha. Iya dong, gua yang bikin” bangga Gilang
“ternyata Gilang bisa masak to” ucap Dea
“ya bisalah nyong, emang pas lu pacaran sama gua, yang buatin lu kue ultah sapa?”
“eh iya ya. Hehehe” Dea terkekeh
Fendi hanya melihat keduanya dengan perasaan damai, ia tahu Dea menganggapnya menjadi cinta pertama Dea, begitupun Fendi yang menganggap Dea sebagai cinta pertamanya “tunggu gua de” ucap Fendi dalam hati
“O iya temen-temen. Hari ini kita mulai roadshownya” ucap kak Agnes
Semua anggota POL langsung antusias mendengarnya, walaupun pasti akan lama, tapi semua anak POL akan menikmatinya
“Dea, lu jorok banget sih” ledek Fendi yang langsung mengambil tissue untuk me.lap mulut Dea, karna beberapa butir nasi menempel di mulut Dea.
“lu apaan sih fen, norak” ucap Dea yang sepertinya agak risih dengan kelakuan Fendi
“hehe” Fendi hanya terkekeh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini