Sabtu, 21 Agustus 2010

Two Spirit for Love 9

PART 9
Alvin melempar beberapa kertas, ia memukul meja berulang kali, “ ihhhh “ kesalnya, Ami mendekati Alvin, ia memandangi Alvin yang sedang kesal karna sangat susah memang membuat lagu, walaupun itu hanya 1, Ami pun mengelus punggung Alvin, sedang Alvin hanya menunduk kesal.
“ kamu harus terus berjuang vin, aku gak bisa bantu kamu “ ucap Ami
“ ya kak, aku mengerti kok “ Alvin mengangguk dan mengambil pena nya, kali ini Ami memegang tangan Alvin, “ kamu harus bisa “ ucap Ami dan melepas kembali tangan Alvin, Alvin tersenyum dan mengangguk dengan semangatnya yang kembali hadir, sebenarnya Ami menyentuh tangan Alvin sebentar untuk memberikan 1 tenaga lagi, agar Alvin bisa kembali menulis, walau itu sulit.
Ami pun meninggalkan Alvin sendiri lagi, di dekat pintu, Ami masih sempat melihat Alvin lagi, kemudian ia betul – betul pergi dari kamar terapinya ..
Ia menuju ruang ayahnya, dan seperti dugaannya, papa Alvin ada disana.
“ Ami, ngapain kamu diam di pintu ? ayo masuk nak “ ucap ayah Ami
“ ya Ayah “ Ami pun masuk ke ruang yang luasnya kurang lebih 3 x 3 m2, ruangan ber ac itu punya 2 sofa berhimpit, 1 meja beralas kaca bening, 2 lemari kaca, dan 3 bangku roda, hiasan di ruangan itu tak terlalu mencolok, karna ayah Ami adalah psikolog, jadi tak mungkin ruangannya penuh dengan hiasan mencolok yang bisa membuat para pasiennya lebih sakit, Ami duduk di samping papa Alvin, ia sedikit melirik lelaki tua yang membuat Dea dan Alvin berpisah. Setelah itu, pandangannya kembali fokus pada ayahnya.
“ ada apa mi ?” tanya Ayah
“ menurutku, Alvin sudah sembuh sepenuhnya .. dan, aku kira, ia bisa sekolah lagi “
“ apa benar ?” tanya papa Alvin sangat antusias, Ami memandang sinis papa Alvin dan mengangguk “ ya “
“ tapi mungkin di sekolah yang berbeda, agar Alvin tak trauma “ saran Ami
“ oh ya ? ok, saya akan cepat menyiapkan sekolah untuk Alvin .. mungkin sekolah musik “
“ tuan “ panggil Ami yang menyadarkan kesenangan papa Alvin
“ ya mi ?” tanya papa
“ apa, tidak ada kesempatan untuk Alvin bertemu dengan Dea ? lagipula, tantangan itu mustahil untuk seorang anak berumur 13 tahun seperti Alvin “
“ memang mustahil .. Alvin memang tak akan pernah bertemu dengan Dea “ ucap papa dengan nada kemenangan karna ia sangat senang mendengar pernyataan Ami barusan
“ tapi !” seru Ami yang langsung berdiri karna sudah kesal dengan lelaki di sampingnya.
Papa Alvin ikut berdiri dan menatap tajam Ami, Ami menghela nafas kesal, mungkin darahnya sudah naik hingga otak dan menutup pikirannya, ia hanya tahu marah
“ tapi kenapa tuan ?!” tanya Ami agak meninggikan nada bicaranya
“ karna Alvin dan Dea tak boleh bersatu ! mereka tak boleh saling jatuh cinta “ ucap papa tenang, membuat Ami makin kesal dengan ketenangan papa Alvin
“ anda memang tak pernah mengerti perasaan Alvin !” seru Ami benar – benar marah
“ kamu tau apa tentang masa lalu Alvin ?!” Ayah Ami hanya melihat dan belum berani melerai, karna menurut ayah Ami, keadaan masih terkendali
“ saya tahu ! saya tahu semuanya, dari orang tua Alvin yang pergi karna takut pada Oma Alvin, hingga kecelakaan Dea 9 tahun yang lalu !”
Papa Alvin tercengang dengan pernyataan Ami, ia terduduk dan masih pucat pasi
“ da..darimana kamu tahu semua itu ?”
“ saya tahu semuanya .. dan tuan gak perlu tahu darimana semuanya, saya mohon tuan, pertemukan Dea dan Alvin.. saya jamin, mereka berdua takkan saling jatuh cinta, mereka hanya sekedar kakak adik, tak lebih “ ucap Ami mulai tenang dan duduk kembali
Papa Alvin terlihat memikirkan ucapan Ami, ia berfikir keras hingga ia menatap Ami
***
Manda menunduk, karna ia takut dengan bentakan Obiet barusan, Obiet kembali duduk di samping Manda, melihat Manda yang gemetaran Obiet tak tega, dan mengelus rambut Manda
“ maafin aku ya nda “ Manda hanya mengangguk
“ ayo, kita ke kelas “ ajak Obiet dan menggenggam tangan Manda, menggandengnya hingga kelas.
Semua anak spontan kaget melihat seorang anak paling kutu buku di sekolah Yusha menggandeng seorang gadis, itu pemandangan yang sangat langka.
“ kalian kenapa sih ?” tanya Obiet heran, semua langsung mengalihkan pandangannya dari Obiet, walau masih beberapa yang melirik, Obiet hanya menggeleng dan menarik tangan Manda, lalu duduk di tempat mereka tadi. Obiet baru melepas pengangannya.
“ nda, kamu masih takut ?” tanya Obiet agak menyesal
“ gak kok biet “ ucap Manda yang mulai tenang
Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi, tapi semua anak masih tenang saja, Manda heran dengan keadaan ini.
“ liv, kok gak masuk semua ?”
“ ya nda, hari ini khan awal tahun ajaran baru. Dan juga hari peringatan tahun ke20 kak Marsha.. jadi ada sebagian anak yang bersiap, acaranya mulai jam 1 nanti “ jelas Oliv
“ wah . hari ini bebas dong ?”
“ iyap “
“ kita ke perpustakaan yuk ? aku pengen banget ke perpus “ ajak Ozy yang duduk di bangku samping Manda
“ ide yang bagus ! ayo “ seru Manda yang memang sangat suka baca buku
Saat ketiganya akan berangkat ke perpus, Obiet juga ingin ikut serta, Manda menyanggupinya dengan senang hati.
Mereka berempat pun menuju perpustakaan yang jaraknya tak begitu jauh dari kelas mereka.

Shilla dan ketiga temannya sudah selesai sarapan, mereka pun memutuskan untuk ke kelas, kelas mereka sama dengan Obiet dan Manda. 8A.
“ eh shil, kamu gak nanya Manda masuk kelas mana ?” tanya Oik di tengah perjalanan
“ gak, mungkin Angel tau “ ucap Shilla dan melirik Angel di sampingnya, Angel gelagapan menerima lirikan tajam leader genknya.
“ a..aku, gak tau shil. Aku juga lupa tanya “
“ kamu sekamar bukan dengan Manda ?” tanya Keke
“ iya “
“ well ! bagus kalau begitu !” seru Oik dan menghentikan 3 anak DIVA lainnya
“ jangan berteriak tiba – tiba Oik “ ucap Shilla ketus, ternyata dirinya masih kesal dengan ucapan Oik di kantin tadi.
“ huft, ok lah .. ehm . Angel, berarti kamu punya tugas .. iya khan shil ?”
“ tugas apa ?” tanya Shilla
“ ya tugas untuk mengumpulkan informasi tentang Manda “ lanjut Oik
“ untuk apa ?” tanya Shilla lagi
“ ya, untuk menemukan kelemahannya “ sambung Keke
“ iyap “ setuju Oik, Shilla memandang Oik dan Keke kesal, dan berganti melihat Angel yang masih diam, ia pun menghela nafas
“ kalian tu pikirannya hanya balas dendam sama Manda “ kesal Shilla
“ yaampun shil, biasanya juga begini “ ucap Oik
“ aku gak mau berurusan lagi sama kak Rio “ ucap Shilla tegas
“ tu khan, udah ku bilang. Kamu gak mau ganggu Manda karna kak Rio !” seru Oik
Shilla mati gaya di situ, ia bingung mau membuktikan kesalahan ucapan Oik, ia sama sekali tak suka pada Rio, tapi ia memang sangat malas berurusan dengan Rio, apalagi kalau kena omelan Rio hanya karna Manda, dan ia terpaksa ..
“ ok, aku akan bantu kalian ganggu Manda “ ucap Shilla menyerah
Oik dan Keke tersenyum menang, sedangkan Angel terlihat takut dengan keputusan Shilla, ia kini menerima tugas yang sama. Dari Shilla dan Obiet.

Tak begitu jauh memang, dari perpustakaan dan kelas 8A, kini Ozy, Obiet, Manda, dan Oliv sudah tiba di depan perpustakaan, dengan cepat mereka masuk ke dalam.
Oliv membenarkan kacamatanya, ia melihat ke seorang anak lelaki, rambutnya panjang seperti anak perempuan. Tapi ia sangat mempesona, seperti layaknya anak band, Oliv terlihat senyum – senyum malu, Manda yang menangkap tingkah aneh Oliv mengikuti arah mata Oliv, Manda tersenyum jahil.
Setelah mengisi buku pengunjung, mereka pun berpencar mencari buku yang mereka sukai, Manda menarik Oliv ke anak gondrong tadi.
“ hei, nda.. kamu ngapain ajak aku kesini ?!” protes Oliv
“ aku mau kenalan sama anak ini, kamu temenin aku ya ?” tanya Manda jahil
“ ok, huft .. “ keluh Oliv
“ hai, namaku Manda anak baru, namamu siapa ?”
Anak itu melirik keduanya dengan tatapan tajamnya, lalu meletakan bukunya
“ Ray “ ucapnya lalu pergi meninggalkan Oliv dan Manda, dengan cueknya ia membanting pintu perpustakaan.
Manda bingung melihat tingkah Ray, ia lirik Oliv yang masih santai dengan keadaan yang barusan terjadi. “ liv ?” tanya Manda ragu
“ namanya Ray, ia anak salah satu komite terpenting di sekolah ini, kelakuannya sangat berandal.. tapi sebagian besar anak perempuan di sekolah ini menyukainya, mungkin karna gayanya yang sangat cool .. misterius .. ya, itulah 1 kata yang bisa mencerminkan sikapnya “ ucap Oliv dan termenung sebentar. Lalu ia langsung tersenyum pada Manda
“ yasudah, ayo nda. Kita cari buku yang menarik di perpustakaan ini “ Oliv pun menarik tangan Manda menuju rak – rak buku besar bagian novel.
Tapi Manda masih penasaran dengan semua anak disini, ia pilah beberapa anak yang membuatnya terkesan. Di mulai dari Rio. Anak lelaki yang kini menjadi kakaknya, dan sangat baik. Lalu Cakka, yang ia anggap sosok Alvin kedua, walau tak mungkin. Kemudian Iel, sosok yang supel dan banyak akal. Lalu Obiet, sosok yang cukup baik, tapi juga misterius. Kelima Agni, anak yang sangat misterius, tapi Manda merasakan bahwa Agni adalah orang yang sangat dekat dengannya. Kemudian Shilla dan DIVA. Cewek – cewek angkuh tapi elegan, yang mampu membuat Manda terpukau akan kecantikan mereka, dan Oliv – Ozy, sahabat baru Manda yang sangat baik. terakhir .. Ray anak yang mungkin di sukai oleh Oliv, sosok yang sangat misterius pula ..
“ Ray dan Agni .. mereka .. “ gumam Manda, Oliv menyenggol lengan Manda, ia tersenyum sangat manis, Manda serasa ingin mencubit pipi Oliv yang cubhy.
“ kamu kenapa senyum – senyum ?” tanya Manda heran
“ aku baru ingat, kamu kesini bareng kak Rio khan ?”
“ iya “ jawab Manda singkat, ia pun langsung mencari – cari buku, demi mengalihkan omongan Oliv, tapi ia salah. Oliv masih menatapnya dengan tatapan berbinar, matanya bercahaya seperti mengharapkan 1 jawaban atau pertanyaan yang di berikan Manda untuknya, Manda yang tak tega melihat harapan Oliv, akhirnya mengambil 1 buku dan mengajaknya ke ruang baca.
Mereka duduk di bangku dekat pintu keluar, bangku yang cukup empuk membuat mereka nyaman untuk baca atau mengobrol.
“ memang ada apa ?”
“ nah ! itu dia pertanyaan yang ku tunggu !!” seru Oliv, tak lama Ozy pun ikut masuk ke kumpulan itu, ia duduk di samping Manda, hingga kini Manda duduk di tengah O2.. Ozy dan Oliv.
“ ada apa ni ?” tanya Ozy
“ gak ada siaran ulang, udah dengerin aja zy “ sanggah Oliv, lalu ia menghela nafas sejenak hingga ia kembali melanjutkan ucapannya
“ hm, kamu dan kak Rio pacaran ya ??” tanya Oliv membuat Ozy dan Manda kontak terkejut, apalagi Manda yang spontan loncat mendekat ke Ozy
“ kamu ngomong apa sih liv ? kami gak pacaran kok, kami hanya kakak adik “ ucap Manda mulai gugup, karna sebenarnya ia masih tak tau apa yang di rasakannya saat ini, pada Rio.
“ ah, bohong kamu “ goda Ozy yang mulai mengerti jalan cerita antara Oliv dan Manda
“ aku .. aku, mau ke Obiet dulu “ ucap Manda gugup, dan meninggalkan keduanya lagi. hanya untuk Obiet.
...
Dea melempar beberapa kerikil ke dalam kolam yang ada di halaman rumah itu, ia masih merenung tak jelas. Ia memikirkan sesuatu, ia memikirkan Gilang dan Fendi. Sesaat ia sadar, apa yang di lakukan nya kini salah, apa menurutnya menolak Fendi itu benar ? Dea hanya menatap sekelilingnya, melihat apakah ada yang dapat menjawab pertanyaan nya ?
Tak lama, Gilang datang dengan mengagetkan Dea, Dea langsung terloncat sedikit, untung tak sampai jatuh ke dalam kolam ikan.
“ lu ngapain sih ngagetin gua !” seru Dea
“ hehe, gak apa – apa, gua cuma mau nunjukin 1 buat lu “ ucap Gilang
***
Manda meninggalkan Ozy juga Oliv, karna ia tak mau di tanya tentang kedekatannya dengan Rio, ia tak mendekati Obiet, tapi bersembunyi di balik rak – rak perpustakaan yang tinggi. Karna menurut Manda di situlah tempat persmembunyian yang tepat
“ huft, Oliv dan Ozy kenapa sih .. aku khan gak mau di tanya tentang itu dulu, karna .. aku belum tau dengan perasaanku “ ucap Manda kesal, ia pun melihat beberapa plat judul di masing – masing rak yang ada di sekelilingnya. Satu plat judul menarik perhatiannya, “ riwayat Smp Yusha “ ia langsung ingat sosok Marsha, yang tempo lalu membuatnya sakit hanya karna foto Marsha, langsung ia ambil buku tebal tersebut, di pilihnya riwayat 1988 dimana di sana pasti ada riwayat Marsha, menurut perhitungannya pada tahun segitu Marsha baru masuk Smp ini. Manda duduk tak jauh dari tempat ia mengambil buku tersebut, mulai di buka nya lembar pertama . di buku itu jelas tertulis nama Marsha Tiara Panggrahito, dan sepertinya ia mengambil buku yang tepat. Buku itu malah berisi semua tentang Marsha, ia tersenyum tipis melihat wajah manis Marsha terpampang pada halaman kedua. Lanjut ke halaman ketiga, biodata Marsha sangat lengkap tertulis, Manda membaca dengan seksama hingga halaman ketujuh, di bacanya beberapa ungkapan Marsha selama masih di sekolah ini.
“ aku harus menjadi seorang yang nomor 1 “ Manda mulai merasakan 1 kekuatan yang membuatnya sangat bersemangat, dan ia baca kelanjutannya “ walau kedua orang tuaku sudah tak ada, tapi aku yakin mereka masih menjagaku dari dalam sini .. dari hati “ Manda takjub dengan keteguhan Marsha, gadis yang menjadi maskot sekolah ini ternyata adalah gadis yatim piatu, lalu ia tutup buku itu, Manda berniat akan meminjamnya, akan ia pelajari lebih lanjut buku ini. Entah apa yang mendorongnya untuk membaca buku ini lebih dalam.
...
Rio yang sedang bermain basket bersama Iel dan Cakka berhenti karna lelah, ia duduk di bangku lapangan, di teguknya sebotol air putih dingin, lalu ia seka keringat yang ada di keningnya, pandangannya meluas ia masih melihat Iel dan Cakka yang serius bermain basket. Rio bukanlah kapten basket sekolah ini, kaptennya adalah Iel, tapi jika di tanya soal kecepatan, Rio lah juaranya. Ia mulai menerawang beberapa kejadian yang aneh selama ia di sekolah ini, dan 1 kejadian tertangkap di benaknya. Sebuah sinar yang mengelilingi Manda saat gadis kecil itu bermain gitar, sosok Alvin jelas menuntun Manda, tapi kenapa hanya dirinya yang sadar ? sebenarnya ada apa ini ..
Ia merasakan kehangatan menyelimutinya, ia mulai merasa ada seseorang di sampingnya, entah siapa. Sivia menampakan dirinya pada Rio, dan saat Rio melihat siapa yang di sampingnya, ia terkejut dan langsung menjauh dari Sivia, ia merasa ngeri, tapi tak bertahan lama, berangsur Rio mulai tenang melihat wajah Sivia yang sekilas berubah menjadi Manda. Sivia tersenyum pada Rio, Rio mulai mendekati Sivia.
“ ka .. kamu siapa?”
“ perkenalkan kak Rio, namaku Sivia. Aku sisi lain Manda juga Alvin “
Rio tak mungkin percaya begitu saja pada ucapan Sivia, ia masih heran dan curiga dengan gadis yang berpakaian baju putih dan rok selutut berwarna biru. Kaki nya tak beralas, kulitnya putih pucat, rambut panjang hitam legam, dan mata sipitnya membuat Rio menganggap Sivia hanya manusia biasa. Tapi ia salah, saat ia mencoba melempar air ke arahnya, tapi air itu dengan mudah melewati Sivia tanpa membasahinya.
“ kamu bukan manusia ?” tanya Rio lagi, kali ini ia sangat gugup
“ sudah ku bilang, aku adalah sisi lain Manda dan Alvin” ucap Sivia agak marah dengan kelakuan Rio barusan
“ lalu, kenapa kamu menemuiku ?”
“ karna kamu juga bisa melihatku “
“ bukannya kamu yang menampakan dirimu sendiri ?” tanya Rio heran
“ kamu pernah melihatku di aula itu “ Sivia menunjuk aula smp Yusha, “ ya, saat Manda sedang bermain gitar “ jelas Sivia
“ oh ya ? bukankah itu .. Alvin ?” belum Sivia menjawab, Rio menghentikan Sivia yang akan berbicara dengan mengacungkan 5 jarinya ke arah Sivia
“ tunggu – tunggu, kalau katamu, kamu adalah sisi lain Manda dan Alvin. Itu artinya kamu bisa berubah jaai mereka ?”
“ benar “
“ kenapa aku bisa melihatmu ?”
“ karna, hatimu sudah terluka sangat dalam. Ya khan ?”
Rio terdiam, ia memperhatikan Sivia dengan seksama, wajahnya sungguh mirip dengan Alvin, sepertinya Sivia benar. Akan semua yang di ucapkannya barusan pada Rio
“ iya “
“ aku bisa di lihat oleh manusia yang hatinya terluka.. tapi ia adalah manusia yang tulus dalam mencintai ..”
“ maksudmu aku ?”
“ iya, aku yakin kamu bisa mencintai Manda atau aku biasa memanggilnya Dea. Ya. Kamu bisa mencintainya dengan tulus, karna ku beri tau bocoran hati Dea saat ini, Dea sedang menyukai seseorang selain Alvin, tapi ia masih ragu dengan perasaan nya sendiri “
“ siapa ? aku kah ?” tanya Rio penuh harap, Sivia tertawa renyah, lalu menghilang. Rio masih terpaku dengan kejadian barusan. “ apa ini mimpi ?” gumamnya.
...
Manda berjalan menuju tempat peminjaman buku, kini di hadapannya ada seorang wanita berkacamata dan terlihat sangat tegas, di saku kanannya terdapat sebuah nama
“ Uci “, Manda meletakan buku yang di bawanya ke atas meja. Bu Uci melihat Manda dengan heran, bukan ! bukan Manda yang di tatapnya. Tapi buku yang di bawa Manda.
“ ibu, saya mau meminjam buku ini “ ucap Manda
“ lho ? buku ini khan, hm. Baiklah, mana kartu perpustakaan kamu ?” Manda langsung gelagapan, ia lupa belum membuat kartu perpus
“ maaf bu, tapi saya belum punya kartu “
“ yasudah, isi formulir ini. Lalu selesai mengisi, kembali lagi “ bu Uci memberikan 1 formulir dengan kertas berukuran A4 pada Manda, lalu Manda duduk di dekat tempat peminjaman, mengisi pertanyaan mendasar tentang dirinya. Sekitar 5 menit kemudian, Manda selesai mengisi formulir yang di berikan bu Uci padanya, ia kembali menghadap bu Uci dan memberikan formulir tersebut, bu Uci langsung memberikan 1 kartu berwarna orange pada Manda, di sana sudah tertulis nama Dea Christa Amanda 8A, sepertinya bu Uci sudah mengenal Manda hanya dengan melihat nama lengkap Manda yang ada di saku kanan jas Manda. Buku tebal itu pun diberikan bu Uci pada Manda, setelah mengucap terimakasih, Manda langsung mengajak Obiet, Oliv, dan Ozy untuk menyelesaikan kegiatan mereka, dan kembali ke kelas.
Mereka berempat pun keluar dari perpustakaan dan kembali ke kelas, dan ternyata di sana sudah ada anak – anak DIVA yang sepertinya menunggu kedatangan Manda, mata mereka terfokus pada Manda, yang di tatap merasa terganggu dan cepat duduk ke tempatnya bersama Oliv.
“ nda, kok kayaknya DIVA melihatmu dari tadi ya ?” tanya Ozy mulai curiga
“ entah zy “ ucap Manda mulai gugup
Tak lama kemudian, seorang anak datang dan Manda melihat anak tadi “ Agni “ ucapnya, lalu di tatapnya Agni duduk sendirian di bangku paling belakang, mengeluarkan buku nya dan menulis beberapa kalimat dengan pena abu – abunya
“ aku, ke Agni dulu ya ?” pamit Manda kepada Oliv dan Ozy
Manda duduk di samping Agni, dan tersenyum pada Agni, sedang Agni hanya menatap Manda dengan tatapan sinis nan dingin yang biasa ia lakukan pada semua anak di Smp ini, biasanya semua anak mulai takut jika mereka sudah mendapat tatapan itu, tapi berbeda dengan Manda. Ia malah merasa semakin akrab dengan Agni
“ hai “ sapa Manda, tapi Agni masih cuek
“ namamu Agni khan ?”, Agni masih saja cuek, tapi Manda masih teguh pendirian untuk berteman dengan Agni, ia diam – diam melihat apa yang sedang di tulis Agni, ia terkejut dengan tulisan Agni, semua terasa tak masuk akal, Agni menulis kejadian yang akan terjadi. “ ka .. kamu ?” tanya Manda
“ kamu masih mau duduk bersamaku ?” tanya Agni
Manda terlihat memikirkan kata – kata yang tepat untuk menanggapi pertanyaan Agni, di satu sisi, ia ingin sekali berteman dengan Agni, tapi di sisi yang lain, Manda takut Agni bukanlah anak biasa, dan mungkin bisa berbahaya jika ia di dekat Agni, tapi ..
“ ya, tentu. Aku akan mengambil tasku dulu ya “ Manda pun mengambil tasnya, dan berpamitan dengan Oliv untuk duduk dengan Agni
“ kamu serius nda ?” tanya Oliv
“ iya “ Obiet langsung menahan Manda
“ kamu gak boleh duduk dengan anak aneh itu !” seru Obiet
“ gak apa – apa biet, aku hanya merasa Agni hanya butuh teman “ ucap Manda dan melepas pegangan Obiet di tangannya, sedang DIVA masih menatap mirip keputusan Manda “ sepertinya Manda memang anak aneh “ ucap Keke, ketiga temannya hanya mengangguk setuju dengan ucapan Keke, tapi Angel yang mengangguk malah karna takut, takut tak bisa mendapatkan data sebanyak – banyak nya dari Manda untuk Obiet.
Angel menoleh ke Obiet yang ternyata sudah menatapnya duluan, dengan tatapan benci. Obiet berhasil membuat Angel merasa sangat bersalah. Angel menggeleng tanda menyerah dengan tugas yang di berikan oleh Obiet, lalu Obiet berdiri dan pergi dari kelas terebut. Menuju ruang kepala sekolah.
Manda yang akhirnya duduk dengan Agni cukup membuat semua anak di kelas itu mulai heran dan juga takjub. “ huh, paling juga hanya tahan 1 hari “ celetuk Oik, “ tu anak emang bisanya cari sensasi “ kesal Keke, sedangkan Angel dan Shilla hanya diam, Shilla memperhatikan Manda, ia tersenyum melihat kebaikan Agni, sebenarnya juga Shilla ingin mengajak Agni bermain bersamanya, tapi sepertinya gengsinya lebih besar dari pada hati baiknya. Jadi hingga saat ini Shilla hanya mempunyai niat, tak pernah bertindak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini