Minggu, 26 Desember 2010

Rain from Heaven 17

Love

10/Desember/2021-siang. 12.30 WIB.
Kak Rio menatapku dengan seksama, menyaksikanku asyik di depan laptopku sedang aku masih sakit.
“Kamu itu, kenapa masih saja mengetik?”
“Tak apa kak, aku hanya bernostalgia”
“Nostalgia?”
“Ya kak, semua masa lalu kita akan kutulis di laptopku, dan beberapa hari lagi jika sudah selesai. Akan kuperlihatkan pada kakak.”
“Ada aku khan?”
“Pastilah kak! Hehe”
“Besok jam 00.00 akan ada kejutan untukmu de.”
“Besok? Harusnya hari ini kak.”
“Tidak, sebaiknya kau selesaikan kisah-kisahmu itu. Baru besok kita rayakan kejutan untukmu”
“Boleh-boleh..”
“Yasudah, aku pergi dulu ya.”
“Mau kemana kak? Ngobrol dulu dong kak, masa’ aku sendirian terus daritadi”
“Tak apa, haha.. sudah ya, bye!”
“Bye..”
Heuh, selama beberapa minggu terakhir ini, aku selalu merasa sendiri. Sebenarnya mau semua orang itu apa sich? Aku juga sangat merindukan kak Alvin.
---
Seperti ucapanku kemarin, aku akan menyelidiki prilaku kak Obiet dengan Kamami, tak ada yang membatuku. Karna aku ingin melakukan ini diam-diam. Semua demi kelancaran hidup kami. Hari ini Kamami akan makan berdua saja dengan kak Obiet, mereka pergi ke Café Aurora, Café yang paling sering di datangi anak-anak BM. Kenapa mereka harus berdua saja? Aku khan ingin ikut juga. Hihihi.
Pukul 16.00 WIB, kak Obiet dan Kamami memasuki Café Aurora dengan tawa menderai, membuatku semakin penasaran ingin tahu yang akan mereka lakukan di dalam Café, hanya mengobrol kah? Atau bercanda juga? Makan malam? Atau bahkan.. kencan?
Ku rapatkan jaket coklatku dan menutup sebagian wajahku dengan topi. Lalu aku masuk perlahan ke dalam Café. Kak Obiet bersama Kamami duduk di bangku dekat jendela bagian kanan Café, Café Aurora sangat mengagumkan. Suasananya sangat menenangkan hati, desain yang sangat anak muda tergambar di Café ini, ku lihat beberapa anak Smp BM juga duduk di beberapa sisi Café. Aku memilih duduk di bangku yang berbeda 2 bangku dengan letak Kamami duduk.
“Mau pesan apa?” Tanya seorang waitress.
“Jus jeruk saja mbak”
“Baik, wait me five minutes.”
“Makasih mbak”
Aku tetap mengamati Kamami yang sangat asik bercanda dengan kak Obiet, hingga 5 menit menunggu pesananku datang pun mereka masih sebatas bercanda. Tak ada kelakuan yang menunjukan mereka saling suka. Tapi suatu kejadian yang kutunggu terjadi setelah aku menghabiskan 2 gelas jus jeruk.
“Kamami, kata Dea. Kau menyukaiku?”
“Ah, ia hanya bercanda.”
“Oh, begitu.. aku cukup kecewa”
“Maksud kakak?”
“Kau tak menyukaiku?”
“Aku sayang kakak sebagai kakak terbaik di hidupku.”
“Aku juga sayang Kamami.”
“Kak..”
“Apa mi?”
“Bagaimana keadaan Mama dan Papa?”
“Untuk apa kau menanyakan dua orang yang sudah membuangmu?”
“Karna aku menyayangi mereka”
“Kau hanya boleh menyayangiku!”
Ucapan kak Obiet agak mengeras ketika Kamami menyinggung orang tua mereka, hingga aku tersendak dibuatnya.
“Aku menyayangi semua keluargaku!”
“Mereka sudah membuangmu! Dan sekarang kau hanya punya aku!”
“Aku sangat merindukan Papa dan Mama! Apa kau mau terus menyiksaku kak?!”
“Menyiksa apa?!”
“Menyembunyikan keberadaanku dari Mama dan Papa!”
Kak Obiet terdiam, ia terus memandangi Kamami. Aku merasakan ketegangan yang luar biasa dari mereka. Apa aku terlalu berlebihan melihat hubungan mereka yang sangat akrab? Maafkan aku mi, kak Obiet, karna aku telah berburuk sangka pada kalian.
Kamami berlari meninggalkan kak Obiet yang masih saja memandangi Kamami, hal itu berlangsung sangat cepat. Ku langkahkan kakiku menemui kak Obiet.
“Ketika cintamu berpaling pada yang lain, berikan ia kesempatan untuk kembali berpaling padamu..” kataku menghibur kak Obiet.
“Dea?”
“Maaf kak, aku melihat semua yang terjadi barusan. “
“Tak apa, duduklah bersamaku”
Aku duduk berhadapan dengan kak Obiet, matanya berkaca-kaca. Tubuhnya seperti tak berdaya. Aku tahu, ia sangat sedih sudah menggertak Kamami hingga Kamami pergi.
“Apa salah, jika aku menyukai adikku sendiri de?”
“Hah?! Suka?!”
“Ya, menyukainya lebih dari adik kandungku..”
“Itu.. ehem..”
“Jawab de..”
“Aku tak berani menjawabnya kak”
“Jawab saja de, tak apa jika jawaban itu menyakitkan untukku.”
“Itu tak boleh terjadi kak, kalian ini sedarah..”
“Iya, itulah yang kupikirkan.. Jika aku berhenti jadi anak Mama dan Papaku, apakah larangan itu masih berlaku?”
“Masih kak.”
“Kenapa?”
“Karna ini takdir kak Obiet bersama Kamami, menjadi kakak-adik yang saling menjaga.”
“Aku.. mencintai Kamami”
“Jangan kak, jaga perasaanmu dengan Kamami sebatas adikmu sendiri. Tolong, bahagiakan Kamami dengan statusmu sebagai kakak, bukan sebagai pacar.”
“Doakan, agar aku bisa menjaganya sebagai adikku sendiri.”
“Aku akan terus berdoa”
Kak Obiet mengajakku pulang dengan motornya, sempat kutanyakan bagaimana dengan Kamami? Ia menjawab bahwa Kamami anak yang berani, ia pasti bisa pulang sendiri. Aku percaya saja.
---
Kamami memandang hampa ke langit di Taman Prisma Bintang, sore ini terasa sangat kelam baginya. Walaupun kenyataannya, langit sore saat ini sangat indah. Ia ambil satu bunga mawar putih yang memang boleh diambil, ia hirup wangi mawar yang sangat menyejukan hatinya yang sesak.
“Ya Allah, apakah aku salah menyukai kakakku sendiri? Apakah aku salah, telah dilahirkan Mama ke dunia ini? Apakah aku salah, jika aku ingin menemui kedua orang tuaku sendiri..”
Seseorang duduk disampingnya, tapi Kamami tak sadar akan hal itu. Hingga orang itu berbicara padanya.
“Tak ada yang salah pada dirimu mi”
“Kak Patton?”
Patton tersenyum pada Kamami, senyuman yang sangat tulus dari hati untuk sahabatnya sendiri.
“Aku tak tahu apa yang harus kulakukan kak”
“Jadikan semua beban di hatimu sebagai awan-awan hitam yang kemudian akan luntur menjadi hujan. Menangislah Kamami.”
Kamami kembali menunduk. Patton hendak mengelus kerudung Kamami yang asri, tapi ia tak punya cukup keberanian untuk melakukannya.
“Terimakasih kak”
“Tidak, kau sama sekali tak usah berterimakasih padaku. Karna aku ingin sekali menjadi sahabatmu di setiap saat hidupmu.”
“Iya kak.”
“Ceritakan keluh kesahmu padaku mi”
“Aku.. aku salah lahir ke dunia ini kak”
“Kenapa?”
“Karna aku lahir, hanya untuk menyusahkan semua orang di keluargaku.”
“Kata siapa?”
“Menurutku begitu kak”
“Ucapanmu sangat salah mi, semua yang kau lakukan sangat berharga untuk orang-orang di sekitarmu, maupun untuk keluargamu.”
“Aku tak yakin kak”
“Yakinlah mi, semua pengorbanan yang kau lakukan, ketika kau mengajarkanku hal indah itu, tinta putih dan kertas hitam. Kalung biola buatanmu yang penuh kasih, keteguhanmu menyelamatkan bintang yang bersinar itu, Debo. Dan keteguhanmu mempertahankan sahabatmu Dea.”
“Tapi aku sudah membuat kesalahan yang sangat besar kak”
“Apa itu?”
“Menyukai kakak kandungku sendiri”
“Apa?!”
“Kakak kaget bukan? Aku pun kaget ketika mendapat desiran itu..”
“Jangan mi, itu tak boleh”
“Iya, aku tahu..”
“Lebih baik kau menyukai orang lain saja.”
“Siapa?”
“Siapa saja..”
“Aku merasa, hanya kak Obiet yang terbaik di dunia ini”
“Tidak mi, masih banyak!”
Kamami hanya tersenyum tipis, lalu Patton pun mengantarkan Kamami ke rumah Bunda.
---
Aku bingung bagaimana mengatakan hal yang dikatakan kak Obiet barusan. Aku ingin semua tak jadi masalah, tapi menurutku jika kak Obiet masih saja menyukai Kamami, semua akan menjadi masalah besar.
Ku tunggu Kamami di teras rumah Bunda, Angel, Kiki, dan Debo sedang asyik menonton film terbaru yang dibeli Bunda. Tak berapa lama, Kamami datang dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Kamami pulang diantar kak Patton.
“Kak Patton, dan Kamami?” Batinku dalam hati.
Kamami menghampiriku, wajahnya muram, aku tahu. Ia sedang sangat sedih.
“Kau kenapa mi?” Tanyaku.
“Nanti saja kuceritakan de.. sekarang aku mau istirahat dulu. Kak Patton, terimakasih ya sudah mengantarku pulang”
“Iya, sama-sama mi, ingat kata-kataku tadi ya.”
“Iya kak, terimakasih sekali lagi.”
Kak Patton pun tersenyum pada kami berdua dan pamit. Kini tinggal aku dan Kamami yang masih berada dalam keadaan kacau, aku menyimpan rahasia kak Obiet, dan Kamami yang sudah digertak kak Obiet.
“Mi, mau kau ceritakan kejadian hari ini padaku?”
“Sepertinya nanti malam saja de, nanti malam akan kuajak kau mengarungi kisahku.”
“Ok, sekarang mari kuantar kau ke kamar.”
“Mari.”
Kami berdua berjalan melewati teman-teman yang sedang sangat senang melihat kelucuan dvd “Madagascar” pemberian Bunda, aku hendak mengajak Kamami menonton juga, tapi sepertinya ia sedang sangat lelah. Buktinya ia hanya melewati teman-teman tanpa tersenyum.
“Kamami kenapa de?” Tanya Angel.
“Aku juga nggak tahu njel, tapi nanti malam kita harus menghiburnya”
“Iya, akan kuhibur semampuku.”
“Sipp”
Aku pun menyusul Kamami ke kamar, aku ingin mengerjakan tugas sekolahku agar tak terlalu membebaniku seminggu kedepan.
---
Obiet masuk ke markas (rumah Rio) dengan perasaan sangat kacau, ketika ia bercerita pada Dea juga saat sebelumnya, saat ia membentak Kamami. Ia sangat takut kehilangan Kamami, ia tak mau Kamami menjadi saudara kandung yang seutuhnya baginya. Karna satu rahasia yang takkan pernah boleh ia lakukan. Obiet duduk di bangku santai PRINCE, tak lama Patton datang dan duduk di sampingnya.
“Sore biet, nggak pulang?”
“Nggak ah, aku malas pulang. Rio dan yang lain mana?”
“Mereka sedang cari makan.”
“Oh.”
Patton memandangi Obiet dengan seksama, kebencian terpancar dari pandangannya. Ia tak ingin Kamami mencintai lelaki seperti Obiet, yang hanya bisa membuat Kamami muram.
“Tadi kau menemui Kamami ya?”
“Darimana kau tahu?”
“Hanya menebak biet, nggak boleh?”
“Oh..”
Patton tak tahan lagi, ia menarik kerah baju Obiet dan mendorong Obiet hingga Obiet terhempas cukup jauh dari tempatnya berasal. Obiet meringis kesakitan akibat prilaku Patton. Ia bangkit dan menarik kerah baju Patton lalu menghantam pipi kanan Patton.
“Sudah cukup Papaku memukulku, dan sekarang kau juga memukulku!”
“Aku yakin Papamu memukulmu karna satu pemikiran denganku, tentang Kamami!”
“Apa maksudmu?”
“Kau sudah membuat Kamami sedih”
“…”
“Kau sama sekali bukan sahabatku lagi, jika kau berani menyakiti gadisku”
“Gadismu?”
“Ya, aku sudah berpacaran dengan Kamami”
“Hah?!”
“Kau kaget bukan? Tak usah berlebihan, aku akan menjaga adikmu seumur hidupku”
“Aku takkan rela jika Kamami pacaran denganmu!”
“Kenapa? Lalu siapa yang pantas mendampinginya? Kau?”
“…”
Patton menjulurkan tangannya pada Obiet, ia prihatin melihat kakak-beradik yang ia kagumi harus menerima kenyataan seberat ini. Untuk umur mereka yang terbilang sangat muda, harusnya kenyataan ini tak pantas menerpa mereka. Tapi inilah takdir kawan.
---
Sesuai janji Kamami, ia mengajakku dan Angel ke taman belakang rumah Bunda yang tak pernah terjamah olehku maupun teman-teman se-rumah kecuali Kamami. Di taman itu terdapat beberapa ayunan dan sebuah rumpun bunga mawar putih yang sangat indah dan harum. Kamami memetik satu bunga mawar putih dan menghirup baunya, perasaannya kembali tenang. Ia mengisyaratkan pada kita agar kita duduk di salah satu ayunan yang muat untuk 3 orang.
“Mi, sudahlah. Jangan kau ciumi bunga itu lama-lama. Nanti kau pusing sendiri” kataku.
“Haha, iya-iya”
Kamami pun duduk menghadap ke kami. Ia tersenyum walau itu sangat dipaksakan.
“Tadi saat bersama kak Patton, ia menyatakan perasaannya padaku.”
“Hah?!” Seruku dan Angel.
“Ya, aku sudah resmi pacaran dengan kak Patton, walaupun aku tak mau.”
“Tak mau?” Tanya Angel.
“Iya, karna hanya ada satu lelaki di hatiku”
“Kak Obiet?” Tanyaku agak ragu.
Kamami memandangku lekat, seperti jiwanya sudah merasuk ke hatiku.
“Ya”
“Apa?!” Angel sangat tak menyangka ucapan itu akhirnya dikatakan Kamami.
“Aku memang sangat berdosa, jadi ku putuskan untuk sedikit demi sedikit melupakan lelaku itu.”
“Apa akan berhasil dengan kau memacari lelaki yang tak pernah kau sukai?” Tanyaku.
“Doakan saja.”
“Lalu kenapa kau muram mi?” Tanya Angel.
“Karna kak Obiet sepertinya juga menyukaiku bukan sebagai adiknya”
“Iya, ucapanmu benar mi. Kak Obiet menyukaimu.”
“Darimana kau tahu de?”
“Tadi tak sengaja aku bertemu dengan kak Obiet, dan ia menceritakan semuanya padaku. Sebaiknya memang begini, mendapatkan cinta memang penuh pengorbanan, dan menghapus cinta juga perlu ekstra pengorbanan.”
“Sebaiknya begini ya.” Kata Angel.
“Satu lagi, njel. Apa benar kamu telah melepas kak Alvin?” Tanya Kamami.
“Tahu darimana mi?”
“Dari suratmu yang kubaca kemarin malam, aku ingin mengatakannya langsung padamu. Tapi nggak sempat”
“Iya mi, aku tahu. Kak Alvin hanya menyukai Dea, tapi mungkin ini sulit untukmu de..”
“Sulit apanya njel?”
“Karna aku tahu, kak Rio juga menyukaimu.”
“Ya Tuhan, kalian khan tahu. Aku hanya menyukai seorang.”
“Siapa?” Tanya dua sahabatku bersamaan.
“Seorang penyelamat hidupku yang kini tinggal di Surga. Membawa tetesan air Surga untukku suatu hari nanti”
“Yaudah, sekarang kita harus tetap fokus pada pelajaran sekolah, tak usah terlalu memikirkan Cinta!” Seru Kamami.
“Ya. Benar itu!” Seru Angel.
Aku tersenyum bahagia, lalu kami bertiga saling merangkul, kembali mengikrar. Bahwa kami sahabat, sahabat yang dilandasi kasih sayang yang mendalam di hati kami masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini