Jumat, 06 Mei 2011

Love is Promise chap.2 (Keputusan Besar)

Inilah hari yang ditunggu-tunggu Chan Di, hari penentuannya untuk masuk Universitas Tokyo. Aku belum siap menerima kenyataan jikala Chan Di benar-benar akan pergi. Tapi aku tak boleh begini, ini demi kebahagiaan sahabatku.
Aku terus bersama Chan Di di luar gerbang gedung test, banyak sekali orang yang ingin masuk Universitas, kenapa aku tak berfikir ini kesempatan yang bagus untukku ya? Menjadi juara 1 di sekolah, prestasi melimpah, pasti aku bisa mendapat beasiswa itu. Heum, sekarang giliran Chan Di dulu, Rin. Kau harus bersabar!
Chan Di terlihat sangat gugup, aku menenangkannya dengan mengelus punggung tangannya, aku terus berdoa untuk kelancaran Chan Di.
“Kau harus tenang saat mengerjakan soal. Ok?”
“Iya, Rin.”
Jam 08.00 tepat bel berbunyi, Chan Di bersama semua peserta memasuki ruang test, kini tinggalah aku dan beberapa cleaning servis di ruang tunggu. Aku akan setia menunggu Chan Di hingga ia berhasil, sahabat memang segala-galanya untukku. Itu 1 alasan sampai sekarang aku belum punya lelaki special yang mengisi hatiku, aku merasa hal itu adalah nomor terakhir di hidupku, sekarang aku ingin bebas dan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya.
Oh iya, hari ini sedang ada audisi musik besar-besaran untuk membentuk grup vokal lelaki di SM Entertaintment, aku ingin sekali menonton. Tapi mungkin setelah test ini saja. Kuakui, di negara ini memang banyak sekali penyanyi berbakat, mungkin suatu saat nanti jika ada audisi vocal grup wanita aku akan ikut.
^^
Sudah 2 jam berlalu, dan pukul 10.00 bel keluar berbunyi, aku mencari Chan Di di antara ribuan peserta test, raut wajah peserta yang keluar sungguh bermacam-macam. Pemandangan yang membuatku sadar, Tuhan begitu agung karna menciptakan kami berbeda-beda tapi tetap satu. Heum, anak itu kemana sih?
“Rin...”
Aku terkejut saat mendapati Chan Di berdiri di sampingku dengan wajah murung.
“Kau kenapa, Chan Di?”
“Soal testnya susah...”
“Itu pasti, Chan Di. Semua soal test pastilah susah, tapi kau kan sudah belajar giat, aku yakin kau bisa diterima.”
“Tidak... aku pasti ditolak.”
“Jangan begitu! Semua pengorbananmu akan mendapat balasannya!” Aku membentak Chan Di, beberapa pasang mata menatap kami tajam.
“Ma... maaf.”
“Ayo kita ke studio SM, menonton audisi boyband akan menenangkan pikiranmu.”
“I...iya.”
Ku genggam tangan Chan Di erat, aku tak mau melihatnya terus menangis karna tak yakin, aku ingin ia menangis karna bahagia. Dan aku yang akan membuatnya seperti itu.
^^
Wow, di sini sangat ramai, kepalaku sedikit pening saat mendengar keramaian. Maklum, aku memang punya hal khusus terhadap suara bising, jika sudah parah aku tak bisa mendengar selama 4 jam. Appa bilang gendang telingaku mengalami kelainan, dan aku harus menjaganya agar aku tak benar-benar tuli.
“Di sini sangat ramai, Rin! Kau tak apa-apa?”
“Anneyo, kita nikmati saja pertunjukannya.”
“Audisinya terbuka ya, Rin.”
“Oho, seperti ini lebih bagus.”
“Kita cari tempat duduk, yuk?”
“Ayo.”
Tempat duduk sudah padat pengunjung, hari memang sudah sore dan waktunya pulang dari aktivitas siang. Beruntung kami mendapatkan tempat duduk di depan, aku melihat beberapa juri dari SM Entertainment sedang menilai seorang lelaki bermata sipit.
Lelaki itu mulai menyanyi, seketika suasana hening, karna syarat pengunjung memang begitu, kami harus tenang saat kontenstan menunjukan kemampuannya. Kupejamkan mataku untuk mendengar suara lelaki itu dari hatiku, materi suara indah, dan halus. Membuatku terpana, karna suara lelaki itu sungguh menghanyutkan.
2 menit berlalu, dan lelaki itu berhenti. Fantasiku pun berhenti, lelaki itu begitu memikat hati.
“Kim Ryeowook, suaramu sungguh indah, mempesona, sungguh... menghanyutkan,” cetus seorang juri yang terlihat sangat menikmati penampilan Ryeowook.
Gamza Hamnida*1.”
Ye, tunggulah pengumuman besok pagi.”
^^
Malam hari aku baru tiba di rumah, rumah sangat sepi, mungkinkah Appa masih kerja? Tapi kulihat Appa terbaring di lantai ruang tamu!
“Appa!!!” aku langsung memanggil tetangga untuk membantuku membawa Appa ke rumah sakit. Air mataku tak henti-hentinya mengalir.
^^
Setelah beberapa menit, seorang dokter keluar dari kamar rawat Appa.
“Dokter, bagaimana keadaan Appa?”
“Appamu harus dirawat di sini, jantungnya sangat lemah.”
“Jantung?”
“Iya, ia bisa di rawat di sini untuk beberapa bulan, baru kemudian di operasi.”
“Terimakasih, Dok.”
Dokter membolehkanku untuk menemui Appa, kupandang wajah Appa yang sangat pucat. Kenapa kau tak pernah bilang hal ini padaku? Kenapa kau harus bekerja keras untukku dikala kau menderita? Kenapa Appa? Dengan begini, kau melukai hatiku. Hatiku sangat sakit.
“Rin...”
“Appa? Appa sudah sadar?”
“Appa dimana sayang?”
“Appa di rumah sakit, tadi Appa pingsan.”
“Appa memang sedikit kelelahan, tapi besok juga sudah bisa pulang.”
“Kenapa...”
Dengan menahan tangis, dan suara yang bergetar.
“Kenapa Appa seperti ini?”
“Seperti apa?”
“Appa harus dirawat di sini beberapa bulan.”
“Beberapa bulan? Untuk apa, Nak? Ayo kita pulang saja.”
Appa bangun, aku menahan pundak Appa.
“Jangan kemana-mana, Appa harus tetap di sini untukku, Appa jangan pernah pergi.”
“Tapi biaya darimana, Rin?”
Kupeluk tubuh Appa yang hangat, malam itu aku menangis di pelukan Appa.
^^
Pagi itu belum sempat aku bangun sepenuhnya, sebuah sms masuk mengejutkanku. Dari Chan Di.
Aku tidak diterima di Universitas Tokyo, juga di universitas manapun. Mungkin aku yang terlalu percaya diri.

^^
Aku langsung berlari ke rumah Chan Di, dan kudapati gadis itu sedang duduk di lantai bersama kedua orang tuanya. Orang tuanya mengatakan bahwa Chan Di mengalami frustasi, tubuhku membeku. Baru saja kemarin aku membentaknya, tertawa bersamanya, dan sekarang aku melihat Chan Di menjadi gadis yang tak berdaya, tak ada tangisan, ia hanya diam.
Ku dekati Chan Di dan mengelus pundaknya, ia menatapku lalu menepis elusanku.
“Kau bilang kau yakin jika aku bisa masuk ke Universitas itu, kau bilang aku sudah belajar giat, kau bilang ini ada balasannya. Dan ini balasannya!”
“Ini diluar kuasaku, Chan Di.”
“Iya, karna kau memang seorang pecundang yang tak tahu artinya kerja keras, pecundang yang hanya bisa berkata tanpa bertindak.”
“Apa katamu?”
“Ya, aku takkan percaya lagi pada kata-katamu, semua keyakinanmu.”
“Tahun depan, aku akan membuatmu masuk ke Universitas Tokyo. Pegang janjiku.”
“Pergi!”
Kutinggalkan Chan Di, tapi sebelumnya aku sudah berjanji untuk membuatnya masuk ke Universitas Tokyo. Ya, ini janjiku.
^^
Aku masih duduk di taman Kota, memandangi kehidupanku yang sedang hancur, sedang mennjadi kepingan yang tak menyatu, hanya Tuhan dan aku yang bisa mengubahnya. Didalam kediamanku, aku sedang memilah lowongan kerja yang akan kulakoni segiat-giatnya.
Aku langsung teringat pada selembaran yang diberikan petugas SM Ent kemarin, sebuah lowongan menjadi manager untuk boyband baru yang akan mereka bentuk. Ya! Aku akan mencobanya! Tapi tunggu dulu, persyaratan umur di brosur ini harus kelahiran 1984?! Apa maksudnya? Lebih tua 4 tahun dariku, hum...
Park Geun Han! Orang itu pasti bisa membantuku!
^^
“Apa?! Menjadi manager boyband baru itu?!”
“Iya, Unni,” tegasku.
“Dan kau ingin mengganti identitasmu demi menjadi manager?”
“Benar sekali.”
“Kau ini sudah gila, lulusan SMA Kita peringkat pertama tapi pikirannya tak pernah benar.”
“Aku melakukan ini demi Chan Di dan Appa...”
“Tapi ini sangat beresiko sayang, wajahmu benar-benar tak menggambarkan bahwa kau itu wanita 21 tahun.”
“Apa tidak bisa dengan sedikit style dewasa?”
“Ya... masalah pergantian identitas cukup mudah untukku, tapi apa orang akan percaya dengan wajahmu itu? Hm... mungkin bisa, dengan memanjangkan rambutmu dan kuubah bergelombang, lalu dengan kacamata dan... ya! Kita lakukan!”
“Bisakah?”
“Bisa, aku akan mengubahmu.”
“Tapi jangan katakan pada siapapun, ya. ini rahasia kita.”
“Tentu, Na Hyo Rin.”
“Na Hyo Rin?”
“Nama barumu, kita harus mengubah identitasmu sampai ke akar-akarnya.”
“Baik, kau yang atur semuanya.”
“Keahlianmu juga tak biasa lho, Rin.”
“Maksudmu?”
“Kau gadis yang pintar dan aktif, hanya menjadi manager sebuah boyband bukan kelasmu, kenapa kau tak mencoba untuk masuk ke perusahaan besar?”
“Hanya ini yang kumau, jika ke perusahaan yang lebih besar mungkin saja aku tak punya waktu untuk Appa.”
“Hm... aku akan sangat menikmati permainan ini, kapan testnya?”
“3 hari lagi.”
“Ok, waktu yang cukup untuk persiapan menjadi wanita kelahiran 1984, Na Hyo Rin.”
Gomawo, Unni!”
“Sama-sama, aku pun bersemangat jika permainan ini berhasil.”
Inilah keputusan besar yang harus kujalani, demi menepati janjiku pada Chan Di dan demi menyelamatkan Appa.

*1 : terimakasih
Nb : If you like my story, please follow my blog and comment this story :) thank you :D I Love You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini