Minggu, 15 Mei 2011

Love is Promise chap.6 (White Love)

White Love


1 bulan kemudian…
Super Junior mendapat liburan 3 minggu dari SM, liburan bagi Super Junior itu salah satu anugerah yang tak terelakan, lepas dari semua kepenatan konser juga menenangkan pikiran sebelum konser di Jepang bulan depan. Ini juga berarti liburanku juga, dan waktunya untuk pulang, walau hanya sehari aku ingin menemani Appa.
“Kau tidak ikut dengan kami, Rinna?” tanya Yesung.
“Aku ada urusan selama 3 hari, setelah itu baru menyusul.”
“Benar, ya?” tanya Heechul.
“Iya, kalian akan menginap di Bukhansan, kan?”
“Iyap, kau langsung ke sana saja,” saran Kangin.
“Siap bos.”
Setelah berpamitan, aku melangkah agak cepat, karna sangat rindu pada Appa. Appa, tunggu aku.
^^
“Appa!” seruku.
Appa agak terlonjak, matanya membesar melihatku ada di hadapannya. Mata kami sama-sama berkaca.
“Rin!”
Tubuh Appa kupeluk sangat erat, karna aku sangat merindukannya, Appaku sayang.
“Rin rindu Appa.”
“Appa juga, Nak. Kamu kerja terlalu keras hingga tak pernah menghubungi Appa.”
“Maafkan aku, Appa. Yang penting selama 3 hari ini Rin akan menemani Appa.”
“Benarkah? Singkat sekali hanya 3 hari.”
“Ini karna pekerjaanku padat, Appa.”
“Anak-anak itu, apa baik padamu?”
Ha? Anak-anak? Aigo… bukankah sudah kubilang jangan bilang kalau aku ini manager SuJu, Hanna!!
“Ba…baik, Appa.”
“Anak SMP seperti mereka butuh perhatian lebih,” ucap Appa lembut.
Anak SMP? Sebenarnya Hanna bilang apa sih?
“Selamat siang, Ap… lho? Rin?”
“Hanna, aku liburan 3 hari.”
Langsung kutarik Han keluar untuk mengintrogasinya.
“Sebenarnya apa yang kau katakan pada Appa tentang pekerjaanku?”
“Aku bilang kau pengasuh di asrama salah satu SMP Seoul.”
“Ohahaha, kau memang pintar.”
“Siapa dulu, Geun Han,” ucapnya sambil tersenyum bangga.
^^
Sungmin mengambil biola putih Rinna dan memeluknya, lalu ia masukan ke tasnya agar Rinna bisa bermain juga di Bukhansan. Sungguh indah jika malam hari Rinna memainkan biola untuknya di bawah bintang-bintang.
“Indahnya…”
“Apa yang indah?” tanya Ryeowook yang tiba-tiba berdiri disamping Sungmin.
“Wow?! Kau mengagetkanku saja! Um, biola ini indah.”
Ryeowook hanya tersenyum tipis, ia teringat percakapannya dengan Rinna malam itu.
“Ini rahasia pertama yang akan kubuka padamu, sebenarnya aku sedikit takut padanya.”
“Ha? Kok takut? Sungmin itu baik sekali lho.”
“Iya, aku yakin ia orang yang baik, tapi kau lebih baik.”
“Ka…kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau takut pada Sungmin?”
“Em… aku takut menyukainya, ia terlalu baik untukku.”
“Tadi pagi kau berbisik apa padanya?”
“Ku katakan padanya, agar kita menjalani kehidupan mengalir saja, saat ini aku memang tak mencintainya, tapi mungkin suatu saat nanti.”
^^
Siang itu aku mengajak Appa ke restoran Indonesia di Korea, kudengar Appa sedang rindu dengan masakan Indonesia. Hanna juga ikut, ia penasaran dengan masakan Indonesia. Kami memesan nasi Padang dengan es kelapa, Appa makan dengan lahap begitu juga Hanna.
“Em, masakan Indonesia enak-enak, ya! Kapan-kapan ajak aku ke Indonesia dong, Rin!”
“Akupun tak pernah ke Indonesia.”
“What? Paman ini bagaimana sih, kenapa tak pernah ajak Rin ke Indonesia?!”
“Hei bocah, bukannya Paman tak mau mengajak Rin, tapi memang Paman belum sempat lagi ke Indonesia.”
Lho? Logat Appa selayaknya anak muda, sepertinya Hanna sudah mengajarkan hal aneh pada Appa.
“Appa, kenapa kau berbicara seperti anak muda?”
“Ha? Hehe, ini karna bocah yang kau jadikan pengasuh Appa ini.”
“Kau mengajarkan apa pada Appa?”
“Um… bukan apa-apa, kok.”
Kami pun tertawa bersama melihat perubahan Appa. Oh iya, tentu Appa tak sadar dengan perubahan identitasku, penampilanku kuubah lagi jadi anak-anak, rambut hitam lurus kuncir 2, poni pun kupenuhkan kedepan, tak memakai bedak dan lipstik, hanya lipgloss merah jambu, kacamata kuganti dengan kontak lens warna coklat tua.
“Rin, sepertinya kau agak berbeda.”
“Hah? Benarkah Appa? Apa bedanya?”
“Kau tambah manis.”
Fiuh… ku kira Appa sadar.
“Iya dong, anak Appa harus tambah manis!”
“Ha ha ha …” tawa Hanna seperti meremehkan, langsung kucubit pipi chubbynya hingga ia tersentak hampir memuntahkan makanannya yang sedang ia kunyah.
“Rinna?”
“Kyu! Kenapa kau disini?”
Kyu menarik tanganku menjauh dari Appa dan Han.
“Member SuJu akan makan siang di sini, dan aku yang bertugas memesan tempatnya.”
“Mana mereka sekarang?”
“Sebentar lagi mereka datang, cepatlah kau ajak Appamu dari sini, atau kau tetap di sini dan Appamu pergi, karna mereka akan menemukanmu jika kau keluar.”
“Yasudah, sebentar, ya.”
Akupun kembali ke meja, menyuruh Han untuk mengajak Appa pergi karna member SuJu akan segera kemari, Han cepat mengajak Appa pergi.
“Kau mau kemana dulu, Nak?”
“Aku ada urusan dengan temanku yang tadi, Pa.”
“Tapi kau akan pulang, kan? Ini belum 3 hari, lho.”
“Iya Appa, aku pasti pulang.”
“Hati-hati ya, Nak.”
Han dan Appa berlalu, dan tepat mereka keluar member SuJu masuk ke restoran. Aduh, penampilanku, bagaimana ini?
“Kyu, aku belum menjadi Rinna, bagaimana?”
Kyu terdiam, dan senyumnya terkembang lebar.
“Ini baru Rin presiden sekolah.”
“Aigo, kenapa kau malah berkata seperti itu.”
“Tidak apa-apa, walau berbeda kau tetap terlihat seperti Rinna.”
“Maksudmu apa? Wajahku terlihat tua walau dengan penampilan seperti ini?”
“Ya… begitulah.”
“Dasar!” kupukul pundak Kyu perlahan, ia tertawa.
“Bohong-bohong, kau terlihat sangat manis.”
“Rinna? Ini kamu?” tanya Siwon heran.
“I…iya,” jawabku gugup.
“Kalau begini kau benar-benar terlihat manis!” seru Kangin.
“Lucu!!” seru Leeteuk sambil menyubit pipiku. Yang lain tertawa kecil, aku hanya manyun dengan prilaku Leeteuk.
“Ngomong-ngomong aku sudah lapar, makan yuk,” ajak Heechul.
“Kau mau ikut makan dengan kami, Rinna?” tanya Yesung.
“Um…”
“Ayo ikut saja, Rinna,” ucap Sungmin sambil menggamit lenganku, akhirnya aku ikut makan dengan member SuJu, padahal baru tadi pagi kita berpisah, tapi sekarang sudah bertemu lagi, ha ha ha.
Kebanyakan dari member SuJu memesan ayam goreng atau ayam bakar, nasi putih, ikan bakar, sayur kangkung, dan lainnya. Sedang aku hanya memesan sate sapi beserta sambal terasi tanpa nasi, bagaimanapun aku sudah kenyang.
“Kau makan sedikit, Rinna. Apakah kau sakit?” tanya Ryeowook.
“Anneyo, aku tadi baru saja makan.”
“Kau kesini sendirian, Rinna?” tanya Leeteuk.
“Tidak, tadi aku bersama keluarga, tapi mereka harus segera pulang, karna bertemu dengan Kyu, aku tertahan.”
“Seharusnya jangan pulang dulu, biar orangtua Rinna memilih,” ucap Donghae.
“Memilih apa?”
“Memilih siapa yang cocok dengan Rinna, wahahaha!” canda Donghae.
Para member SuJu langsung melemparinya dengan sayur lalap, aku sedikit melirik Sungmin, dan menangkapnya sedang menatapku, tapi langsung memalingkan pandangannya ke Donghae dan ikut melempari Donghae.
Selesai makan aku pamit pada SuJu.
“Kau pulang sendiri?” tanya Siwon.
“Iya, tata.”
Fiuh… untung mereka juga tak curiga dengan perubahanku, terimakasih Kyu.
^^
Sekitar jam 3 sore aku baru tiba di rumah sakit, Appa ternyata sedang tidur, jadi aku mengisi kekosonganku dengan pulang ke rumah. Rumah Appa sekarang ditempati Hanna, ia benar-benar membantu.
“Sore, Unni.”
“Sore, kau kenapa tidak menemani Appa?”
“Appa sedang istirahat, nanti malam juga aku ke rumah sakit.”
“Rumahmu tetap bersih, kan? He he he.”
“Gamza khamida untuk semuanya Unni, kau sangat membantu.”
Kupeluk tubuh mungil Han lagi, kurasakan detak jantung Han yang indah, detak jantung yang telah member kehidupan bagi orang yang selama ini membantuku.
“Sebenarnya aku sudah menganggap Appamu sebagai Appaku, tidak apa-apa kan?”
“Dengan senang hati, kau pun boleh menjadi kakakku.”
“Benarkah? Gomawo, kau telah memberi keluarga untukku.”
Aku lupa 1 hal, Han memang hidup sebatang kara, tapi ia tetap bertahan hidup sebagai karyawan Salon, ia benar-benar sendiri selama ini. Banyak orang menyarankan agar ia ke panti asuhan, tapi seniorku ini bersikeras untuk hidup sendiri, ia tak mau mengganti posisi keluarga kandungnya dengan keluarga baru, ia membuat anggapan orang-orang padanya berganti yang awalnya meremehkannya sekarang takjub padanya. Seorang wanita 20 tahun yang selalu menjadi panutan untukku sesudah Umma. Ia mengajarkanku sebuah ilmu yang tak pernah ada di sekolah manapun, yaitu ilmu kasih sayang. Ia selalu menyayangi orang dengan tulus, tanpa memandang apapun, ramah pada siapapun, dan yang paling berharga adalah senyumnya yang tak pernah hilang.
Ternyata Han menganggapku dan Appa sebagai keluarganya, dan ia sekarang tak sendirian lagi, ia sudah punya aku dan Appa, dan aku akan menjaganya dengan baik. Kasihmu yang putih takkan kusia-siakan.
^^
Sungmin duduk di teras Villa dan membolak-balik lembaran majalah yang tersedia di Villa, matanya memang melihat majalah, tapi pikirannya tidak. Rindu pada Rinna kembali hinggap di relung hatinya.
“Huh, membosankan tidak ada Rinna.”
“Iya benar,” setuju Ryeowook yang sejak tadi menemani Sungmin.
“Em, Wookie, bukankah kau sangat dekat dengan Rinna, menurutmu Rinna orang yang seperti apa?”
“Kau juga dekat dengan Rinna, kenapa harus bertanya?”
“Iya sih, tapi aku ingin mendengar dari pandanganmu komposer.”
“Oke, Rinna itu seperti putri salju.”
“Hah? Maksudmu?”
“Ya, putri salju yang punya cinta juga seputih salju. Kasih sayangnya sangat berati untuk kita.”
“Aku setuju, maka dari itu aku berani mengungkapkan perasaanku saat pertama kali kita di apartemen.”
“Apa itu saja alasannya?”
“Nggak juga sih, alasan lainnya karna ia berbeda dari wanita lain, ia begitu pemberani, penyayang yang tulus, tapi bawel.”
“Sepertinya semua wanita seperti itu.”
“Tidak, aku merasa Rinna itu berbeda, ia tidak seperti gadis lain yang memikirkan uang-uang dan uang.”
“Sungmin, tentu ada banyak wanita seperti Rinna, tapi kita baru bertemu dengan 1 wanita itu.”
“Mungkin saja, tapi Rinna tetap yang terbaik, dan aku sudah memilih.”
“Kau serius dengan Rinna?”
“Iyap, dukung aku, ya?”
“Te…tentu.”
“Hey, kalian berdua sedang apa malam-malam begini? Tidurlah, besok kita akan lari pagi di sekitar gunung,” ucap Kyu.
“Aku masuk duluan, ya,” ucap Sungmin lalu masuk.
Ryeowook hendak masuk, tapi Kyu menahannya.
“Wookie, sinar matamu tidak bisa disembunyikan.”
“Memang sinar mata seperti apa yang kau lihat?”
“Kekecewaan.”
“Kecewa tentang apa? Aku merasa baik-baik saja.”
“Kau takut jika Sungmin bersama Rinna, kan?”
“Ah, kau mengada-ada, sudah ayo tidur.”
“Jika kau mencintai Rinna, kejarlah ia.”
“Kau ini bicara apa sih, Rinna itu hanya sahabatku, ia ingin kita hanya bersahabat.”
“Aha?”
“Sudah, aku mau tidur.”
‘Rinna memang gadis yang beruntung, dicintai banyak orang karna kasih sayangnya, yang putih seputih salju,’ gumam Kyu dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Bashing just positive. oke?

Daftar Blog Saya

Cari Blog Ini