Sabtu, 21 Agustus 2010

Two Spirit for Love 8

PART 8
Special from Manda, Rio, Alvin, Dea, Gilang, and Fendi
Manda
Mungkin keadaan akan berubah saat aku mulai mengenal orang – orang baru dalam hidupku, tapi Tuhan .. aku hanya ingin diriku sendiri tau, bahwa aku adalah Dea, bukan sosok asing yang tak di kenal oleh kakakku sendiri. Hanya itu
Rio
Tuhan, aku ingin menjadi penerang hati Manda, aku tak ingin menjadi bayang – bayang Alvin lagi ! aku ingin menjadi Rio seutuhnya, Mario Stevano Aditya Haling ! Rio yang akan selalu mencintai Manda ! aku.. aku akan menjadi cinta sejati Manda! Walau aku harus melubangi sebagian hatiku untuk Manda
Alvin
Tuhan, aku merindukannya .. sangat rindu pada adikku sendiri, apa aku salah mencintai adikku sendiri ? apa aku berdosa Tuhan ?! jawab pertanyaanku Tuhan ! aku .. aku mencintainya, aku ingin bangun dari semua ini, aku ingin membuang jauh – jauh mimpi ini, aku ingin Dea masih di sampingku, Tuhan. aku marah ! ya, aku marah ! kau sudah membuatku mengenalnya ! membuatku mencintainya ! kenapa Tuhan ?! tolong jangan ambil Dea dari hatiku Tuhan .
Dea
Ya Allah, kenapa dengan perasaan ini ? cinta 2 hati ? bukan Rabbku… aku tak bisa memilih keduanya, aku tak mau salah satu dari mereka sakit karna ku Allah.. mereka berdua sahabatku, sahabat terbaikku, dan mungkin aku takkan memilih keduanya.
Fendi
Tuhan, mengapa aku begitu bodoh ! aku mencintai sahabatku sendiri .. apa itu akan memperburuk keadaan ? ya, pasti itu jawabanmu .. aku memang sok tau, tapi itulah yang kurasakan saat ini. Aku hanya akan sakit hati karna nya, mungkin ia hanyalah sahabatku sahabat terbaikku.
Gilang
Ya Allah, pertanyaan bodoh apa itu ? kenapa aku harus mengajukan pertanyaan bodoh itu? sekarang, apa yang harus ku lakukan sekarang Ya Rabb ku yang paling agung, beri aku petunjuk untuk mendapatkan cinta yang mungkin menjadi cinta sejatiku
***
Yuki membuka tirai jendelanya, ia lihat beberapa orang lalu lalang dan mulai sibuk pagi itu, “ selalu begini “ keluhnya. ya, memang selalu sama yang di lihat Yuki setiap pagi, hanya orang – orang rumah sakit yang lalu lalang tak keruan, tapi ia cukup menikmatinya, itupun jika ada satu hal menarik yang di lakukan orang – orang rumah sakit, terkadang ia melihat tingkah lucu dari beberapa pasien yang duduk di kursi roda, dan kursi rodanya meluncur tak bisa di kendalikan. Walau menurut orang itu berbahaya, tapi menurut Yuki, itu lucu, mungkin karna hanya itulah hiburan yang bisa ia lihat.
“ Yan kemana ?” tanyanya dalam diri sendiri, ia menengok ke kiri ke kanan, tapi ia tetap tak menemukan Yan, bibirnya menyeringai jahil
“ nah, ini kesempatanku menemui kak Ami !” seru Yuki, dan ia berjalan mengendap – endap menuju kamar Ami.
***
Pagi ini, Manda menyiapkan semua peralatannya untuk tinggal di asrama Yusha, ia membawa koper yang sangat besar, Rio dan mamanya datang untuk membantu
“ sini ku bawain ke mobil “ ucap Rio seraya mengangkat koper besar Manda
“ kakak kok suka banget angkat beban “ ledek Manda, Rio hanya tertawa
“ jadi, Manda mau tinggal di asrama ?” tanya Dea
“ iya kak “ jawab Manda
“ yah, jadi kita hanya sebentar ya ketemunya “ ucap Dea, Manda memeluk Dea sesaat, lalu melepaskannya
“ Manda akan kangen kakak – kakak POL, terutama kak Dea “ ucap Manda
“ kami juga akan merindukan Manda “ ucap Fendi, dan mengelus rambut Manda, Manda hanya tersenyum, lalu masuk ke mobil bersama Rio, tante Viska, dan mama Rio
“ dadagh Manda “ ucap Dea
“ dagh kakak – kakak “ ucap Manda
Mobil merah itupun melaju menuju Smp Yusha..

Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di Smp Yusha. Manda turun, ia kini sudah memakai seragam Yusha, seragam Smp Yusha cukup elegan, dengan kemeja putih dan di kantungnya ada lambang Smp Yusha yang gambarnya bintang, di padu Jas berlengan panjang berwarna biru dongker, dan dasi warna biru dongker terpasang di kerah para siswa/i, rok selutut berwarna biru dongker condong hitam corak kotak – kotak, ya mungkin hampir sama stylenya dengan seragam yang ada di serial boys before flower, Manda sangat senang dengan seragam sekolah ini.
“ nda, ngomong – ngomong kamu cantik banget pakai seragam itu “ puji Rio, Manda hanya tersipu malu
“ makasih kak “ ucap Manda, tak lama seorang anak lelaki berkacamata bersama temannya menghampiri Manda
“ pagi Manda, kak Rio “ ucap anak itu
“ pagi Obiet “ ucap Manda dan kak Rio bersamaan
“ haha, kak Rio sama anak baru ini jodoh ya !” seru Irsyad yang dari tadi diam di samping Obiet, keduanya hanya tertawa, Obiet mencubit pinggang Irsyad, hingga anak padang itu meringis
“ kamu kenapa ?” tanya Manda, Irsyad menggeleng
“ o iya, nama kamu siapa ? Obiet belum kasih tau aku “ ucap Irsyad
“ ah, ngibul kamu ! kemarin khan sudah ku kasih tau !” seru Obiet
“ oh ya ? aku lupa biet “ ucap Irsyad polos
“ sok polos kamu !” seru Obiet kesal, Manda tertawa kecil melihat kelakuan Irsyad dan Obiet, Rio mulai mengeluarkan 2 tas besar, miliknya dan Manda
“ aku antar ke depan asrama ya nda ?” tanya Rio
“ ok, makasih ya kak “
“ aku aja kak yang bawa “ tawar Obiet
“ gak usah biet “ tolak Rio
“ ayolah kak, aku aja “ paksa Obiet
“ kamu tu kenapa sih biet ? dari kemarin kamu menyebalkan !” bentak Rio. Obiet, Irsyad, dan Manda langsung terdiam
“ biasa aja lha kak, gak usah pakai bentak gitu .. “ ucap Obiet sinis
“ ma .. maaf biet, Manda, kamu kenapa ?!” tanya Rio yang melihat Manda gemetaran
Manda terus gemetaran, ia memang takut pada suara bentakan, Rio menggoyangkan tubuh Manda, Obiet tersenyum tipis “ berhasil khan ?” ucapnya dalam hati
“ e..enggak apa – apa kak, a..aku saja yang ba..bawa tasku sendiri “ ucap Manda yang masih gemetaran lalu mengambil tasnya dari Rio, ia dorong tasnya dan berjalan sendiri, karna tante Viska sudah pergi ke ruang guru.
“ nda, tunggu “ ucap Rio dan berlari menyusulnya, tapi Manda sama sekali tak mau melihat ke arah Rio, ia masih takut dengan tindakan Rio barusan
“ kamu kenapa nda ?” tanya Rio, tapi Manda masih belum menjawab, ia masih berjalan bahkan lebih cepat dari yang tadi, Rio masih mengejarnya hingga mereka tiba di depan gerbang asrama gadis.
“ nda, kamu kenapa sih ? kok nyuekin aku gini ?” tanya Rio lagi, Manda terhenti sejenak, matanya sudah berair.
“ kak, aku gak kenapa – kenapa kok “ ucap Manda
“ tapi mata kamu berair nda “
“ aku, aku hanya kelilipan kak “
“ benar ?” tanya Rio, ia memandang Manda lebih lekat, Manda merasakan sesuatu yang berbeda pada pandangan Rio, itu seperti .. kasih sayang.
Manda tersenyum lembut, ia menjewer kuping Rio lagi, tapi jeweran yang lembut.
“ kamu .. “ ucapan Rio menggantung
“ cieeee, pagi – pagi udah pacaran di depan gerbang asrama !” seru seorang anak lelaki, Iel. Ternyata kedua sahabat Rio sudah mengikuti Rio dan Manda sampai disini.
“ iya nich, mentang – mentang sekolah masih sepi, berduaan aja .. “ ledek Cakka
“ aku gak pacaran kok sama kak Rio, aku dan kak Rio hanya kakak adik “ sangkal Manda
“ wah, kalau Manda yang bilang, aku angkat tangan deh “ ucap Iel
“ apa yel ? angkat tangan ? jangan, kamu khan belum mandi !!” seru Cakka
“ hoo, wedus !” seru Iel dan ia lingkarkan tangannya ke leher Cakka
Rio dan Manda tertawa karna ulah keduanya, lalu Manda pun masuk ke dalam asrama meninggalkan Cakka, Iel, dan Rio
“ yo, kamu suka sama Manda ?” tanya Iel
Rio terdiam, ia menaikan kedua bahunya bersamaan dan mulai berjalan tanpa menjawab pertanyaan Iel, Iel dan Cakka pun berjalan mengimbangi Rio. Karna memang Rio belum tau apakah ia benar – benar sayang pada Manda lebih dari adik

Manda berjalan sambil mendorong tas dorongnya, ia coba bertanya pada penjaga di sana, nomor berapa kamar yang akan ia tempati.
“ Dea Christa ya ?” tanya bu penjaga, yang Manda tau namanya Bu Osi
“ iya bu “
“ kamu di kamar nomor 41, ini kuncinya “ ucap bu Osi dan menyerahkan serumpun kunci untuk Manda, setelah mengucap terimakasih, Manda berjalan ke kamarnya.
Ia terus mencari, beberapa anak di temuinya, ada yang bersiap mandi, sekolah, makan dan lainnya. Beberapa di antaranya tersenyum pada Manda, begitupun sebaliknya, ada juga yang menyapa Manda, seperti..
“ hai, kamu anak baru yang namannya Manda ya ?” tanya gadis berambut panjang, yang sudah memakai seragam Yusha
“ iya, nama kamu siapa ?”, anak tadi menunjuk sebuah plat nama yang terpasang di saku sebelah kiri
“ Ashilla “ ucap Manda mengeja nama anak itu
“ panggil saja Shilla, salam kenal ya “ ucap Shilla dan tersenyum pada Manda
“ iya Shil, salam kenal juga “
“ kamu di kamar nomor berapa ?”
“ 41, kamu tau letaknya dimana ?”
“ tentu, ayo ku antar “ ucap Shilla dan menggandeng Manda menuju kamarnya
***
Alvin berjalan bolak balik sambil berfikir, “ aduh .. aku bingung, apa yang harus ku katakan pada ayah “ ia duduk sejenak, tapi langsung berjalan lagi, tak berapa lama. Ami datang, ia terenyum melihat tingkah Alvin
“ kamu kenapa vin ?” tanya Ami
“ aku masih bingung kak, aku belum bisa membuat lagu .. dan alat musik yang ku kuasai bukanlah piano melainkan gitar “ keluh Alvin
Ami menggandeng tangan Alvin dan menggiringnya duduk di sofa, lalu Ami membuka lemari besar yang ada di sudut kanan dekat kasur Alvin, dan mengambil sebuah gitar yang amat indah, warna nya yang hitam legam menambah pesona gitar tersebut.
“ ini “ ucap Ami dan menyerahkan gitar nya pada Alvin, Alvin bingung melihat tingkah Ami, tapi ia cukup mengambil gitar Ami dan menopangnya .
“ jangan paksakan dirimu untuk bermain piano, jika kamu memang ahli bermain gitar, sebaiknya asah bakatmu itu “
“ menurut kakak lebih baik begitu ?” tanya Alvin ragu
“ iya “ jawab Ami santai, Alvin mulai memetik gitar dengan lincah, Ami tau. Apa yang di lakukan Alvin benar. Saat ia menantang ayahnya untuk bertemu Dea, hingga Alvin yang kini mau berhenti belajar piano, mengasah bakat nya dengan gitar. Itu semua sudah lurus. Sudah benar, hanya tinggal menunggu takdir Tuhan yang menjalankan semuanya.
‘ tok tok tok ‘ sebuah suara ketukan menghentikan Alvin memetik senar gitar milik Ami yang halus, Ami pun meninggalkan Alvin untuk membuka pintu.
“ Yuki ?!” Ami terkejut mendapati Yuki yang berdiri di hadapannya, langsung Ami tuntun Yuki ke dalam, Yuki duduk di samping Alvin.
“ Yuki, kenapa kamu kesini ?” tanya Ami agak panik, ia takut hal ini diketahui Yan
“ Yan sedang tak ada, aku bosan di kamar sendiri .. makanya, aku kesini kak “ jelas Yuki, Ami menghelakan nafas lega, Yuki melirik Alvin yang memang sedang memperhatikan Yuki, tatapan mata mereka bertemu sesaat, tapi langsung mereka alihkan masing – masing, Ami hanya tersenyum.
“ o iya, Yuki. Ini Alvin, ia adalah pasienku yang sudah lama ingin ku kenalkan padamu “ ucap Ami dan menunjuk Alvin agar Yuki mau berkenalan dengan Alvin, Yuki tersenyum pada Alvin, dan mengulurkan tangannya pada Alvin
“ Yuki “ ucap Yuki, Alvin pun menanggapi uluran tangan Yuki
“ Alvin “ ucap Alvin
“ ok, kalian bisa mengobrol berdua, aku mau keluar dulu, ada urusan dengan papa “ ucap Ami lalu meninggalkan Alvin dan Yuki
Alvin dan Yuki masih terdiam sepeninggal Ami, Alvin pun memetik senar gitar lagi, dan mulai memainkan sebuah lagu. Yuki yang mendengar alunan gitar Alvin mulai bersenandung, sepertinya Alvin pun menikmati suara Yuki dan melanjutkan permainannya.
***
Kak Agnes mengumpulkan semua anak POL di ruang tengah
“ jadi gini, show kita akan kita mulai bulan depan, karna bulan ini akan kita isi dengan latihan yang maksimal “ jelas kak Agnes
“ ok kak !” seru semua anak POL
Rio duduk di samping Monna, ia mengeluarkan sebuah mesin pemutar lagu mini. Mp3, lalu ia pasang 2 speaker headset ke masing – masing telinganya, Rio mulai berlonjak – lonjak tak keruan
“ ih, Rio Basier !! berisik !” seru Monna yang terganggu, tapi entah musik yang di nyalakan Rio terlalu kencang atau memang Rio yang keasyikan, ia tak menghiraukan ucapan Monna, anggota POL lainnya hanya tertawa melihat tingkah Monna dan Rio
“ hahaha, dasar lu yo, kasian tu Monna “ ucap Gilang, tapi Rio masih tak dengar
“ wei Rio ! Monna kasian tu keberisikan !!” ucap Gilang lagi agak mengeraskan suaranya, tapi tetap saja Rio tak dengar
“ RIO BASIER !!!” teriak semuanya, Rio tersentak dan langsung melepas headsetnya
“ apa – apa ??”
Tawa pun pecah di ruang tengah itu, Rio masih bingung dengan apa yang terjadi barusan
“ kamu tu ya ! kalau dengar lagu yang tenang dikit kek “ ucap Monna kesal, tapi masih menahan tawanya.
“ hehe, sory Mon “ sesal Rio
Dea melirik Fendi, wajah Fendi tak biasa, ia seperti kesal
“ fen, lu kenapa ?” tanya Dea dan menyenggol lengan Fendi
“ apa urusan lu ? emang lu siapa gua ?” tanya Fendi sinis, Dea heran dengan sikap Fendi, si Fendi napa sih ? tanya Dea dalam hati, ia coba mengingat apakah ia pernah membuat Fendi kesal, seingatnya .. “ masya Allah !” seru Dea, dan mengejar Fendi yang sudah pergi ke luar rumah.
Fendi duduk di bangku taman, ia membenarkan gitarnya yang senarnya hampir putus, Dea menghampiri Fendi dan duduk di samping Fendi, tapi Fendi tidak menghiraukan Dea, ia masih sibuk dengan gitarnya.
