Minggu, 15 Mei 2011

Love is Promise chap.7 (Only for You)

Only for You


3 hari berlalu sangat cepat, hari ini aku harus menyusul teman-teman SuJu di Villa. Sebelum pergi aku menceramahi Appa agar ia menurut pada perintah Han yang positif, lalu kupeluk tubuh Appa erat, karna aku akan meninggalkannya lagi. 3 hari yang sungguh berarti untukku, Appa, dan Han.
Aku berjalan ke jalan raya, sesekali menengok ke belakang malihat bayangan Appa dan Han yang mengecil, seketika aku lupa pada penyakitku, tubuhku makin bugar, heum… mungkin aku sudah sembuh, dan akan kupastikan itu semua.
Sebelum ke Villa, ku sempatkan untuk memeriksakan perkembangan telingaku.
“Luar biasa, kau cukup baik menjaga telingamu, Rin.”
“Benarkah dokter? Apa bisa sembuh?”
“Walau tidak sepenuhnya, tapi ini lebih baik, kau harus terus menjaganya, dan bersemangatlah.”
“Gomawo, Dokter!”
^^
Kimkim dan Yari akhirnya datang juga, kami memang berencana akan ke Villa bersama, untung saja Kimkim membawa mobilnya jadi kami tak usah mengeluarkan ongkos.
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di Villa. Di teras Hankyung dan Eunhyuk sedang mengobrol, mereka terkejut dengan kedatangan kami dan langsung melonjak senang.
“Rinna, Yari, Kimkim! Kalian akhirnya datang!” seru Eunhyuk.
“Hei teman-teman, manager kita sudah datang!” teriak Hankyung.
Member SuJu yang lain langsung keluar, mereka membawakan tas kami lalu Sungmin mendekatiku.
“Ternyata kau datang, hari sungguh membosankan tanpamu.”
“Benarkah? Aku juga bosan tak ada kalian, banyakkah yang telah kulewatkan, Sungmin?”
“Tidak banyak, setiap pagi kami hanya joging menikmati pemandangan gunung, lalu makan bersama, menikmati waktu luang masing-masing, dan seperti itu selama 3 hari ini. Membosankan,” keluh Sungmin, wajahnya yang lugu itulah yang bisa membuatku luluh.
“Bagaimana jika aku malah membuatnya bertambah buruk?”
“Tidak mungkin, kau kan putri salju kami.”
“Putri salju?”
“Ya, kami sepakat menamaimu putri salju karena kau punya kasih sayang seputih salju.”
“Kalian ini ada-ada saja, sudahlah ayo masuk.”
Sungmin menggenggam tanganku, mungkin wajahku saat ini merona, tapi tak apa karena aku merasakan perasaan damai yang tak biasa.
^^
Villa yang kami tempati cukup besar, kamar pun ada lebih dari 5, ada 2 lantai di rumah ini, aku memilih kamar di lantai 1, karna aku kurang suka pada ketinggian. Yari memilih sekamar denganku.
“Kau begitu beruntung bisa tinggal dengan lelaki-lelaki tampan itu, apa ada yang kau suka?”
“Haha, aku suka mereka semua, mereka sahabat yang sangat baik untukku.”
“Bukan sebagai sahabat, Rinna. Tapi sebagai… em, pacar?”
Aku terdiam, seraya melanjutkan pekerjaanku merapihkan baju di lemari, ku tatap Yari seksama. Ia yang sedang membaca novel beralih pandang ke arahku, menunggu jawabanku yang tepat dan sesuai dengan hatinya. Terkadang jika melihat kejadian ini darahku mengalir dengan deras karna gugup.
“Untuk sekarang mungkin tidak, aku ingin fokus dulu pada pekerjaanku.”
“Huh, kau memang wanita karir yang sibuk, tak pernahkah kau merasakan asmara? Semasa kau muda mungkin?”
Pikiranku melayang saat masih kelas 1 SMA, saat itu aku bertemu dengan seorang lelaki yang menurutku sangat sempurna di mataku, bukan hanya di mataku, tapi juga pandangan seluruh gadis di SMAnya. Aku menyukainya diam-diam, karna aku pasti menjadi sasaran kemarahan fansnya saat itu. Kutunjukan sikap sukaku padanya dari mengiriminya surat berisi lagu-lagu yang ia suka, juga puisi buatanku. Mungkin suratku itu surat keseribu yang ada di kotak pesannya, dan mungkin juga tak terbaca olehnya. Ia sangat pendiam walau populer, tapi dari kediamannya itulah yang membuatnya berbeda. Aku mencari tahu semua hal tentangnya, dan aku tahu ia ingin menjadi penyanyi. Rasa sukaku pada lelaki itu membuatku ingin sekali saja ia melihatku, walau aku tak bisa dekat dengannya, aku ingin ia tahu bahwa aku ada. Maka dari itu seluruh organisasi inti sekolah aku selalu mengikutinya, hingga aku bisa menjadi presiden sekolah selama 3 tahun berturut-turut. Karna aku sangat sibuk, aku jadi jarang memikirkannya dan tak peduli ia memikirkanku atau tidak. Dan jika sekarang aku bisa dekat dengannya itu adalah hal yang membuat pipiku selalu merona, membuat pikiranku selalu kacau, membuatku ingin terus bersama dengannnya.
“Rinna? Kau belum jawab pertanyaanku.”
“Oh, pertanyaan yang mana?”
“Kau melamun, ya?”
“Tidak juga, um… mungkin sedikit, mian.”
“Tidak apa-apa, sebaiknya aku juga tak mengganggu perasaanmu.”
“Santai saja, Yari. Kau bertanya tentang asmara, ya? Sebenarnya dulu semasa SMA aku pernah menyukai seseorang, tapi karna jarang bertemu lagi aku sudah mulai lupa padanya.”
“Lho? Kenapa kau tidak mencari tahu keberadaannya?”
“Aku belum memikirkan itu lagi.”
“Sekarang kau tinggal memilih saja, Rinna.”
“Maksudmu?”
“Maksudku, bukankah mereka para member SuJu menyukaimu? Menurutku kamu yang mana lelaki yang paling menarik?”
“Semua menarik.”
“Satu saja,” pinta Yari.
“Menurutku, Ryeowook.”
^^
Malamnya…
Member Super Junior membuatkan makan malam special, entah untuk siapa. Tapi kenapa hanya ada 2 kursi di ruang makan? Heechul menarik tanganku dan menarik kursi untukku.
“Silahkan duduk, Putri. Sebentar lagi pangeranmu datang.”
“Oppa, apa maksudmu?”
“Tunggu saja.”
Heechul pergi dan keadaan hening, aku sedikit takut dan akhirnya berdiri ingin pergi. Tapi sebuah lagu yang kutahu berjudul “The one I Love” terdengar. Begitu romantis, aku pun duduk kembali, menunggu kejutan yang akan diberikan Super Junior untukku.
Beberapa saat kemudian terlihat sesosok mendekatiku, ia Sungmin.
“Sungmin? Apa itu benar kau?”
Sungmin mendekat lagi, lalu ia duduk di hadapanku. Wajahnya bersinar karna terpantul sinar lilin, ia tersenyum padaku.
“Pangeranmu telah datang, Putri.”
“Daritadi kalian memanggilku putri, sebenarnya ada apa?”
“Kau masih ingat perkataanmu beberapa bulan yang lalu?”
“Perkataan yang mana?”
“Kau mengatakan suatu saat nanti mungkin mencintaiku, apa suatu saat nanti itu sekarang?”
Aku tertegun, ternyata ia bersungguh-sungguh mencintaiku. Ia menggenggam tanganku, lagu “The one I Love” terus mengalun membenami perasaanku.
“Rinna, maukah kau menjadi kekasihku?”
Pertanyaan itu lagi, sampai sekarang sebenarnya aku belum bisa menjawabnya, tapi aku juga tak bisa menyakiti perasaan Sungmin untuk kedua kalinya.
“A…aku,” belum sempat kujawab, tiba-tiba terjadi kekacauan dari ruang sebelah, tak sengaja kutepis tangan Sungmin dan berlari mencari tahu penyebab kekacauan. Ternyata terjadi kebakaran kecil akibat member SuJu yang sedang menjahili rambut Shindong, aku tertawa terbahak-bahak melihat rambut Shindong yang sedikit terkikis karna api. Secara tidak langsung aku berterimakasih pada mereka karna menyelamatkanku dari rasa gugup pada Sungmin.
“Kalian ini apa-apaan sih?” omel Sungmin.
“Maaf Sungmin, karna bosan menunggumu kami menjahili Shindong.”
“Huh, Rinna. Lain kali saja, moodku jadi jelek.”
“Oke,” setujuku.
Sungmin pergi ke kamarnya, aku ikut bercanda dengan member SuJu dan bernyanyi lagu ‘miracle’ bersama SuJu. Ryeowook mengedipkan matanya padaku, sepertinya ia dalang semua ini, terimakasih Wookie. Lalu ia mendekatiku dan berbisik.
“Only for you.”
Ku kedipkan sebelah mataku padanya, ia langsung menunduk. Sama seperti semasa SMA dulu, ia masih saja pemalu seperti dulu.
^^
Hari ini adalah hari ulang tahun Ryeowook! 14 Juni, heum. Aku harus memberi kejutan untuk Ryeowook. Jadilah malam ini ke bukit di dekat Villa. Tak ada yang ingat akan ulang tahun Wookie, jadi aku merayakan ulang tahun ini hanya berdua dengannya. Tak lupa kusiapkan hadiah dan kue kecil untuk Wookie. Semoga ia senang.
“Sebenarnya kita mau apa sih kesini, Unni?”
“Cari angin saja, bintang malam ini juga sangat indah.”
Ryeowook mendongak, matanya berbinar melihat hamparan pesona langit berbintang, aku memejamkan mata dan mulai berdoa.
“Tuhan, aku punya sahabat yang hari ini genap 18 tahun, ia begitu ramah dan perhatian. Tuhan, tolong jaga sahabatku ini dengan cintamu, karna aku ingin melihatnya selalu tersenyum, tanpa beban, tanpa paksaan, dan yang terpenting penuh keyakinan.”
Kubuka mataku, lalu menatap Ryeowook dan tersenyum.
“Selamat ulang tahun, Wookie.”
Airmata Ryeowook meleleh, ia terus menatapku, lalu tak kuasa memelukku. Tubuhnya hangat dan penuh kasih. Ku elus punggung Wookie, dan ia melepas pelukannya.
“Terimakasih, Rinna. Malam ini adalah malam terindah di hidupku.”
Kue yang sudah kusiapkan, kuberikan pada Ryeowook. Dan kunyalakan lilin berbentuk 18 tersebut. Ryeowook memejamkan matanya beberapa saat, lalu meniup lilin tersebut. Aku menyendok sedikit kuenya, lalu kusuapkan padanya.
“Rinna…”
“Ya?”
“Aku menyukaimu…”
Lirih tapi menyentuh, itu kata-kata yang selama ini kutunggu sejak kelas 1 SMA, sebagai seorang Park Seo Rin, bukan Na Hyo Rin. Tapi aku yang sekarang dan dulu adalah sama, apa salahnya jika Ryeowook menyukai Na Hyo Rin? Tak ada salahnya memang, tapi yang salah adalah jika aku membalas cinta Ryeowook, bagaimana dengan perasaan Sungmin? Apa aku tega membiarkannya?
Aku masih diam, kurasakan tubuh Ryewook kembali mendekapku. Jantungnya berdetak sangat dekat denganku, cinta itu muncul lagi, cinta yang kupendam selama 3 tahun itu kini berbuah.
“Aku mencintaimu, bahkan mungkin lebih besar dan lebih lama dari cinta Sungmin padamu, Park Seo Rin.”
Aku langsung menoleh ke arah Ryeowook, tatapannya yang lembut membuatku terpana. Ia sudah tahu identitasku sebelumnya.
“Kau tahu identitasku?”
“Ya, aku menyembunyikan rahasia ini karna aku ingin terus di dekatmu, apalagi saat kita di balkon beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya aku ingin mengatakannya padamu, tapi saat kau berkata ingin menjadi sahabatku, kutahan semuanya. Semua yang ingin kusampaikan padamu, termasuk cinta yang kupendam sejak SMA dulu.”
“A..apa maksudmu? Jadi sejak kita SMA, kau tahu aku? Walau kita berbeda sekolah?”
“Ya, aku tahu kau sejak aku menerima sebuah surat berisi puisi yang indah, puisi yang berkali-kali kubaca tanpa bosan, hingga aku hapal isinya.”
“Benarkah? Kau bisa membacanya untukku sekarang?”
“Bintang itu tersenyum padaku, bintang itu bernyanyi untukku, bintang itu mendekap cintaku, walau kutahu itu hanya ilusiku. Tapi tak apa, karna aku sungguh beruntung bertemu dengannya. Bintang yang telah kupilih dari beribu bintang di angkasa. Tuhan, sungguh aku mencintai bintang itu, lebih dari semua yang ada di dunia fana ini.”
“Ya, itu puisiku, aku pernah menangis saat membaca puisi itu, karna aku tahu aku takkan mendapatkan cinta dari Oppa, aku tahu hidup kita sangat berbeda, jadi cinta itu hanya kupendam sampai sekarang,”
“Setelah membaca puisi itu, aku sadar bahwa aku telah menemukan gadis yang tepat. Tapi aku ini memang pengecut, aku takut mendekati Presiden SMA Kita yang terkenal tegas dan galak. Hi hi, masa-masa yang takkan kulupakan. Saat aku lulus, aku berfikir takkan bertemu lagi denganmu walau sekilas, tapi takdir memang tak bisa diduga, sekarang kau bersamaku, dan mulai sekarang tak ada lagi yang dapat memisahkan kita sampai kapanpun.”
Pelukan Wookie makin erat, mataku terpejam hingga sentuhan hangat kurasakan di keningku. Ia mengecup keningku lembut. Dan malam itu aku melepas 1 beban berat yang terpendam, dan juga mendapat kepastian cinta dari orang yang selama ini kucintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini