Selasa, 24 Mei 2011

Paradise of Love - Paradise 4

03 April 2009

Minna kini sudah normal, ia tak berniat untuk pindah sekolah karna ia punya janji pada dirinya sendiri. Untuk menjaga kawan-kawannya dari Hyerin. Dan siang itu di kelas, Minna memberikan masing-masing 1 gambar pemandangan bintang-nya yang menakjubkan pada Kyu, Yesung, Sungmin, dan Ryeowook.
“Ini untuk kalian.”
“Wah! Bagus sekali fotonya, Yesung tak mungkin bisa mengambil gambar sebagus ini,” puji Ryeowook.
“Apa maksudmu? Selama ini kan hanya momennya saja kurang pas, jadi aku tak bisa mengambil gambar seperti ini.”
“Ha ha ha, Yesung. Aku kan pernah mengirim sms tentang kejadian di foto ini, kau saja yang sibuk membuat kare demi Hyerin.”
“Benarkah? Huh, dasar Hyerin…”
“Kau menyalahkan Hyerin? Tidak salah?” Heran Sungmin.
“Ya, begitulah… sejak Minna celaka tempo lalu aku tak mau suka pada Hyerin. Ia membahayakan sahabat terbaikku.” Seraya merangkul Minna.
“Seenaknya saja kau merangkulku! Huh,”
“He he he, mian Minna.”
“Hei teman-teman, sebentar lagi kan ada festival seni tahunan Gakuen, bagaimana jika kita ikut serta?”
“Kita mau menampilkan apa, Wookie?”
“Banyak, Kyu. Seperti vocal group mungkin? Atau band?”
“Aku pilih band,” ucap Sungmin.
“Aku juga,” ucap Kyuhyun.
“Aku lebih suka vocal group,” sanggah Minna.
“Vocal group lebih oke,” setuju Yesung.
“Tinggal kau, Wookie. Kau mau pilih apa?”
“A…aku, uhm… bagaimana jika kita bermain musik sekaligus menyanyi?”
“Ide bagus!” seru Minna.
Akhirnya mereka berlima setuju untuk ikut serta dalam festival seni. Ini pertama kalinya untuk mereka berlima kecuali Kyu, Kyu memutuskan untuk keluar dari band-nya setelah mendapat perlakuan tak menyenangkan akibat pemberitaannya dari kawan band-nya. Tahun lalu ia Berjaya, tapi sekarang ia di bawah. Seperti roda kehidupan yang selalu berputar, dan ia yakin suatu saat ia bisa membuat Hyerin ada dibawah, dan juga menjunjung tinggi haknya sebagai anak Appa-nya.
---
Sepulang sekolah, Yesung dan kawan-kawan pergi ke ruang musik untuk persiapan. Untung saja, hanya murid yang membenci Kyu, jadi Kyu masih bisa bersosialisasi dengan penjaga sekolah. Kyu memang istimewa, dibalik sifatnya yang keras ia sungguh lelaki penyayang. Setibanya di ruang musik, mereka memegang alat musik masing-masing. Wookie harmonika, Sungmin dan Kyuhyun gitar, Yesung keyboard, dan tinggal Minna yang bingung mau memilih apa.
“Heum, aku seharusnya keyboard Yesung.”
“Yasudah, kita berdua saja.”
“Tidak, aku ingin bermain musik secara solo. Heum, biola…”
“Kau bisa bermain biola?”
“Tidak bisa.”
“Aigoo, jadi jangan pilih biola, Minna,” ucap Kyu.
“Tapi aku ingin mencobanya, setengah lagu pertama aku tak bernyanyi dan setengah lagu lagi aku bisa bernyanyi penuh, sama seperti Wookie.”
“Kau mau belajar pada siapa?” Tanya Ryeowook.
“Sunny… ya! Anak itu bisa mengajariku biola!”
“Sunny? Senior kita yang pemain biola Internasional itu?”
“Yap.”
“Sunny itu sama sombongnya dengan Hyerin, mana mau dia mengajari sembarang orang.”
“Aku takkan menyerah, pokoknya aku harus bisa belajar dengannya!”
Minna berlari keluar dari ruang musik meninggalkan kawan-kawannya, ia punya rencana untuk menjatuhkan Hyerin.
“Anak itu mau apa lagi sih?” heran Sungmin.
“Kau seperti tak tahu Minna saja, Sungmin. Dia pasti punya rencana yang mengejutkan,” yakin Yesung.
“Iya, sungguh gadis dari Surga.”
“Surga, Wookie?”
“Kalian tidak ingat? Bukankah Minna yang sudah mempersatukan kita? Pertama, Yesung dari buku lukisan, lalu Sungmin karna rubiknya, aku karna hujan, dan Kyu karna keputus asaannya. Ia yang telah mempersatukan kita menjadi bintang, bintang yang tidak terkenal tapi bersinar seperti kata Sungmin. Ia seperti malaikat dari Surga yang membawa cinta untuk kita…,” jelas Wookie.
Kyu, Yesung, dan Sungmin tersenyum mendengar penjelasan Wookie, mereka mulai ingat saat-saat pertama mereka bertemu dengan Minna.
---
Minna berkata pada 4 kawannya untuk tak bertemu atau menyapanya selama 2 minggu.
“Tapi kenapa, Minna?” Tanya Yesung.
“Sudahlah, ikuti saja keinginanku. Atau kita takkan bertemu selamanya? Pilih mana?”
“Tapi kita kan 1 kelas, Minna. Mana mungkin kita tak bertemu?” heran Sungmin.
“Pokoknya pura-pura tak melihatku, aku ingin fokus pada pelajaran biolaku, dan 2 minggu lagi kita bertemu di rumahku untuk latihan festival.”
“Tapi 2 minggu itu lama sekali, Minna,” keluh Kyuhyun.
“Kalian bersabar aja, ya. Aku janji deh akan membuatkan kalian makanan yang enak setelah 2 minggu ini,” janji Minna.
“Apa alasanmu menjauhi kami?”
“Ini syarat dari Sunny, Wookie. Jika aku mau belajar dengannya, aku harus fokus pada pelajaranku termasuk bersenang-senang dengan para sahabatku. Dan aku tak bisa menahan diri untuk bermain jika masih bersama kalian.”
“Iya juga ya, hi hi hi,” tawa Yesung.
“Oke, sampai bertemu 2 minggu lagi!” seru Minna dan meninggalkan keempat kawannya.
---
03 April 2009 - Setelah Minna meninggalkan ruang musik

Minna menunggu Sunny melewati gerbang, beberapa saat kemudian Sunny muncul. Minna langsung menarik Sunny yang memang selalu sendiri jika pulang sekolah.
“Hei, kau mau apa?”
“Unni, aku mau minta tolong padamu,” ucap Minna seraya mengapit kedua telapak tangannya seperti orang Budha berdo’a.
“Minta tolong apa?”
“Aku ingin kau mengajariku biola.”
“Kau siapa? Putri kerajaan? Kau tidak tahu aku siapa?”
“Aku tahu, kau ini pemain biola Internasional yang sudah mendampingi berbagai penyanyi maupun solo-biola hampir di seluruh dunia, dan aku bukan putri kerajaan. Tapi aku mohon, ini permintaanku yang sangat berharga.”
“Berharga? Itu menurutmu, tapi menurutku? Itu hanya sampah.”
Setelah mengatakan sampah, Sunny meninggalkan Minna. Tapi baru beberapa langkah, ia berhenti karna Minna berteriak padanya…
“Kau lebih jahat dari yang kukira!”
Sunny berbalik lalu mendekati Minna dan berkata
“Apa maksudmu?”
“Ya, kau sangat jahat! Bahkan kau lebih jahat dari Hyerin yang sudah membuat Kyu menderita!”
“Jangan kau bandingkan aku dengan gadis itu…,” lirih Sunny.
“Tentu aku harus membandingkan kau dengan gadis itu, karna kau berkata sampah pada keinginanku.”
“Kau makin mengesalkan ya!”
“Ini karna kau mengatakan keinginanku sampah!”
“Keinginanmu memang sampah!”
“Keinginan untuk menjatuhkan Hyerin kau bilang sampah?”
“Menjatuhkan Hyerin?”
“Ya, aku dan teman-temanku akan mengalahkan Hyerin di festival seni tahun ini, dan aku memegang biola, sedang aku tak bisa bermain biola. Maka dari itu aku ingin belajar padamu, aku mohon Unni, ajari aku”
“Apa kau yakin kalian bisa mengalahkan gadis itu?”