“ yaelah fen, cuma gara – gara gua bentak kemarin, lu marah sih “ ucap Dea
“ yaelah – yaelah .. gitu – gitu juga khan nyesek di hati gua de “
“ maaf deh fen, kemarin gua emang kesel sama orang, lu kecipratan deh “ sesal Dea, Fendi masih diam
“ fen, maaf ya ya ?” tanya Dea lagi, Fendi pun mengangguk, Dea merangkul Fendi, dan keduanya tersenyum, Gilang yang memperhatikan itu langsung lemas
“ tu khan, Dea kesel gara – gara gua “ ucap Gilang, lalu ia pergi ke kamar merencanakan sebuah tindakan untuk membuat Dea tersenyum karnanya.
***
Manda dan Shilla berjalan hingga mereka menemukan kamar nomor 41
“ ini kamarnya nda, jauh juga ya dari pintu keluar, tapi tenang aja, masih banyak kok yang lebih jauh dari pada kamarmu “ ucap Shilla
“ makasih ya shil, mau masuk dulu ?” tawar Manda
“ gak usah nda, makasih. Aku mau cari makan di kantin .. hehe “ ucap Shilla ramah dan melambaikan tangannya pada Manda, Manda membalas lambaian tangan Shilla, hingga Shilla sudah jauh meninggalkannya.
“ baiknya gadis itu “ ucap Manda dan membuka pintu kamar nya yang tak di kunci, saat ia masuk, ia melihat seorang gadis menatapnya sinis, lalu berpaling lagi.
“ yaampun, seramnya “ gumam Manda, lalu ia melihat – lihat kamarnya “ besar juga “ gumamnya lagi, ia melihat jelas namanya terpampang di sebuah lemari berwarna ungu.
“ wah, ini lemariku “ ucap Manda dan membuka lemarinya dengan kunci yang di berikan oleh Bu Osi, debu pun keluar beramai – ramai membuat Manda bersin di buatnya. Manda langsung mengambil kemoceng yang ada di dekatnya dan menutup mulutnya, lalu ia bersihkan debu di dalam lemari.
“ huft, debunya banyak banget “ keluh Manda
‘ krek, krek ‘ suara pintu kamar terbuka, seorang gadis manis berpakaian seragam lengkap masuk dan menatap Manda, tatapannya sungguh ramah.
“ hai, kamu Manda ya ?” tanyanya
“ iya, namamu siapa ?” tanya Manda
“ namaku Angel, ternyata kita sekamar ya, kemarin aku melihat keahlianmu bermain gitar, sungguh menarik bakatmu itu “ puji Angel
“ terimakasih “
“ o iya, kamu pasti belum berkenalan dengan Agni ya ? ni, kamu kenalan dong sama Manda “ ucap Angel, anak bernama Agni itu tetap cuek dan memakai jasnya.
“ Agni “ ucap Agni lalu pergi sambil mengambil tasnya
“ huft, dasar anak aneh “ cerca Angel, Manda kembali sibuk membersihkan lemarinya
Angel pun membuka lemarinya, dan mengambil sebuah syal, lalu ia lingkarkan di lehernya
“ hei Manda, hari ini cukup dingin.. sebaiknya kamu pakai syal “ saran Angel
“ ya, terimakasih atas saranmu ngel “
Selesai Manda merapihkan lemarinya, ia ambil sebuah syal warna biru dan sebuah kaus kaki yang lebih tebal, benar kata Angel. Hari ini cukup dingin.
“ mulai sekarang, kamu harus maklum pada Agni ya, dia memang begitu “ ucap Angel lagi, Manda mengangguk, lalu memakai kaus kaki di samping Angel yang duduk di kasurnya
“ apa Agni memang dingin begitu pada murid baru ?”
“ tidak, ia dingin pada semua siswa/i di sini, ia memang agak aneh “
“ tapi, kenapa aku merasa .. Agni tidak aneh, mungkin ia kesepian “
“ hm, kesepian ? mungkin .. tapi ia tetap aneh untukku “
Manda hanya tersenyum, Angel dan Manda pun pergi menuju Smp Yusha .
“ hei, sebentar nda “ ucap Angel menghentikan langkah Manda
“ ada apa ?” tanya Manda yang cukup kaget
“ aku lapar .. hehe, ke kantin dulu yuk “ ajak Angel dan menarik tangan Manda. Manda pun menyanggupi ajakan Angel ke kantin, walau dirinya tak terlalu lapar.
Kantin asrama Yusha digabung antara anak lelaki dan gadis, tapi ruang makan bersama memang di pisah.
Angel menarik Manda dan duduk di samping Shilla yang sedang makan bersama teman – temannya.
“ hai nda, kita bertemu lagi “ sapa Shilla
“ hai Shilla “ balas Manda
Angel langsung memesan roti bakar dan susu hangat pada ibu kantin, lalu ia alihkan lagi perhatiannya pada Manda
“ shil, kamu udah kenal Manda ?” tanya Angel
“ udah kok ngel “ jawab Shilla
“ kenalin juga ni, Oik dan Keke .. kami berempat itu teman 1 genk, kamu boleh kok masuk ke genk kami. Iya khan shil ?” tanya Angel pada Shilla, Oik dan Keke tersenyum manis pada Manda, Manda membalasnya
“ hm, boleh .. tapi Manda mau gak ?” tanya Shilla
Manda terlihat berfikir, ia memandang Shilla, Angel, Oik, dan Keke bergantian, ia mulai membuka mulutnya “ ... “ tapi belum sempat ucapannya keluar, Rio datang bersama Iel dan Cakka
“ hai girls “ ucap Iel mulai tebar pesona, Manda tak jadi menjawab pertanyaan Shilla
“ hai kak Iel “ ucap Keke manis, Iel hanya tersenyum tipis pada Keke, karna ia tak begitu suka pada Keke, anak paling centil di genk Shilla yang bernama DIVA
“ nda, kamu makan ?” tanya Rio yang tak menatap Shilla sedikitpun
“ gak kak, aku hanya menemani Angel makan “ ucap Manda
“ hei hei, jadi gimana nda ? kamu mau gak masuk ke genk kami ? genk DIVA ?” tanya Oik mengalihkan perhatian Manda pada Rio
“ um, sepertinya aku tak begitu tertarik masuk ke kelompok tertentu ik, maaf ya “ ucap Manda, karna Manda memang tak begitu senang dengan pertemanan kelompok seperti itu, Iel, Cakka dan Rio tertawa kecil mendengar pernyataan Manda
“ oh, yaudah .. padahal masuk ke genk DIVA itu sangat susah, hm. Kamu malah menyia – nyiakannya “ ucap Keke agak sinis
“ maaf ya ke “ ucap Manda
“ gak apa – apa kok nda, kami juga gak mungkin salahin kamu, karna kamu gak suka kami “ ucap Shilla
“ bu bukan, aku bukan gak suka kalian, aku hanya gak mau gabung di genk .. aku ingin berteman dengan semuanya “ ucap Manda
“ ya ya ya “ ucap Oik agak di buat – buat.
Manda hanya menunduk, Rio menarik lengan Manda lembut
“ kita ke Smp aja, Angel khan sudah makan sama genknya, ayo nda” ajak Rio
“ i..iya kak “ ucap Manda dan berpamitan pada DIVA, lalu jalan dengan Rio dan Iel, sedangkan Cakka menetap di sana karna ada Oik
“ aku disini ya, mau nemenin pacarku cantik “ ucap Cakka
“ hati – hati ik, Cakka suka main mata sama cewek lain !” seru Iel
Oik memelototi Cakka, Cakka hanya gelagapan malu.
“ huft, sombong sekali anak baru itu “ ucap Keke sambil mengaduk – aduk coklat panasnya dengan sendok
“ ya, black list dari DIVA “ ucap Oik menyanggupi omongan Keke
“ kalian jangan sembarangan gitu, Manda itu adik nya Rio “ ucap Cakka yang sepertinya tak suka omongan Keke dan Oik
“ jadi kamu bela Manda ?” tanya Oik agak meninggikan nada suaranya
“ gak lah ik, hanya .. em “ Cakka kehabisan kata – kata
“ udah – udah, Manda tu anak baru .. dia belum tau kehebatan DIVA, jadi Manda gak mau, ia anak yang sangat berbakat, sayang jika Manda tidak masuk DIVA “ ucap Angel
Semua memandang Angel, “ kenapa anak ini ? biasanya dia tak suka ada anak baru yang belagu “ ucap Oik dalam hati, “ idih, baru masuk DIVA aja belaga “ ucap Keke dalam hati, dari tadi Shilla masih diam, ia masih tenang dan asyik sarapan.
“ Lady Shilla, bagaimana ini ? “ tanya Oik
“ bagaimana apanya peri kecil ?” tanya balik Shilla
“ ya tentang Manda ! anak belagu itu ! masa’ dia menolak ajakan masuk DIVA ?!” sewot Keke, Shilla masih terdiam dan berfikir
“ diamkan saja “ ucap Shilla, Oik dan Keke membulatkan mata mereka
“ shil, kamu lagi sakit ya ?” tanya Oik seraya memegang jidat Shilla, memastikan temannya tak sakit
“ idih, apaan sih kamu ik ? ya gak lah ! aku masih sehat “ ucap Shilla dan menepis tangan mungil Oik
“ tapi kamu bilang biarkan saja ?? “ tanya Keke dengan nada tak percaya
“ ya, biarin aja .. emang kenapa ? lagipula, Manda anaknya memang baik .. “ ucap Shilla tenang
“ shil, sadar dong. Manda tu udah nolak mentah – mentah tawaran kita, bikin kita malu di depan kak Rio, kak Cakka, dan kak Iel , umm terutama kak Iel !!” seru Keke, Cakka yang di sebut hanya diam, ia agak menjauh, karna ia mulai takut jika DIVA sudah ribut, Shilla memandang Keke dan Oik dengan tatapannya yang tajam
“ untuk yang satu ini, kita biarkan saja. Aku leader disini. Jadi tak ada yang boleh membantahku, dan untuk kalian berdua, Oik Keke, kalian berdua jangan pernah bertindak di luar perintah ku “ ucap Shilla tegas
“ apa ini karna kak Rio ?” tanya Oik, Shilla memuntahkan sedikit coklat panasnya karna kaget dengan pertanyaan Oik, Shilla melirik ke arah Cakka yang mulai memandanginya karna pertanyaan Oik
“ apa maksudmu ik ?” tanya Shilla dan mulai sewot
“ ya, apa karna Manda adalah kenalan kak Rio, kamu jadi ciut ?” tanya Oik
“ kamu itu bicara apa sih ? aku tu gak pernah mengaitkan Manda dengan kak Rio ! kalau mau bicara hal pribadi antar DIVA jangan ajak pacarmu ini “ ucap Shilla dan melirik tajam Cakka, yang lain juga melirik Cakka
“ ok, aku .. em, pergi dulu deh. Dadagh cantik “ ucap Cakka dan mencubit pipi Oik lalu pergi meninggalkan DIVA.
...
Rio masih menggandeng Manda hingga mereka tiba di depan ruang kepala sekolah, Iel yang dari tadi diam langsung menyadarkan Rio dan Manda
“ wei guys, kita udah tiba di ruang kepsek “ ucap Iel, Manda langsung melepas gandengan Rio, pipi Rio blushing karna malu sedari tadi tak sadar menggandeng Manda
“ a..ayo ke dalam nda “ ajak Rio
“ a..aku sendiri aja kak “ ucap Manda dan menunduk sambil berjalan masuk ke dalam ruang kepsek
“ kakak tunggu di luar ya ?” ucap Rio, tapi Manda sudah masuk ke dalam ruang kepsek sebelum ia mendengar ucapan Rio, Rio hanya menunduk dan duduk di bangku dekat ruang kepsek.
“ yo, kamu ada apa sih sama Manda ?” tanya Iel yang merasa kelakuan kedua nya tak biasa, Rio hanya menggeleng
“ ayolah yo, kasih tau aku. Mungkin aja aku bisa bantu “ paksa Iel, akhirnya Rio menyerah dan menceritakan kejadian tadi pagi di gerbang smp.
“ ya Tuhan .. si Obiet itu ternyata bisa menjelma jadi anak yang menyebalkan !” seru Iel yang kesal sendiri setelah mendengar cerita Rio
“ huft, ya sudahlah yel, aku yakin Manda sudah maafin aku “ ucap Rio
“ tapi, jujur deh yo sama aku, kamu suka Manda ya ?” tanya Iel mulai serius
“ aku belum tau yel, aku selama ini emang anggap Manda sebagai adikku, tapi .. lama kelamaan aku gunain amanat kakaknya Alvin, sebagai senjata ku untuk pendekatan sama Manda “ ucap Rio agak bersalah
“ yaampun, yo. Dengerin aku deh. Dengan kamu mencintai Manda selain sebagai adik kamu juga itu adalah bentuk penjagaan Manda yo !” seru Iel
“ apa aku harus mencintai Manda ?”
“ ya.. itu kembali ke hati kamu lagi yo, yang penting, ikutin kata hati kamu. Tapi jangan sampai kamu gagal cinta lagi seperti setahun yang lalu ya yo, aku sebagai sahabatmu pasti dukung kamu kok “ ucap Iel meyakinkan Rio, sebenarnya Rio masih trauma dengan perasaannya sendiri, ia masih takut jatuh cinta. Karna luka di hati Rio masih dalam. Sangat dalam.
“ kekuatan cinta yel “
“ apa yo ?”
“ iya ! kekuatan cinta ! aku harus punya itu ! menurutmu, pakar cinta paling jitu siapa yel??” tanya Rio
“ hm, setauku, sepanjang perjalanan kita di sekolah ini, kakak mu yang paling jitu “ ucap Iel, Rio terdiam. Ia lupa kalau kakaknya Ami. Adalah seorang psikolog, ia pasti tau semua tentang kejiwaan ! termasuk cinta, Rio langsung memeluk Iel, langsung saja Iel melepaskan pelukan Rio “ ih, geli !” seru Iel, Rio hanya tertawa melihat raut wajah Iel yang kegelian.
...
Di dalam ruang kepsek ternyata sudah ada Obiet, sepertinya ia sedang mengobrol dengan bu Ira. Bukan sekedar tentang lomba, tapi tentang Manda. Tapi Manda tak tahu itu. Tentu saja.
“ permisi bu Ira “ ucap Manda dan ia masih berdiri di depan pintu
“ ayo, kesini nda, duduk di samping Obiet “ ucap bu Ira, Manda pun berjalan menuju kursi di samping Obiet dan duduk di kursi itu.
“ pagi nda “ sapa Obiet
“ pagi biet “ balas Manda dengan senyumnya yang manis, Obiet paling suka dengan senyum Manda yang seperti itu, sungguh natural dan manis.
“ pagi bu Ira “ sapa Manda juga pada bu Ira
“ pagi Manda, ada apa Manda kesini ?” tanya bu Ira
“ ehm, o iya bu. Saya mau tanya, saya masuk kelas mana ya bu ?”
“ ohahaha, kamu masuk di kelas yang sama dengan Obiet, jadi kamu bisa ke kelas bersama Obiet, ya sudah .. kalian mau ke kelas sekarang ?”
“ ok, kamu mau ke kelas nda ?” tanya Obiet
“ iya biet “ setuju Manda, Obiet pun berdiri dan mencium tangan bu Ira, begitupun Manda juga melakukan hal yang sama dengan Obiet. Keduanya keluar dari ruang kepala sekolah.
...
Rio yang melihat Manda keluar dengan Obiet menatap keduanya sinis, dan menghampiri keduanya, tentu saja bersama Iel .
“ jadi di kelas mana nda ?” tanya Rio
“ di kelas yang sama dengan Obiet “
“ 8A ? hm, kelas yang bagus “ sambung Iel
“ tentu, ayo nda ke kelas “ ajak Obiet
“ eits, biet .. aku mau ngomong sama kamu, biar Rio sama Manda duluan aja “ ucap Iel dan menarik Obiet menjauh dari Manda
“ ngomongin apa kak ? “ tanya Obiet heran, Iel mengisyaratkan Rio untuk mengajak Manda ke kelasnya.
“ kami duluan ya “ ucap Rio, Manda pun berjalan di samping Rio
Dan di tempat itu tinggal Iel dan Obiet
“ lalu ? mau bicara apa kak ?”
“ hm, sebenarnya kamu itu pintar dalam semua pelajaran biet, tapi kelemahanmu hanya 2, iya khan ?”
“ apa itu ?”
“ olahraga dan ....... cinta “ ucap Iel agak menggoda, Obiet heran dengan Iel, “ anak ini kenapa sih ?!” bentaknya dalam hati
“ maksud kakak apa ?” tanya Obiet
“ kamu bisa basket gak ?” tanya Iel balik
“ tak begitu kak, tapi sedikit mungkin bisa “
“ kalau begitu, kamu mau khan ikut pemilihan anak baru yang akan menggantikan angkatan tahun ini yang akan lulus ?” tanya Iel, Obiet berfikir
“ ayo biet, mau gak ?” desak Iel
“ boleh deh kak, kapan pemilihannya ?”
“ minggu depan “
“ tapi, aku tak begitu yakin “
“ yakin lah Obiet ku sayang .. ayo ke kelas “ ucap Iel dan merangkul Obiet.
***
Rio dan Manda akhirnya tiba di kelas 8A, ternyata kelas saat itu masih agak sepi. Mungkin karna tahun ajaran baru, jadwal hari itu masih bebas, apalagi untuk persiapan malam ini, malam peringatan tahun ke20 Marsha sang maskot Yusha meninggal.
“ aku tinggal ya “ ucap Rio
“ terimakasih ya kak “ ucap Manda, Rio berbalik dan meninggalkan Manda, Manda masih memandang Rio dari jauh. Ia tersenyum lembut lalu masuk ke kelas 8A, semua mata tertuju padanya. Manda hanya tersenyum pada mereka semua.
“ hai “ sapa Manda, semua anak langsung mengerumuninya dan bersalaman dengan Manda, “ hai Manda !!” seru semua anak yang ada di kelas itu. Manda senan dengan keadaan kelas itu, semua anak di kelas itu sangat ramah. Manda duduk di samping anak yang tubuhnya lebih kecil darinya, rambutnya style bob, dan ia memakai kacamata frame putih.
“ hai, namaku Olivia Pasaribu ! tapi panggil aku Oliv !” seru anak itu
“ hai Oliv, namaku Manda “
Manda dan Oliv langsung akrab, sesaat kemudian Obiet datang dan duduk di depan Manda, ia tersenyum pada Manda, Manda hanya membalasnya, lalu berpaling ke Oliv lagi, Obiet kesal dengan kelakuan Manda yang tak menghiraukannya.
“ gadis ini .. “ geramnya dalam hati
Obiet pun memalingkan pandangannya ke arah papan tulis, lalu ia tersenyum tipis. Ia arahkan pandangannya pada sebuah penghapus, lalu ia pusatkan pikirannya.
“ lemparkan ke Manda “ ucapnya dalam hati, penghapus papan tulis itu mulai bergetar, dan .. ‘ PLAKK ‘
“ hah ? itu apa ?” tanya Manda dan mulai gemetaran
“ kamu gak apa – apa nda ?” tanya Oliv
“ gak, tapi .. Obiet ! kamu kenapa ?!” tanya Manda yang melihat tangan Obiet berdarah, karna menepis penghapus yang akan menghantam Manda
“ e..enggak apa – apa, aku .. aku ke UKS dulu ya “ ucap Obiet dan berlari dari hadapan Manda, Manda masih takut dengan kejadian barusan
“ nda, tadi Obiet menolong kamu yang hampir kena pengapus ini “ ucap seorang anak lelaki bernama Ozy.
“ hah ? yaampun, aku harus susul Obiet “ ucap Manda, tapi Oliv mencegah
“ gak usah nda, Obiet pasti segera sembuh .. seperti biasa “
“ seperti biasa ?” tanya Manda heran
“ iya, tu anak memang ajaib .. “ setuju Ozy
“ maksud kalian apa ? udah ya, aku mau susul Obiet “ ucap Manda dan berlalu meninggalkan Ozy juga Oliv
***
Alvin menatap Yuki, suara Yuki terdengar sangat merdu, ia teringat Manda, suara Manda tak kalah merdu dengan suara Yuki, namun ia tepis ingatannya pada Manda, ia menatap Yuki, di hadapannya bukan Manda, tapi Yuki. Seorang pasien di rumah sakit Tunas. Hanya ia yang menemani Alvin.
“ Yuki, suaramu indah “ puji Alvin
“ terimakasih Alvin, permainan gitar mu juga sangat bagus “ puji Yuki, yang kini pipinya menjadi merah jambu akibat pujian Alvin
Alvin menghentikan permainan gitarnya, lalu ia alihkan pandangannya ke piano milik Ami, ia menggeleng dan tertawa kecil
“ kamu kenapa vin ?” tanya Yuki
“ hm, tidak .. aku hanya berfikir, bodohnya aku .. bakatku ada pada gitar, bukan piano. Tapi aku paksakan belajar piano .. “
“ tapi, kamu pasti punya 1 alasan yang kuat untuk belajar piano ?”
“ ya, ini untuk adikku .. Dea “ Alvin meletakan gitar Ami di sampingnya, dan mempertemukan kedua telapak tangannya, dengan menyentuhkan antar jarinya agar saling mengikat, lalu ia arahkan kedua kepal tangan yang kini menyatu itu ke bibirnya, ia agak membungkuk, “ keren “ gumam Yuki
“ ya?” tanya Alvin yang agak mendengar gumaman Yuki walau samar
“ oh, tidak ! tidak apa – apa, ehm. Kenapa dengan adikmu ? dimana ia sekarang ?” Yuki mengalihkan pembicaraan dengan pertanyaan – pertanyaan yang pasti menyibukan Alvin, dan benar saja. Kini Alvin tak mau menanyakan apa yang Yuki gumamkan tadi.
“ Dea sekarang ada di Bangka, aku ingin menyusulnya, dengan menantang papaku, jika aku bisa menjadi musisi. Aku pasti di perbolehkan bertemu dengan Dea “ tutur Alvin
“ hm, keputusan yang bagus, apakah aku boleh membantumu ?” tanya Yuki penuh harap, Alvin kembali menatap Yuki, ia melihat ada satu sinar harapan di mata Yuki, ia tersenyum dan mengangguk dengan cepat. “ aku ingin bersamamu selalu sahabatku, walau itu membuatku .. harus pergi dari dunia ini, karna aku ingin menemukan tujuan hidupku, dan mungkin. Kamulah tujuan hidupku “ ucap yuki dalam hati
“ terimakasih Alvin, kamu sudah percaya padaku “ ucap Yuki dan menjabat tangan Alvin erat, Alvin tertawa bersama Yuki. Di iringi angin dingin yang timbul akibat hujan malam tadi.
***
Dea tertawa bersama Fendi di luar rumah, sedangkan Gilang ke kamar untuk membuat suatu misi
“ apa yang harus ku lakukan ?” tanya Gilang pada diri sendiri, lalu ia melihat sebuah tumpukan koran bekas di sudut ruangan, ia memikirkan sebuah ide.
“ boneka kertas .. miniatur koran .. dongeng dengan miniatur koran !!” seru Gilang dan langsung mengambil setumpuk koran bekas tersebut, ia berlari menuju gudang belakang. Jikala ada beberapa barang yang dapat ia gunakan sebagai alat bantu
“ ya, walaupun Dea bukan anak kecil, gua yakin. Dea pasti seneng liat pertunjukan yang gua bikin “ ucap Gilang dengan hatinya yang kini dipenuhi dengan cinta.
***
Obiet berlari ke UKS, ia duduk di tempat tidur UKS, seorang wanita bertubuh agak pendek menghampiri Obiet.
“ ya Allah ! kamu kenapa nak ?” tanya wanita itu
“ aku, tanganku menghantam benda keras suster, mungkin sedikit perban bisa mengobati tanganku “ ucap Obiet tenang
Suster itu lalu membersihkan luka Obiet, lalu ia lilit kan perban putih dan perekat di luka Obiet, hingga luka Obiet tak bisa lagi terkena angin, atau debu yang bisa menimbulkan infeksi.
“ nah, kamu tunggu di sini dulu ya. Suster mau ambil beberapa perban, agar kamu bisa mengobati lukamu sendiri “
“ tak usah sus, aku tak perlu perban lagi. Ini saja cukup kok “ tolak Obiet
“ kamu serius ?”
“ ya, aku serius “ ucap Obiet meyakinkan suster itu, lalu suster pergi meninggalkan Obiet yang ia anggap sudah cukup sehat untuk kembali ke kelas beberapa saat lagi.
Obiet menatap tangannya, ia kesal “ kenapa aku tak bisa menghantam Manda dengan penghapus itu ? kenapa aku refleks membantunya ?!” kesalnya dalam hati
“ kamu mau tau, siapa yang melakukan itu ?” tanya sebuah suara
“ hah ?! siapa itu yang bicara ?!” tanya Obiet meninggikan nada bicaranya
Sebuah bayangan kini muncul di hadapan Obiet, ia semakin nyata. Dan akhirnya utuh menjadi layaknya manusia normal.
“ kamu siapa ?” tanya Obiet lagi, ia kini mulai agak tenang
“ perkenalkan, namaku Sivia. Dan aku adalah penjaga Manda “
“ penjaga Manda ?”
“ ya, hmm.. ya sudah, intinya jika kamu mau menyakiti Manda, kamu harus melawanku dulu .. karna aku adalah bagian dari jiwa Manda yang hidup. Kau tau? Sisi lain, yang siap menjaga Manda “ jelas Sivia, Obiet hanya menatap Sivia sinis.
“ aku tak bermaksud menyakiti Manda, hanya saja .. ia membuatku kesal “
“ kesal ? mengacuhkan mu? Bukankah Manda sudah memberikan senyumnya pada mu? Kurang cukupkah ?”
“ ini percakapan bodoh ! kau bukan manusia, bahkan menurut nalar manusia, kau tak pernah ada !!” bentak Obiet
“ maksudmu aku hantu ?? haha, bukan. Aku bukan hantu, aku hanya sisi lain Manda yang hidup, itu bisa saja terjadi di dunia ini ? tak ada hal yang tak mungkin “
“ tidak, aku tak percaya dengan hal ini ! walaupun aku memang punya kekuatan, tapi. Kamu hanya khayalan !” seru Obiet makin tak yakin pada hal yang ia lihat, karna biasanya Obiet selalu berkata seperti itu untuk menghilangkan hal aneh di sekitarnya
“ apakah khayalan bisa berbicara denganmu ?”
Obiet hanya memejamkan matanya, hingga seorang gadis berlari menghampirinya, Manda. Tubuh Obiet di goyangkan oleh Manda, hingga ia membuka matanya.
“ kamu Manda ?” tanya Obiet
“ ya, tentu. Mau siapa lagi biet ?”
“ tidak, aku .. aku, aww “ Obiet mulai pura – pura meringis
“ tanganmu masih sakit biet ?”
“ iya nda, sangat sakit “ bohongnya
“ kenapa kamu harus melindungiku ? aku bahkan tak mau ada yang melindungiku “ Obiet pun berdiri dan mencubit pipi Manda
“ kamu mimpi ya nda ?”
“ aku ? aku gak mimpi Obiet, aku serius “
“ ada orang yang tak mau di lindungi ? kamu bodoh Manda “ cerca Obiet
“ untuk apa ? orang yang selalu melindungiku selalu di ambil oleh Tuhan ! kakakku ! orang tua ku !” seru Manda dan menunduk, tak mau melihat raut wajah Obiet yang mulai marah padanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini