PART 7
Manda bersama kedua teman barunya berkeliling smp Yusha, di mulai dari ruangan yang paling besar di smp tersebut, aula yusha. Tempat di mana semua konser akbar di adakan disini. Tempat yang membuat Manda menjadi bagian dari sekolah megah ini.
Rio menjelaskan beberapa bagian ruang ini, Manda mendengarkan nya dengan cermat, Obiet pun tak mau kalah. Bu Ira memeperhatikan Manda, ia tersenyum.
“ mau bagaimana pun, Manda mungkin renkarnasi dari marsha “ ucap bu Ira, ia memperhatikan Obiet juga, Obiet adalah keponakan Marsha, mungkin ia bisa membantuku, pikir bu Ira. lalu bu Ira memanggil Obiet yang masih menjelaskan bagian – bagian aula.
“ Obiet “ panggil bu Ira, Obiet, Manda, dan Rio menoleh ke sumber suara
“ aku ke bu Ira dulu ya, kalian duluan aja “ ucap Obiet, berlari meninggalkan Rio dan Manda, setelah bercakap sebentar, bu Ira mengajak Obiet ke ruangannya.
Manda memperhatikan Obiet cemas, “ kak Rio, Obiet kenapa ?” tanya Manda
“ gak apa – apa, Obiet bukan anak nakal, paling juga dia di ajak ikut lomba “ ucap Rio santai, Manda hanya mengangguk, mereka berdua pun kembali mengelilingi sekolah.
Rio menjelaskan dengan gayanya yang khas, kadang ia membuat Manda tertawa kecil, tapi kadang Manda juga kesal di buatnya, tak segan Manda menjewer kuping Rio karna sangat kesal, tapi Rio hanya tertawa renyah, hingga sampailah mereka di sebuah ruangan yang cukup besar, Manda dan Rio tak segan masuk ke ruangan tersebut, dilihatnya sebuah foto seorang gadis seumuran Rio terpampang besar nan kokoh di ruangan itu, Manda juga melihat di dinding ruangan itu penuh dengan foto gadis itu.
“ kak, siapa gadis ini ? “
“ ia adalah Marsha nda, ia adalah anak yang sangat berprestasi, Marsha adalah maskot sekolah ini 20 tahun yang lalu, tak ada yang dapat mengalahkan prestasinya, aku kagum padanya .. tapi sayang, orang – orang yang iri padanya, membunuhnya .. mereka rela masuk penjara asalkan Marsha pergi dari hadapan mereka, tak bermoral bukan orang – orang itu ?”
“ ya, tak bermoral.. “ ucap Manda setuju dengan pernyataan Rio
“ o iya, besok kamu mau ke asrama dan mulai belajar disini khan ?” tanya Rio
“ ya “
“ besok, pulang sekolah ada acara, karna besok kita akan memperingati tahun ke20 Marha meninggal “ jelas Rio yang nada bicaranya sudah tak biasa, Manda agak ngeri dengan nada bicara Rio.
Manda mengalihkan pandangannya ke arah foto besar Marsha, gadis itu sangat manis, dengan kacamata besar yang ia pakai, makin membuat gadis itu elegan, Manda menatap mata Marsha, jantungnya berdetak tak beraturan, ia merasakan sakit yang sangat luar biasa di dadanya, Manda terjatuh, kakinya lemas, Rio terkejut dengan tindakan Manda, Rio langsung membungkuk dan menggendong Manda
“ e..enggak usah kak, turunin aku “ ucap Manda, Rio menggeleng
“ kamu ini gimana sih, tiba – tiba jatuh, dan aku tak boleh membantumu ? itu mustahil Manda, Alvin pun pasti akan begini padamu jika ia melihat adiknya jatuh tiba – tiba “ ucap Rio dan berjalan sambil menggendong Manda yang wajahnya sungguh pucat kini.
Semua pasang mata melihat Rio yang menggendong Manda, beberapa gadis berteriak tak rela dengan kejadian tersebut, tapi Rio tak peduli, ia antarkan Manda ke UKS.
***
Dea mendongak ke atas, dilihatnya Gilang masih membenarkan hiasan yang kurang di atap, Dea sebenarnya khawatir, tapi ia coba semasa bodo dengan Gilang.
“ udahan ngobrolnya ?” tanya Fendi pada Dea
“ ngobrol apa ?”
“ tadi, yang di sofa “ ucap Fendi
“ oh, ya udah, emang gua mau sampe kapan ngobrol ma tu orang “ ucap Dea kesal
“ kok lu nada bicara nya gitu sih de ?” tanya Fendi
“ terserah gua dong! Emang lu siapa gua ?!” protes Dea
Fendi terdiam, ia menatap Dea sinis, lalu meninggalkan Dea yang memang masih kesal dengan pertanyaan Gilang, Dea tak mempedulikan Fendi yang pergi, ia sibuk menata hiasan ruangan tersebut, Gilang yang melihat Dea uring – uringan mulai menyesal.
“ gua sih bodoh banget, kenapa gua harus nanya pertanyaan yang jelas – jelas bikin Dea gak seneng “ sesal Gilang dalam hati
***
Yan mulai mendekati Yuki yang daritadi marah padanya, ia mengelus rambut seorang yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri, air matanya mengalir sedikit demi sedikit, menetes ke baju Yuki, Yuki merasakan hangatnya air mata pengasuh yang menemaninya sejak 12 tahun yang lalu, Yuki spontan memeluk Yan.
“ maafkan aku Yan, aku tak bermaksud memarahimu “ ucap Yuki
“ tidak apa – apa nona, aku maklum pada sikap anda ..” ucap Yan dan melepas pelukan Yuki. Yuki dan yan tersenyum bersama.
***
Manda selesai di periksa, dan ia tak apa – apa, mungkin Manda hanya kaget, mengakibatkan jantungnya tak stabil.
“ emang kamu punya sakit jantung nda ??” tanya Rio cemas
“ tidak kak “ jawab Manda
“ hem, mungkin benar kamu masih kaget “ ucap Rio lalu ia jongkok, Manda bingung dengan kelakuan kakak barunya itu, Rio juga bingung kenapa Manda masih diam, Rio pun berdiri
“ kok kamu diem aja nda ?” tanya Rio
“ lho ? emang aku mau ngapain ? lagian kakak ada – ada aja, ngapain coba kakak jongkok?”
“ hahaha “ tawa Rio, ia tak menyangka anak yang ada di depannya sungguh polos
“ kok ketawa ???” tanya Manda yang makin bingung
“ hehe, gak apa – apa, kamu polos banget sih adekku cantik, udah ayo naik ke punggungku “ ucap Rio dan jongkok lagi
“ emang gak berat ?” tanya Manda
“ ya .. hm, gak lah untung – untung aku olahraga, khan udah lama gak olahraga hehe “
“ maksud kakak angkat beban ?!” protes Manda, Rio tertawa lagi
“ udah, ayo naik aja .. hahaha “
Manda pun naik ke punggung Rio, Rio sepertinya agak keberatan, tapi “ aku harus bisa menjaga Manda demi Alvin “ ucap Rio dalam hati dan benar saja, karna ia yakin ia bisa, akhirnya ia bisa menggendong Manda yang memang lebih berat darinya.
“ aku beruntung lho punya kakak kayak kakak “ ucap Manda
“ hehe “ malu Rio, ia pun menggendong Manda hingga parkiran.
...
Obiet masuk ke ruang kepsek bersama bu Ira, lalu ia duduk di kursi depan meja bu Ira, begitupun bu Ira, ia duduk di bangkunya.
“ kamu kenal baik dengan Manda ?” tanya bu Ira memulai pembicaraan
“ tidak terlalu bu, tapi saya mencoba dekat dengannya “
Bu Ira tersenyum tipis, lalu ia menepuk – nepuk pundak Obiet, Obiet belum tau maksud bu Ira.
“ jika Manda ku masukan ke kelas mu ?” tawar bu Ira
“ aku sangat senang pastinya bu !!” seru Obiet antusias
“ dan, kamu mau .. mengubah Manda seutuhnya menjadi Marsha ?”
Obiet tertegun mendengar tawaran bu Ira, ia sangat senang, Obiet langsung mengangguk
“ ok, tapi untuk apa bu ?” tanya Obiet
“ hm, ibu rindu pada sosok Marsha, dan .. ibu melihat sosok Marsha di diri Manda, entah kenapa .. dan juga, kamu cocok juga dengan Manda “ ucap bu Ira lalu ia tertawa melihat Obiet yang blushing akibat pernyataan bu Ira
“ senang bekerja sama dengan ibu “ ucap Obiet
“ sekarang, susulah Manda lagi “ perintah bu Ira
Obiet pun mencium tangan bu Ira, lalu pergi dari ruangannya, Obiet tersenyum tipis tepat setelah ia keluar dari ruangan bu Ira.
Obiet langsung berlari menuju tempat terakhir ia meninggalkan Manda dan Rio
“ bodoh ! ya gak ada lah biet !” marahnya dan berlari menuju parkiran, insting Obiet ternyata benar, Manda dan Rio ada di parkiran, dan tepat saat Rio menurunkan Manda dari punggungnya. Obiet memandang sinis Rio, tapi Obiet langsung mengalihkan pandangannya ke Manda, ia tersenyum kembali “ tenang saja, Manda akan menjadi milikku “ tenangnya dalam hati, lalu Obiet menghampiri keduanya.
“ lho ? kok keliling sekolahnya selesai ? sekolah ini khan besar, tak mungkin kalian mengelilingi sekolah ini hanya sebentar “ tutur Obiet
“ tadi Manda hampir pingsan, jadi ku sudahi saja jelajah sekolah ini “ jelas Rio, Obiet hanya “ o .. “ Manda tersenyum lemah, mungkin karna kondisinya belum stabil.
“ hm, lain kali aku saja yang mengantar Manda, boleh gak kak ?” tanya Obiet
“ tidak ! eh eh, maksudku, aku juga ikut antar .. bagaimana pun aku punya amanat dari kakak Manda, untuk menjaga Manda .. “ ucap Rio
“ aku tak akan melukai Manda kak, tenang saja “ ucap Obiet mulai memaksa
“ akan ku pikirkan, ayo nda “ ucap Rio agak kesal dengan kelakuan Obiet, Manda naik ke motor Rio, dan memegang pinggang Rio erat, karna ia tahu, kondisinya belum sehat, jadi beresiko jika ia tak hati – hati.
“ kami duluan ya biet “ pamit Rio, Manda hanya tersenyum pada Obiet, Obiet pun membalas nya.
“ ya, dagh .. Manda, kak Rio “ ucap Obiet, keduanya pun melaju meninggalkan Obiet. Obiet melihat seorang gadis duduk dan menatap kepergian Manda dan kak Rio. Obiet pun berjalan menuju gadis itu.
***
Yuki pun tertidur setelah ia cukup banyak mengeluarkan air matanya di depan pengasuh yang selama ini sebenarnya ia anggap sebagai mama nya sendiri, karna suatu alasan, Yuki bahkan lupa wajah kedua orang tua nya, dan ia tak tau, apakah kedua orang tua nya masih ada atau telah .. tiada
“ Yuki “ panggil sebuah suara, Yuki masih tertidur lelap
“ Ami, mau apa lagi kamu ke kamar Yuki ?” tanya Yan, Ami mendengus kesal, karna ia agak segan menghadapi wanita itu
“ tidak apa – apa, aku hanya ingin menjenguk Yuki saja, aku akan keluar sebentar lagi .. setelah aku memastikan bahwa tidak terjadi apapun pada Yuki “ ucap Ami tegas, ia tak mau kalah oleh Yan
“ Yuki baik – baik saja, cukup ?”, Ami makin kesal dengan Yan, ia menghela nafas dan mencoba tersenyum walau terpaksa
“ ok, aku akan pergi .. tapi, suatu saat nanti, aku akan membuka rahasiamu Yan “ ucap Ami lalu pergi meninggalkan Yuki dan Yan, Yan hanya tersenyum sinis pada Ami
“ coba saja “ gumam Yan
...
Alvin duduk di depan piano yang ia anggap sebagai benda kenangannya dengan Dea, ia tekan beberapa not secara asal, tapi ia malah menganggapnya indah .. haha, Alvin Alvin.
Ami datang dengan perasaan kesal, ia hempaskan tubuhnya di sofa, dan terus menggerutu, Alvin memandang kakak nya itu heran, dan akhirnya Alvin menghampiri Ami. Alvin tersenyum pada Ami.
“ kenapa kak ?”
“ huft, tak apa, bagaimana dengan rencanamu selanjutnya ?” tanya Ami mulai mengalihkan pembicaraan
“ aku akan terus berlatih dan belajar membuat lagu kak “
“ baguslah “ ucap Ami yang mulai lelah, karna tenaga nya mulai terkuras oleh emosi, sayangnya Alvin tak menyadari itu, Alvin hanya berfikir kakaknya itu kelelahan setelah menghadapi pasien lain, karna seingatnya tadi Ami pergi untuk menemui pasiennya yang lain, entah benar atau tidak. Tapi kenyataannya ? bohong.
“ hei kak Ami, apa aku tak bisa berbicara dengan Dea, sebentar saja ?” tanya Alvin, membuat Ami mulai bangun dari rasa lelahnya.
“ kamu mau ?” tanya Ami, Alvin langsung mendekat ke Ami
“ mau kak, mau banget !!” seru Alvin, Ami hanya tersenyum, dan ia coba berfikir
“ tapi, hanya sebentar “
“ iya kak !! hanya sebentar !! aku rela!! “ seru Alvin lagi, Ami tertawa melihat tingkah Alvin yang kegirangan ini, akhirnya Ami mengeluarkan handphonenya, lalu Ami cari satu kontak. Rio adikku tersayang.
Rio yang masih membonceng Manda kaget dengan getar handphonenya, Rio berhenti dan mengangkat telepon dari kakakku tersayang Ami
R : halo, kak ?
Am : halo yo, gimana kabar kamu sama Dea ?
R : baik banget kak, gimana kakak sama Alvin ?
Am : baik juga, kamu lagi sama Dea khan?
R : iya kak
Al : Rio, aku boleh bicara sama Dea ?!
R : lho ? ini Alvin ? kamu sudah sembuh??
Al : iya yo, ayolah .. aku rindu padanya
R : ok
Rio hendak membangunkan Manda yang rupanya tertidur pulas di punggungnya, ia tatap wajah Manda, “ manis “ itulah satu kata yang keluar dari mulut Rio, dan terdengar oleh Alvin
Al : yo, mana Dea ? kok kamu bilang manis ??
R : maaf vin, bentar ya , Dea nya ku bangunin dulu
“ kak Ami, apa Rio dan Dea sedang kencan ??” tanya Alvin agak marah
“ lho ? mereka khan baru kenal, gak mungkin mereka jadian “ ucap Ami yang cukup membuat Alvin lega.
“ Manda, ini ada telepon dari Alvin .. kakakmu “ Manda langsung terbangun
“ apa ?! dari kak Alvin ??” tanya Manda tak percaya, Rio hanya mengangguk lalu memberikan handphonenya
D : ha .. halo, kak Alvin ?
Al : Dea!!
Manda berjalan agak menjauhi Rio, Rio hanya duduk menatap Manda, kapan aku bisa memberikan kebahagiaan seperti itu.. pikir Rio
D : ini bener kak Alvin ?
Al : iya de, ini aku
D : Dea kangen kakak
Al : aku juga de .. sangat rindu ..
Entah habis kata – kata atau apa, Alvin dan Manda terdiam sesaat, Manda mulai menangis, tapi Alvin mencegahnya
Al : Dea .. adik kakak yang manis, dan yang paling kakak cintai, jangan menangis
D : tapi Dea mau ketemu kakak
Al : suatu saat nanti, kakak akan kembali untuk Dea
D : Dea sayang kakak
Al : kakak juga sayang Dea
D : ada banyak yang ingin ku ceritakan pada kakak
Al : ya, kakak juga punya banyak cerita .. bagaimana jika kakak buat fb dan kita bisa berkomunikasi kapanpun kita mau ??
D : ide yang bagus kak !
Al : tunggu kakak ya sayang
D : iya
Pembicaraan pun tiba – tiba terputus, Manda merasakan damai luar biasa di hatinya, ia menghampiri Rio yang menunggunya sambil membenarkan poni nya agar tetap terlihat cool, sebenarnya Rio tak pernah suka melakukannya, tapi entah kenapa di dekat Manda ia ingin terlihat perfect, walau hampir.
“ udah nda ?” tanya Rio
“ ya kak, ayo kita pulang “ ajak Manda, Rio pun naik ke motor di susul Manda, kali ini Manda memegang pinggang Rio lebih erat, karna ia sangat senang.
“ aduh nda, jangan kencang – kencang megangnya, aku sesak nafas ni “
“ hehe, biarin aja .. Manda sayang kakak “ ucap Manda, tapi kalimat itu sebenarnya di tujukan pada Alvin, bukan untuk Rio. Hanya, Rio terlanjur senang dengan kalimat Manda dan membiarkan Manda memegang pinggangnya erat “ kakak juga sayang Manda” ucap Rio agak berbisik, Manda tak mendengar ucapan Rio, karna ia terfokus pada Alvin.
***
Obiet menghampiri gadis itu, dan duduk di sampingnya
“ hai Angel “ sapa Obiet
“ hai “ balas gadis bernama Angel itu, rambutnya yang indah di terbangkan oleh angin, mata gadis bernama Angel itu sayu, menatap Obiet dengan tatapan sinis membuat Obiet agak ngeri, tapi ia sudah biasa mendapatkannya dari sahabatnya sendiri. Angel.
“ bagaimana liburanmu ?” tanya Obiet
“ membosankan .. seperti biasa “
“ o iya, tadi siapa yang sama kak Rio ?” tanya Angel
“ ia Manda, murid baru .. manis bukan ?”
“ kau suka ?”
“ ya, sedikit .. mungkin karna ia mirip tanteku, Marsha .. “
“ tapi itu tak wajar biet, kamu mencintai tantemu sendiri ?”
“ tak apa, ia sudah tak ada, kau tau .. haha “
“ sepertinya itu susah biet “
“ susah apanya ?”
“ mendapatkan Manda “
“ maksudmu ?”
“ ya, lihat saja. Aku memperhatikan kak Rio dan Manda .. mereka berdua sepertinya saling suka “
“ apa itu halangan ?” tanya Obiet dengan nada sinis
“ tidak untukmu “ ucap Angel menyerah pada Obiet yang memang bukan anak biasa
“ kalau kau sudah tau itu, bantulah aku mendekati Manda “
“ itu susah biet, apalagi di kamar ada Agni .. dia adalah penghalang terbesarku untuk mendekati Manda “
“ tidak usah kamu dekati, tapi cukup kamu perbanyak data tentangnya .. hanya itu “ ucap Obiet
“ ok, setuju deh “ ucap Angel mulai menjelma jadi anak normal.
“ aku ke asrama duluan ya “ ucap Obiet
“ dagh .. sampai ketemu di acara pembukaan semester 2 besok “ ucap Angel yang kini sudah menjadi anak normal seutuhnya. Obiet pun berlalu meninggalkan Angel menuju asrama anak lelaki. Smp Yusha adalah sebuah Smp yang menyatu dengan Sma Yusha, maka dari itu, semua lulusan Smp Yusha harus masuk ke Sma Yusha ..
Tak lama ia berjalan, ia tiba di depan gerbang asrama, sedikit mengenai Smp Yusha, Smp ini sudah berdiri selama lebih dari 50 tahun, sekolah yang cukup legendaris . karna anak – anak lulusan Smp dan Sma Yusha akan menjadi enterttainer sejati, atau bisa di sebut seniman yang sangat berbakat. Tentu saja test di sekolah ini sangat sulit. Semua yang tak kuat sekolah di sini bisa keluar kapan saja . tak ada paksaan . tak heran, jika di tahun terakhir sebuah angkatan hanya tersisa 200an anak dari 300 siswa/i yang pertama di terima. Dan kurang lebih dari mereka akan sukses di negara sendiri, atau mungkin negara orang.
Obiet membuka gerbang tersebut, dan masuk melewati halaman asrama yang sangat besar, Obiet tersenyum ramah pada petugas keamanan di asrama tersebut.
Terlihat sosok anak lelaki yang ia kenal sedang bermain ayunan. “ Lintar .. “ gumamnya, tapi ia tetap melanjutkan perjalanannya ke dalam asrama, tanpa mempedulikan adik kelasnnya itu, tapi . “ kak obiet “ panggil anak itu, Obiet berhenti dan menoleh ke arah Lintar yang kini ada di hadapannya
“ ada apa ?” tanya Obiet dg nada sinis, pasalnya Obiet memang iri pada Lintar yang mendapat gelar King of sains mengalahkannya semester lalu
“ jadi, kakak mau khan mengajarkanku kimia yang tingkatnya lebih tinggi ?” tanya Lintar penuh harap, Obiet memperhatikan Lintar sejenak, ya apa salahnya mengajarkan king of sains di sekolahnya, untung – untung tahun ini ia bisa mengalahkan Lintar dengan mengulang pelajarannya tahun lalu. Ia naikan kedua bahunya bersamaan dan “ boleh “ Lintar pun senang bukan main, ia menjabat tangan kakak kelas yang sangat ia kagumi itu. Obiet hanya tersenyum tipis. Dan melepas jabatan tangan Lintar, lalu ia lanjutkan lagi perjalanannya menuju kamar asrama yang telah ia tempati selama 1 setengah tahun.
“ aku duluan ya “ ucap Obiet
“ terimakasih ya kak, kita belajar mulai besok malam seperti biasa khan ?” tanya Lintar
“ ya, datanglah ke kamarku seperti biasa, lagipula belum tentu Irsyad pulang minggu ini “ ucap Obiet, Irsyad yang ia maksud adalah teman sekamar Obiet yang tinggal di Padang, sebenarnya tak jauh dari Bangka. Tapi entah mengapa, Irsyad selalu datang telat dari waktu yang di tentukan oleh sekolah, mungkin karna penyakit lupa nya.
“ yasudah, jika kak Irsyad belum pulang, aku boleh tinggal di kamar kakak untuk sementara ?” tanya Lintar
“ ya “ ucap Obiet lagi, dan benar – benar berlalu meninggalkan Lintar.
Obiet kembali berjalan, hingga ia tiba di depan kamarnya, kamar nomor 25, kamar yang berada jauh dari pintu keluar gedung, tapi paling dekat dengan ruang makan bersama.
“ huft, sepi .. seperti biasa “ ucap Obiet, ia ingat kata – kata seseorang yang berarti dalam hidupnya, bunda nya. “ kamu harus jadi anak pemberani dan ingat, jangan malas “ kata – kata itu akan selalu ia ingat, karna ia tau, kebanyakan anak lelaki di asrama ini selalu malas untuk sekadar membereskan kamar tidurnya , karna itu, hari ini, asrama lelaki masih sepi oleh siswa Yusha, “ dasar .. pemalas, “ ucap Obiet, Obiet yang memang tak pernah suka bergaul dengan lelaki yang pemalas selalu meremehkan mereka dari belakang, ia seperti menyimpan dendam tersendiri pada mereka semua. Apalagi, pada anak lelaki atau perempuan yang hanya memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas – tugas mereka. Baru saja Obiet mau membuka pintu kamar, seseorang mendekap matanya dari belakang “ hei, Irsyad .. jangan lakukan hal aneh padaku “ ucap Obiet tenang, orang itu melepas dekapan itu, Irsyad. Anak yang di sebut oleh Obiet tadi akhirnya bisa pulang tepat waktu. “ haha, kamu pulang tepat waktu ? keren juga “ beruntung Obiet sekamar dengan Irsyad, karna Irsyad adalah anak yang rajin dan teguh pendirian, walau agak pelupa. “ hihi, iya dong .. aku sudah titip ingatan sama bundo ku !” seru Irsyad. Sebenarnya ada 1 anak lagi yang sekamar dengan mereka, namanya Riko, tapi ia adalah anak kelas 3, dan juga Riko jarang menetap di kamar, hanya sesekali. Mungkin karna di kamar itu hanya Riko yang kelas 3, jadi ia agak malas masuk kamar dan berkumpul dengan obiet dan Irsyad. Riko adalah sosok yang aneh menurut Obiet dan Irsyad, karna ia selalu marah – marah saat ia masuk kamar, entah apa penyebabnya.
“ yaudah, masuk yuk “ ajak Irsyad dan kembali mengangkat kopernya yang cukup besar, sedangkan koper Obiet memang sudah di dalam, karna ia memang datang lebih awal.
“ bagaimana liburanmu syad ?” tanya Obiet
“ tumben kamu nanyain liburanku, hehehe “ canda Irsyad, Obiet hanya tersenyum dan duduk di samping Irsyad yang sedang merapihkan baju – bajunya.
“ jadi, kamu gak mau di tanyain ? yaudah .. “ ucap Obiet lalu ia rebahkan tubuhnya yang cukup ideal di kasur milik Irsyad
“ yaampun, hanya seperti itu aja kamu marah biet, hihihi .. dasar, aku liburan full di Padang “ ucap Irsyad
“ lho ? rumahmu khan memang di Padang syad “ ucap Obiet mulai bingung
“ hah ? iya ya biet ? oh iya ! aku lupa .. hehehehe “ ucap Irsyad dan mulai tertawa lepas, itulah yang Obiet suka dari Irsyad, ia adalah anak yang selalu menghiburnya, walau Irsyad adalah anak yang pelupa dan tak terlalu pintar dalam pelajaran, Obiet selalu senang belajar dengannya. Karna Irsyad bukan hanya mengajarkan sains, atau seni, tapi ia mengajarkan indahnya kehidupan pada Obiet, yang tak pernah ia temui lagi setelah kepergian bundanya 5 tahun yang lalu, dengan pesan yang takkan Obiet lupakan.
***
Di rumah Manda, konsep yang di buat Dea dkk sudah siap semua, dan tinggal menunggu orang – orang di kompleks itu datang untuk mengenal keluarga Manda lebih dalam. Rio dan mamanya sudah datang, Rio tak ganti baju, karna memang ia telah menyiapkan baju itu untuk acara malam ini, tinggal ia lepas gulungan jasnya, berbeda dengan Manda, ia mengganti bajunya dengan dress yang berbeda, kini dress nya berwarna Ungu, dan rambutnya di kuncir, tetap cantik. Lagu – lagu yang menggambarkan kekeluargaan mulai di putar selama acara berlangsung, karna lama kelamaan banyak orang yang datang, tante Viska menyiapkan senyum yang paling manis untuk orang – orang kompleks Bintang, nama kompleks yang di tempatinya bersama keluarga.
“ selamat datang “ ucap tante Viska pada orang – orang yang datang, di ikuti anggota POL, sedangkan Manda mengajak Rio ke lantai 2, “ ayo kak “ ajak Manda
Setelah ada di lantai 2, Manda menyalakan laptopnya dan membuka situs facebook.
“ jadi, Alvin benar buat fb ?” tanya Rio
“ ini aku mau lihat kak “ ucap Manda dan membuka request pertemanannya, sebenarnya fb ini adalah fb nya bersama Alvin, sebelum mereka berpisah.
Tapi Alvin ingin membuat fb baru untuk berkomunikasi dengan Manda, mata Manda berbinar ketika melihat sebuah nama yang sangat ia rindukan “ Alvin Jonathan “
Langsung ia konfirm permintaan pertemanan Alvin, dan ia kembali senang karna tau, saat itu Alvin sedang online, Rio melihat layar monitor laptop dengan hati – hati, karna ia tak mau mengganggu kesenangan Manda, ia pandang Manda yang sangat senang .. Manda memang manis saat tersenyum, kapan Tuhan .. aku bisa membuat Manda tersenyum bahagia seperti ini , atau aku memang tak bisa memberi itu ?
Manda asyik chat dengan Alvin, sedang Rio hanya duduk menunggu dan berjaga jika ada tante Viska atau siapapun datang ke lantai 2.
“ nda, kita ke bawah yuk “ ajak Rio yang mulai tak suka keadaan seperti ini
“ bentar kak, aku lagi asyik chat dg kak Alvin “ ucap Manda tanpa menoleh ke arah Rio, Rio mendengus kesal dengan sikap Manda, ia mulai kesal .. ia tak mau menjadi bayang – bayang Alvin ! Rio pun berdiri, tapi Manda tetap cuek, akhirnya Rio menggebrak meja, hingga Manda terkejut
“ nda, aku mau kebawah !” seru Rio, Manda menarik tangan Rio
“ maafin Manda ya kak Rio .. Manda gak mau denger ucapan kak Rio .. “ ucap Manda lirih, ia sangat menyesal dengan kelakuannya tadi, ia tak menyangka bahwa Rio akan semarah ini, Rio mendekati Manda dan mengelus rambut gadis yang membuatnya jatuh hati oleh ketulusan hati Manda.
“ iya, gak apa – apa, maafin kakak juga ya ? kakak udah bersikap kasar sama kamu “ ucap Rio dan terus mengelus rambut Manda, karna ia tau Manda hampir menangis di buatnya.
“ aku pamit dulu ya kak, sama kak Alvin “ ucap Manda, dan ia pun menutup laptopnya.
Rio menggandeng Manda dan mengajaknya ke bawah, menemui para tetangganya.
Raut gelisah masih tergambar di wajah Manda, dan Rio menyadarinya, ia dekatkan ucapannya ke telinga Manda “ nda, Alvin baik – baik saja “ bisik Rio, Manda pun agak tenang di buatnya, dan kembali tersenyum.
...
Dea keluar diam – diam, dan duduk di kursi taman. Ia arahkan kepalanya ke langit, ia tersenyum sesaat lalu terpejam. “ ayah, andaikan ayah masih disini “ ucap Dea pelan, ia bayangkan wajah ayahnya yang lembut, tubuhnya yang hangat saat ia memeluk dirinya, dan harum mint yang khas dari tubuh ayahnya.
“ Dea kangen ayah “ gumam Dea, air matanya mulai mengalir hangat di pipinya.
Manda juga keluar hanya sekedar menghirup udara segar malam itu, tanpa Rio, karna Rio sedang mengobrol dengan para ibu – ibu yang gemas padanya
“ hihi, maaf ya kak Rio, aku keluar .. sumpek di dalam “ gumam Manda dalam hati lalu menatap langit, tergambar di langit wajah Alvin, kakaknya. Manda tersenyum sejenak dan mulai memandang lurus ke depan. Ia berjalan – jalan ke taman rumahnya yang cukup besar, tapi ia kaget melihat sosok gadis yang duduk di bangku taman itu, sambil memejamkan matanya, ia ingin berteriak, tapi setelah ia amati dengan jelas, ternyata itu adalah Dea. ia tertawa kecil, sontak Dea yang sedang membayangkan ayahnya terkejut mendengar tawa itu, ia buka matanya dan mendapati gadis kecil yang sudah ia anggap adiknya sendiri ada di depannya.
“ haha, kamu bikin kakak kaget aja Manda sayang, ayo duduk sini “ ajak Dea dan menggeser duduknya untuk Manda, Manda pun duduk di samping Dea.
“ kamu kenapa keluar sendirian ? gak baik lho “ ucap Dea
“ gak apa – apa kak, kalau masih di areal rumah “ ucap Manda, dan ia memperhatikan kakak di depannya heran
“ kenapa nda? Ada yang salah sama kakak ?” tanya Dea
“ iya kak “
“ apa ?”
Manda mengeluskan tangannya ke pipi Dea
“ kakak nangis ?” tanya Manda, Dea mati kutu dibuatnya
“ e.enggak kok nda “
“ kakak gak boleh bohong “ ucap Manda yang terus menghapus air mata Dea, Dea memegang tangan Manda yang berusaha menghapus butiran air hangat yang membasahi pipinya karna sosok lelaki yang sangat berarti dalam hidupnya.
“ iya nda, kakak bohong “
“ kenapa kakak menangis ?” tanya Manda lagi, Dea mengelus rambut Manda, dan tersenyum lembut
“ kakak ingat ayah kakak “
“ wah, pasti ayah kak Dea rindu banget ya, 3 bulan di tinggal kakak “
“ kakak yang rindu sama ayah kakak “
“ pastinya kak ! “
Dea tersenyum melihat tingkah Manda, dan ia menatap bintang lagi
“ kak .. “ panggil Manda
“ ya ?” tanya Dea masih menatap langit
“ kakak beruntung lho “ lanjut Manda
“ beruntung apanya sayang?” tanya Dea yang baru menoleh ke Manda yang menunduk
“ kakak masih punya ayah dan ibu yang mengasihi kakak sepenuh hati .. sedangkan aku, mereka membuangku dan kak Alvin “ Dea mulai merasa tak enak pada Manda, ia kembali mengelus rambut Manda
“ mungkin mereka bukan membuangmu sayang, tapi mereka membiarkanmu dan kak Alvin menjadi anak mandiri “ hibur Dea
“ mungkin, tapi .. kenapa mereka tak pernah sekalipun menemuiku .. dan kak Alvin “
“ mereka gak kemana – mana kok nda, mereka ada di dekatmu “ ucapan Dea membuat Manda mendongakan kepalanya dan menoleh ke Dea
“ maksud kakak ?”
“ ya, mereka ada di sini sayang “ ucap Dea dan memegang dadanya, Manda hanya tersenyum, tapi matanya mengeluarkan air mata
“ aku juga merasakannya kak, mereka ada disini .. dan aku yakin, sekarang mereka sedang melihatku .. entah dari mana, karna itulah aku masih bertahan hidup, karna itulah satu – satu nya alasanku untuk hidupku .. merekalah pilihan hidupku kak, mama .. papa .. dan kak Alvin “ tutur Manda, Dea hanya memaklumi anak cerdas di depannya, hidup memang adalah pilihan, dan pilihan Manda maupun Dea adalah .. hidup untuk orang – orang yang masih ada untuk menyayangi dan harus di sayangi mereka. Hanya itu.
“ hidup memang sulit Manda, jadi .. mulai sekarang, adek gak boleh mengeluh apapun yang terjadi pada Manda, karna mereka masih ada untuk kita, mereka .. keluarga kita “
Manda mengangguk cepat, dan akhirnya mereka menghabiskan malam itu duduk, menikmati bintang yang bertebaran indah di langit, satu yang ada di hati mereka saat ini. KASIH SAYANG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Bashing just positive. oke?