“Tentu, siapapun bisa mengalahkan Hyerin jika juri festival itu bersih.”
“Maksudmu selama ini juri-juri festival tidak bersih?”
“Bukan juri-nya, tapi panitia festival. Aku pernah memergoki mereka mengubah nilai dari juri, tapi aku tak bisa berbuat banyak karna pasti teman-teman memilih Hyerin untuk menang. Dan juga, jika kami bisa mendapat nilai jauh di atas Hyerin, maka kami bisa membuktikan nilai dari juri dan pengumpulan nilai dari panitia.”
“Kau terlalu percaya diri.”
“Ayolah, Unni. Bantu aku.”
“Baiklah, tapi kau harus mematuhi peraturanku.”
“Pasti Unni!”
“Pertama, kau harus fokus pada pelajaranku dengan berhenti bermain dengan teman-temanmu. Minimal selama 2 minggu.”
“Hah? Itu sangat sulit, jika aku bersama mereka aku tak bisa tak bermain.”
“Peraturan pertama saja kau tak bisa, yasudah…”
“Eh, i…iya deh, untuk 2 minggu saja kan?”
“Iya.”
“Baik! Aku setuju!”
“Kedua, kau harus mau menemaniku kemanapun, seperti jalan-jalan ke mall atau ke taman ria.”
“Kau bilang aku tak boleh bermain.”
“Kan tidak setiap hari, Minna.”
“Oiya, benar. Lalu apa lagi?”
“Setiap hari kau harus membawakanku bekal, dan yang terakhir kita belajar di rumahku juga setiap hari.”
“Sama saja aku jadi pelayanmu dong!”
“Hahaha, dasar kau ini. Kau hanya jadi adikku kok. Aku bosan jadi anak tunggal.”
“Oke!”
Keduanya tertawa bersama, dan ini awal pertemanan Minna dengan Sunny.
---
05 April 2009

Yesung dan Minna tak sengaja bertemu di lorong loker, mereka bertatap sejenak dan Minna langsung membuang muka, Yesung juga membuang muka. Tapi ia benar-benar tak suka keadaan ini, apalagi loker mereka bersebelahan. Ia ingin sekali menyapa Minna, sudah 1 hari ia lalui tanpa kehadiran Minna dan hidupnya terasa kosong.
“Ehem, bagaimana tentang penggemar rahasiamu?”
Minna tersentak dengan pertanyaan Yesung, tanpa menatap muka Yesung ia pun menjawab
“Sepertinya dia hanya mengirimiku hadiah pada Valentine kemarin, coklat itu mungkin salah alamat.”
“Minna jangan begitu, mungkin dia lupa.”
“Lupa bagaimana? Jika orang itu benar-benar menyukaiku, sebaiknya dia berterus terang. Aku tak suka pada orang yang memendam perasaan, seperti kau pada Hyerin.”
“Hyerin? Aku sudah melupakan gadis itu, karna sekarang aku suka pada orang lain.”
“Ohya? Siapa?”
“Untuk yang satu ini aku belum bisa mengatakannya pada siapapun, yang pasti kau sangat mengenal gadis ini.”
“Suatu saat nanti kau harus memberi tahuku, oke?”
“Pasti, uhm… aku duluan, ya.”
Minna mendengar dengan seksama suara langkah Yesung yang makin lama makin tak terdengar, sepeninggal Yesung, senyum Minna terkembang walau matanya berkaca-kaca. Hatinya sakit karna tak bisa berterus terang pada perasaannya. Ia benci pada dirinya yang selalu memendam perasaan itu, perasaan yang tak bisa digambarkan oleh lukisan seindah apapun. Ketika ia tahu Yesung menyukai orang lain lagi, entah kenapa ia ingin menangis selama mungkin. Karna ia tak pernah merasakan rasa ini pada lelaki manapun kecuali seorang.
---
14 Februari 2009 – sebelum malam promnight

Setelah mengamati coklat Valentine yang diterimanya tadi sore ia sedikit heran, karena ia merasa pernah melihat coklat tersebut. Minna mengambil surat yang terselip di pita coklat, lalu membacanya lagi. Tulisan itu ia sangat kenal, dan ia langsung terkejut.
“Ini kan coklat buatanku! Kenapa aku bisa lupa!”
Ditepuknya dahinya lalu tertawa kecil.
“Coklat ini untuk Yesung… dan aku malah mengacaukan semuanya, kenapa aku bisa lupa, sih!”
Minna memeluk coklat itu, hatinya kembali terasa sakit mengingat perasaannya pada Yesung.
“Kenapa juga aku tak bisa menyatakan perasaanku? Aku ini benar-benar pengecut, lebih pengecut dari Yesung… padahal aku yang menasihatinya untuk berterus terang…”
---
Sunny dan Minna duduk di taman rumah Sunny. Pelajaran pertama yang akan Sunny berikan pada Minna adalah mengenal biola. Sebuah biola berwarna hitam diberikan Sunny, sontak mata Minna berbinar melihatnya. Tapi Sunny tak mengizinkan Minna menyentuh biola tersebut.
“Kenapa?”
“Kau tak boleh menyentuhnya sampai kau merasakan bahwa biola itu bukan sekedar alat musik.”
“Ya, aku takkan menganggapnya alat musik, ia temanku kok.”
Sunny sadar ia tidak sedang mengajari gadis biasa, ia Minna, gadis yang ingin menjatuhkan Hyerin demi sahabat-sahabatnya. Benar-benar tak habis pikir Sunny melihat semangat Minna.
“Ada lagi, kau harus membuang perasaan dendammu pada Hyerin jika ingin menjadi teman Biola. Dan juga mau kau namakan apa biolamu?”
“Kang In.”
“Hah? Ka…Kang In?”
“Ya! Aku menyayangi Kang In Oppa, maka dari itu aku bisa belajar biola dengan cinta dari Kang In.”
“Siapa Kang In?”
“Kakak lelakiku yang sekarang tinggal di Surga. Ia yang telah berjasa banyak untukku, ia berikan aku semangat untuk hidup, ia yang selalu menasihatiku tentang jangan memendam perasaan. Pokoknya ia segalanya untukku.”
Mata Minna berkaca-kaca saat bercerita tentang Kang In, walaupun senyumnya masih merekah. Sunny menatap Minna seksama, gadis itu benar-benar mengingatkannya pada Almarhumah Appanya. Seorang wanita yang selalu tersenyum walau hatinya terluka. Ia ingin seperti itu, tapi hatinya terlalu sakit untuk menahannya dengan senyuman.
Sunny mendekati Minna dan mengelus rambut Minna lembut, ia merasa Minna sudah seperti adiknya sendiri. Bahkan ia berjanji akan mengajari Minna hingga Minna lebih mahir darinya.
“Minna, jika kau ingin menangis, menangislah… jangan kau tahan semua itu di hatimu, karna luka itu akan terasa semakin sakit jika kita tidak mengeluarkannya.”
“Tapi Kakak mengajariku untuk tetap tersenyum, Kakak tak pernah manangis walaupun ia terluka, bahkan saat ia akan meninggalkanku, ia tak menitikan sedikit airmata pun. Ia bilang padaku untuk tidak menangis, karna menangis hanya membuat orang di sekitar kita terluka. Dan aku membuktikannya, saat SMP dulu, aku sangat cengeng apalagi di dekat kakak dan itu membuat teman-temanku menjauhiku, sekarang saat aku memilih untuk tetap tersenyum, aku mendapat sahabat-sahabat yang terbaik. Dengan senyum.”
“Tak selamanya senyum bisa memperbaiki keadaan, jika kau terus tersenyum saat keadaan duka, apa itu membuat orang di sekitarmu senang?”
“Jika keadaannya seperti itu aku memilih diam.”
“Di dalam hatimu, kediamanmu membuat lukamu terus membesar, hingga suatu saat nanti kau takkan bisa menahan itu semua, rasanya akan sangat sakit.”
Minna terdiam, ia menatap dalam tatapan Sunny. Lalu menundukan pandangannya, mengingat Kakaknya yang selalu bersamanya. Perlahan airmata Minna keluar, dan semakin deras saat ia tahu rasa sakit dihatinya sekarang mulai berkurang.
“Aku sangat merindukan kakak, aku sangat sedih saat melihat Kakak kesakitan karna kankernya, tapi Kakak bilang aku tak boleh menangis, dan sejak saat itu aku tak pernah menangis, bahkan saat Appa meninggal, aku sangat ingin menangis, tapi aku ingat janjiku pada Kakak, karna aku sangat mencintai Kakak.”
Sunny memeluk Minna, ia mengambil biolanya dan memberikan biola tersebut pada Minna.
“Sekarang, luapkan perasaan cintamu pada Kang In dengan biola ini. Aku yakin ia akan tersenyum dari Surga sana karna alunan permainanmu. Jangan kau pikirkan Hyerin, yang terpentin adalah Kang In. Hanya Kang In.”
“Apa ia akan mendengarnya?”
“Ya, ia pasti dengar.”
“Gomawo, Unni.”
Dan sejak saat itu, ia akan bermain biola karna Kakaknya. Agar kakaknya bisa tersenyum di Surga. Ia pun baru ingat, wajah Yesung agak mirip dengan Kang In, itulah sebabnya ia merasa ada hal berbeda yang ia rasakan dari Yesung. Sebuah hal yang sangat indah bernama Cinta.
Tapi sayang… Yesung sudah mencintai gadis lain, dan Minna yakin Yesung akan serius pada gadis itu, karna Yesung tak sembarang berterus terang pada Minna.
---
Ryeowook dan Sungmin siang ini menyibukan diri di perpustakaan kota. Mereka ingin fokus juga pada festival seni, mereka mencari buku tentang alat musik masing-masing. Akhirnya mereka berpencar mengelilingi perpustakaan dan bertemu lagi di ruang baca.
“Sungmin, kau menemukan hal menarik di perpustakaan ini?”
“Tidak, kau?”
“Tidak juga.”
“Sebenarnya kita mau apa sih disini?”
“Mau mencari hal menarik.”
Keduanya menghelakan nafas, Sungmin mengeluarkan sebuah album foto lalu ia perlihatkan pada Ryeowook.
“Ini foto potretanmu?”
“Bukan, ini dari Yesung dan Minna.”
“Semua?”
“Iya.”
“Mereka berbakat ya, dalam fotografi, pelajaran, juga seni…”
“Benar.”
“Apa mereka saling suka ya?”
“Aku tak tahu, tapi menurutku mereka saling suka.”
“Kau yakin?”
“Yakin sekali.”
“Tapi bukankah Yesung suka pada Hyerin?”
“Bukan suka dalam arti cinta, tapi suka karna kagum.”
“O… begitu, bagaimana jika kita jodohkan saja mereka?”
“Wah! Benar juga! Ayo Wookie, berjuang!”
“Kau juga, Sungmin!”
---
06 April 2009

Hari ini pun Yesung dan Minna bertemu di lorong loker. Mereka kembali mengobrol tanpa bertatap muka.
“Sore ini kita bertemu lagi,” ucap Yesung.
“Iya, dan anehnya kita selalu melanggar peraturan.”
“Tak apalah, kan hanya sebentar.”
“Benar, uhm… kau sudah mulai latihan untuk festival?”
“Sudah, sesuai lagu yang kita pilih dulu kan?”
“Lagu ‘loving you’ dan ‘first love’ kan?”
“Ya.”
Beberapa lama mereka diam, Minna pun membuka pembicaraan.
“Kok jadi diam begini? Hi hi hi.”
“Apa karna kita sudah terlalu sibuk dengan keadaan masing-masing, ya?”
“Mungkin, ohiya, bagaimana dengan gadis itu? Apa dia juga menyukaimu?”
“Aku belum tahu, akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengannya. Mungkin dia sudah punya orang yang disukai.”
“Tu kan, kau memendam lagi sampai mungkin sakit hati. Kau ini menyebalkan.”
“Lalu aku harus bagaimana, Minna?”
“Nyatakan saja.”
“Kau bilang begitu karna tak pernah merasakan rasa ini!”
Yesung menutup lokernya sangat keras dan meninggalkan Minna. Sekarang Minna tak bisa tersenyum, karna ia menyakiti orang yang ia sukai. Apa yang harus ia lakukan? Mengejar Yesung dan meminta maaf padanya?
“Sebaiknya memang begini…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini